Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PROSEDUR KEAMANAN DAN


KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Manajemen Laboratorium
DosenPengampu:Putri
DosenPengampu: Rahadian Dyah Kusumawati, M.Pd

Disusun oleh:
1. Fida Raikhani Anggraeni (2319111)
2. Mita Isfaul Janah (2319129)
3. Farhan Navis (2319133)
4. Sinta Amalia (2319135)
5. Safa Sabila (2319146)
6. Shafira Mutiara Dewi (2319170)
7. Vina Fitriana (2319177)
8. Muhammad Ridwan (2319179)
9. Tri Nur Aini (2319191)
10. Nailal Khasanah (2319192)

Kelas: B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
tugas makalah kelompok dalam mata kuliah Manajemen Laboratorium yang
berjudul “Prosedur Keamanan Dan Keselamatan Kerja Laboratorium”. Makalah
ini membahas tentang prosedur keamanan dalam laboratorium fisika, kimia, dan
biologi, prosedur keselamatan selama bekerja dalam laboratorium.
Pada kesempatan kali ini, pemakalah mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Putri Rahadian Dyah Kusumawati, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Laboratorium yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam
penyusunan makalah ini, selanjutnya kami selaku penulis mohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi dalam
penulisan selanjutnya.

Pekalongan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................2
A. Prosedur Keamanan dalam Laboratorium Fisika ..........................................2
B. Prosedur Keamanan dalam Laboratorium Kimia ..........................................8
C. Prosedur Keamanan dalam Laboratorium Biologi ........................................17
D. Prosedur Keselamatan Selama Bekerja dalam Laboratorium ........................19
BAB III PENUTUP ..........................................................................................22
A. Kesimpulan ..................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Laboratorium adalah tempat untuk melakukan percobaan maupun
pelatihan dengan budaya keselamatan dan keamanan yang perlu didorong,
menjadikan lingkungan yang aman untuk mengajar, belajar, dan bekerja.
Pengelolaan keselamatan dan kemanan kerja laboratorium merupakan
tanggung jawab bersama antara pengelola dan pengguna, dan keselamatan
harus menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat
harus sadar dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan
mengupayakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar
laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sementara itu,
upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah
kecelakaan kerja dan penanganannya setiap saat. Guru dan siswa merupakan
salah satu pengguna fasilitas laboratorium yang perlu memiliki pemahaman
yang baik tentang prosedur keamanan dan keselamatan kerja laboratorium.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimana prosedur keamanan dalam laboratorium fisika?
2. Bagaimana prosedur keamanan dalam laboratorium kimia?
3. Bagaimana prosedur keamanan dalam laboratorium biologi?
4. Bagaimana prosedur keselamatan kerja dalam laboratorium?
C. TujuanPenulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prosedur keamanan dalam
laboratorium fisika dengan baik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prosedur keamanan dalam
laboratorium kimia dengan baik.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prosedur keamanan dalam
laboratorium biologi dengan baik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prosedur keselamatann selama
bekerja dalam laboratorium dengan baik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Keamanan dalam Laboratorium Fisika


Untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengamatan yang dilakukan
di lapangan, sebaiknya pengamat mempersiapkan diri dengan melakukan hal-
hal berikut:
1) Kondisi tubuh dan pakaian dalam keadaan rapi (misalnya, rambut diikat
apabila panjang dan gunakan jas lab).
2) Memakai sepatu dan pakaian tertutup selama melakukan pengamatan.
3) Bacalah petunjuk praktikum dengan baik sebelum melakukan praktikum.
4) Jika percobaan melibatkan arus listrik, berhati-hatilah dalam memilih
sumber listrik (AC/DC), ikuti petunjuk dalam prosedur percobaan.
5) Gunakan zat dengan jumlah yang sesuai dengan petunjuk praktikum.
6) Jangan mencicipi zat kimia dalam bentuk apapun sebelum kamu yakin
akan keamanannya.
7) Segera bersihkan zat-zat yang tumpah selama percobaan (laporkan kepada
petugas laboratorium).
8) Segera bersihkan anggota tubuh yang terkena bahan kimia, dan biasakan
mencuci tangan setelah melakukan percobaan.
9) Jangan menghirup bau zat-zat kimia secara langsung. Uji bau zat-zat kimia
harus dilakukan secara hati-hati dengan mengibasngibaskan tangan dari
zat ke arah hidung dalam jarak sekitar 20 cm.
10) Jangan menyentuh bahan kimia secara langsung. Gunakan sendok khusus
untuk mengambilnya.
11) Membawa obat-obatan sesuai dengan tempat yang menjadi lokasi
pengamatan. Misalnya, jika tempatnya berdekatan dengan sumber sulfur,
sebaiknya pengamat membawa obat anti racun.
Keselamatan kerja di laboratorium adalah menyangkut keselamatan
orang yang melakukan kegiatan di laboratorium dan keselamatan alat-alat
laboratorium yang digunakannya. Keselamatan kerja di laboratorium perlu

