Anda di halaman 1dari 16

BAB 5.

TURBIN AIR

5.1. Pendahuluan
Turbin secara umum dapat diartikan sebagai mesin penggerak mula dimana
energi fluida kerja yang digunakan langsung memutar roda turbin, fluida kerjanya
dapat berupa air, uap air dan gas. Dengan demikian turbin air dapat diartikan sebagai
suatu mesin penggerak mula yang fluida kerjanya adalah air.
Kalau ditinjau dari daya yang dihasilkan turbin air, maka dikenal istilah
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) yang maksudnya adalah turbin
air yang dapat menghasilkan daya kurang dari 100 kW dan sumber airnya relatif
kecil.
Secara umum prinsip kerja dari turbin air ini adalah aliran air di dalam pipa
pesat yang mengandung energi diarahkan ke roda turbin melalui nozzle, kemudian
energi yang di dalam air ini pada roda turbin di ubah bentuknya menjadi energi
mekanik berupa putaran. Putaran roda turbin inilah yang dimanfaatkan untuk
menggerakkan suatu beban, salah satu contohnya adalah untuk menggerakkan
generator pembangkit listrik.
Konstruksi dasar dari turbin air terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan
stator. Rotor adalah bagian–bagian dari turbin yang bergerak atau berputar seperti
roda turbin (runner), poros, kopling, roda gaya, puly dan bagian–bagian dari turbin
yang diam seperti saluran masuk (pipa pesat), rumah–rumah, sudu antar, sudu
pengarah (nozzle), saluran buang dan lain–lain. (wiranto, 1997 :1).

Gambar 5. 1. Turbin air poros vertikal.

1
5.2. Prinsip Kerja Turbin Air
Pada roda turbin terdapat sudu yaitu suatu konstruksi lempengan dengan
bentuk dan penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruang
diantara sudu tersebut, dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada
sudu akan ada suatu gaya yang bekerja.
Gaya tersebut akan terjadi karena ada perubahan momentum dari fluida kerja
air yang mengalir diantara sudunya. Sudu hendaknya dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat terjadi perubahan momentum pada fluida kerja air tersebut.
(wiranto,1997:4).

Gambar 5. 2. Roda Turbin

5.3 Klasifikasi Turbin Air


Turbin air juga dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu dipandang dari
segi pengubahan momentum fluida kerjanya:
1. Turbin impuls
Turbin impuls disebut juga dengan turbin air tekanan sama karena
tekanan air yang keluar dari nozel tekanannya sama dengan tekanan atmosfir
sekitarnya. Sehingga energi tempat dan energi tekanan yang dimiliki oleh
aliran air dirubah semuanya menjadi energi kecepatan. Contoh dari turbin
impuls ini adalah turbin pelton, turbin crossflow dan lain–lain. (Fritz Dietzel,
1988 : 18)

2
Gambar 5.3 Instalasi Turbin Impuls
a. Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu
set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu
atau lebih alat yang disebut nozzle. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis
turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok
digunakan untuk head tinggi.

Gambar 5.4. Turbin Pelton dengan Banyak Nozzle

3
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu
dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah–tengah
sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa
membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-
gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan
airnya dibagi lewat beberapa nozzle. Dengan demikian diameter pancaran air
bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil.
Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih
kurang 150 m tetapi untuk skala mikro head 20 m sudah mencukupi.
b. Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin
pelton turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda.
Pancaran air dari nozzle membentur sudu pada sudut 20 o. Kecepatan putar
turbin turgo lebih besar dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi
langsung dari turbin ke generator sehingga menaikkan efisiensi total
sekaligus menurunkan biaya perawatan.

Gambar 5.5.Sudu turbin Turgo dan nozzle


c. Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin
Osberger yang merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow.

4
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m3/sec
dan head antara 1 s/d 200 m.

Gambar 5.6. Instalasi Turbin Crossflow


Turbin crossflow menggunakan nozzle persegi panjang yang lebarnya
sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu
sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air
mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah
dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat
dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel.

Gambar 5.7. Runner Turbin Crossflow


Turbin crossflow baik sekali digunakan untuk pusat tenaga air yang
kecil dengan daya kurang dari 750 kW. Pembuatan dan pemasangan
konstruksi sangat sederhana, dan biaya pembuatan murah.

5
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan
air sebelum masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar
roda turbin. Secara umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk
keroda turbin mempunyai energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian
untuk menggerakkan roda turbin dan sebagian lagi dipergunakan untuk
mengeluarkan air kesaluran pembuangan. Jenis turbin reaksi yang sering
digunakan antara lain, turbin francis, turbin propeler atau kaplan. (Fritz
Dietzel, 1988:17)

Gambar 5.8. Instalasi Turbin Reaksi


a. Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang
diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah
di bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu
pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada
turbin francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu

6
pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai
kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan
pilihan yang tepat.

Gambar 5.9. Runner Turbin Francis

Keterangan gambar :
1. Generator Rotor
2. Generator Stator
3. Turbine Shaft
4. Runner
5. Turbine Head Cover
6. Stay Ring Discharge Ring
7. Supporting Cone
8. Guide Vane
9. Operating Ring
10. Guide Vane Servomotor
11. Lower Guide Bearing
12. Thrust Bearing
13. Upper Guide Bearing
14. Spiral Case
15. Draft Tube Cone

Gambar 5.10. Turbin Francis

7
b. Turbin Kaplan & Propeller
Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial.
Turbin ini tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut
biasanya mempunyai tiga hingga enam sudu.

Gambar 4.11. Runner Turbin Kaplan

C. Energi Potensial dalam Aliran Zat Cair


Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.
Energi tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan tapi hanya dapat dirubah.
Begitu juga dengan air yang mengalir dari ketinggian tertentu, dimana aliran
tersebut mengandung energi yang dapat dimanfaatkan untuk memutar roda
turbin. (Fritz Dietzel, 1988:3)
Menurut Bernoulli apabila air dialirkan dalam pipa dari ketinggian
tertentu dan selisih ketinggian antara permukaan atas dan bawah adalah z dan
tidak terdapat energi yang masuk atau keluar, maka besar energi yang dikandung
oleh air tersebut adalah :

W = Energi Tempat + Energi Tekanan + Energi Kecepatan

(1)

Dimana : W = Energi yang dikandung air (Nm)


m = Massa zat cair (kg)
g = Grafitasi bumi (m/s2)

8
z = Ketinggian suatu tempat yang dipakai sebagai standar (m)
P = Tekanan (N/m2)
= Massa jenis zat cair (kg/m3)
c = Kecepatan aliran zat cair (m/s)
(Fritz Dietzel, 1988:4)

D. Dasar–Dasar Perencanaan Turbin


Dalam merencanakan sebuah turbin air, ada beberapa hal mendasar yang
perlu diketahui, sehingga dengan didapatnya harga–harga ini barulah
perencanaan konstruksi turbin air bisa dilakukan.
1. Daya Turbin
Dengan adanya gaya tangensial yang bekerja pada runner turbin,
maka runner turbin akan mengalami momen puntir. Apabila ditinjau dari
kapasitas dan tinggi jatuh air, daya turbin yang direncanakan dapat
ditentukan dengan persamaan ;

P= g Q He (2)

Dimana: P = Daya turbin (W)


= Massa jenis air ( kg/m3)
g = Percepatan grafitasi (m/s2)
Q = Debit aliran air (m3/s)
He = Tinggi jatuh air efektif (m)
= Effisiensi turbin. Untuk turbin air harga effisiensi
berkisar antara 84% - 94%. ( wiranto, 1997:1)

2. Debit Air
Debit air merupakan hal yang sangat menentukan dalam
perencanaan turbin air, karena daya yang dihasilkan oleh turbin sangat
tergantung pada debit air yang tersedia. Menurut persamaan kontinuitas
debit air yang mengalir dalam pipa bertekanan dapat ditentukan dengan
persamaan:

9
Q = V. A (3)

Dimana Q = Debit air (m3/s)


V = Kecepatan aliran air (m/s)
A = Luas penampang pipa (m2)
(Suryono,1991:1)

3. Kecepatan Spesifik
Kecepatan spesifik dapat didefinisikan sebagai jumlah putaran roda
turbin dimana dapat dihasilkan daya 1 Hp untuk setiap jatuh air 1 ft.
(wiranto,1997:67). Dalam bentuk persamaan kecepatan spesifik dapat
dirumuskan sebagai :

(4)

Dimana : Q = Debit air yang dibutuhkan (m3/s)


He = tinggi jatuh air effektif (m)
n1 = Kecepatan putaran turbin (rpm)
(Fritz Dietzel,1988,20)
Harga dari kecepatan putaran turbin (n1) biasanya berkisar antara
125–750 rpm (wiranto,1997:68)

4. Tinggi Jatuh Air


Ada dua macam tinggi jatuh air pada suatu instalasi pembangkit
listrik yaitu : tinggi jatuh air aktual dan tinggi jatuh air efektif. Untuk jenis
turbin air tekanan sama tinggi jatuh air aktualnya dihitung dari permukaan
air di kolam penampung sampai ke tengah–tengah pancaran air dari nozzle.
Sedangkan untuk jenis air tekanan lebih tinggi jatuh air aktual dihitung dari
permukaan air di kolam penampung sampai ke permukaan air bawah.

