Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI RESERVOIR


Reservoir merupakan bagian dari petroleum system yang mana berfungsi
sebagai tempat terakumulasinya minyak dan/atau gas. Reservoir harus memiliki
pori untuk menampung minyak dan gas, serta pori harus terhubung sebagai jalur
pergerakan fluida; dengan kata lain, batuan harus memiliki permeabilitas (Selley &
Sonnenberg, 1985).
Menurut Ahmed (2010), reservoir secara umum dapat diklasifikasikan
berdasarkan titik lokasi yang mewakilkan tekanan awal reservoir pi dan temperatur
T terhadap diagram pressure-temperature dari fluida reservoir. Maka, reservoir
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Reservoir minyak—jika temperatur T kurang dari temperatur kritis Tc
dari fluida reservoir, maka reservoir tersebut diklasifikasikan sebagai
reservoir minyak.
b. Reservoir gas—jika temperatur lebih besar dibandingkan dengan
temperatur kritis dari fluida hidrokarbon, maka reservoir dianggap
sebagai reservoir gas.
2.1.1 Reservoir Gas
Reservoir yang hanya berisikan free gas diklasifikasikan menjadi reservoir
gas. Seperti reservoir yang berisikan campuran hidrokarbon, yang mana berbentuk
gas sepenuhnya. Campuran ini dapat berupa dry, wet, atau gas kondensat
bergantung pada komposisi gas, bersamaan dengan tekanan dan temperatur di mana
akumulasi terjadi (Ahmed, 2010). Secara umum, jika temperatur reservoir di atas
temperatur kritis dari sistem hidrokarbon, reservoir diklasifikasikan sebagai
reservoir natural gas. Selain itu, natural gas merupakan fluida yang juga tersusun
dari berbagai macam komponen hidrokarbon walaupun secara umum tidak
kompleks seperti crude oil. Perbedaan dasar antara dua komponen ini adalah (1)
heating value (secara umum kandungan methane), (2) kandungan gas non-

4
5

hidrokarbon (N2, O2, H2S, dll), dan (3) jumlah liquid yang didapat sebagai natural
gas liquids (NGL) (W. C. Lyons, 1996).
Berdasarkan diagram fasa dan kondisi reservoir yang berlaku, natural gas
dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:
a. Retrograde gas-condensate reservoir
Jika temperatur reservoir T berada di antara temperatur kritis Tc dan
cricondentherm Tct dari fluida reservoir, maka dapat diklasifikasikan menjadi
reservoir retrograde gas-condensate. Kategori reservoir gas ini merupakan
tipe akumulasi hidrokarbon yang unik di mana kelakuan thermodinamika dari
fluida reservoir mengendalikan faktor pada pengembangan dan proses deplesi
dari reservoir. Saat tekanan menurun pada jenis ini, dibandingkan berekspansi
(jika gas) atau menguap (jika liquid) seperti yang diharapkan, jenis ini
menguap ketimbang terkondensasi.

Gambar 2.1 Diagram fasa sistem retrograde (Ahmed, 2010)

Selain itu, karakteristik fisik dari kategori ini adalah:


1. Gas-oil ratio di antara 8.000 dan 70.000 SCF/STB. Umumnya, gas-oil
ratio untuk sistem kondensat meningkat seiring berjalannya waktu
dikarenakan adanya liquid drop-out dan hilangnya komponen berat
pada liquid.
2. Gravity kondensat di atas 50o API
3. Liquid pada kondisi stock-tank berwarna bening atau sedikit berwarna.
6

b. Near-critical gas-condensate reservoir


Jika temperatur reservoir mendekati temperatur kritis seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2, hidrokarbon tersebut diklasifikasikan sebagai
near-critical gas-condensate. Kelakuan volumetrik dari kategori natural gas
ini dideskripsikan melalui penurunan tekanan isothermal sesuai pada gambar.
Kelakuan ini dapat disuguhkan berdasarkan fakta bahwa beberapa quality
line melewati secara cepat seiring dengan penurunan tekanan pada kondisi
isothermal. Pada titik di mana liquid berhenti naik hingga menyusut kembali,
reservoir berubah dari wilayah retrograde ke wilayah penguapan normal.