2
diperhatikan dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi orang
yang melakukan kegiatan atau perkerjaan di laboratorium dan mencegah
terjadinya kerusakan alat laboratorium yang digunakannya.1
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kesalahan cara dan
prosedur melakukan pekerjaan, maka perlu diadakan tata tertib laboratorium
dan pedoman kegiatan laboratorium yang jelas, sedangkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan alat-alat laboratorium akibat kesalahan pengoperasian
alat-alat maka manual penggunaan alat dan penuntun percobaan, harus selalu
tersedia bagi setiap yang akan menggunakan alat-alat itu. Akan tetapi,
walaupun segala upaya telah dilakukan, kecelakaan kerja dan kerusakan alat
tetap bisa terjadi. Untuk mengatasi kecelakan kerja dan kerusakan alat yang
terjadi maka diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.
a. Tata tertib laboratorium
Tata tertib laboratorium dapat dibedakan tata tertib umum dan tata
tertib khusus. Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua
orang yang bekerja di laboratorium baik itu siswa, guru ataupun pegawai
lain yang memasuki laboratorium. Tata tertib khusus adalah tata tertib
yang berhubungan dengan prosedur kerja dan berlaku di kalangan tertentu
misalnya para guru atau pimpinan sekolah, tidak perlu diketahui oleh
siswa. Yang perlu diatur dan dikemukakan dalam tata tertib umum adalah
hal-hal yang berhubungan dengan :
 Disiplin waktu melaksanakan dan mengikuti kegiatan di laboratorium.
 Cara berpakaian untuk bekerja di laboratorium.
 Cara bertutur kata, dan berperilaku di dalam laboratorium.
 Barang bawaan yang boleh dan yang tidak boleh dibawa ke dalam dan
keluar laboratorium.
 Prosedur peminjaman, pemakaian dan pengembalian alat-alat
laboratorium.
 Keselamatan kerja dan keselamatan alat-alat laboratorium.

1
Hurd, D, Silver, M & Bavher, A.B. Fundamental Science, (Massachusetts: Prentice Hall,
1993).

3
 Pemeliharaan keamaan, kebersihan dan kenyamanan laboratorium.
b. Pedoman kegiatan
Pedoman kegiatan laboratorium adalah petunjuk teknis perencanaan,
palaksanaan dan evaluasi serta monitoring kegiatan laboratorium.
Kegiatan laboratorium yang dimaksud dapat berupa kegiatan rutin seperti
kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan non rutin seperti perlombaan
karya ilmiah, perlombaan kreativitas siswa dan guru dalam bidang fisika,
pameran dan sebagainya. Pedoman kegiatan laboratorium ini ditujukan
kepada mereka yang akan melaksanakan kegiatan laboratorium.2
Pedoman kegiatan laboratorium ini berisi antara lain :
 Informasi dan penjelasan tentang organisasi laboratorium.
 Prosedur kerja dan tata tertib laboratorium.
 Berbagai peluang dan kendala yang dimiliki laboratorium.
 Rencana kerja dan jadwal kegiatan rutin laboratorium.
 Jadwal kosong laboratorium yang dapat digunakan untuk
melaksanakan kegiatan laboratorium non rutin.
 Petunjuk teknis pengorganisasian kegiatan laboratorium
 Petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dipenuhi, serta pembagian
tugas dan tanggung jawab perencanaan pelaksanaan dan evaluasi serta
monitoring kegiatan laboratorium yang akan dilaksanakan.
c. Manual pengunaan alat
Buku manual alat atau biasa disebut secara singkat sebagai manual
alat adalah buku atau lembaran kertas yang berisi informasi mengenai
spesifikasi alat, fungsi alat, teknik pengoperasian dan cara
menggunakannya.
 Manual alat diterima bersamaan dengan penerimaan alat yang dibeli
atau dipesan atau dikirim.
 Alat-alat yang berasal dari luar negeri, manualnya biasa ditulis dalam
bahasa inggris atau bahkan ada yang ditulis dengan huruf kanji.

2
Chiappetta, E. L. & Koballa, R.T. Science Instruction in the Middle and Secondary
School. (Toronto: Maxwell Macmillan Canada, 2010), hlm. 218.

4
 Apapun bentuk dan isinya, manual alat harus selalu ada selama alat
yang bersangkutan itu ada dan masih berfungsi.
 Ketika alat baru diterima, manualnya harus segera difotocopy, manual
aslinya disimpan atau diamankan dan yang kemudian digunakan
adalah fotocopynya.
 Manual alat pertama kali digunakan oleh penerima alat untuk
memeriksa kelengkapan alat yang diterima bersamanya.
 Manual alat kemudian digunakan untuk memeriksa keberfungsian alat
yang baru diterima. Selanjutnya manual ini dipelajari dan digunakan
oleh setiap pengguna alat.
 Manual alat yang ditulis dalam bahasa inggris bahkan ada yang ditulis
dengan huruf kanji hendaknya dibuat versi bahasa indonesianya agar
setiap pengguna alat dapat memahaminya.
 Jika manual alat yang asli dianggap kurang jelas, kurang rinci atau
kurang operasional, maka lebih baik di buat manual penggunaan yang
dianggap akan lebih mempermudah orang dalam menggunakan alat
yang bersangkutan.
d. Penuntun percobaan
Kegiatan percobaan dapat dilakukan oleh siswa sebagai peserta
pembelajaran, maupun oleh guru sebagai pengajar baik ketika ia
mempelajari sendiri maupun ketika memperagakan atau
mendemonstrasikan alat percobaan. Agar kegiatan percobaan berjalan
dengan baik dan mencapai tujuan percobaan dan tujuan pembelajarannnya,
diperlukan penuntun percobaan yang disusun sesuai dengan tujuan
percobaan dan tujuan pembelajarannya.
 Jumlah dan jenis percobaan direncanakan dan diperhitungan bersama-
sama oleh semua guru fisika sebelum semester berjalan dimulai.
 Jumlah dan jenis percobaan disesuaikan dengan tuntutan kurikulum
dan kemampuan laboratorium menyediakan alat-alat dan bahan-
bahannya.

