Anda di halaman 1dari 23

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN ANTARA PT.

TOYOTA
ASTRA FINANCIAL SERVICES DENGAN DEBITUR BERDASARKAN
ASAS ITIKAD BAIK

Proposal Skripsi
Diajukan untuk Mengikuti Seminar Proposal Skripsi
di Fakultas Ilmu Hukum Universitas Riau
Pekanbaru

Disusun Oleh:
AHMAD FAJAR SIDDIQ
NIM : 1809125251

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BISNIS


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
2

A. Latar belakang masalah

Hubungan hukum dalam kontrak atau perjanjian lazim dilakukan pada dunia

usaha/perseorangan dimana hubungan perjanjian/kontak itu menimbulkan

perikatan diantara para pihak yang membuatnya. Didalam suatu perjanjian

mengenal istilah asas hukum, Menurut Theo Huijbers, asas hukum adalah prinsip-

prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum dan merupakan pengertian-

pengertian yang menjadi titik tolak berpikir tentang hukum.1

Dalam suatu perjanjian apapun bentuk dan jenisnya harus terkandung asas

itikad baik di dalamnya. Asas ini sangat penting untuk dimiliki dan ditanamkan

dengan kuat oleh para pihak ketika membuat perjanjian maupun dalam

pelaksanaannya. Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3)

KUHPerdata menyatakan bahwa “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan

itikad baik.2 Asas itikad baik merupakan asas dimana bahwa para pihak, yaitu

pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan

kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. 3

Akibat hukum dari perjanjian yang sah adalah timbulnya kewajiban untuk

melaksanakannya dengan itikad baik (in good faith).4

Menurut Suharnoko,”dalam praktek, berdasarkan asas itikad baik hakim

memang menggunkan wewenang untuk mencampuri isi perjanjian, sehingga

tampaknya itikad baik bukan saja harus ada pada pelaksanaan perjanjian, tetapi

1
Erwin Muhamad,”Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum”, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 2011, Hlm 110.
2
Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
3
Salim H.S, “Hukum Kontrak Teori dan teknik penyusunan Kontrak”, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
Hlm 11.
4
Amalia Nanda,” Hukum Perikatan”, Unimal Press. Nanggroe Aceh Darussalam.,Hlm 74, 2013.
3

juga pada saat dibuatnya perjanjian atau ditandatangani perjanjian.5Perjanjian

merupakan suatu perbuatan hukum yang muncul untuk mengakomodasikan

kepentingan-kepntingan tertentu diantara para pihak yang membuatnya. Menurut

hukum Indonesia, perjanjian sama dengan kontrak atau persetujuan, akan tetapi

menurut sistem hukum common law perjanjian berbeda dengan kontrak.

Perjanjian memiliki arti lebih luas dari pada kontrak sebab perjanjian meliputi

juga hubungan hukum yang bersifat public, sedangkan kontrak hanya meliputi

hubungan hukum privat.6

Setiap orang dapat mengadakan perjanjian, asalkan memenuhi syarat yang

ditetapkan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Ada 4 syarat sahnya suatu perjanjian

yaitu:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu pokok persoalan tertentu dan

4. Suatu sebab yang tidak terlarang.7

Seiring meningkatnya kebutuhan pendanaan atau barang modal dan

meningkatnya pembangunan meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan yang

sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut

diperoleh melalui pembiayaan. Pengertian Lembaga pembiayaan menurut

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan.

Berdasarkan pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden No 9 Tahun 2009 Tentang


5
Rusli Benni, “Penerapan Asas Itikad Baik dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen”, Jurnal
Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat, 2019, Vol 3..
6
Aminah, “Pengaruh Pandemi Covid 19 pada Pelaksanaan Perjanjian”, Jurnal Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Vol 7, Februari 2020, hlm 650.
7
Abdoel Djamali.R, Pengantar Hukum Indonesia, PT Rajagrafindo Persada, 2014,hlm 163,
4

Lembaga Pembiayaan adalah “badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.”8