Gambar 2.1 Diagram fasa sistem near-critical gas-condensate (Ahmed, 2010)

c. Wet-gas reservoir
Diagram fasa dari wet gas ditunjukkan pada Gambar 2.3, di mana
temperatur reservoir di atas cricondentherm dari campuran hidrokarbon.
Karena temperatur reservoir melebihi cricondentherm dari sistem
hidrokarbon, fluida reservoir akan tetap berada pada wilayah fasa uap seiring
dengan reservoir terdeplesi secara isothermal, sepanjang garis A-B.
Seiring dengan mengalirnya gas terproduksi ke permukaan,
bagaimanapun, tekanan dan temperatur dari gas akan menurun. Jika gas
masuk ke wilayah two-phase, fasa liquid akan terkondensasi dari gas dan ikut
terproduksi ke separator. Hal ini diakibatkan oleh penurunan energi kinetis
dari molekul berat dengan penurunan temperatur dan selanjutnya berubah
menjadi liquid melalui gaya tarik antar molekul.
7

Gambar 2.2 Diagram fasa untuk wet gas (Ahmed, 2010)

Karakter dari wet gas pun dicirikan oleh sifat-sifat di bawah ini:
1. Gas-oil ratio di antara 60.000 dan 100.000 SCF/STB
2. Stock-tank oil gravity di atas 60o API
3. Berwarna bening
4. Pada kondisi separator, tekanan dan temperatur separator berada pada
wilayah dua fasa.
d. Dry-gas reservoir
Campuran hidrokarbon ini berbentuk gas baik di reservoir maupun di
fasilitas permukaan. Satu-satunya liquid yang terasosiasi dengan dry gas
adalah air. Diagram fasa dari dry-gas reservoir ditunjukkan pada Gambar 2.4
di mana sistem ini memiliki gas-oil ratio lebih besar dari 100.000 SCF/STB.
Energi kinetis dari campuran ini sangat tinggi dan gaya Tarik antar
molekul sangat kecil hingga tidak ada liquid yang tergabung pada kondisi
temperatur dan tekanan di stock-tank.
8

Gambar 2.3 Diagram fasa untuk dry gas (Ahmed, 2010)

2.1.2 Gas Kondensat


Gas bumi merupakan sumber daya alam yang terdiri dari senyawa
hidrokarbon (C2 H2n+2) dan komponen non-hidrokarbon lainnya seperti N2, CO2,
dan H2S. Gas bumi yang dihasilkan di permukaan dapat dikelompokkan dalam dua
golongan, yaitu:
a. Sebagai produk ikutan dari minyak dikenal sebagai associated gas.
b. Gas sebagai produk utama yang dikenal sebagai non-associated gas.
Kelompok yang kedua ini, walaupun di dalam reservoir terbentuk dalam satu
fasa, mungkin di permukaan berubah menjadi gas dan cairan. Kadar cairan menjadi
patokan kasar pembagian lebih lanjut dari non-associated gas menjadi gas kering
dan gas basah (kondensat). Gas disebut kering bila GOR> 100.000 SCF/STB,
sebaliknya disebut sebagai gas basah (Abdassah, 1998).

Gas kondensat relatif berisikan hidrokarbon yang berat di mana akan


terkondensasi jika tekanan reservoir menurun hingga di bawah dew point (Satter &
Iqbal, 2016). Selama tekanan mengalami penurunan, sistem gas kondensat bergerak
menuju ke dew point. Selama tekanan menurun, liquid terkondensasi dari gas dan
membentuk free liquid di reservoir. Kondesat berada pada saturasi rendah yang
biasanya terperangkap oleh gaya surface tension, yang mana immobile, dan tidak
dapat diproduksikan.
9

Gambar 2.4 Diagram tekanan/temperatur, klasifikasi hidrokarbon


(Raghavan & Jones, 1996)
Gambar di atas merupakan skema dari diagram tekanan/temperatur (p-T)
untuk campuran hidrokarbon multikomponen pada komposisi konstan. Wilayah di
dalam garis lengkung terbentuk dari lengkungan bubble-point, critical point (C),
dan dewpoint di mana liquid dan uap berada pada titik equilibrium. Gas kondensat
berpisah dari jenis fluida lainnya dengan dua cara; kondensasi dari fasa liquid pada
kondisi reservoir selama proses deplesi isothermal dan retrograde (revaporization)
secara alami dari proses kondensasi. Kelakuan retrograde dari fasa liquid
kondensasi dapat dilihat pada gambar di mana terjadi perubahan volume liquid
bersamaan dengan temperatur yang konstan pada titik M. Setelah melewati garis
dew-point, volume liquid meningkat hingga sekitar 10% pada titik N dan kemudian
mulai menurun seiring dengan penurunan tekanan (Raghavan & Jones, 1996).
Metode yang diajukan mengasumsikan gas kondensat merupakan sistem
pseudo-component. Pseudo-component, pada kondisi standar tekanan dan
temperatur, dry gas dan liquid hidrokarbon. Setiap pseudo-component merupakan
multikomponen fluida hidrokarbon. Fasa air, jika ada, merupakan komponen
ketiga.
Asumsi dasar untuk sistem hidrokarbon pseudo two-component adalah bahwa
dry gas mengandung liquid hidrokarbon per setiap tekanan. Asumsi ini merupakan
hal penting untuk mengetahui karakteristik dari gas-kondensat sebagai sistem two-
component dan berdasarkan fakta di bawah ini:
10

a. Liquid terkondensasi dari gas-kondensat dengan cara kondensasi


retrograde saat tekanan diturunkan secara isothermal dari dew point.
b. Retrograde liquid muncul atau vaporasi dari dry gas (Spivak & Dixon,
1973).
2.2 UJI PARAMETER
Uji parameter dilakukan guna mengetahui pengaruh parameter velocity
dependent relative permeability dan interfacial tension terhadap laju alir kritis pada
reservoir gas kondensat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh kedua parameter tersebut terhadap laju produksi liquid, kajian ini akan
berguna untuk mengetahui potensi sumur mengalami liquid loading dan tujuan
lainnya dapat berupa penggunaan separator di permukaan nantinya.
Adapun parameter yang akan diuji adalah:
2.2.1 Velocity dependent relative permeability
Velocity merupakan laju perpindahan suatu benda yang memiliki arah
perpindahan (vektor), biasanya disimbolkan dengan v. Konsep velocity dependent
relative permeability (VDRP) merupakan salah satu metodologi untuk
memodelkan performa produksi sumur terhadap fenomena kondensat dan efek
velocity pada reservoir gas kondensat (Tani, Yamada, Ikeda, & Corporation, 2014).
Pada aliran gas dengan velocity tinggi di sekitar sumur, fenomena di bawah
ini akan terjadi dan memengaruhi kelakuan alir:
a. Turbulen, di mana akan menyebabkan peningkatan pressure drop dan
akan dimodelkan pada simulator menggunakan Forcheimer correction.
b. Mengurangi interfacial tension pada velocity yang tinggi, di mana akan
meningkatkan mobilitas untuk minyak dan gas, dan dapat dimodelkan
pada simulator menggunakan variasi pilihan yang berbeda untuk velocity
dependent relative permeability. Hal ini juga dideskripsikan sebagai
“positive coupling”.
c. Gas-condensate drop-out di sekitar sumur juga harus dipertimbangkan
sama halnya dengan perubahan di saturasi fluida yang memengaruhi
permeabilitas relatif.
11

Interaksi antara setiap parameter dapat membuat analisis aliran gas pada
sekitar sumur menjadi sangat kompleks dan kajian sensitivitas sangat penting untuk
mendapatkan model simulasi yang valid dan konsisten (Schlumberger, 2012).
2.2.2 Surface dan interfacial tensions
Istilah interface mengindikasikan batasan atau garis yang membagi antara
dua fasa immisible. Jenis dari interface termasuk di dalamnya: liquid-gas, liquid-
liquid, liquid-solid, solid-gas, dan solid-solid. Untuk fluida, interaksi molecular
pada interface menghasilkan tegangan terukur di mana, jika konstan, sebanding
dengan surface free energy yang dibutuhkan untuk membentuk unit area interface.
Untuk kasus di mana liquid mengalami kontak dengan udara atau uap dari liquid
tersebut, gaya per unit panjang dibutuhkan untuk membentuk surface area yang
biasa disebut sebagai surface tension. Interfacial tension digunakan untuk
mendeskripsikan kuantitas dari dua liquid atau liquid dengan solid. Interfacial
tension antara dua immiscible liquids biasanya lebih kecil dari surface tension liquid
dengan tegangan yang lebih tinggi, dan kerap intermediate antara surface tension
dari dua liquid (W. Lyons, 2010).

Anda mungkin juga menyukai