5
 Penentuan jumlah dan jenis percobaan ini juga menentukan pengajuan
usulan atau permohonan kebutuhan bahan-bahan dan alat-alat
laboratorium tiap semester.
 Setelah jumlah dan jenis percobaan ditentukan, tahap berikutnya
adalah pembagian tugas diantara guru fisika untuk menulis dan
menyusun penuntun percobaan atau memperbaiki penuntun percobaan
yang mungkin sudah ada sebelumnya.
 Penuntun percobaan yang disusun oleh seorang guru fisika sebaiknya
direviu oleh sesama guru fisika yang lain.
 Penuntun percobaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan
berpikir siswa yang akan menggunakannya.
 Penuntun percobaan disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran atau
indikator pembelajaran yang hendak dicapai dengan kegiatan
percobaan yang bersangkutan.
 Penuntun percobaan harus menyebutkan dengan jelas bahan dan alat
yang digunakan, bila perlu lengkap dengan spesifikanya.
 Penuntun percobaan harus jelas melatrihkan keterampilan melakukan
penyelidikan/penelitian.
 Penuntun percobaan tidak harus selalu berbentuk “resep”.
 Penuntun percobaan hendaknya harus sudah dapat dipelajari anak
sebelum melakukan percobaan.
e. Alat-alat keselamatan
Alat-alat keselamatan dapat dibedakan atas alat-alat bantu yang
digunakan dalam percobaan untuk menjaga keselamatan alat dan
keselamatan kerja percobaan itu, dan alat-alat atau bahan-bahan yang
digunakan untuk memberikan semacam pertolongan pertama kepada
kecelakaan kerja yang terjadi di dalam laboratorium.
Beberapa alat-alat bantu yang digunakan untuk menjaga keselamatan
alat dan keselamatan kerja di laboratorium misalnya adalah sebagai
berikut ini.

6
 Tang penjepit dari kayu atau logam berlapis kasa untuk menjepit dan
memegang benda (misalnya tabung reaksi) yang dipanaskan.
 Statif dan klem untuk menjaga atau menggantungkan.
 Benang atau tali untuk mengikat atau menggantungkan.
 Capit buaya yang dihubungkan dengan penghantar untuk dipasang
pada kaki komponen elektronik yang akan disolder sehingga
komponen elektronik tidak terlalu kena panas solder.
 Hambatan geser untuk menjaga agar arus tidak terlalu besar.
 Selalin alat-alat tersebut diatas dan banyak alat lain yang belum
disebutkan, pelaku percobaan atau kegiatan laboratorium juga perlu
memeperhatikan pakaian yang dikenakan ketika melakukan percobaan.
 Pakaian yang dikenakan harus simpel dan memberikan kemudahan
bergera. Pada percobaan-percobaan tertentu mungkin perlu digunakan
laboratorium jas, sarung tangan dari bahan tertentu, kaca mata, alas
kaki, masker dan sebagainya.
Untuk menanggulangi atau memberikan semacam pertolongan
pertama pada kecelakaan, maka setiap laboratorium hendaknya memiliki
instalasi keselamatan atau sekurang-kurangnya kotak PPPK.
 Kotak PPPK (P3K) adalah kotak yang berisi alat-alat dan obat-obatan
untuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Kotak ini biasanya
berwarna putih dan diberi tanda palang merah, disimpan di tempat
yang strategis dan mudah dijangkau.
 Tissu, lap pembersih serta alat-alat untuk membersihkan zat cair atau
bahan lain yang tumpah atau tercecer, serta alat-alat kebersihan yang
lain..
 Tissu, lap perbersih, atau kertas dan lap khusus serta bahan-bahan atau
zat-zat yang tertentu untuk membersihkan alat-alat yang tertentu pula.
 Tabung pemadam kebakaran atai sekurang-kurangnya lap basah dan
lebar atau kotak berisi pasir untuk memadamkan api sesegera
mungkin, bahkan dalam laboratorium yang cangging terdapat instalasi

7
keselamatan berupa sensor asap dan sprayer serta sistem hidram dan
alarm kebakarannya.
f. Alat-alat perbaikan.
Alat-alat perbaikan adalat alat-alat (tools) yang digunakan untuk
memperbaiki atau bahkan membuat alat-alat laboratorium.
 Alat-alat perbaikan mutlak harus ada di laboratorium.
 Alat-alat perbaikan diinventarisir dan disimpan di tempat yang mudah
dicari.
 Alat-alat perbaikan harus selalu diambil dan disimpan dari dan ke
tempat yang sudah ditentukan.
 Jumlah, jenis dan kualitas alat perbaikan dapat disesuaikan dengan
kemampuan mengadakannya namun hendaknya memadai dan
memenuhi kebutuhan.
 Tidak usah mengadakan, membeli atau memiliki alat perbaikan yang
personalia laboratorium tidak dapat menggunakannya.
 Alat-alat perbaikan harus terpelihara dan terawat dengan baik jumlah,
jenis dan kualitasnya sehingga selalu ada dan siap dapat berfungsi
dengan benar ketika digunakan untuk memperbaiki.
 Sebagian dari alat-alat perbaikan dapat merupakan bahan habis,
misalnya adalah mata bor, mata gergaji, pisau cutter, dan sebagainya.
 Alat perbaikan berupa tools kit dapat diangga sebagai contoh minimal
dari alat perbaikan yang harus ada di laboratorium.