Dalam perjanjian pembiayaan yang digunakan adalah perjanjian baku. Artinya

perusahaan telah menentukan isi perjanjian, syarat dan ketentuan termasuk hak

dan kewajiban para pihak, sehingga tidak disediakan kesempatan bagi debitur

untuk mendiskusikan isi dari perjanjian. Konsumen hanya diberikan pilihan untuk

menyetujui isi perjanjian atau tidak menyetujui. Penandatanganlah yang menjadi

tanda disepakatinyaa isi perjanjian.9

Hal menarik perhatian penulis ialah berdasarkan pada perjanjian pembiayaan

tertanggal 15 Desember 2014 Medan, dengan No perjanjian : 96700514 terlampir.

Antara PT. TOYOTA ASTRA FINANCIAL SERVIC, alamat Jl Iskandar Muda

No.15B Medan-20154 “kreditor /pihak pertama dengan Erlina S PSI beralamat di

Jl. Menteng VII Komplek Pik B 19 RT. 0 RW. 0 Medan Tenggara,Medan Denai,

Medan,20227 “pihak kedua /debitor. Merujuk pada isi perjanjian No 96700514

pihak pertama sepakat membuat perjanjian pembiayaan dengan pihak kedua

dengan objek sebuah 1 unit kendaraan bermotor. Yang menjadi pusat perhatian

penulis pada klausula no 4 sudah tertera hak milik debitor yang sudah diserahkan

ke kreditur termasuk secara fidusia untuk menjamin terhadap hutang-hutang

debitor. Namun, pihak pertama juga memasukkan klausula No. 5 mengenai surat

kuasa penarikan yang merupakan satu kesatuan dari perjanjian pembiayaan

tersebut. Inti dari Isi surat kuasa adalah apabila si pihak kedua terkendala/

8
Peraturan presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan.
9
Hendrawati Dewi, “Penerapan Kebebasan Berkontrak Dalam Pembuatan Perjanjian Baku”,
Jurnal Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, .2011, Hal 411
5

menunggak pembayaran dikemudian hari, maka pihak pertama dengan leluasa

melakukan penarikan.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pihak pertama tidak memiliki

kepercayaan, keadilan dan tidak beritikad baik (good faith) karena sudah

mencurigai bahwa debitur akan lalai dalam permbayaran. Di dalam pasal 1339

KUHperadata juga dipertegaskan “persetujuan tidak hanya mengikat apa yang

dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang

menurut sifat persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-

undang.10

Melihat permasalahan diatas ditelaah bahwa klausula no 5 perjanjian

pembiayaan antara pt. Toyota astra financial services selaku kreditor tidak mau

dirugikan dan mencurigai debitor dimungkinkan melalaikan kewajibannya.

Padahal didalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 42 Tahun 1999 dikatakan

bahwa “ jaminan Fidusia adalah jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud

maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat

dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan

pemberi Fidusi, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.11

Isyarat undang-undang diatas bahwa kreditor jangan khawatir, karena kreditor

akan memperoleh Haknya sebagaimana yang dijamin oleh undang-undang tentang

10
Pasal 1339, KUHPerdata
11
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
6

jaminan fidusia. Jelas bahwa pemberi kredit yang berpengalaman akan sedapat

munggkin mengusahakan adanya jaminan, bahwa ia akan memperoleh kembali

uangnya, dan bahwa uang itu diperoleh pada waktunya. Jika pembayaran tidak

terjadi, ia akan mencoba memperoleh pelunasannya dari kekayaan debitor yang

lalai. Untuk itu tepat sekali jika ia mempunyai suatu alas-hak eksekutorial

terhadap debitor.12

Dari urian diatas, hal-hal inilah yang mendasari penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam dan menuangkannya kedalam suatu tulisan

berbentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Antara

Pt. Toyota Astra Financial Services Dengan Debitur Berdasarkan Asas

Itikad Baik”

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan antara Pt. Toyota Astra

Financial Services dengan Debitur ?

2. Apa upaya yang dilakukan debitur terhadap perjanjian pembiayaan tidak

berdasarkan asas itikad baik?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Peneliatian

12
MR.O.K Brahn, Fidusia, Penggadaian Diam-Diam dan Retensi Milik Menurut Hukum Yang
Sekarang dan Yang Akan Datang, PT. Tatanusa, Jakarta, 2001, hlm 3.
7

Tujuan dari peneliatian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan

antara PT. Toyota Astra Financial Services dengan Debitur.

b. Untuk mengetahui Apa upaya bagi debitur terhadap perjanjian

pembiayaan tidak berdasarkan asas itikad baik.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan peneliti dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan bagi peneliti:

1) Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu pada

Fakultas Hukum Universitas Riau.

2) Untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang

telah peneliti peroleh selama belajar di Fakultas Hukum

Universitas Riau, khusunya dalam ruang lingkup perjanjian

Pembiayaan

3) Memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa hukum agar

memperkaya pustaka tentang pelaksanaan perjanjian permbiayaan

berdasarkan asas itikad baik.

D. Kerangka Teori
8

Bicara kerangka teori sama halnya dengan bicara tentang hukum,

sesungguhnya tidak ada devenisi baku dan abadi. Adapun teori-teori yang

digunakan penulis sebagai landasan penelitian yang berkaitan langsung dengan

objek penelitian yaitu:

1. Asas-Asas Perjanjian

Kontrak atau perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum dimana seorang

berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu.13 Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan:

a. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya.

b. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat kedua

belah pihak atau karena alasan undang-undangyang dinyatakan cukup untuk

itu.

c. Perjanjian harus dilaksanankan dengan itikad baik

Asas-asas kontrak yang dikandung Pasal 1338 KUHPerdata adalah sebagai

berikut:

a. Asas Konsensualisme.

b. Asas Pacta Sunt Servanda (Asas Kepastian Hukum)

c. Asas Kebebasan Berkontrak

d. Asas Itikad Baik

13
Miru Ahmad, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2010, hlm 2,
9

Itikad baik dari sebuah teori telah berkembang menjadi asas yang dipakai

dalam peraturan perundang-undangan. Immanuel kant, seorang ahli filsafat

Jerman ( 1724-1820) berpendapat bahwa sesuatu itu yang secara absolute baik,

adalah keinginan baik (Good Will) itu sendiri. Jadi jelas, dalam hal ini

pertanyaannya adalah “bagaimana dapat diidentifikasi keinginan baik tersebut?”

Kant menjawab dengan mengatakan bahwa ada hukum moral yang rasional, yang

bisa diidentifikasi berdasarkan akal. Menurut Kant hukum semata-mata

merupakan usaha intelektual untuk menemukannya, dengan kata lain tidak

diciptakannya. 14

Itikad baik dalam hukum perjanjian merupakan Doktrin atau asas yang

berasal dari ajaran Bona Fides dalam hukum Romawi. Itu sebabnya asas itikad

baik memang lebih memiliki kedekatan dengan sistem Civil Law ketimbang

dengan sistem Common Law. Fides berarti sumber yang bersifat religious, yang

bermakna kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang lainnya, atau suatu

kepercayaan atas kehormatan dan kejujuran seseorang kepada orang lainnya.

Bona Fides mensyaratkan adanya itikad baik dalam perjanjian yang dibuat oleh

orang-orang Romawi.15

Penerapan asas itikad baik berdasarkan pasal 1338 KUHPerdata tidaklah

mudah, mengingat bahwa itikad baik bukan merupakan hal yang terbukti dengan

sendirinya (self evident), tetapi rentan terhadap berbagai interpretasi, sebagaimana

dinyatakan dalam Blac’ks Law Dictionary bahwa “good faith” adalah:

14
Pratiwi Saskia, “Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Permohonan Pendaftaran Merek Di
Indonesia”, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Riau, Pekanbaru, 2021, Hal 13
15
Ibid, hal 14
10

Suatu yang dipikirkan (state of mind) yang di dalamnya terdiri atas:

1. Kejujuran dalam kepercayaan atau maksud;

2. Kesetiaan terhadap tugas atau kewajiban seseorang;

3. Kepatuhan pada standar-standar komersial dalam tansaksi suatu perdagangan

atau bisnis tertentu; atau

4. Tidak ada maksud menipu (defraud) atau mencari keuntungan yang rendah

budi ( unconscionable advantage).

Itikad baik yang dapat digambarkan sebagai tiang kokohnya suatu kontrak

menekankan pada kesetiaan kepada suatu maksud bersama yang disepakati dan

konsisten dengan harapan yang dapat dibenarkan dari bagian lain, tidak termasuk

didalamnya berbagai tipe peri laku yang berciri itikad buruk (bad faith), karena ini

melanggar standar masyarakat mengenai kelakuan baik (decency), kewajaran

(fairness) atau kepantasan (reasonableness). Tindakan perbaikan yang layak

untuk mengingkari tugas itikad baik beragam bergantung pada keadaan.16

Ketentuan yang termuat pada pasal 1338 ayat ketiga ini, para pihak diminta

agar menjalankan perjanjian dengan keseimbangan diantara para pihak.

Kedudukan kreditor yang kuat dalam perjanjian sebagaimana disebutkan dalam

pasal 1338 alinea pertama KUHPerdata diimbangi dengan kewajiban untuk

memerhatikan Itikad Baik.17

Agar terhindar dari pemahaman yang salah dan pelaksanaan akan itikad baik

dalam pelaksanaan kontrak, perlu ditentukan apa yang menjadi syarat dalam

melaksanakan kontrak yang dilandasi itikad baik. Di dalam itikad baik


16
D.A Kolapaking Anita, “Asas Itikad Baik Dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak Melalui
Arbitrase,”P.T. Alumni, 2013, hlm 95.
17
Ibid
11

mengandung asas kepantasan dan kepatutan, selain terletak pada hati sanubari

manusia, itikad baik dalam melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang

timbul dari suatu hubungan hukum (perjanjian) harus mengindahkan norma-

norma kepatutan dan keadilan dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang akan

menimbulkan kerugian pihak lain.

Disamping syarat-syarat seperti yang telah disebutkan diatas, untuk sahnya

suatu kontrak juga diisyaratkan agar kontrak tersebut tidak melanggar unsur itikad

baik, kepatutan, kepentingan umum dan kebiasaan.18

Pada dasarnya, itikad baik yang dilakukan seseorang mempunyai tanggung

jawab moral yang ada pada dirinya. Tanggung jawab moral di dalam itikad baik

tersebut mengandung asas-asas tersebut di bawah ini:

1. Asas moralitas: bahwa suatu perbuatan untuk melakukan yang baik,

hindarkan yang jahat, hiduplah secara terhormat, jangan merugikan

orang lain.

2. Asas itikad baik: bahwa asas ini dapat ditemukan dalam pasal 1338

ayat 3 KUHPerdata yang menyatakan bahwa perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik (zij moeten te goeder trouw worden

ten uitver gebracht). Padahal sesungguhnya asas itikad baik

diperlukan dalam proses negosiasi dan penyusunan kontrak hingga

pelaksanaan kontrak.19

18
Ibid, hlm 100
19
Ibid, Hlm 106
12

2. Teori Keadilan

Kata keadilan berasal dari kata adil. Arti adil dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada

yang benar; berpegang pada kebenaran, sepatutnya dan tidak sewenang-wenang.

Sedangkan arti keadillan adalah perbuatan, perlakuan dan sebagainya yang adil.20

Menurut Jhon Rawls, bahwa keadilan hanya dapat ditegakkan apabila negara

melaksanakan asas keadilan, berupa setiap orang memeiliki hak yang sama untuk

mendapatkan kebebasan dasar (basic liberties); dan perbedaan sosial dan ekonomi

hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memberi manfaat yang besar bagi

mereka yang berkedudukan paling tidak beruntung, dan bertalian dengan jabatan

serta kedudukan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan persamaan

kesempatan yang layak.21

Jhon rawls (A theory of Justice 1971) juga berpendapat perlu adanya

keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Bagaimana

ukuran dan keseimbangan itu harus diberikan, itulah yang disebut keadilan

sebagai kebajikan utama yang harus dipegang teguh dan sekaligus menjadi

semangat dasar dari berbagai lembaga sosial dasar suatu masyarakat

memperlakukan keadilan sebagai kebajikan utama, berarti memberikan

kesempatan secara adil dan sama bagi setiap orang untuk mengembangkan serta

menikmati harga diri dan martabatnya sebagai manusia.

Harga diri dan martabat manusia tidak bisa diukur dengan kekayaan

ekonomis, sehingga harus dimengerti jauh bahwa keadilan lebih luas melampaui
20
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
21
Dwisvimiar Inge, Keadilan Dalam Prespektif Filsafat Ilmu Hukum, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol. 11 No 3 September 2011, Hal. 528
13

status ekonomi seseorang. Tinggi dan luhurnya martabat manusia itu ditandai

dengan kebebasan, karena itu kebebasan harus mendapatkan prioritas

dibandingkan dengan keuntungan-keuntungan ekonomis yang bisa dicapai

seseorang.22

Lebih lanjut Rawls mengatakan bahwa teori keadilan yang memadai harus

dibentuk dengan pendekatan kontrak, dimana prinsip-prinsip keadilan yang dipilih

sebagai pegangan bersama sungguh-sungguh merupakan hasil kesepakatan

bersama dari semua person yang bebas, rasional, dan sederajat. 23 Hanya melalui

pendekatan kontrak inilah sebuah teori keadilan mampu menjamin pelaksanaan

hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi semua orang.

Dalam arti ini keadilan bagi rawls adalah fairness, maksud Rawls suatu

masyarakat baik seharusnya mampu memperlihatkan diri sebagai sebuah lembaga

kerja sama sosial dimana masing-masing pihak berusaha saling meyumbang dan

saling memajukan. Singkatnya teori keadilan yang memadai adalah teori yang

mampu mengakomodasi sebuah kerja sama sosial yang pada saatnya akan

mendukung terbentuknya suatu masyarakat yang tertib dan teratur.24

E. Kerangka Konseptual

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala secara

abstrak, yang mana akan diuraikan sebagai berikut:

22
Erwin Muhamad, Op.cit. Hlm 231
23
Yudha Hernoko Agus,”Hukum Perjanjian (Asas Personalitas Dalam Kontrak Komersial)”,
Prenada Media Grup, 2010, Hlm 55
24
Erwin Muhamad, Log.cit
14

1. Pelaksanaan dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

“Pelaksanaan artinya Proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan,

keputusan, dan sebagainya).25

2. Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.26

3. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/

atau usaha Kartu Keredit.27

4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan

untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

pembayaran secara angsuran.28

5. Asas Hukum murut Satjipto Rahardjo adalah bukan peraturan hukum, namun

tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang

ada di dalamnya. Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa

dengan sebaik-baiknya tidak bisa hanya melihat pada peraturan-peraturannya

saja, melainkan harus menggali sampai pada asas-asas hukumnya. Asas

hukum inilah yang memberi makna etis kepada peraturan-peraturan hukum

serta tata hukum.29

6. jaminan Fidusia adalah jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud

maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak

dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

25
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
26
Pasal 1313 KUHPerdata
27
Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden No 9 Tahun 2009
28
Pasal 1 Angka 7 Peraturan Presiden No 9 Tahun 2009
29
M. Wantu Frence, Pengantar Ilmu Hukum, Reviva Cendikia, Gorontalo, 2015, Hal 25
15

Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada

dalam penguasaan pemberi Fidusi, sebagai agunan bagi pelunasan utang

tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima

Fidusia terhadap kreditor lainnya.30

7. Asas Itikad Baik terdapat di dalam pasal 1338 KUHPer, Itikad baik menurut

M.L. Wery adalah perbuatan tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa cilat-

cilat, akal-akal, tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat

kepentingan sendiri saja tetapi juga dengan melihat kepentingan orang lain.31

Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa itikad baik adalah niat dari

pihak yang satu dalam suatu perjanjian untuk tidak merugikan mitra janjinya

maupun tidak merugikan kepentingan umum.32

30
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
31
muji solikha noorzana, “asas itikad baik sebagai pembatas kebebasan
Berkontrak dalam perjanjian kredit bank”, Tesis, program pascasarjana fakultas hukum
Universitas islam indonesia, Yogyakarta, 2015, hlm 66.
32
Ibid, hlm 67
16

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari sudut metode yang dipakai maka jenis penelitian/pendekatan ini

peneliti menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Menurut Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji mendefenisikan penelitian hukum normatif adalah

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.33 Guna Untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat

atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

objek telaah penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan dan

karya ilmiah lainnya.34 Penelitian ini kerap disebut penelitian yang bersifat

normatif.35

Penelitian deskriptif menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang

dikemukakan yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara konkrit tentang apa

upaya yang dapat dilakukan debitor di dalam perjanjian pembiayaan tidak terdapat

asas itikad baik.

2. Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier

yang digunakan diuraikan sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

33
Ishaq, “Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi,” Penerbit
Alfabeta, CV, Bandung, 2017, hal 66
34
Peter Mahmud Marzuki, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketujuh, Jakarta: Kencana,
2011, hlm. 57.
35
Ali Zainuddin, “Metode Penelitian Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, hal 25.
17

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang bersifat pokok

dan mengikat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti atau bersumber

atau diperoleh dari penelitian kepeustakaan (library research), yang

bersumber dari bahan-bahan hukum yang terdiri dari :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia


3. Perpres No 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan

b. Bahan Hukum Sekunder


Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan

terhadap bahan hukum premier, misalnya : rancangan undang-undang, hasil-

hasil penelitian, hasil karya dari pakar hukum, dan sebagainya.36

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan

perjelasan terhadap bahan hukum premier dan sekunder. Misalnya: kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.37

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data untuk penelitian normatif yang di perlukan dalam

penelitian ini, maka dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data

Kajian Kepustakaan (library research) atau studi dokumenter, kajian pustaka

yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis

teori-teori, asas hukum dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

permasalahan yang dilakukan pada beberapa perpustakaan, serta mengambil

36
Ibid, 23
37
Ibid, 24
18

kutipan dari buku bacaan, literatur atau buku pendukung yang memiliki kaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

4. Analisis Data

Data atau bahan yang diperoleh, baik data/ bahan hukum primer maupun

bahan hukum sekunder dapat diolah dan dianalisis secara kualitatif maupun

kuantitatif. Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif

adalah analisa kualitatif, yakni analisa data dengan cara menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih,

dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dab pemahaman hasil

analisis. Dengan kata lain bahwa analisis kualitatif adalah cara menganalisis data

yang bersumber dari bahan hukum berdasarkan kepada konsep, teori, peraturan

perundang-undangan, doktrin, prinsip hukum, pendapat pakar atau pandangan

peneliti sendiri.38

Selanjutnya, penulis menarik suatu kesimpulan dengan melihat faktor-

faktor yang nyata yang diakhiri dengan penarikan suatu kesimpulan yang juga

merupakan fakta dimana kedua fakta tersebut dijembatani dengan teori-teori.39

secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum

kepada hal-hal yang bersifat khusus. Dapat pula menggunakan metode preskriptif

yaitu metode analisis yang memberikan penilaian (justifikasi) tentang obyek yang

diteliti menurut hukum.40

38
Ishaq, Op.cit, hlm 69
39
Aslim Rasyad, ” Metode Ilmiah: Persiapan Bagi Peneliti”, UNRI Press, Pekanbaru, 2005, Hlm.
20.
40
M. Endriyo Susila et al, Buku Pedoman Penulisan Hukum, Yogyakarta: Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2007, Hlm. 40-41.
19

