Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat ,Hidayah, serta Karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
Kajian MIPA yang berjudul “Analisa Energi Terbarukan Biodiesel Dan Inovasi Efisiensi
Produksi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian MIPA serta untuk menambah wawasan mengenai Energi Terbarukan Biodiesel bagi
teman-teman dan juga bagi kami sendiri sebagai pembuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar berbasis fosil
sebagai sumber energi. Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya mineral
menunjukkan bahwa dengan persediaan minyak mentah di Indonesia, yaitu 9 milyar
barrel, dan dengan laju produksi rata rata 500 juta barrel per tahun, persediaan tersebut
akan habis selama 18 tahun. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi
dan memenuhi persyaratan lingkungan global, maka dikembangkan bahan bakar
alternatif ramah lingkungan yang bersifat energi terbarukan.
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari "proses alam yang
berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas
bumi. Sumber energi terbarukan membuat perbedaan sebagai solusi yang menjanjikan
produksi energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia memiliki potensi
sumber energi terbarukan dalam jumlah besar. Hal ini diterapkan pada pemanfaatan
energi terbarukan salah satunya Biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan ramah lingkungan, yang terbuat dari
minyak nabati. Secara kimia biodiesel termasuk dalam golongan mono alkyl ester atau
metyl ester dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 20, sedangkan petroleum
diesel (solar) mempunyai komponen utama adalah hidrokarbon. Karena mempunyai
sifat kimia dan fisika yang serupa dengan solar maka biodiesel dapat digunakan
langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan solar tanpa perlu memodifikasi
mesin.
Mengembangkan biodiesel adalah sangat penting bagi Indonesia karena
berbagai alasan termasuk melimpahnya ketersediaan bahan baku; bahan bakar alternatif
terbarukan untuk memperkuat ketahanan energi negara dan merupakan solusi untuk
meningkatkan kualitas udara lokal di beberapa negara kota besar di indonesia. Biodiesel
menawarkan alternatif jangka pendek yang realistis untuk pengganti bahan bakar fosil,
dan ini juga akan menjadi tambahan emisi yang diperlukan teknologi gratis untuk masa
depan. Pada tahun 2020 Indonesia terus mengembangkan biodiesel oleh PT Pertamina
yang dimandatori B40 yang ditargetkan akan rampung uji coba pada kuartal I 2021
mendatang.
4
Biodiesel digadang gadang sebagai inovasi yang akan dikembangkan secara
pesat di Indonesia, fakta menujukkan bahwa Indonesia melampaui China dalam
pengembangan Biodiesel. Namun biodiesel tidak lepas dari dampak terhadap
lingkungan yang ditimbulkan mulai dari limbha produksi hingga emisi karbon yang
ditimbulkan. Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan
sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya
dibandingkan dengan sumber BBN lainnya. Proses produksi biodiesel kelapa sawit
berpotensi mencemari lingkungan akibat dari keluaran limbah padat (tandan buah
kosong, serat, cangkang buah dan abu bakar) dan limbah cair kelapa sawit (palm oil
mill effluent/POME). Makalah ini menganalisis pemanfaatan energi terbarukan
biodiesel.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketersediaan bahan bakar fosil masa sekarang ?
2. Bagaimana pemanfaatan energi terbarukan Biodiesel dan keunggulannya?
3. Inovasi apa saja yang mendukung efisiensi produksi Biodisel?
C. Tujuan
1. Mengetahui ketersediaan bahan bakar fosil masa sekarang.
2. Mengetahui pemanfaatan energi terbarukan biodiesel dan keunggulannya.
3. Mengetahui inovasi yang mendukung efisiensi produksi biodisel.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Energi Terbarukan Biodiesel Dan Keunggulannya
Akhir tahun 2004 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah
mencapai 5,3 juta hektare (ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm
oil/CPO) sebesar 11 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus berlanjut
dan diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO
terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton per tahun. Salah satu produk
hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah biodiesel yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk mesin diesel.
Biodiesel secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak
tanaman dan lemak hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan lemak hewan serta
turunannya mempunyai kemungkinan sebagai pengganti bahan bakar diesel (Srivastava
dan Prasad, 2000).
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan ramah lingkungan, yang terbuat dari
minyak nabati. Secara kimia biodiesel termasuk dalam golongan mono alkyl ester atau
metyl ester dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 20, sedangkan petroleum
diesel (solar) mempunyai komponen utama adalah hidrokarbon. Karena mempunyai
sifat kimia dan fisika yang serupa dengan solar maka biodiesel dapat digunakan
langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan solar tanpa perlu memodifikasi
mesin.
Biodiesel memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar sehingga dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermesin diesel. Dibanding
bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan, yaitu: (i) biodiesel
diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui, (ii) memiliki bilangan
cetane yang tinggi, (iii) ramah lingkungan karena biodiesel tidak mengandung sulfur
sehingga tidak ada emisi SOx, (iv) aman dalam penyimpanan dan transportasi karena
tidak mengandung racun. Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar
yang relatif tinggi, (v) meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia, (vi)
memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah sehingga bisa diproduksi di
pedesaan, (vii) menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan (viii)
biodegradabel: jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dibandingkan minyak
mineral (Susilo, 2006, Georgogianni dkk, 2007).
7
Biodiesel digadang gadang sebagai inovasi yang akan dikembangkan secara
pesat di Indonesia, fakta menujukkan bahwa Indonesia melampaui China dalam
pengembangan Biodiesel. Namun biodiesel tidak lepas dari dampak terhadap
lingkungan yang ditimbulkan mulai dari limbha produksi hingga emisi karbon yang
ditimbulkan. Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan
sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya
dibandingkan dengan sumber BBN lainnya.
8
Gambar 1.Mekanisme transesterifikasi minyak nabati dengan katalis basa.
Keseluruhan proses merupakan suatu rangkaian tiga urutan reaksi dan
merupakan reaksi reversibel, dimana di- dan monogliserida dihasilkan sebagai
intermediate. Tahap pertama (Persamaan 1) adalah reaksi antara basa dengan alkohol
menghasilkan alkoksida dan katalis terprotonasi. Serangan nukleofilik dari alkoksida
pada gugus karbonil dari trigliserida menghasilkan sebuah intermediet (Persamaan 2),
alkil ester dan anion trigliserida terbentuk (Persamaan 3). Pada tahap akhir akan terjadi
deprotonasi dari katalis, yang selanjutnya menghasilkan katalis aktif yang baru
(Persamaan 4), katalis tersebut bereaksi kembali dengan molekul alkohol lainnya,
sampai terbentuk monogliserida dan mengalami reaksi yang sama hingga menghasilkan
alkil ester dan gliserol (Schuchardt dkk, 1998).
a. Penggunaan Gelombang Ultrasonik
Penggunaan gelombang ultrasonik memberikan pengaruh positif untuk
menaikkan produk metil ester pada mekanisme transesterifikasi minyak nabati.
Pencampuran dengan menggunakan ultrasonik lebih baik dibanding-kan dengan
menggunakan pengadukan karena adanya efek kavitasi (Mahamuni dan Adewuyi,
2009; Deshmane dkk, 2009; Santos dkk, 2009). Kecepatan reaksi meningkat karena
efek kavitasi, termal, dan mekanik yang dihasilkan gelombang ultrasonik yang
memberikan energi yang sangat besar. Peningkatan laju reaksi akan menghasilkan
konversi pembentukan biodiesel yang lebih tinggi dan proses berlangsung lebih
cepat dibandingkan dengan proses tanpa penggunaan ultrasonik. Efek termal
merupakan absorpsi energi gelombang ultrasonik yang menyebabkan suhu medium
meningkat. Besar absorpsi energi gelombang ultrasonik ini tergantung pada
viskositas, massa jenis, dan impedansi medium, serta frekuensi gelombang yang
diberikan.
Gelombang ultrasonik yang melalui medium juga mengalami pengurangan
energi, karena sebagian energinya diabsorpsi oleh medium akibatnya suhu medium
meningkat (Sabbagha, 1980). Kavitasi adalah salah satu efek akibat adanya
gelombang ultrasonik di dalam cairan. Jika pada cairan diradiasikan gelombang
ultrasonik maka tekanan cairan tersebut akan bertambah pada saat gelombang
ultrasonik mempunyai amplitudo positif dan akan berkurang pada saat amplitudo
negatif. Akibat perubahan tekanan ini maka gelembung-gelembung gas yang
biasanya ada dalam cairan akan terkompresi pada saat tekanan cairan naik dan
terekspansi pada saat tekanan turun. Bila amplitudo gelombang ultrasonik cukup
9
besar maka gelembung tersebut akan pecah pada saat kompresi, yaitu pada saat
tekanan di luar gelembung besar untuk memecahkan gelembung yang sebelumnya
sudah berukuran maksimum (mengembang saat ekspansi). Pecahnya gelembung ini
akan menghasilkan gelombang kejut (shock waves) karena terjadi pada tekanan
yang besar (Trisnobudi, 2001).
Efek mekanik terjadi akibat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam
medium yang mengakibatkan adanya getaran partikel di dalam medium itu. Getaran
ini terjadi pada semua intensitas, sehingga dapat menyebabkan efek mekanik
terhadap partikel di dalam medium. Efek mekanik ini dapat menimbulkan
percepatan partikel (Sabbagha, 1980).
10
terdiri dari 90-95% air, 0,6-0,7% minyak dan 4-5% padatan terlarut(10). POME
berasal dari 3 proses dalam produksi CPO yaitu proses sterilisasi tandan segar yang
menghasilkan air kondensat (18%), dari sentrifuge sludge (74,5%) dan dari
pencucian hidrosiklon (30%)(4,7). Volume total POME yang dihasilkan dalam
proses produksi CPO atau biodiesel bervariasi jumlahnya tergantung pada beberapa
hal, seperti jenis metode sterilisasi, umur dan jenis tanaman, kondisi tandan buah
segar dan variasi musim.
Volume limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit sangat besar. Data
perkiraan total limbah cair yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit dengan
kapasitas 60 ton/jam dengan masa kerja 16 jam/hari adalah 643,2 m3/hari. Volume
limbah sebanyak ini harus diolah sebelum dibuang ke sungai. Kualitas dari limbah
POME menunjukkan nilai yang masih jauh dari standar baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah (Tabel 1)
11
pengelolaan limbah POME menghasilkan dua keuntungan bagi industri kelapa
sawit, yaitu keuntungan berupa tambahan energi dan partisipasi dalam pengurangan
emisi gas rumah kaca.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
sekarang perlu ditinjau ulang dan melewati uji sehingga siap digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arif Dwi Santoso,dkk. 2017. Eneegi Terbarukan dan Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
dari Palm Oil Mill Effluent. Jurnal Teknologi Lingkungan. Diunduh dari
ejournal2.bppt.go.id pada 18 Desember 2020.
CB Herman Edyanto. 2013. Emisi Karbon sebagai Dasar Implementasi Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau di DKI Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Diunduh dari
ejournal.bppt.go.id pada 18 Desember 2020.
Deshmane, V. G., Gogate, P. R., dan Pandit, A. B., 2009. Ultrasound-Assisted Synthesis of
Biodiesel from Palm Fatty Acid Distilate, Ind. Eng. Chem. Res. 48, 7923-7927.
Jose, A. C., Ernesto, E. B., dan Alape, F., 2005. Biodiesel from Alkaline Transesterification
Reaction of Soybean Oil Ultrasonic Mixing, JAOCS, 82 (7), 525-530.
Lebunu Hewage, et.al. 2019. A Scientometeic Review. Global Research On Carbon Emission.
Diunduh dari www.researchgate.net pada 17 Desember 2020.
Ma, F., dan Hanna, M.A., 1999. Biodiesel Production: A Review, Bioresource Technology,
70, 1-15.
Martin Dajmin dan Soni S. Wirawan. 2010. Pengaruh Komposisi Biodiesel Terhadap Kinerja
Mesin dan Emisi Gas Buang. Jurnal Teknologi Lingkungan. Diunduh dari
ejournal.bppt.go.id pada 18 Desember 2020.
Pramanik, K., 2003. Properties and Use of Jatropha curcas Oil and diesel Fuel Blends in
Compression Ignition Engine, Renewable Energy, 28, 239-248.
Sabbagha R. E., 1980. Diagnostic Ultrasound Applied to Obstetrics and Gynecology, Haper &
Row, London, pp 19-31.
Santos, F. F. P., Matos, L. J. B. L., Rodrigues, S., dan Fernandes, F. A. N., 2009. Optimization
of the Production of Methyl Esters from Soybean Waste Oil Applying Ultrasound
Technology, Energy & Fuels, 23, 4116-4120.
Schuchardt, U., Serchui, R. dan Vargas, R. M., 1998. Transesterification of Vegetables Oil, J.
Braz. Chem. Soc., 199-210.
Sirvastava, A. dan Prasad, R., 2000. Triglycerides Based Biodiesel Fuels, Renewable
Sustainable Energy, 4, 111-133.
15
Sri Kembaryanti Putri, dkk. 2012. Studi Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa
(Coconut Oil) dengan Bantuan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Proses.
Diunduh dari journal.ugm.ac.id pada 18 Desember 2020.
Susilo, B., 2006. Biodiesel sumber Energi Alternatif Pengganti Solar yang terbuat dari
Ekstraksi Minyak jarak Pagar, Trubus Agrisarana, Surabaya.
Trisnobudi, A., 2001. Aplikasi Ultrasonik,, Departemen Teknik Fisika, Bandung: Intitut
Teknologi Bandung.
16