B. Prosedur Keamanan dalam Laboratorium Kimia


a. Bahan kimia ramah lingkungan untuk seetiap laboratorium
Dua belas prinsip bahan kimia ramah lingkungan dapat diterapkan ke
semua laboratorium dan digunakan sebagai panduan untuk merancang dan
melaksanakan eksperimen yang bijak.
1) Cegah limbah. sintesis Rancang kimia yang tidak menyisakan limbah
apapun yang harus diolah atau dibersihkan.
2) Rancang bahan kimia dan produk yang lebih aman.

8
3) Rancang produk kimia yang sangat efektif, namun bahaya
mengandung sedikit racun atau tidak sama sekali.
4) Rancang sintesis bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya. Rancang
sintesis untuk menggunakan dan menghasilkan zat dengan toksisitas
rendah atau tidak beracun sama sekali bagi manusia dan lingkungan.
5) Gunakan bahan mentah yang dapat diperbarui. Hindari menghabiskan
bahan mentah untuk industryyang dapat diperbarui dibuat dari produk
pertanian atau limbah dari proses lainnya.Bahan mentah untuk industri
yang tidak dapat diperbarui ditambang atau terbuat dari bahan bakar
fosil (yaitu minyak tanah, gas alam, batu bara).
6) Gunakan katalis bukan reagen stoikiometrik. Katalis digunakan dalam
jumlah kecil dan dapat melakukan reaksi tunggal beberapa kali. Katalis
tersebut sebaiknya reagen stoikiometrik yang digunakan dalam jumlah
berlebihan dan hanya bekerja sekali.
7) Hindari derivatif kimia.
8) Rancang sintesis sehingga produk akhir mengandung proporsi
maksimal bahan awal. Hanya boleh ada sedikit, jika ada atom yang
terbuang.
9) Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman. Hindari
menggunakan pelarut, bahan pemisah, atau bahan kimia tambahan
lainnya. Jika bahan ini diperlukan, gunakan bahan kimia yang tidak
berbahaya.
10) Tingkatkan efisiensi energi. Jalankan reaksi kimia pada suhu ruang dan
tekanan bila memungkinkan
11) Rancang bahan kimia dan produk agar teurai menjadi zat yang tidak
berbahaya setelah digunakan
12) Analisis langsung untuk menghindari polusi
13) Batasi potensi terjadinya kecelakaan. Rancang bahan kimia dan
bentuknya (padat, cair, atau gas) untuk meminimalkan potensi
terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia termasuk ledakan, kebakaran
dan pelepasan ke lingkkungan.

9
b. Strategi mencegah limbah
1) Pikirkan cara penggunaan produk reaksi dan buat sejumlah keperluan
saja.
2) Pikirkan biaya pembuatan dan penyimpanan bahan yang tidak
dibutuhkan.
3) Cari cara untuk mengurangi jumlah langkah dalam eksperimen
4) Tingkatkan hasil
5) Daur ulang dan gunakan ulang bahan jika mungkin.
6) Koordinasikan pekerjaan dengan rekan kerja yang mungkin
menggunakan beberapa bahan kimia yang sama.
7) Gunakan metode analitik paling sensitif yang ada saat melakukan
analisis.
8) Pertimbangkan jumlah reagen, pelarut, dan bahan berbahaya yang
digunakan dengan peralatan laboratorium otomatis saat membeli
sistem baru.
9) Pisahkan limbah tidak berbahaya dan limbah berbahaya
10) Pertimbangkan penggunaan sistem pemurnian kolom untuk mendaur
ulang pelarut yang digunakan.
c. Menggunakan pekerjaan beerskala mikro
1) Metode pengurangan bahaya yang berhasil adalah melakukan reaksi
kimia dan prosedur laboratorium lainnya dalam skala yang lebih kecil
atau berskala mikro.
2) Dalam bahan kimia berskala mikro, jumlah bahan yang digunakan
dikurangi menjadi 25 hingga 100 mg untuk zat padat dan 100 hingga
200 µL untuk cairan, dibandingkan jumlah biasa, yaitu 10 hingga 50 g
untuk zat padat atau 100 hingga 500 mL untuk cairan.
3) Penggunaan tingkat skala mikro menghemat berton-ton limbah atau
jutaan dolar.
4) Disamping itu juga pekerjaan berskala mikro mengurangi bahaya
kebakaran dan kemungkinan terjadinya kecelakaan serta tingkat
keparahan kecelakaan yang memaparkan pegawai pada bahan kimia