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan untuk rencana pembahasan dalam skripsi adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Masalah

c. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

d. Kerangka Teori

e. Kerangka Konseptual

f. Metode Penelitian

g. Sistematika Penulisan

h. Jadwal Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Pembiayaan

B. Jaminan Fidusia

C. Asas Itikad Baik

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Antara Pt. Toyota Astra

Financial Services Dengan Debitur Berdasarkan Asas Itikad

Baik

B. Upaya Debitur Terhadap Perjanjian Pembiayaan Tidak

Berdasarkan Itikad Baik


20

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini memakan waktu 6 (enam) bulan atau 180 (Seratus delapan

puluh) hari. Penelitian ini dimulai bulan Juli dan selesai bulan Januari tahun 2021.

Rencana kegiatan penelitian digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Bula
Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
N n
Kegiatan Agustus September November Desember Januari
o Juli-
-21 -21 -21 -21 -22
21
Penulisan
1
Proposal

Seminar
2
Proposal

Perbaikan
3
Proposal

Pengumpula
4
n Data

Pengolahan
5
Data

Seminar
6
Skripsi

Perbaikan
7
Skripsi

8 Penyerahan
21

Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Erwin, Muhamad. 2011. Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum. PT


Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Salim, 2008. Hukum Kontrak Teori dan teknik penyusunan Kontrak. Sinar
Grafika. Jakarta.

MR.O.K Brahn, 2001, Fidusia, Penggadaian Diam-Diam dan Retensi Milik


Menurut Hukum Yang Sekarang dan Yang Akan Datang, PT. Tatanusa, Jakarta,
hlm 3.

Abdoel Djamali.R, 2014, Pengantar Hukum Indonesia, PT Rajagrafindo Persada,


hlm 163,

Amalia Nanda, 2013, Hukum Perikatan, Unimal Press, Nanggroe Aceh


Darussalam, Hlm, 74.

Miru Ahmad, 2010,“Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,” PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm 2,

Yudha Hernoko Agus, 2010,”Hukum Perjanjian (Asas Personalitas Dalam


Kontrak Komersial)”, Prenada Media Grup, Hlm 55 ,

M. Wantu Frence, 2015, Pengantar Ilmu Hukum, Reviva Cendikia, Gorontalo,


Hal 25,
22

Peter Mahmud Marzuki, 2011, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketujuh,


Jakarta: Kencana, hlm. 57.

Ali Zainuddin, “Metode Penelitian Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, hal
25.

Aslim Rasyad, 2005,” Metode Ilmiah: Persiapan Bagi Peneliti,” UNRI Press,
Pekanbaru, Hlm. 20.

M. Endriyo Susila et al, 2007,”Buku Pedoman Penulisan Hukum”, Yogyakarta:


Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Hlm. 40-41.

Ishaq, 2017,“Metode Penelitian Hukum dan Penulisan” Skripsi, Tesis, serta


Disertasi,” Penerbit Alfabeta, CV, Bandung, hal 66

b. Jurnal/ karya ilmiah

Dwisvimiar Inge, 2011, “Keadilan Dalam Prespektif Filsafat Ilmu Hukum”,


Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol.
11, Hal. 528

Hendrawati Dewi, 2011. “Penerapan Kebebasan Berkontrak Dalam Pembuatan


Perjanjian Baku”. Jurnal hukum. Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro. Hal
411.

Aminah, 2020, “Pengaruh Pandemi Covid 19 Pada Pelaksanaan Perjanjian”,


Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Vol 7, , hlm 650.
23

Rusli Benni, “Penerapan Asas Itikad Baik dalam Perjanjian Pembiayaan


Konsumen”, Jurnal Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat, Vol 3,
2019

Pratiwi Saskia, 2021, Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Permohonan


Pendaftaran Merek Di Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Riau,
Pekanbaru Hal 13,

muji solikha noorzana, 2015 “asas itikad baik sebagai pembatas kebebasan
Berkontrak dalam perjanjian kredit bank”, Tesis, program pascasarjana fakultas
hukum Universitas islam indonesia, Yogyakarta, hlm 66.

c. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Perpres No 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

d. Internet

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.

Anda mungkin juga menyukai