Anda di halaman 1dari 24

Makalah

Psikologi Pendidikan

Tentang

Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan

Disusun oleh:

Kelompok 4

Riska Rahmawati : 2114010004

Leni Yepita : 2114010014

Ziyad Asyamul Putra : 2114010019

Aisyah Puspa hayati : 2114010032

Dosen Pengampu:

Dr. Gusril Kenedi, M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

TA 1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

‫ب ا ْل ٰعلَ ِم ْي َن‬
ِ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ِهللِ َر‬

Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga pemakalah bisa menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan”. Shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW. Yang mana beliau telah
memberikan kita petunjuk kepada jalan yang benar.

Makalah ini pemakalah susun berdasarkan beberapa sumber yang dapat


dijadikan refernsi dan pemakalah berharap makalah ini dapat membantu pembaca
untuk memahami tentang Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan.

Ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan dan
teman-teman yang telah membantu selesainya makalah ini. Kritik yang
membangun informasi dan gagasan yang inovatif tetap pemakalah harapkan
dikemudian hari, agar pemakalah bisa menjadi lebih baik.

Padang, 23 Maret 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

A. Teori Belajar Behaviorisme ................................................................ 2


B. Teori Belajar Kognitif......................................................................... 6
C. Teori Belajar Humanisme ................................................................... 11
D. Teori Belajar Sosial ............................................................................ 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 20

A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran .................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori belajar yang dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah


mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara
menyeluruh atau memperjelas pengertian dan proses belajar. Belajar merupakan
proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Salah satu teori belajar
yang terkenal adalah teori belajar Behaviorisme.

Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang


menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori pembelajaran akan
menentukan bagaimana proses pembelajaran itu sendiri, disini ada empat teori
belajar di pandang dalam psikologi oleh para ahli pendidikan yaitu teori
Behaviorisme, Kognitif, Humanisme dan Sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Teori Belajar Behaviorisme ?

2. Apa itu Teori Belajar Kognitif ?

3. Apa itu Teori Belajar Humanisme ?

4. Apa itu Teori Belajar Sosial ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Teori Belajar Behaviorisme

2. Untuk Mengetahui Teori Belajar Kognitif

3. Untuk Mengetahui Teori Belajar Humanisme

4. Untuk Mengetahui Teori Belajar Sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Behaviorisme

1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan


perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Menurut teori
ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran
atau output yang berupa respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut. Misalnya, siswa belum dapat dikatakan
berhasil dalam belajar ilmu pengetahuan sosial jika dia belum bisa atau tidak
mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial sepeti, kerja bakti, ronda
dan sebagainya.

Jadi dapat dikatakan bahwa teori ini memandang belajar merupakan


perubahan tingkah laku, yang bisa diamati, diukur, dan dinilai secara konkret,
karena adanya interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan terjadi melalui
ransangan (stimulus) yang menimbulkan perilaku reaksi (respon). stimulus
adalah lingkungan belajar anak itu sendiri, baik yang intrnal maupun ekstrrnal
yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fisik terhadap stimulus.

2. Tokoh-tokoh dan pemikiran dari teori Behaviorisme

a. Edward Lee Thorndike

Menurut Thorndike yang dikutip dalam buku Wasty Somanto


mengatakan, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asoiasi-asosiasi
antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon. Percobaaan

2
Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan
dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka
secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut
tersentuh.Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and Error” atau
“Selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara
mencoba-coba dan berbuat salah.

Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing cenderung untuk


meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap
respon menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus ini akan
menimbulkan respon lagi, demikian selanjutnya.Dari eksperimen kucing
lapar yang dimasukkan ke dalam sangkar diketahui bahwa supaya tercapai
hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk
memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-
percobaan dan kegagalan-kegagalan terlebih dahulu.

b. Ivan Petrovich Pavlov

Dalam pemikirannya Pavlov yang dikutip dalam buku Muhibbin


berasumsi bahwa dengan menggunakan ransangan-ransangan tertentu,
perilaku manusia dapat berubah sesuai apa yang diinginkan.clasic
conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.

Percobaan dilakukan dengan cara mengadakan operasi leher pada


seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjer air liurnya dari luar. Apabila
diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut.
Sebeleum makanan diperlihatkan terlebih dahulu sinar merah yang
dipelihatkan. Dengan demikian air liurnya akan keluar pula. Apanila
perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang maka pada suatu ketika
3
dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liur
akan keluar pula.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan


strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan dengan cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan, sememntara individu tidak menyadari ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luarnya.

c. Robert Gagne

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika


yang tekenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne
disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk
merencanakan intruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi. Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan
kemampuan yang lebih tinggi dalamm hirerarki ketrampilan intelektual.

Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus sdisiapkan.


Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih
kompleks sampai pada tipe belajar yang tinggi (belajar aturan dan
pemecahan masalah). Praktiknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada
asosiasi stimulus dan respo.