10
berbahaya.
d. Menggunakan pelarut dan bahan lainnya yang lebih aman
1) Laboratorium lebih aman dan terjamin jika mereka mengganti dengan
bahan kimia yang tidak berbahaya, atau kurang berbahaya bila
memungkinkan.
2) Pertimbangkan jalur sintetik dan prosedur alternatif untuk melakukan
campuran reaksi.
3) Ajukan pertanyaan saat memilih bahan reagen atau pelarut untuk
prosedur eksperimen sebagai berikut:
4) Bisakah kita mengganti bahan ini dengan bahan lain yang memiliki
potensi bahaya lebih kecil bagi pelaku eksperimen lainnya?
5) Bisakah kita mengganti bahan ini dengan bahan yang mengurangi
atau meniadakan limbah berbahaya serta biaya pembuangannya?
e. Saat memilih pelarut organic pertimbangkan beberapa faktor penting
1) Hindari pelarut yang terdaftar sebagai toksin produktif, polutan udara
berbahaya, atau karsinogen
2) Pilih pelarut dengan nilai ambang batas yang relatif tinggi.
3) Pelarut pengganti yang paling baik memenuhi kondisi berikut. Pelarut
juga memiliki sifat fisio- kimia (misalnya titik didih, titik nyala,
konstanta dielektrik) yang mirip dengan pelarut asli. Pertimbangkan
manfaatnya bagi keselamatan, kesehatan dan lingkungan serta
biayanya.
f. Membeli bahan kimia
1) Bagian dari pembeliann bahan kimia adalah analisis masa pakai dan
biayanya
2) Biaya penanganan, dari segi manusia, keuangan dan biaya
pembuangan harus diperhitungkan.
3) Tanpa analisis ini pesanan bisa jadi rangkap dan bahan kimia tak
terpakai bisa jadi bagian signifikan dari limbah berbahaya di
laboratorium.

11
4) Ada beberapa alasan untuk memesan bahan kimia sesuai kebutuhan
dan dalam wadah kecil
5) Ukuran kemasan kecil utamanya mengurangi resiko kerusakan.
6) Wadah yang lebih kecil mengurangi resiko terjadinya kecelakaan dan
pemaparan terhadap bahan berbahaya.
7) Inventaris ukuran tunggal mengurangi kebutuhan ruang
penyimpanan.
8) Wadah kecil lebih cepat habis, sehingga mengurangi peluang
terurainya senyawa reaktif.
9) Wadah besar sering kali harus dibagi. Ini memerlukan peralatan lain,
seperti wadah pemindah yang lebih kecil, corong, pompa, dan label,
serta peralatan kerja tambahan dan peralatan pelinding diri (PPE),
untuk mengantisipasi bahaya yang ditimbulkan.
10) Biaya pembuangan wadah kecil dari bahan berbahaya yang tidak
digunakan lebih kecil.
g. Memesan bahan kimia
Sistem pembelian terpusat harus mengontrol pemesanan jenis bahan
tertentu, seperti bahan yang mudah terbakar di dalam wadah yang
melebihi ukuran tertentu.Sebelum membeli bahan kimia, pegawai harus
mengajukan beberapa pertanyaan:
1) Apakah bahan itu sudah tersedia dari laboratorium lain dalam
lembaga itu atau ada kelebihan di gudang bahan kimia?
2) Berapa jumlah minmal yang diperlukan untuk eksperimen?
3) Berapa ukuran wadah yang paling sesuai di area tempat
digunakannya atau disimpannya bahan tersebut?
4) Tetapkan jumlah maksimal yang diperbolehkan untuk bahan kimia
yang disimpan dalam laboratorium seperti bahan yang mudah
terbakar atau gampang menyala.
5) Bisakah bahan kimia tersebut dikelolah dengan aman setelah datang?
6) Apakah memerlukan tempat penyimpanan khusus, seperti kotak
kedap udara, lemari es, atau freezer?

12
7) Apakah pegawai penerimaan perlu diberi tahu tentang pesanan itu
dan diberi instruksi penerimaan khusus?
8) Akankah peralatan khusus yang diperlukan siap saat pesanan tersebut
datang?
h. Menerima bahan kimia
1) Batasi penerimaan bahan kimia ke area yang memiliki perlengkapan
untuk menangani bahan kimia tersebut seperti tempa bongkar muat,
ruang penerimaan, atau laboratorium.
2) Jangan mengirimkan bahan kimia ke kantor departemen yang tidak
memiliki perlengkapan untuk menerima paket.
3) Jika pengiriman ke kantor serupa opsi satu- satunya, tentukan lokasi
terpisah dan jauh dari gangguan. Seperti meja atau rak untuk
pengiriman bahan kimia.
4) Setelah bahan kimia datang segera beri tahu pegawai yang
memesannya.
i. Langkah-langkah untuk memastikan penerimaan bahan kimia
1) Latih pegawai ruang penerimaan tempat bongkar muat, dan tata usaha
untuk mengenali bahaya yang mungkin terkait dengan bahan kimia
yang datang ke fasilitas. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan
jika terjadi masalah, seperti kemasan bocor atau terjadi tumpahan.
2) Lengkapi ruang penerimaan dengan peralatan yang sesuai untuk
menerima bahan kimia. Siapkan rak, meja, atau area terkunci untuk
kemasan untuk menghindari kerusakan akibat kendaraan ruang
penerimaan.
3) Segera buka paket yang datang dan periksa untuk mengonfirmasi
pesanan dan memastikan bahwa segel wadah dalam keadaan baik.
4) Simpan bahan kimia yang tidak dikemas dengan aman. Secara khusus
segera buka kemasan dan simpan bahan kimia reaktif yang
dikirimkan dalam wadah logam bersegel (seperti lithium aluminium
hidrida, natrium peroksida fosfat)
5) Kirimkan bahan kimia dengan amam di dalam fasilitas.

