Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraud Diamond Theory

Fraud Diamond adalah pandangan baru terhadap fenomena fraud yang

diusulkan oleh Wolfe & Hermanson (2004). Teori ini adalah bentuk pembaruan

dari Teori Fraud Triangle oleh Cressey (1950) yang menambahkan elemen

kualitatif dan diyakini memiliki hubungan yang signifikan dengan tindakan

fraud. Jika dalam Teori Fraud Triangle (Cressey, 1950) menjelaskan bahwa

terdapat 3 elemen yaitu Incentive/Pressure (tekanan), Opportunity (peluang), dan

Rasionalization (rasionalisasi), tetapi dalam Teori Fraud Diamond terdapat

penambahan elemen yaitu Capability/Capacity (kemampuan).

Gambar Elemen Fraud Diamond (Wolfe & Hermanson, 2004)

a. Incentive/Pressure (Tekanan)

Incentive atau tekanan dapat diartikan sebagai motif utama dari perilaku

seseorang untuk melakukan penyelewengan yang dipicu oleh adanya dorongan


yang dirasakan (Arles, 2014). Setiap pelaku harus menghadapi beberapa jenis

tekanan untuk dapat melakukan penipuan. Tekanan yang dirasakan dapat

diartikan sebagai motivasi yang memengaruhi pelaku untuk terlibat dalam

perilaku yang tidak etis (fraud). Tekanan semacam ini juga dapat terjadi kepada

pihak di semua tingkatan organisasi dan dapat terjadi karena berbagai alasan

(Ruankaew, 2016). Alasannya dapat berupa adanya tekanan finansial, tekanan

karena adanya dorongan dari kebiasaan yang buruk dan tekanan yang

berhubungan dengan pekerjaan (Wijayani, 2016).

b. Opportunity (Peluang/Kesempatan)

Elemen Opportunity dalam kaitannya dengan fraud diartikan sebagai suatu

keadaan yang memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan tindakan yang

tidak dibenarkan seperti tindakan penyelewengan (Arles, 2014). Peluang ini dapat

terjadi karena lemahnya pengendalian internal, pengawasan yang kurang terkontrol,

atau karena posisi yang strategis. Dengan memanfaatkan suatu kondisi atau posisi

tertentu, seseorang dapat dengan bebas mengatur kepentingan orang banyak.

c. Rationalization (Rasionalisasi)

Konsep rasionalisasi menunjukkan bahwa pelaku harus bisa merumuskan

beberapa bentuk rasionalisasi yang dapat diterima secara moral sebelum terlibat

dalam perilaku yang tidak etis (Abdullahi, Mansor & Nuhu, 2015). Rasionalisasi

memungkinkan pelaku memandang tindakan ilegal yang diperbuatnya sebagai

suatu tindakan yang dapat diterima. Alasan seperti tergoda untuk melakukan fraud

karena merasa rekan kerjanya yang juga melakukan hal yang sama dan tidak

menerima sanksi atas


tindakan fraud tersebut bisa menjadi pembenaran dari penyelewengan yang

terjadi (Zulaikha & Hadiprajitno, 2016). Pada akhirnya, tindakan rasionalisasi ini

hanya akan menghasilkan pemakluman dari tindakan fraud yang telah terjadi,

apalagi jika tindakan fraud ini dilakukan secara terus-menerus.

d. Capacity/Capability (Kemampuan)

Capacity atau kapabilitas diartikan sebagai suatu kemampuan atau

kelebihan dari seseorang dalam memanfaatkan keadaan yang melingkupinya, di

mana kemampuan ini lebih banyak diarahkan pada situasi untuk mengelabui

sistem pengendalian internal dengan tujuan untuk melegalkan hal-hal yang

sebenarnya dilarang dalam suatu organisasi (Arles, 2014).