3. Kelebihan dan Kekurangan Teori behaviorisme

a. Kelebihan Teori Behaviorisme 1

1
Chairul Anwar, Teori-teori pendidikan klasik hingga Kontemporer,
(Yogyakarta: IRcisod, 2017), h.109

4
1) Pendidik tidak banyak memberikan ceramah, tetapi melalui intruksi
singkat yang diikuti contoh-contoh, baik yang dilakukan sendiri maupun
melalui stimulasi. Inti teori ini adalah contoh perilaku yang bisa dilihat dan
diperhatikan oleh peseta didik. Jadi, pendidik lebih banyak memberikan
contoh dalam pembelajarannya daripada menerangkaan secara verbal
terhadap materi yang diberikan.
2) Bahan pembelajaran disusun secara hirerarki, dari yang sederhana sampai
yang kompleks. Materi atau bahan ajar disusun sedemikian rupa, sehingga
pendidik hanya perlu menjalankan intruksi hierarkis susunan materi
pembelajaran. Susnan materi dari yang mudah sampai yang komplek dan
tidak dijalankan ssecara acak.
3) Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Arahan dari pembelajaran
behaviorisme ialah terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
yang harus dicapai. Oleh karenanya, dalam setipa pembelajaran, materi
diuraikan dalam bagian-bagiankecil dan ditandai dengan adnya perubahan
atau penyerapan materi pembelajaran oleh peserta didik yang ditandai oleh
sikap.

b. Kekurangan Teori Behaviorisme

1) Teori ini memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung


melalui perubahan tingkah atau sikap. Padahal belajar adalah kegiatan
yang ada didalam sistem saraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui
gejalanya.
2) Proses belajar dipandang otomatis mekanis sehingga terkesan seperti
mesin atau robot.
3) Proses belajar dalam teori ini dianalogikan dengan hewan. Ini terlihat dari
beberapa penelitian teori ini menjadikan hewan sebagai makhluk
percobaan untuk memunculkan teori belajar. Analogi ini sulit diterima

5
mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan
manusia.

B. Teori Belajar kognitif

1.Pengertian Belajar Kognitif

Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah
teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara
komplek dan mementingkan proses belajar. Teori belajar kognitif merupakan
teori belajar yang muncul setelah teori behavioristik. Hadirnya teori belajar
kognitif untuk merespon teori belajar behavioristik yang hanya memerhatikan
kondisi psikologi saja. Para penemu teori belajar behavioristik beranggapan
bahwa kondisi mental yang ada di dalam peset didik tidak bisa diamati. Padahal
pada kenyataannya, kondisi mental bisa dikatakan harus diamati saat kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung.

Jika teori belajar behavioristik mengutamakan adanya stimulus dan


respon, maka lain halnya dengan teori belajar kognitif yang tidak hanya
memerhatikan stimulus dan respon, tetapi juga mengutamakan adanya
perubahan mental dan perilaku, seperti cara peserta didik memahami suatu hal,
cara peserta didik berpikir, dan cara peserta didik menggunakan
pengetahuannya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kognitif
adalah berhubungan dengan atau melibatkan kognisi atau berdasar kepada
pengetahuan faktual yang empiris.Istilah “kognitif” sebenarnya berasal dari
bahasa Inggris, yaitu “cognition” yang berarti pengertian mengerti.

Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 89) yang
menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar
stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan
belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang

6
sedang belajar”.2 Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah
proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan
perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan
diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan,
keyakinan dan lain sebagainya.

Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan


bahwa” Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi
untuk memperoleh pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku.
Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi
saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan.

2. Fungsi Teori Belajar Kognitif

a. Dengan menerapkan teori belajar kognitif ini akan mewujudkan daya serap
yang cepat dan memiliki memori jangka panjang. Bahkan dimulai sejak
anak-anak di usia dini pun fungsi kognitif telah bekerja dan inilah yang
akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang anak.
b. Sejak usia dini anak-anak dapat disajikan kegiatan yang dapat merangsang
daya ingat mereka dengan metode yang baik. Ini juga akan membantu anak
mengasah konsentrasi mereka agar tetap fokus. Melalui pendekatan kognitif
dapat membuat para orang tua mampu melihat potensi yang ada pada anak
mereka.
c. Fungsi selanjutnya yakni perhatian, dimana murid dengan pembelajaran
kognitif akan mampu menyeleksi rangsangan terhadap bau, suara, gambar
dan lainnya yang berhubungan dengan indera dengan baik.