13
6) Jika pegawai pengiriman luar tidak menangani bahan sesuai standar
fasilitas penerimaan, segera perbaiki atau cari pengangkut atau
pemasok lain
j. Penyimpanan bahan kimia
1) Sediakan penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia
dan kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2) Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3) Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki
bibir pembatas di bagian depan agar wadah tidak jatuh. Tempatkan
wadah cairan pada baki logam atau plastik yang bisa menampung
cairan bila wadah rusak. Tindakan ini utamanya penting di kawasan
yang rawan gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem lainnya.
4) Hindari penyimpanan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan
kimia yang sedang digunakan. Hindari jga penyimpanan bahan dan
peralatan di atas lemari.
5) Jangan menyimpan bahan di rak yang tingginya lebih dari 5 kaki
(᷈~1,5 m)
6) Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas
7) Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta
area peralatan keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan
peralatan dan bahan.
8) Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama
pengguna dan tanggal penerimaan pada semua bahan yang dibeli
untuk membantu kontrol inventaris.
9) Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali
bahan kimia yang sedang digunakan.
10) Simpan racun atsiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi
pada lemari berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari
berventilasi, simpan di dalam lemari yang bisa ditutup atau rak yang
memiliki bibir pembatas di bagian depan.
11) Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan

14
yang mudah terbakar yang disetujui.
12) Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar
matahari langsung.
13) Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai
secara terpisah yang disortir berdasarkan abjad.
14) Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia
yang tidak sesuai
15) Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung
jawab lainnya di atas kepada satu penanggung jawab utama dan satu
orang cadangan. Kaji tanggung jawab ini minimal setiap tahun.
k. Panduan pennyimpanan cairan mudah terbakar dan gampang menyala
1) Jika tempatnya memungkinkan simpan cairan yang gampang menyala
dalam lemari penyimpanan bahan yang mudah terbakar.
2) Simpan cairan gampang menyala di dalam wadah aslinya (atau wadah
lain yang disetujui) atau dalam kaleng keselamatan.
3) Simpan 55 galon (~208 L) drum cairan yang mudah terbakar dan
gampang menyala dalam ruang penyimpanan khusus untuk cairan
yang mudah terbakar.
4) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan mudah menyala dari bahan
oksidasi kuat,
5) seperti asam nitrat atau kromat, permanganat, klorat, perklorat, dan
peroksida
6) Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari
sumber penyulutan
l. Penyimpanan zat yang sangat reaktif
1) Pertimbangan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang
sangat reaktif sebelum membawanya ke dalam laboraturium.
2) Baca MSDS atau literatur lainnya mengambil mengambil keputusan
tentang penyimpanan bahan kimia yang sangat reaktif.

15
3) Bawa bahan sejumlah yang diperlukan kedalam laboraturium untuk
tujuan jangka pendek (hingga persediaan 6 bulan, tergantung pada
bahannya).
4) Pastikan memberi labe, tanggal, dan mencatat dalam infentaris semua
bahan yang sangat reaktif segera setelah bahan diterima.
5) Jangan membuka wadah bahan yang sangat reaktif yang telah
melebihi tanggal kadaluarsa. Hubungi koordinator limbah berbahaya
di lembaga anda untuk mendapatkan instruksi khusus.
6) Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida
jika ada kristal atau endapan. Hubungi CSSO Anda untuk
mendapatkan instruksi khusus.
7) Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan
tanggal pengkajian untukmengevaluasi kembali kebutuhan dan
kondisi untuk membuang (atau mendaur ulang) bahan yang terurai
dari waktu ke waktu.
8) Pisahkan bahan berikut :
9) Agen pengoksidasi dengan agen preduksi dan bahan mudah terbakar;
10) Bahan reduksi kuat dengan substrat yang mudah direduksi;
11) Senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar; dan
12) Asam perklorik dengan bahasa reduksi.
13) Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk
menampung isi botol
14) Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin
sesuai dengan daya larut atau titik beku. Peroksida cair sangat sensitif
selama perubahan fase. Ikuti panduan pabrik untuk penyimpanan
bahan yang sangat berbahaya ini.
15) Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara
periodik dan beri bahan label akuisisi dan tanggal kadaluwarsa.
16) Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan
eksplosif dalam kotak anti ledakan.
17) Batasi akses ke fasilitas penyimpanan

16
m. Penyimpanan bahan yang sangat beracun
1) Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam
penyimpanan berventilasi dalam perangkat pengaman sekunder yang
resisten secara kimia dan anti pecah.
2) Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3) Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.
4) Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun3

C. Prosedur Keamanan dalam Laboratorium Biologi


Prosedur keselamatan kerja di laboratorium biologi menjadi salah satu
hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam prakteknya, banyak sekali
keguatan yang dilakukan di dalam laboratorium ini. Mulai dari anak sekolah,
praktisi, peneliti, dan lainnya.
Laboratorium yaitu suatu tempat di mana para murid, guru dll
melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan memakai beragam bahan
kimia, perlengkapan gelas dan instrumentasi khusus yang bisa mengakibatkan
terjadinya kecelakaan apabila dilakukan dengan cara yg tidak tepat.
Kecelakaan kerja itu bisa pula terjadi karena kelalaian atau kecerobohan
kerja, ini dapat buat orang itu cedera, dan bahkan untuk orang disekelilingnya.
Keselamatan kerja di laboratorium adalah hal yang harus ada untuk setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan
kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan dampak
kecelakaan.
Ada beberapa risiko yang bisa terjadi jika tidak melakukan prosedur
kselamatan kerja selama di laboratorium Biologi. Beberapa hal ini antara lain:
1) Dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran dan mengganggu kesehatan.
2) Sakit atau luka, merusak, mengakibatkan korosi dll
3) Kerusakan pada alat alat di laboratorium.

3
Meiske S. Sangi dan Adey Tanuma, Keselamatan dan Keamanan Laboratorium IPA,
Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE 7 (1) 20-24.

17
Dari data itu, tingkat bahaya bahan kimia dapat di ketahui dan usaha
penanggulangannya harus dilakukan untuk mereka yang memakai bahan
bahan itu. Terkadang ada beberapa tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia,
itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan itu harus lebih
ditingkatkan.
Contoh bahan kimia yang mudah meledak yaitu kelompok bahan
oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dll. Beberapa bahan ini apabila
bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam alkali
seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang disertai
dengan api dan ledakan. Pelarut organik seperti eter, Gas metana, dan padatan
anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika memakai
bahan-bahan itu, sebaiknya dijauhkan dari api.
Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen adalah racun
kuat, harap bahan-bahan itu tidak terisap atau tertelan kedalam tubuh
Hindarilah asam-asam anorganik bersifat oksidator dan mengakibatkan
peristiwa korosi, jangan sampai asam itu tumpah ke permukaan dari besi atau
kayu. Memang pemakaian bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan
Kima tidak berjumlah banyak, tetapi kewaspadaan memakai bahan itu perlu
tetap dijaga.
Panduan Keselamatan kerja yang dilakukan di laboratorium
Menjaga keselamatan kerja selama di dalam laboratorium tentunya
menjadi hal wajib yang harus dilakukan. Apa saja panduannya?
1) Memakai perlengkapan alat kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi baju dan sepatu
tertutup untuk melindungi kaki, perlengkapan ini dapat ditemukan di toko
alat safety.
2) Dilarang memakai perhiasan saat berada di laboratorium yang bisa rusak
karena bahan Kimia.
3) Dilarang memakai sepatu terbuka atau sandal karena beresiko terkena
tumpahan cairan
4) Wanita atau pria yang berambut panjang harus diikat.

18
Bagaimana Cara Bekerja Aman dengan Bahan Kimia
Meski berada di laboratorium biologi, tentunya tidak akan jauh juga dari
berbagai bahan kimia yang ada di dalamnya. Apa saja yang perlu diperhatikan
terhadap bahan kimis ini?
1) Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2) Hindari menghisap langsung uap bahan Kimia.
3) Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia terkecuali ada perintah
khus Bahan
4) Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menyebabkan iritasi (pedih
atau gatal)
Dengan memahami aturan dan prosedur keselamatan kerja selama
berada di laboratorium biologi, tentunya akan lebih aman ketika bekerja.4

D. Prosedur Keselamatan Kerja dalam Laboratorium


1) Mengenakan alat keselamatan kerja
2) Melepaskan perhiasan yang mudah rusak apabila terkena bahan kimia
3) Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium
4) Dilarang mencoba-coba mencampur zat kimia yang tersedia tanpa ada izin
atau diluar buku petunjuk
5) Menggunakan alat dan bahan yang sesuai
6) Membersihkan atau membuang kotoran setelah bekerja di laboratorium
7) Membersihkan meja kerja
8) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sampai bersih
9) Matikan gas dan peralatan listrik setelah digunakan.

Alat-alat Laboratorium
Selain mengenal karakteristik bahan dan prosedur kerja, seseorang yang
bekerja di lab juga perlu mengenal alat-alat yang digunakan. Pengenalan alat
ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
4
Aura Rico, Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium Biologi,
https://www.epicminds.net/prosedur-keselamatan-kerja-di/, diakses pada tanggal 20 Maret 2022,
Pukul 16.32.

19
1) Alat yang terbuat dari gelas
Karakteristik alat laboratorium yang terbuat dari gelas yaitu mudah pecah.
Beberapa jenis alat yang masuk dalam kelompok ini antara lain :
a. Tabung reaksi : untuk mereaksikan zat
b. Gelas ukur : untuk mengukur volume larutan atau zat cair dengan tepat
c. Labu ukur : untuk menampung larutan atau zat cair dengan volume
yang sesuai
d. Piper volume : untuk memindahkan larutan dalam satu ukuran volume
tertentu. Umumnya bervolume 1 ml.
e. Pipet ukur : untuk memindahkan larutan namun tidak seakurat pipet
volume
f. Pipet mikro : untuk memindahkan larutan dengan volume 5-100 Ul
g. Buret : untuk mengukur volume cairan yang akan dipindahkan
h. Labu erlenmeyer : untuk menampung larutan
i. Erlenmeyer buchner : untuk menampung cairan hasil filtrasi
j. Beker glas : untuk menampung larutan
k. Kuver : untuk menampung larutan yang akan diukur menggunakan
spektrofotometer
l. Batang pengaduk : untuk mengaduk larutan
m. Desikator : untuk menyimpan bahan agar tetap kering
n. Pipet tetes : untuk memindahkan larutan tanpa memperhatikan jumlah
volume
o. Termometer : mengukur suhu
p. Gelas arloji : untuk penguapan atau pengeringan zat terlarut
q. Cawan petri : sebagai tempat menimbang dan menyimpan bahan kimia
serta tempat perbanyakan mikroorganisme dengan medium
2) Alat yang terbuat dari porselin
Karakteristik alat yang terbuat dari porselin yaitu lebih berat dari alat lab
lainnya. Kelompok alat dari porselin yaitu :
a. Cawan porselin : untuk penguapan atau pengeringan padatan
berbentuk tepaung

20
b. Spatula atau sendok poselin : mengaduk bahan kimia yang berbentuk
tepung dan padatan
c. Mortal dan pestle : alat penumbuk
d. Corong buchner : untuk menyaring vakum
e. Plat tetes : sebagai wadah mereaksikan zat
f. Krusibel : mangkok kecil yang dilengkapi tutup dari porselin
3) Alat yang terbuat dari logam
Karakteristik dari alat logam yaitu mudah berkarat. Adapun kelompok dari
logam antara lain:
a. Statif : untuk memegang buret atau gelas lain
b. Kaki tiga : untuk menyangga labu yang akan dipanaskan
c. Pembakar bunsen : untuk pembakaran dengan menggunakan bunsen
d. Tang krusibel : untuk mengambil atau membawa krusibel
e. Kawat kasa : untuk menyebarkan panas saat pembakaran
4) Alat yang terbuat dari karet
Karakteristik alat dari bahan karet yaitu mudah meleleh saat terkena panas
dan mudah menempel satu dengan lainnya. Adapun alat lab yang masuk
dalam kategori ini yaitu:
a. Filter : untuk menyedot larutan. Biasanya dipasang di ujung pipet
b. Prop atau tutup karet : untuk menutup botol atau labu, untuk pipa
destilasi, serta penyangga corong buchner.5

5
Siti Nur Aeni, Keselamatan kerja di laboratorium yang harus dipahami, diakses pada 21
Maret 2022 pukul 19.30, https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/614a717c6bc3c/keselamatan-
kerja-di-laboratorium-yang-harus-dipahami

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prosedur keselamatan kerja di laboratorium biologi menjadi salah satu
hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam prakteknya, banyak sekali
keguatan yang dilakukan di dalam laboratorium ini. Mulai dari anak sekolah,
praktisi, peneliti, dan lainnya.
Laboratorium yaitu suatu tempat di mana para murid, guru dll
melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan memakai beragam bahan
kimia, perlengkapan gelas dan instrumentasi khusus yang bisa mengakibatkan
terjadinya kecelakaan apabila dilakukan dengan cara yg tidak tepat.
Kecelakaan kerja itu bisa pula terjadi karena kelalaian atau kecerobohan
kerja, ini dapat buat orang itu cedera, dan bahkan untuk orang disekelilingnya.
Keselamatan kerja di laboratorium adalah hal yang harus ada untuk setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan
kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan dampak
kecelakaan.
Ada beberapa risiko yang bisa terjadi jika tidak melakukan prosedur
kselamatan kerja selama di laboratorium Biologi. Beberapa hal ini antara lain:
1. Dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran dan mengganggu kesehatan.
2. Sakit atau luka, merusak, mengakibatkan korosi dll
3. Kerusakan pada alat alat di laboratorium.
Dari data itu, tingkat bahaya bahan kimia dapat di ketahui dan usaha
penanggulangannya harus dilakukan untuk mereka yang memakai bahan
bahan itu. Terkadang ada beberapa tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia,
itu berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan itu harus lebih
ditingkatkan. Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen adalah
racun kuat, harap bahan-bahan itu tidak terisap atau tertelan kedalam tubuh
Hindarilah asam-asam anorganik bersifat oksidator dan mengakibatkan
peristiwa korosi, jangan sampai asam itu tumpah ke permukaan dari besi atau

22
kayu. Memang pemakaian bahan-bahan tersebut di laboratorium pendidikan
Kima tidak berjumlah banyak, tetapi kewaspadaan memakai bahan itu perlu
tetap dijaga.
Panduan Keselamatan kerja yang dilakukan di laboratorium
Menjaga keselamatan kerja selama di dalam laboratorium tentunya menjadi
hal wajib yang harus dilakukan. Apa saja panduannya?
1. Memakai perlengkapan alat kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi baju dan sepatu
tertutup untuk melindungi kaki, perlengkapan ini dapat ditemukan di toko
alat safety
2. Dilarang memakai perhiasan saat berada di laboratorium yang bisa rusak
karena bahan Kimia.
3. Dilarang memakai sepatu terbuka atau sandal karena beresiko terkena
tumpahan cairan
4. Wanita atau pria yang berambut panjang harus diikat.
Cara Bekerja Aman dengan Bahan Kimia
Meski berada di laboratorium biologi, tentunya tidak akan jauh juga dari
berbagai bahan kimia yang ada di dalamnya. Apa saja yang perlu diperhatikan
terhadap bahan kimis ini?
1. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
2. Hindari menghisap langsung uap bahan Kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan Kimia terkecuali ada perintah
khus Bahan
4. Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menyebabkan iritasi (pedih
atau gatal)
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aeni Siti Nur. 2021. Keselamatan kerja di laboratorium yang harus dipahami.
https://katadata.co.id/amp/sitinuraeni/berita/614a717c6bc3c/keselamatan-
kerja-di-laboratorium-yang-harus-dipahami, diakses pada 21 Maret 2022
pukul 19.30.

D, Hurd, Silver, M & Bavher, A.B. 1993. Fundamental Science. (Massachusetts:


Prentice Hall).

E. L. Chiappetta, dan Koballa, R.T. 2010. Science Instruction in the Middle and
Secondary School. (Toronto: Maxwell Macmillan Canada).

Rico Aura. 2020. Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium Biologi,


https://www.epicminds.net/prosedur-keselamatan-kerja-di/, diakses pada
tanggal 20 Maret 2022, Pukul 16.32.

Sangi, Meiske S. dan Adey Tanuma, Keselamatan dan Keamanan Laboratorium


IPA, Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE 7 (1).

24

Anda mungkin juga menyukai