2.2 Pola Pengembangan Perilaku Karyawan Bank BCA

BCA memiliki komitmen untuk mengembangkan sumber daya manusia


sebagai aset penting yang diperlukan dalam mendukung implementasi inisiatif
strategis secara efektif sekaligus memberikan layanan terbaik bagi nasabah.
Secara berkesinambungan BCA menyediakan program pelatihan dan
pengembangan secara berkala, menanamkan budaya kerja berbasis kinerja
(performance-based work culture), serta secara aktif memberikan kesempatan
pengembangan karir bagi karyawan. Program-program pengembangan tersebut
diimbangi dengan upaya BCA dalam membangun work-life balance untuk
meningkatkan produktivitas dan efektivitas karyawan. Berikut beberapa tahapan
yang diterapkan oleh BCA dalam menunjang karir para karyawannya :
 Pelatihan dan Pengembangan
Sesuai dengan bisnis Bank yang bergerak dinamis, BCA terus
melakukan pembaharuan program pelatihan yang diberikan bagi
karyawan di setiap tingkatan organisasi. Program pengembangan karir
secara berjenjang juga dijalankan untuk mempersiapkan suksesi
kepemimpinan. Sumber daya manusia yang berkualitas dan terlatih
merupakan aspek penting bagi BCA dalam mempertahankan keunggulan
kompetitif dan dalam mendukung strategi bisnis. Bank senantiasa
berupaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui
beragam program pengembangan yang efektif serta perekrutan staf
berkualitas.
 Rekrutmen dan Pengembangan Karir
Regenerasi dan suksesi menjadi perhatian utama dalam mempersiapkan
dan memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia yang kompeten.
BCA berupaya untuk menjadi perusahaan pilihan (employer of choice)
dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman guna menarik para
pencari kerja berkualitas untuk bergabung di BCA. Bank aktif
melakukan kunjungan ke universitas-universitas untuk memperkenalkan
BCA dan menarik para calon lulusan terbaik. Bank juga berpartisipasi
dalam kegiatan job fair serta bekerja sama dengan universitas-universitas
terkemuka di Indonesia dalam proses perekrutan karyawan. BCA juga
merekrut sumber daya ahli dari eksternal untuk memenuhi kebutuhan
bisnis Bank yang semakin berkembang.
 Organisasi Pembelajar
Pada tahun 2016 BCA tetap fokus dalam menanamkan budaya belajar
diantara para pegawai dan menjadi organisasi pembelajar. Bank
menyadari pentingnya memiliki para karyawan berkualitas yang dapat
beradaptasi dengan cepat terhadap kondisi eksternal, perubahan arah dan
pengembangan bisnis BCA serta dalam memenuhi kebutuhan nasabah
yang semakin kompleks. BCA terus mengembangkan dan memperkuat
budaya belajar melalui berbagai program, seperti program Community of
Practice (COP) yang dapat meningkatkan budaya belajar informal,
program coaching dengan atasan langsung, serta melalui program
pelatihan formal. Berbagai sarana belajar pun dikembangkan untuk
memudahkan akses dan meningkatkan efektivitas belajar.
 Work Life Balance
BCA menyadari pentingnya hidup yang seimbang dalam mendukung
produktivitas. Oleh karena itu, BCA menekankan pentingnya work-life
balance kepada seluruh karyawannya. Untuk menciptakan keseimbangan
tersebut, BCA menyelenggarakan berbagai program, seperti program
pelatihan perencanaan keuangan, perawatan anak serta persiapan
menjelang pensiun. Selain itu, BCA juga mendukung aktivitas rekreasi
dan penyaluran hobi karyawan melalui aktivitas ekstrakurikuler,
termasuk melalui kegiatan olahraga, paduan suara, fotografi, menari,
memancing, dan pelestarian wayang. Guna menjaga kesehatan para
karyawan, selain melalui kegiatan olahraga, Bank juga aktif
mensosialisasikan pola hidup sehat dengan penyediaan pelatihan dan
seminar terkait.
 Rencana Ke Depan
BCA akan terus menyempurnakan program-program pengembangan
sumber daya manusia sejalan dengan perkembangan lingkungan usaha
dan kebutuhan Bank. BCA akan memantau secara cermat kebutuhan
sumber daya manusia serta melanjutkan upaya perekrutan dan
pengembangan untuk mempersiapkan generasi pemimpin masa depan
sebagai bagian perencanaan suksesi secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Guhung, DL. 2018. Fraud Diamond Theory.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/11634/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y

https://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA/~/media/
0FF25693B9D04D4887EAA045A16C2E95.ashx

Anda mungkin juga menyukai