10
Gambar 4.12. Tinggi Jatuh Air Aktual untuk turbin tekanan sama
TPA (Tinggi Permukaan Air Atas)
TPB (Tinngi Permukaan air Bawah)

Gambar 1.13 Tinggi jatuh air aktual untuk turbin tekanan lebih

Yang dimaksud dengan tinggi jatuh air efektif adalah tinggi jatuh air
aktual dikurangi total kerugian energi (Head losses) disepanjang saluran.
dapat dinyatakan :

He = Ha - Hl (5)

Dimana: He = Tinggi jatuh air efektif (m)


Ha = Tinggi jatuh air aktual (m)
Hl = Head losses (m)

11
Kerugian energi (head losses) yang terjadi di dalam pipa dapat di
kelompokkan atas dua bagian :
1. Kerugian terjadi sebagai akibat dari gesekan air disepanjang pipa (Head
losses mayor), menurut Strickler kerugian ini dapat dihitung dengan
persamaan ;

Hlf = (6)

Dimana : Hlf = Head losses mayor (m)


Q = Debit air (m3/s)
k = Angka gesek Strickler
D = Diameter dalam pipa (m)
(Suryono, 1991:34)

Tabel 1. Angka Gesek Stricker

(Sumber : Suryono, 1991 :39)

Secara empiris head losses mayor ini dapat dicari dengan persamaan:
Hazen – Williams :

12
Hlf = (7)

Dimana : Q = Debit air (m3/s)


D = Diameter dalam pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien kekasaran
(Sularso,1987 :31)

Tabel 2. Angka koefisien (C) Hazen – Wiliams


No Bahan Pipa C
1 Beton (tidak terpengaruh oleh umur) 130
2 Besi Tuang
Baru 130
Umur 5 Tahun 120
Umur 20 Tahun 100
3 Baja Las, Baru, Papan Kayu (tidak terpengaruh oleh 120
4 umur) 110
5 Lempung, Baja Keling, baru 100
6 Gorong – gorong Beton 140
Semen asbes
(Sumber : Ray K. Linsley,1985: 270)

2. Kerugian yang terjadi diawal pipa, belokan pipa, perubahan penampang, dan
lain – lain (Head losses minor). Kerugian ini dapat dinyatakan dengan
persamaan ;

Hlm = (8)

Dimana: Hlm = Head losses minor (m)


V = Kecepatan air dalam pipa (m/s)

13
= Total koefisien kerugian
(Suryono,1991:40)

Gambar 4.14. Koefisien kerugian di ujung masuk pipa)


(i) f = 0.5
(ii) f = 0.25
(iii) f = 0.06 (untuk r kecil) sampai 0.005 (untuk r besar)
(iv) f = 0.56
(v) f = 3.0 (untuk sudut tajam) sampai 1.3 (untuk sudut 450)
(vi) f = f1 + 0.3 cos θ+ 0.2 cos2 θ

Gambar 4.15. Koefisien kerugian pada belokan pipa


(Sumber: Suryono, 1991 :41)

E. Pemilihan Jenis Turbin


Jenis turbin yang digunakan sangat tergantung dari besarnya debit air (Q)
dan tinggi jatuh air yang tersedia, besarnya harga dari debit dan tinggi jatuh air
ini didapat dari hasil survey ke lapangan. Secara teoritis dalam perencanaan

14
pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kecepatan spesifik (ns) dan tinggi
jatuh air efektif (He).
1. Pemilihan berdasarkan kecepatan spesifik
Kecepatan spesifik adalah kecepatan turbin dimana dapat
menghasilkandaya sebesar satu satuan untuk setiap tinggi satu satuan
panjang. kecepatan spesifik dari suatu turbin dapat diketahui dengan
mempergunakan persamaan (1.8) dan kondisi yang diketahui.
Setelah dihitung atau didapatkan nilai ns dengan mempergunakan
persamaan (1.8), maka dapat dipilih jenis turbin dengan menggunakan tabel
di bawah ini :
Tabel 3.: Pemilihan jenis turbin berdasarkan kecepatan spesifik
No Kecepatan spesifik (rpm) Type / Jenis turbin
1 10 sampai 35 Turbin Pelton dengan Nozzel tunggal
2 35 sampai 60 Turbin Pelton dengan dua Nozzel atau
3 60 samapi 300 lebih
4 300 sampai 1000 Turbin Francis
Turbin Kaplan
(Sumber : R.S. Khurmi, 1982 : 616)

Gambar 4.16. Turbin Application Chart


2. Pemilihan berdasarkan tinggi jatuh air
Pemilihan dengan berdasarkan tinggi jatuh air diperoleh, maka dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Pemilihan jenis turbin berdasarkan tinggi jatuh air

15
No Tinggi jatuh air / head (m) Type / Jenis Turbin
1 0 sampai 25 Kaplan atau Francis
(lebih cocok Kaplan)
2 25 sampai 50 Kaplan atau Francis
(lebih cocok francis)
3 50 sampai 150 Francis
4 150 sampai 250 Francis atau pelton
(lebih cocok francis)
5 250 sampai 300 Francis atau pelton
(lebih cocok pelton)
6 Di atas 300 Pelton

16

Anda mungkin juga menyukai