Anda di halaman 1dari 3

Pokok permasalahan dari ontoerekeningsvatbaarheid

1. Apa itu ontoerekeningsvatbaarheid?

2. Perbedaan verstandelijke vermogens dan geestvermogens?

3. Apa itu pertumbuhan akal sehat yang tidak sempurna ?

4. Apa itu gangguan penyakit pada kemampuan akal sehat ?

5. Gradasi penyakit jiwa

6. Siapa yang berhak menilai pertumbuhan yang tidak sempurna?

7. Asas yang berlaku didalam ontoerekingsvatbaarheid ?

8. Metode yang digunakan dalam menentukan seseorang berpenyakit jiwa?

9. Apakah ontoerekeningsvatbaarheid digolongkan alasan pemaaf atau


sebagai alasan pembenar?

Catatan :

1. Insania Moralis = keadaan mana akal tetap sehat, tetapi jiwanya sakit

2. Kejiwaan diperiksanya oleh psikologi, kebatinan diperiksanya oleh psikatri

3. Ada perbuatan yang tidak dikhendaki (satochid 207), ada perbuatan yang
tidak diinsyafi
ONTOEREKENINGSVATBAARHEID

Salah satu asas yang berlaku didalam Kitab undang-undang hukum


pidana indonesia adalah asas imputatif, suatu asas pertanggung jawaban
dalam hukum pidana. asas mana yang dikenal bahwa seseorang dalam

Ketentuan awal yang meniadakan hukuman terdapat dalam pasal 37


sr padanannya pada pasal 44 KUHP yang merujuk pada ketidakmampuan
bertanggungjawab seorang pelaku terhadap perbuatan yang telah ia lakukan
(ontoerekeningsvatbaarheid). dilihat dari sudut pandang penyebabnya,
nampaknya ontoerekeningsvatbaarheid ini digolongkan pada sebab internal
dari keadaan si pelakunya yang dapat menghapuskan kesalahan pelaku .

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ontoerekeningsvatbaarheid ?

Dikatakan oleh Prof D.Simons, sebagai hal tidak dapat


dipertanggungjawabkan seseorang atas perbuatannya yang disebabkan
karena kemampuan jiwanya. Kemampuan jiwa ini dapat berbentuk pada akal
yang kurang sempurna atau penyakit yang menganggu akal. Keadaan akal
yang kurang sempurna ini berbentuk seperti kepandaian, kelemahan akal,
penyakit bisu akal, tuli yang dibawa lahir dan sebagainya, sedangkan
penyakit yang mengganggu akal dapar berupa penyakit gila, penyakit syaraf,
penyakit ayan, murun, dan penyakit penyakit jiwa yang lain.

Didalam rumusan pasal 37 Sr atau dalam pasal 44 KUHP, dikatakan :

Niet strafbaar is hij die een feit begaat, dat hem wegens de gebrekkige
ontwikkeling of ziekelijke storing van zijn verstandelijke vermogens niet kan
worden toegerekend.

Yang artinya :

Tidak dapat dipidana seseorang yang melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjwabkan padanya, disebabkan karena daya berpikirnya cacat
dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit.

Seperti itulah redaksional kalimat yang terdapat pada pasal 37 sr pada tahun
1886 pada waktu terbentuknya undang-undang, kemudian dirubah pada 28
mei 1925 setelah amandemen dari parlement belanda menjadi rumusan :

De rechter kan gelasten dat degene aan wie een strafbaar feit wegens
de gebrekkige ontwikkeling of ziekelijke stoornis van zijn
geestvermogens niet kan worden toegerekend, in een psychiatrisch
ziekenhuis zal worden geplaatst voor een termijn van een jaar, doch
alleen indien hij gevaarlijk is voor zichzelf, voor anderen, of voor de
algemene veiligheid van personen of goederen.

Hal yang perlu digaris bawahi disini adalah perkataan Verstandelijke


vermogens kini berganti dengan geestvermogens

Dikatakan didalam Pasal 37 Sr atau pada pasal 44 KUHP,

Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan


kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena
penyakit, tidak dipidana.

Anda mungkin juga menyukai