2
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta :
Ar – Ruzz Media, 2007), h.89
7
d. Melalui pendekatan kognitif, otak yang sudah terbiasa menyerap banyak
konsep dan berpikir kompleks serta kreatif akhirnya mampu mewujudkan
pribadi yang solutif, mampu melihat peluang dan menyelesaikan
permasalahan.
e. Pendekatan kognitif juga memberikan pengaruh yang besar terhadap
kemampuan berbahasa seseorang.
f. Berdasarkan fungsi kognitifnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori
kognitif memberikan pengaruh yang besar saat dilakukan pendekatan
kognitif terhadap seseorang. Baik dalam hal belajar maupun pertumbuhan
kembang seorang anak. Semuanya merupakan campur tangan konsep
kognitif itu sendiri.
3. Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif

a. Piaget

Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs.


Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan
kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku
“Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan
teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang bahwa
proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari
kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran


menurut Piaget, antara lain:1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)memilih
materi pembelajaran; 3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh
peserta didik; 4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai
topik; 5) mengembangkan metode pembelajaran; 6) melakukan penilaian
proses dan hasil peserta didik.

8
b. David Ausubel

Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa


“belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara
nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana
Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja,
tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan

Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam


merancang pembelajaran antara lain:

1) menentukan tujuan pembelajaran;


2) melakukan identifikasi peserta didik;
3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan
mengaturnya dalam bentuk konsep inti;
4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers;
5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

c. Jerome Bruner

Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang


warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang
disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif,
yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan.
Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan

9
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya
melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang
menjadi sumbernya.

Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang


ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif
yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan;
tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan
visualisasi verbal; tahap yang ketiga, simbolok yaitu peserta didik
mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem simbolik.

4. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang


menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain 3:

a. Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan


b. Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
c. Menekankan pada pola pikir peserta didik
d. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatannya
e. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran
sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
f. Menerapkan reward and punishment

5 . Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

3
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2008), h.89

10
a. Kelebihan Teori Belajar Kognitif

1). Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena
mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi
memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan
ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih
mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan
sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk
mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan

2). Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih


mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam
proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat,
memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta
Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada
lebih mudah dipahami.

b.Kelemahan Teori Belajar kognitif.

1).Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

2). Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.

3). Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya


masih belum tuntas.

C.Teori belajar humanisme

1.Pengertian teori belajar humanisme

11
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya
menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.
Kemampuan positif tersebuterat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif.

Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar
merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti
mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta
realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

2. Ciri-ciri Teori Humanisme

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa


memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.

Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus
mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar
siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana,
kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa
12
diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya
sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang
terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat
meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi


atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap
siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk
mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru
diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling
membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan
dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran
yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.

3. Tokoh Humanisme

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar huamanisme


yaitu diantaranya4 :

a .Arthur Combs (1912-1999)

Arthur Combs bersama dengan Donald Syngg menyatakan bahwa


belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya bahwa
dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan materi yang
tidak disukai oleh siswa. Sehingga siswa belajar sesuai dengan apa yang
diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut terjadi
tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesautu
yang tidak akan memberikan kepuasan bagi dirinya.

4
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016),
h.45

13
Sehingga guru harus lebih memahami perilaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa
yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran
itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri siswa untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

b. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu


ada dua hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu.Maslow mengemukakan bahwa
individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut
seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, dan sebagainya, tetapi di
sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi


tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang
terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang
penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-
anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

14
c. Carl Roger

Seorang psikolog humanism yang menekankan perlunya sikap saling


menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting dalam
proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran.

Ada beberapa Asumsi dasar teori Rogers adalah:Kecenderungan


formatif; Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari
hal-hal yang lebih kecil; Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap
makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan
potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.

4. Aplikasi dan Implikasi Humanisme

a. Guru Sebagai Fasilitator

1). Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,


situasi kelompok, atau pengalaman kelas.

2). Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan


perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.

3). Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk


melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4). Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar


yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.

15
5). Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6). Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas,


dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan
dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi
individual ataupun bagi kelompok

b. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan


pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian,
hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia
yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

D. Teori Belajar Sosial

Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara


sistematis. Menurut Jonathan H. Turner, teori adalah sebuah proses

16
mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan mengapa dan
bagaimana peristiwa itu terjadi5. Belajar adalah kegiatan yang berproses dalam
memakai unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Menurut Gagne, belajar merupakan suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai bentuk pengalaman. 2

Pengertian Sosial adalah Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu
’socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam
kehidupan bersama . Sudarno menekankan pengertian sosial pada strukturnya,
yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang
menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas)
didalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma
yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.

Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan


perilaku melalui proses pengamatan. Teori ini menganggap bahwa harus ada
pemodelan yang nantinya bisa dijadikan pengamatan oleh individu yang sedang
belajar. Itulah mengapa teori sosial sama dengan teori pemodelan. Sebenarnya,
teori belajar ini merupakan bentuk pengembangan dari teori belajar
behavioristik, di mana tujuan utamanya menekankan pada perubahan perilaku.
Di antara beberapa teori belajar lain, teori ini tergolong masih baru, yaitu
dikembangkan pada tahun 1986 oleh Albert Bandura, sehingga biasa disebut
teori belajar sosial Bandura.

