Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

MOLA HIDATIDOSA

Pembimbing:
dr. Aranda Tri S, Sp.OG

Disusun Oleh:
Ayu Devita Ashari
Ahmad Rizky Ferdina
Rezky Wuladari Putri

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KANDUNGAN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 1



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Mola Hidatidosa”. Laporan kasus ini penulis
ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan klinik stase Obstetri
dan Ginekologi di Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari laporan kasusini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas selesainya laporan kasus
ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.
Aranda Tri S, SpOG yang telah memberikan persetujuan dalam pemilihan kasus ini. Semoga
laporan kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 2



BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. J
Nama suami : Tn. S
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 7 Mei 1974
Agama : Islam
Alamat : Jl. Johar Baru
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk : 12 Juli 2017
No R.M.K : 00971197

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahirnya yang mengalir terus menerus berwarna
merah gelap pada tanggal 14-21 juni 2017

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dengan G3P2A0 hamil 8 minggu datang ke RSIJCP dengan keluhan keluar darah
berwarna merah gelap yang mengalir dari jalan lahirnya terus menerus pada tanggal 14-21
juni 2017 disertai nyeri perut. kemudian pasien berobat ke puskesmas, dan puskesmas
merujuk pasien ke RSIJ. Saat tiba di RSIJ, pasien mengatakan sudah tidak ada keluar darah
dari jalan lahir dan nyeri perut.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Pasien menyangkal pernah mengalami hal ini sebelumnya
• Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit asma, hipertensi, DM, penyakit jantung dan
ginjal

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 3



Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Tidak ada riwayat
penyakit asma, hipertensi, DM, penyakit jantung dan ginjal.

Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat sebelumnya dan tidak mengkonsumsi obat apapun selama
kehamilan.

Riwayat Alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan, obat, debu, cuaca, dan lain-lain

Riwayat Psikososial
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan pola makan teratur 3 kali sehari. Tidak
mengkonsumsi kopi, alkohol dan tidak merokok. Pasien juga mengatakan jarang olahraga.

Riwayat Pernikahan
Sekarang merupakan pernikahan ke-1 dengan status pasien masih menikah, dan lama
pernikahan ± 22 tahun

Riwayat Menstruasi
Menarchepada usia 13 tahun.
Siklus Haid : teratur, 28 hari
Lama Haid : ± 7 hari, biasa tidak disertai dysmenorea
Haid pertama haid terakhir: 14 Mei 2017

Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi

Riwayat Persalinan

Anak
Tempat Penolong Tahun Aterm Jenis
JK Berat Keadaan
BPM Bidan 1998 Ya Spontan L 3.500 gr Hidup
RSBK Dokter 2003 Ya SC L 3.500 gr Hidup

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 4



C. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital :
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Suhu : 36.5oC
Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 84 kali/menit

Antopometri :
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 22,55 kg/m2

Status Generalis :

Kepala : Normocephal, rambut bersih dan tidak rontok


Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : Mukosa bibir lembab dan tidak sianosis
Gigi : Tidak caries
Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar, dan tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Normochest, gerakan simetris dan tidak ada yang tertinggal
Paru : Vesikuler kanan = kiri, wheezing -/-, ronkhi -/-
Jantung : Bunyi jantung 1 & 2 reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :Membesar tidak sesuai kehamilan, striae tidak ada, linea nigratidak ada, Tinggi
fundus uteri 1 jari di atas umbilikus
Vagina :Pengeluaran pervaginam:terdapat darah, lender dan gumpalan putih
seperti buah anggur.Fluor albus, varises,dan penyakit kelamin tidak ada

Ekstremitas atas dan bawah :Dingin -/-, edema tidak ada, CRT < 2 detik

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 5



D. STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :
§ Inspeksi : abdomen tidak tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda
peradangan, bekas operasi (+).
§ Palpasi :tidak teraba fundus uteri, balotement (-), tidak teraba bagian janin, nyeri
tekan (-)
Inspekulo
Tidak Dilakukan
VT
Tidak Dilakukan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
RUTIN

Hemoglobin 12.1 g/dl 11,7 – 15,5

Jumlah leukosit 7.4 103/цL 3.60 - 11.00

Hematokrit 36 % 35 – 47

Jumlah Trombosit 308 103/цL 150 – 440

Eritrosit 4.08 106/цL 3.80 - 5.20

HbsAg (Kualitatif) (-) Negatif (-) Negatif

F. RESUME
Anamnesis:
Ny. J 43 tahun G3p2a1 hamil 8 minggu keluhan keluar darah berwarna merah gelap yang
mengalir dari jalan lahir terus pada tanggal 14-21 Juni 2017. Perdarahan tidak disertai

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 6



keluar gumpalan. Dalam 1 hari pasien bisa mengganti pembalut 5-7 kali. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah.

Pemfis Tanda Vital :


TD : 150/90 RR : 20x/mnt Nadi : 84x/mnt Suhu : 36.5◦C

G. DIAGNOSIS
G3P2A0 H 8 minggu perdarahan pervaginam e.c. Mola Hidatidosa

H. PENATALAKSANAAN

a. Rencana Diagnosis
• Cek β-HCG
• PA
b. Rencana Terapi
• Infus RL 500 cc/ 8 jam 20 tpm
• Ondancentron 1 amp iv
• Transfusi Darah 500 cc
• Pro Kuretase (CITO)
c. Rencana Monitoring
• Observasi keadaan umum dan vital sign
• Observasi perdarahan
d. KIE pasien dan keluarga

I. TINDAKAN KURETASE

Tindakan Kuretase : curetase

Penemuan Intra Kuretase:

• Darah keluar bersama cairan berwarna coklat dan jaringan mola ± 250 gram

• Tidak ditemukan janin

Instruksi Post Kuretase :

• Terapi Petidin 50mg IM, Ondancentron 4mg IV, Methergin 3x1

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 7



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana terjadi
keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan perkembangan parsial atau tidak
ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur.Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon
human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan
biasa (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007; Prawirohadjo, 2009).

2.2 Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120 kehamilan)
daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola hidatidosa
dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1
per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih
berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun
dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik (Prawirohadjo, 2009).

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang membentuk
plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi memberikan nutrisi untuk
janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan berkembang menjadi suatu masa yang
abnormal sehingga tidak dapat berfungsi secara normal (Sebire, 2008).

Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik dimana sebuah


spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua sperma memasuki
ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit hanya ditemukan gen dari ayah dan 10

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 8



persen mola bersifat heterozigot. Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom
triploid yang memberi kesan gangguan sperma sebagai penyebab (John, 2006).

Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio
'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu
mengadakan invasi ke jaringan ibu. Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan
peningkatan produksi hCG, tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun,
karena sintesis hormone ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar
hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium (Mochtar, 1998(
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya yang
kini telah diakui adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2. usia ibu yang terlalu muda atau tua beresiko 50% terkena penyakit ini.
3. imunoselektif dari sel trofoblast
4. keadaan sosioekonomi yang rendah
5. paritas tinggi
6. defisiensi vitamin A
7. kekurangan protein
8. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

2.4 Patogenesis
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena
tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil
pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu dan karena pembuluh
darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi
(Sumapraja, 2005; Prawirohadjo,2009).

Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola memberikan
beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan mola hidatidosa adalah mola
“lengkap” dan mempunyai 46 kariotipe XX. Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua
kromosom X itu diturunkan dari ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit
berasal dari pembuahan pada suatu “telur kosong” (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan komplemen kromosom
diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY (John, 2006; Mochtar, 1998,
Cunningham,2006).

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 9



Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu triploid, sering
69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau 69 XYY. Kadang-kadang
terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap, sering disertai dengan janin yang
ada secara bersamaan. Janin itu biasanya triploid dan cacat (John, 2006; Cunningham, 2006).

Gambar 1.1.Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola
lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid. (Hacker).

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas (Sumapraja, 2005):

1. Teori missed abortion.


Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu (missed
abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi
berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan
terjadinya gangguan angiogenesis.

2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang abnormal
adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan
terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan gelembung.
Sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 10



Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga menyerupai buah anggur, atau
mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Ukuran gelembung-
gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat
trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban;
(3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan
inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells).Pada kasus mola banyak
dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista
lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh
(Sumparja, 2005; Hacker, 2001).

2.5 Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai janin maka
disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari
janin disebut mola parsialis atau Parsials mole (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007;
Cunningham, 2006).
Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

Gambaran Mola Komplit Mola Parsial


Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX
atau 69,XXY (tripoid)
Patologi

Edema villus Difus Bervariasi,fokal


Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,
ringan s/d sedang
Janin Tidak ada Sering dijumpai
Amnion, sel darah Tidak ada Sering dijumpai
merah janin
Gambaran klinis

Diagnosis Gestasi mola Missed abortion


Ukuran uterus 50% besar untuk masa Kecil untuk masa
kehamilan kehamilan
Kista teka-lutein 25-30% Jarang
Penyulit medis Sering jarang
Penyakit pascamola 20% <5-10%
Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 11



2.6 Gejala Klinis
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan
biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah
darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10%
pasien masuk RS
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)
3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab
4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan
tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)

Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat
beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut
trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut
(Cunningham, 2006) :

1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum
abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu
atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering
dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.

2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.

3. Aktivitas janin

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 12



Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang
sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan
mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya
dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan
mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup.

4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena.Jumlah tersebut dapat sedemikian
banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan
kematian.Keadaan fatal ini jarang terjadi.Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa
stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini
dapat menginfasi parenkin paru.Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat
pemeriksaan radiografi.Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (koriokarsinoma
metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa metastasik).Perjalanan
selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang
dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian.Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan menimbulkan
kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.

5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi
spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu.Dan jarang
lebih dari 28 minggu (John, 2006).

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang bergelembung
seperti busa.

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 13



(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak,
dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97%
kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor
dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi
pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),
protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia

2. Pemeriksaan Fisik
Ø Inspeksi
Ø Palpasi :
• Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
• Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Ø Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Ø Pemeriksaan dalam :
• Memastikan besarnya uterus
• Uterus terasa lembek
• Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium
Ø Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambarkurva regresi hCG normal yang menjadi parameter dalam
penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 14



Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan kurva
regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola (Cunningham, 2006).
Ø Pemeriksaan kadar T3 /T4
B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin, mengakibatkan
aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.Terjadi gejala-gejala
hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi
labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat tetapi berat badan menurun dan
sebagainya.Dapat terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai
hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran
sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).

4. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi
• Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin
• Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

2.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
• Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
• Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 15



b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan.
d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas
4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih
2. Pengawasan Lanjutan
• Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral
pil.
• Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
• Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium

• Reaksi biologis dan imunologis :


o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 16



Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa

2.9 Prognosis

Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat mola
hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan
tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi,
eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis(Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 17



Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan trofoblastik
gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan lanjut yang ketat,
karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik
gestasional (Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).

Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana akan masuk
kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan dan komplikasi yang
lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat
berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan
membesar (Cunningham, 2006).

2.10Komplikasi
• Perdarahan yang hebat sampai syok
• Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
• Infeksi sekunder
• Perforasi karena tindakan atau keganasan

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 18



DAFTAR PUSTAKA

Chalik, TMA. 1998. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Cunningham, F. Gary, Norman F. Gant. Et all. Williams Obstetric, Twenty-Third Edition.
McGraw-Hill Companies. United States of America. 2010
Hanretty, Kevin P. 2014. Ilustrasi Obstetri. Indonesia: CV. Pentasada Media Edukasi
Mochtar, Rustam. (2011). Sinopsis Obstetri (Obstetri Fisiologi dan Patologi).Jilid 1. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Padjajaran. Universitas Fakultas Kedokteran. 2016. Obstetri Patologi. Edisi 3. Jakarta: EGC
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius
WHO. Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.

Laporan Kasus – Mola Hidatidosa | 19

Anda mungkin juga menyukai