Sosiologi pendidikan memiliki perspektif yang beragam, sejalan dengan


keragaman yang terjadi dalam perspektif kajian sosiologi pada umumnya. Juga
memahami pembagian perspektif sosiologi pendidikan yang berorientasi makro

5
Faida Noorlaila, Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan, (Jawa Barat: Edy
Publisher, 2020). h. 27

17
dan mikro dengan sejumlah teori yang berpayung di dalam perspektifnya.
Sosiologi pendidikan dapat membantu memahami peren-canaan, proses
implementasi dan implikasi penerapan progam maupun kebijakan tertentu.
Dalam pembagian perspektif sosiologi pendidikan akan diperlihatkan
perbedaan sosiologi pendidikan yang berorientasi pada dimensi kajian makro
dan dimensi kajian mikro. Selain itu, dipaparkan pula Teori Fungsional
Struktural, Teori Konflik, Teori interak-sionisme simbolik.

Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari


pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas
lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat.Sosiologi
pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial
masyarakat (Khaldun, 2008: 73)3. Lembaga-lembaga, kelompok sosial dan
proses sosial terdapat hubungan yang saling terjalin, di dalam interaksi sosial
itu individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalaman-nya (Rudito dan
Famiola, 2008: 58-59).6

Miller dan Dollard memberikan pendangan merek, yaitu tingkah laku


manusia itu dipelajari. Karena itu mereka memahami tingkah laku sosial dan
proses belajar sosial dengan kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi
belajar. Menurut Miller dan Dollard ada 4 prinsip dalam belajar, yaitu
dorongan, isyarat, tingkah laku balas dan ganjaran.

Teori ini menekankan pada fungsi peran dari struktur sosial yang
didasarkan pada konsensus dalam suatu masyarakat. Struktur itu sendiri berarti
suatu sistem yang terlembagakan dan saling berkaitan. Kaitannya dengan

6
Bambang Rudito Social Mapping Metode Pemetaan Sosial: Teknik Memahami
Suatu Masyarakat Atau Komoniti, (Bandung: Rakayasa Sains, 2008). h. 58-59

18
pendidikan, Talcot Parson, mempunyai pandangan terhadap fungsi sekolah
diantaranya:

1. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhususan


ke universalitas salah satunya yaitu mainset selain mewarisi budaya yang ada
juga membuka wawasan baru terhadap dunia luar. Selain itu juga mengubah
alokasi seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan dengan usaha seperti hubungan
darah, kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang diberikan
penghargaan berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.Sekolah sebagai
seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi prestasi agar
dapat siap dalam dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi mereka yang
unggul.
2. Sekolah memberikan kesamaan kesempatan. Suatu sekolah yang baik
pastinya memberikan kesamaan hak dan kewajiban tanpa memandang siapa
dan bagaimana asal usul peserta didiknya (Wulandari, 2009: 174-176)7.

7
Dewi Wulandari. Sosiologi Konsep dan Teori.( Bandung: Refika Aditama,
2009). h. 174-176

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori behaviorisme memandang belajar merupakan perubahan tingkah


laku, yang bisa diamati, diukur, dan dinilai secara konkret, karena adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Jika teori belajar behavioristik
mengutamakan adanya stimulus dan respon, maka lain halnya dengan teori
belajar kognitif yang tidak hanya memerhatikan stimulus dan respon, tetapi
juga mengutamakan adanya perubahan mental dan perilaku, seperti cara peserta
didik memahami suatu hal, cara peserta didik berpikir, dan cara peserta didik
menggunakan pengetahuannya.

Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang


dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia.Teori belajar
sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku melalui
proses pengamatan.Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap teori itu memeiliki
pandangan dan pemikiran yang berbeda tentang belajar.

B. Saran

Kami sebagai pemakalah mengucapkan terima kasih kepada para


pembaca yang telah berkenan membaca makalah ini, khususnya mahasiswa dan
mahasiswi yang mempelajari makalah ini. Mungkin makalah ini masih jauh
dari kata sempurna karena masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan.
Untuk itu kami sebagai pemakalah meminta maaf dan kami juga memohon
kritik serta saran yang bersifat membangun.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 2017. Teori-teori pendidikan klasik hingga Kontemporer.


Yogyakarta: IRcisod.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Ar – Ruzz Media

Noorlaila, Faida. 2020. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan.Jawa Barat: Edy


Publisher.

Rudito, Bambang .2008.Social Mapping Metode Pemetaan Sosial: Teknik


Memahami Suatu Masyarakat Atau Komoniti.Bandung: Rakayasa Sains.

Wahab, Rohmalina. 2016. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.


Jakarta : Rineka Cipta.

Wulandari, Dewi. 2009. Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai