Anda di halaman 1dari 7

HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

http://heanoti.com/index.php/hn

ARTIKEL PENELITIAN
URL artikel ini: http://heanoti.com/index.php/hn/article/view/hn20309

Pengaruh Ekstrak Kayu Manis ( Cinnamomum burmanii) Ketentuan tentang Pengurangan


Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Jantan Hiperglikemik

Kharina Aulia 1 (CA) Bambang Wirjatmadi 2 Merryana Adriani 3


1 (CA) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Indonesia; kharina.aulia@gmail.com (Sesuai

Penulis)
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Indonesia
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Indonesia; merryanawirjatmadi@gmail.com

ABSTRAK

Jumlah penderita hiperglikemia di dunia dan di Indonesia diperkirakan akan meningkat pesat dalam 25 tahun mendatang. Kandungan
cinnamaldehyde, flavonoid, polifenol, dan chromium dalam kayu manis diduga memiliki pengaruh hipoglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus hiperglikemik yang diinduksi aloksan dosis tunggal
sebanyak 125 mg / kg. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan
Rancangan Penelitian Kelompok Kontrol Pre-Post Test. Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 5
kelompok. KN adalah kelompok kontrol negatif. KP merupakan kelompok kontrol positif hiperglikemik. P1 adalah kelompok perlakuan pertama (dosis
200 mg / kg). P2 adalah kelompok perlakuan kedua (dosis 250 mg / kg). P3 adalah kelompok perlakuan ketiga (dosis 300 mg / kg). Terapi kayu manis
diberikan secara oral selama 14 hari. Hasil penelitian ini diuji secara statistik dengan menggunakan One Way ANOVA dan didapatkan adanya
perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan negatif. Kesimpulannya adalah
pemberian ekstrak kayu manis selama 14 hari dapat memberikan pengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Kata kunci: Glukosa darah, Kayu Manis, Hiperglikemia

PENGANTAR

Latar Belakang

Hiperglikemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi produktivitas dan dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia sehingga mempengaruhi sistem kesehatan suatu negara. Keadaan hiperglikemia bisa menjadi kronis dan menyebabkan diabetes melitus.
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain defisiensi insulin absolut yang terjadi apabila terdapat gangguan (disfungsi) pada sel
β pankreas sehingga tidak dapat mensekresi atau memproduksi insulin, defisiensi insulin relatif yang terjadi bila produksi insulin tidak terpenuhi.
kebutuhan, atau penurunan sensitivitas insulin (resistensi insulin). Hiperglikemia dapat menyebabkan gejala klasik diabetes melitus, yaitu poliuria,
polifagi, dan polifilis. Hiperglikemia ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa, dan kadar glukosa darah postprandial. ( 1)

Seiring dengan perkembangan zaman, pergeseran pola penyakit terus terjadi, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif.
Hiperglikemia termasuk penyakit degeneratif yang angkanya tinggi di banyak negara dan salah satu masalah kesehatan yang paling umum di
masyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemik mencapai lebih dari 180 juta orang di seluruh
dunia. Insiden ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 ( 2). Berdasarkan survey WHO yang dilakukan pada tahun 2013,
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita hiperglikemik terbesar di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat ( 3).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi nasional hiperglikemia pada usia di atas 15 tahun adalah
5,7% ( 4).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemia diperkirakan akan meningkat pesat dalam 25 tahun ke depan, dengan perkiraan peningkatan
42% di negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan pada masyarakat demografis yang berubah, tanpa mempertimbangkan perubahan gaya hidup.
Perkiraan kejadian hiperglikemia akan terus meningkat jika tidak ada upaya pencegahan dari masyarakat dengan melakukan perubahan pola hidup
sehat pada penderita atau pada

349 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi


HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

paling tidak menghilangkan faktor-faktor penyebab ledakan kejadian hiperglikemia ( 4). Di negara berkembang kejadian kegemukan dan
obesitas terus meningkat pesat akibat penurunan aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat dengan cepat pada kejadian
hiperglikemia ( 3).
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengontrol diabetes melitus dengan sempurna sehingga penderita diabetes melitus memiliki kecenderungan
untuk menggunakan insulin atau obat antidiabetes oral selama hidupnya ( 5). Di Indonesia minat masyarakat terhadap pengobatan herbal alami bersumber dari
peningkatan hasil panen yang ditandai dengan maraknya obat tradisional yang beredar di masyarakat ( 6). Salah satu alternatif pengobatan diabetes mellitus adalah
dengan pemanfaatan jamu alami (jamu tradisional). Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk menurunkan kadar
glukosa darah pada penderita hiperglikemia untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2.

Kayu manis ( Cinnamomum burmanii) merupakan salah satu rempah-rempah yang sering digunakan masyarakat indonesia sebagai penambah cita
rasa masakan tradisional, selain itu kayu manis juga memiliki aktivitas antioksidan yang dapat melawan radikal bebas dalam tubuh ( 7). Cinnamomum burmanii
merupakan tumbuhan yang mempunyai pengaruh hipoglikemia, karena kandungan cinnamaldehyde dan asam yang dapat meningkatkan sirkulasi insulin dan
transpor glukosa dengan translokasi transporter glukosa (GLUT 4) sehingga tumbuhan ini dikatakan efektif menurunkan glukosa darah puasa ( 8). Pernyataan ini

diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson (2008) yang menyatakan bahwa kandungan polifenol (cinnamaldehyde) pada kayu
manis dapat meningkatkan sensitivitas insulin dengan meningkatkan jumlah reseptor insulin dan GLUT 4 ( 9).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus hiperglikemik
yang diinduksi aloksan dosis tunggal sebanyak 125 mg / kg.

METODE

Penelitian dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2017 yang terdiri dari 7 hari masa aklimatisasi, 4 hari pengkondisian
hiperglikemia, dan 14 hari untuk terapi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan rancangan acak pra-tes dengan
rancangan kelompok kontrol. Sampel penelitian adalah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Wistar 2-3 bulan berat badan ± 150 gram dan
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Hubungan pemberian ekstrak kayu manis dengan perubahan kadar
glukosa darah puasa dianalisis secara statistik menggunakan analisis One Way ANOVA. Jika terdapat perbedaan perlakuan yang signifikan,
dilanjutkan dengan uji post hoc menggunakan uji LSD (Least Significance Difference) untuk melihat lebih jelas perbedaan antar kelompok
perlakuan dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

Total Kelompok 5 • t = 5
• (n - 1) (t - 1) ≥ (n - 15
Rumus: • 1) (5 - 1) ≥ 15
(n - 1) (t - 1) ≥ 15 • (n - 1) 4 ≥ 15
• 4n - 4 ≥ 15
Deskripsi: • 4n ≥ 15 + 4
• n: Total Sampel t:
• 4n ≥ 19
• Total Grup
• n ≥ 19/4
• n ≥ 4.75

Gambar 1. Jumlah sampel hewan diambil berdasarkan rumus Federer

Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmanii) yang diperoleh dari perkebunan
di kawasan Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Materi yang terdapat dalam uji in vivo terdiri dari tikus putih (Rattus novergicus) strain
Wistar jantan berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 150 gram sebanyak 25 ekor yang diperoleh dari Pusvetma (Balai Veteriner Surabaya),
pakan pelet untuk tikus, air minum untuk tikus, alloxan (alloxan monohydrate) merk sigma, glukosa kit meter merk easy touch.

Instrumen

Alat yang digunakan dalam mengekstraksi dan membuat ekstrak kayu manis antara lain peralatan gelas yang terdiri dari 100 mL merk
pyrex, gelas beaker pyrex 500 mL, gelas Erlenmeyer 250 mL merk pyrex, corong kaca, tabung reaksi 20 mL merk pyrex, pipet ukur 1 mL, merk pyrex
5 mL, spatula kaca, lemari pengering, kain saring, kertas saring, rotary evaporator vakum merk IKA, spektrofotometer merk 20 D Plus dan timbangan
analitik merk Denver Instrument.

350 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi


HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

Alat yang digunakan untuk in vivo antara lain microtube bermerek pyrex 5 mL, microphone, micro pipette, one med syringe, force feeding
needle, kandang tikus, botol minum tikus, ruang makan tikus, timbangan merk CAMRY EK 3650, penjepit, gunting, sarung tangan .

Pembuatan Ekstrak Kayu Manis

Pembuatan ekstrak kayu manis menggunakan metode kolaborasi maserasi dan evaporasi. Kulit batang kayu manis dipotong, dicuci, lalu
dikeringkan. Kulit kayu manis seberat 1 kg dihaluskan (dalam bentuk bubuk) kemudian dimasukkan ke dalam ekstraktor kemudian pelarut ethanol 96% dan
dikocok menggunakan alat shacker selama 24 jam. Setelah itu disaring ke dalam erlenmeyer untuk mendapatkan filtrat yang jernih. Filtrat kayu manis bening
dipanaskan dan diuapkan dalam ruang hampa

evaporator pada suhu 40 Hai C-50 Hai C sampai semua pelarut dipisahkan. Residu yang dihasilkan berupa ekstrak kayu manis berupa cairan kental
berwarna coklat kental. Kemudian ekstrak kayu manis dilakukan uji fitokimia.

Pemberian Ekstrak Kayu Manis untuk Contoh Hewan

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling, dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif
(normal tanpa induksi aloksan / KN), kelompok kontrol positif hiperglikemia (aloksan terinduksi hiperglikemia tetapi tanpa ekstrak kayu manis / KP),
kelompok ekstrak kayu manis. dengan dosis 200 mg / kgBB (P1), kelompok ekstrak mentimun dengan dosis 250 mg / kgBB (P2), dan kelompok
ekstrak kayu manis dengan dosis 300 mg / kgBB (P3). Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus dengan desain penelitian menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Peneliti menggunakan aloksan untuk membuat mencit dalam kondisi hiperglikemia dengan dosis 125 mg / kgBB secara
intraperitoneal. Pada hari ke-1 pemeriksaan glukosa darah mencit dilakukan terlebih dahulu sebelum diinduksi aloksan. Pada hari ke 4 sampai dengan
hari ke 18 diberikan ekstrak kayu manis dengan dosis berbeda yaitu 200 mg / kgBW (P1), 250 mg / kgBB (P2), dan 300 mg / kgbb tikus (P2) 1 x / hr.
Pemberian ekstrak kayu manis mulai diberikan sejak hari ke-4 karena mencit dosis tunggal yang diinduksi aloksan telah mengalami kondisi
hiperglikemia. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil uji laboratorium kadar gula darah puasa hari ke 4 (Pre test), dan hari ke 19 (Post test).

HASIL

Analisis Bahan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)

Ekstrak kayu manis diperoleh dengan metode maserasi dan penguapan pada bubuk kayu manis. Proses maserasi menggunakan
suhu ruang untuk meminimalkan kerusakan senyawa bioaktif dalam ekstrak. Analisis yang dilakukan pada bahan baku adalah uji fitokimia. Uji
fitokimia bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa bioaktif yang diharapkan dapat berperan sebagai antihiperglikemia. Hasil uji
fitokimia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Fitokimia Ekstrak Kayu Manis ( Cinnamomum burmanii)

Tidak Uji Hasil Ujian


1 Cinnamaldehide 6.11 mg
2 Flavonoid 3.39 g
3 Chromium (Cr) 1,08 mg

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dalam 100 g ekstrak kayu manis mengandung flavonoid, cinnamaldehide, dan chromium. Kedua
senyawa yang terkandung dalam ekstrak kayu manis (flavonoid, cinnamaldehide) dan mikromineral (chromium) merupakan bahan alami yang
telah diteliti memiliki aktivitas hipoglikemik ( 9).
Penelitian ini membuktikan bahwa kayu manis merupakan salah satu tumbuhan dengan senyawa aktif flavonoid dan cinnamaldehide yang dapat
berfungsi sebagai sumber antioksidan. Kandungan flavonoid pada kayu manis cukup tinggi dan memiliki aktivitas antioksidan yang didasarkan pada
kemampuannya menangkap radikal bebas, terutama pada sel β pankreas.

Kadar Glukosa Darah Tikus

Untuk membuktikan kondisi hiperglikemia pada tikus putih (Rattus novergicus) dilakukan sebelum pemberian aloksan (hari 1) dan empat
hari (96 jam) setelah induksi aloksan (hari ke 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi aloksan menyebabkan peningkatan glukosa darah
tikus sekitar 156 mg / dL hingga 219 mg / dL. Mencit dengan hiperglikemia memiliki glukosa darah puasa> 135 mg / dL. 10 Pengamatan fisik
menunjukkan pada tikus betina hiperglikemia berubah menjadi agak kekuningan dan pergerakannya lebih lambat dibandingkan dengan tikus
kontrol. Perubahan kadar glukosa darah puasa tikus setelah diberikan terapi ekstrak kayu manis dapat dilihat pada Gambar 2.

351 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi


HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

Gambar 2. Grafik perubahan glukosa darah puasa (mg / dL) sebelum dan sesudah pemberian ekstrak kayu manis
ekstrak

Gambar 2 menunjukkan perubahan kadar glukosa darah puasa (PDB) antara sebelum dan sesudah perlakuan ekstrak kayu manis. Setelah
pemberian ekstrak kayu manis kadar PDB pada kelompok perlakuan yang diberi terapi ekstrak kayu manis (P1, P2, dan P3) mengalami penurunan pada
hari ke-5 sampai hari ke-19. Di kedua kontrol baik kontrol positif maupun negatif dari tingkat PDB meningkat dari hari pertama, keempat, hingga hari
terakhir. Peningkatan tingkat PDB terjadi pada kedua kontrol masing-masing sebesar 18% untuk kelompok kontrol negatif dan 35% untuk kelompok
kontrol positif. Sedangkan pada ketiga kelompok perlakuan rerata persentase penurunan kadar PDRB pada masing-masing kelompok adalah 16%
dengan dosis 200 mg / kgBB (kelompok P1), 18% dengan dosis 250 mg / kgBB (kelompok P2), dan 16 % dengan dosis 300 mg / kgBW (kelompok P3).

Tabel 2. Rerata Glukosa Darah Puasa (mg / dL) Sebelum dan Sesudah Pemberian Ekstrak Kayu Manis

Kelompok Tingkat Glukosa Darah (mg / dL)


Hari 1 Hari-4 Hari-19
KN 69.2 * 89.2 a * 109 a
KP 90.8 * 178 c * 231.4 b
P1 89.6 * 168,2 b, c * 141,4 a
P2 95 * 177 b, c * 148.2 a
P3 97 * 165 b * 136,8 a

Deskripsi: KN (Kontrol negatif); KP (Kontrol Positif Hiperglikemia); P1 (Tikus Induksi Alloxan +


dosis ekstra 200 mg / kgBB); P2 (Tikus Induksi Alloxan + ekstrak dosis 250 mg / kgBW); P3 (Tikus Induksi Aloksan +
ekstrak dosis 300 mg / kgBW). * Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
signifikan berdasarkan uji LSD (α = 0,05).

Berdasarkan tabel 2, rata-rata akumulasi kadar glukosa darah puasa (PDB) mengalami perubahan kadar glukosa darah setelah perlakuan
selama 14 hari. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan kadar glukosa darah puasa antara kelompok kontrol baik kontrol positif
maupun kontrol dengan masing-masing kelompok perlakuan yaitu tikus hiperglikemia yang diberi ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg (P1),
ekstrak kayu manis dengan dosis 250 mg ( P2), ekstrak kayu manis dengan dosis 300 mg (P3). Rerata kadar glukosa darah puasa (hari ke-4) pada
kelompok tikus yang diberi induksi aloksan berkisar antara 165 mg / dL sampai 187 mg / dL. Kadar glukosa darah puasa terendah dimiliki oleh
kelompok kontrol negatif yaitu kelompok tikus yang tidak diinduksi aloksan (normal). Rerata kadar glukosa darah puasa antara kelompok kontrol
positif dan kelompok kontrol negatif menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini membuktikan bahwa pemberian aloksan dapat menyebabkan
hiperglikemia setelah induksi 96 jam. Penurunan kadar glukosa darah terjadi pada ketiga kelompok perlakuan yang diberi terapi ekstrak kayu manis
selama 14 hari.

DISKUSI

Hiperglikemia merupakan suatu kondisi yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi makro dan mikrovaskuler yang akan
berdampak pada rusaknya reseptor organ. Kondisi hiperglikemia menyebabkan peningkatan kondisi stres oksidatif dan penurunan antioksidan
endogen (diproduksi oleh tubuh), sehingga tubuh membutuhkan antioksidan eksogen yang merupakan antioksidan dari luar tubuh. Salah satu
senyawa antioksidan terpenting di dunia adalah golongan flavonoid ( 11).

352 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi


HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

Kayu manis merupakan salah satu tanaman herbal dengan kandungan senyawa aktif flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan yang tinggi.
Menurut Gaber (2012), senyawa bioaktif kayu manis (Cinnamomum burmanii) yang paling berperan aktif adalah flavonoid, dan cinnamaldehyde ( 12). Kandungan
polifenol dan flavonoid yang tinggi pada ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi berdasarkan
kemampuannya dalam menangkap radikal bebas, terutama pada sel β pankreas. Mekanisme ini sangat baik dalam menangkal radikal bebas yang disebabkan
oleh disfungsi sel β pankreas ( 13).

Sumber antioksidan paling alami adalah tumbuhan dan umumnya senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan mulai dari akar, biji,
batang, daun, buah, bunga hingga serbuk sari. Senyawa fenolik atau polifenol antara lain dapat berupa flavonoid. Kemampuan flavonoid sebagai
antioksidan telah banyak diteliti oleh para ahli pada tahun ini, dimana peran flavonoid sebagai antioksidan alami yang dapat merubah atau mereduksi radikal
bebas dan juga memiliki kemampuan sebagai anti radikal bebas ( 14). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap 100 g ekstrak kayu manis
mengandung flavonoid sebanyak 3,39 g.

Studi populasi manusia di Roussel et al. (2009) menyimpulkan bahwa suplementasi ekstrak kayu manis (500 mg / hari) pada wanita
pasca menopause dengan diabetes mellitus tipe 2 selama 6 minggu tidak menghasilkan kadar glukosa darah, namun efek antioksidan pada
kayu manis akan muncul setelah 12 minggu ( 15). Kayu manis telah dilaporkan meningkatkan status antioksidan pada subjek dengan sindrom
metabolik, dimana kadar malondialdehida (MDA) plasma menurun akibat aktivitas ekstrak kayu manis dan terdapat indikasi penurunan
peroksidase lipid ( 15).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah puasa paling rendah diantara ketiga kelompok perlakuan terdapat pada
kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak kayu manis 200 mg / kgBW (P1). Namun bila diperoleh persentase perubahan kadar glukosa darah puasa
(PDB) antara sebelum dan sesudah ekstrak simbal diperoleh persentase penurunan PDB tertinggi terjadi pada kelompok P2 (18%), yaitu kelompok
dengan dosis 250 mg / kgBB, meskipun tingkat GDP terapi pada kelompok P2 belum mencapai nilai GDP normal. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa
rata-rata penurunan kadar glukosa darah setelah perlakuan ekstrak kayu manis pada ketiga kelompok perlakuan dengan dosis 200 mg / kgBB, 250
mg / kgBB, dan 300 mg / kgBB mempunyai perbedaan yang sangat signifikan terhadap rerata kadar glukosa darah kelompok kontrol positif setelah
paparan aloksan. Perbedaan kadar glukosa darah puasa pada ketiga kelompok perlakuan tersebut diduga karena keterlibatan peran kayu manis
dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan senyawa aktif cinnamaldehide dalam ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat
meningkatkan aktivitas insulin, memperbaiki kondisi reseptor sel, dan menangkal radikal bebas akibat paparan aloksan ( 9). Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Firdaus (2014) yang membuktikan bahwa pemberian ekstrak kayu manis selama 14 hari dengan dosis
300 mg / kgBB pada mencit Sprague dawley dapat menurunkan glukosa darah secara signifikan setelah paparan aloksan ( 7).

Penurunan kadar glukosa darah puasa pada ketiga kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3) diduga karena keterlibatan peran sinamat
dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan senyawa aktif cinnamaldehide dalam ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) dapat
meningkatkan aktivitas insulin, memperbaiki kondisi reseptor sel, dan menangkal radikal bebas akibat paparan aloksan. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya kandungan sinamaldehida dalam ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) sebanyak 6,11 mg / g. Hasil penelitian ini
tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kwon dkk pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa dalam bubuk
kayu manis mengandung 2,9 mg / g asam trans-sinamat dan 7,9 mg / g cinnamaldehide dimana dalam senyawa cinnamaldehide memiliki
kandungan antioksidan. aktivitas yang bertindak sebagai penangkal radikal hidroksil ( 16).

Cinnamaldehide adalah turunan dari senyawa polifenol. Menurut Lee et al (2002), senyawa cinnamaldehide memiliki aktivitas antioksidan yang
berperan sebagai penangkap radikal hidroksil. Polifenol polimer memiliki efek antioksidan yang memberikan manfaat sinergis untuk pengobatan
diabetes ( 17). Penelitian Widowati (2008) menegaskan bahwa golongan senyawa aktif polifenol pada tumbuhan memiliki aktivitas antioksidan dan
antihiperglikemia. Aktivitas antioksidan dari komponen polifenol ditandai dengan aktivitas yang relatif tinggi sebagai donor hidrogen atau elektron,
dan kemampuan turunan radikal polifenol untuk menstabilkan dan menghilangkan elektron yang tidak berpasangan (rantai putus), serta
kemampuan untuk mendegradasi logam transisi ( 18).

Kandungan cinnamaldehide pada kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki efek hipoglikemik, dimana cinnamaldehide dan cinnamic
acid dapat meningkatkan sirkulasi insulin dan transpor glukosa dengan translokasi transporter glukosa (GLUT 4) ( 8). Selain itu, cinnamaldehide juga
memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas α-glukosidase. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roswiem (2015) dan Apriani (2012)
terbukti adanya penghambatan tersebut
kemampuan aktivitas α-glukosidase dalam ekstrak cinnamomum burmanii ( 19,20). Enzim α-glukosidase berperan dalam proses pemecahan pati
atau disakarida menjadi glukosa. Ketika aktivitas α-glukosidase terhambat, glukosa di luar membran sel akan terhambat sehingga
menyebabkan kadar glukosa darah menurun ( 19).
Penelitian telah menunjukkan bahwa dalam 100 g ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) mengandung 1,08 mg Chromium. Hal ini
sesuai dengan pendapat Anderson (2008) bahwa dalam kayu manis (Cinnamomum cassia) terdapat senyawa alami polifenol dan Cr (Chromium)
yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin ( 9). Peran kromium dalam membantu proses metabolisme glukosa adalah meningkatkan sensitivitas
reseptor insulin sehingga dapat membuka aliran insulin bersama glukosa yang memasuki membran sel. Chromium juga dapat berfungsi untuk
memfasilitasi

353 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi


HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

distribusi glukosa untuk segera diubah menjadi energi. Kromium telah terbukti meningkatkan penggunaan glukosa dan sensitivitas sel
β pankreas ( 9), (21).
Secara organik, kromium dapat ditemukan secara luas di lingkungan baik di udara, air, tanah, hingga tumbuhan dan hewan. Selain kayu manis,
makanan yang mengandung kromium termasuk roti dan sereal gandum, daging tanpa lemak,
keju, jamur, asparagus, kacang hijau, brokoli, kentang, plum, pisang, dan kacang-kacangan ( 22,23). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian ini pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg, 250 mg, sampai dengan 300 mg telah mampu meningkatkan kinerja
reseptor insulin pada sel target sehingga dapat menurunkan glukosa darah puasa pria. tikus wistar hiperglikemia akibat induksi aloksan.

KESIMPULAN

Pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg, 250 mg, dan 300 mg selama 14 hari dapat meningkatkan kinerja reseptor insulin
pada sel target sehingga dapat membantu menurunkan kadar glukosa puasa pada tikus hiperglikemia akibat induksi aloksan meskipun tidak
mencapai glukosa darah normal. level.
Diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg / kgBB, 250 mg / kgBB, dan 300 mg /
kgBB dalam jangka waktu yang lebih lama. Peneliti juga menyarankan untuk menguji isolasi kandungan senyawa aktif pada kayu manis yang
ternyata dapat mempengaruhi perbaikan kondisi hiperglikemia untuk mendapatkan dosis yang tepat.

REFERENSI

1. Catherine U, Erica Seamon. Farmakoterapi Herbal Standar Alami Suatu Pendekatan Berbasis Bukti. Kanada: Mosby Elsivier.
2010.
2. Organisasi Kesehatan Dunia. Definisi dan Diagnosis Diabetes Mellitus dan Hiperglikemia Menengah.
2006. Tersedia dari: http://www.idf.org/webdata/docs/WHO_IDF_definition_diagnosis_of diabetes. pdf.
Diakses 2 Mei 2017.
3. Kementerian Kesehatan RI. Info Datin. Jakarta; Kementerian Kesehatan RI; 2014.
4. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI; 2013.
5. Bilous R, Donelly R. Buku Tangan Pegangan Diabetes (Buku Pegangan Diabetes). Jakarta: Bumi Medika. 2014.
6. Dewoto HR. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka (Pengembangan Obat Tradisional
Indonesia menjadi Fitofarmaka). Majalah Kedokteran Indonesia. 2007; 57 (7): 205-211.

7. Firdaus AE. Efek dari Cinnamomum cassia Ekstrak Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida mencit
jantan Sprague dawley yang diinduksi oleh Aloksan (Efek Ekstrak Kayu Manis “Cinnamomum cassia” Terhadap
Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan).
Tesis Sarjana. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2014.

8. Rahimah BS. Efek Hipoglikemia dari Cinnamomum burmanii Infus pada Penurunan Glukosa Darah Puasa pada Tikus yang Diinduksi Alloxan.
Jurnal Medika Planta. 2011; 1 (3).
9. Anderson RA. Kromium dan Polifenol dari Kayu Manis Meningkatkan Sensitivitas Insulin. Prosiding The Nutrition Society. 2008; 67:
48-53.
10. Kusumawati D. Bersahabat dengan Hewan Percobaan (Bersahabat Dengan Hewan Coba). Yogyakarta: Gajah Mada University Press;
2004.
11. Meigh JB. Asosiasi Stres Oksidatif, Resistensi Insulin, dan Fenotipe Risiko Diabetes. Perawatan Diabetes; 2007; 30.

12. Gaber E. El-Desoky., Mourad AM Aboul-Soud., Khalid Al-Numair. Efek Antidiabetes dan Hipolipidemik dari Ceylon Cinnamon
(Cinnamomum verum) pada tikus Alloxan-diabetes. Jurnal Penelitian Tanaman Obat. 2012; 6 (9): 1685-1691.

13. Yang CH, Li RX, Chuang LY. Aktivitas Antioksidan Berbagai Bagian Ekstrak Cinnamomum cassia dengan Metode Ekstraksi
Berbeda. Jurnal Molekul. 2012; 17: 7294-7304.
14. Kurniawan H.Tes Aktivitas Hipoglikemia Fraksi dan Residu Etanol Dekokta Herba Sambiloto ( Andrographis paniculata ( Burm.f.)
Ness) Melalui Aksi Translokasi Antioksidan dan Protein GLUT-4 pada Tikus Resistensi Insulin (Uji Aktivitas Hipoglikemia Fraksi
Etanol Dan Residu Dekokta Herba Sambiloto ( Andrographis paniculata ( Burm.f.) Ness) Melalui Aksi Antioksidan dan
Peningkatan Translokasi Protein GLUT-4 Pada Tikus Resistensi Insulin). Tesis Pascasarjana. Yogyakarta: Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada; 2014.

354 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi


HHealth Notions, Volume 2 Nomor 3 (Maret 2018) ISSN 2580-4936

15. Roussel AM, Hininger I, Benaraba R, Anderson RA. Efek Antioksidan Ekstrak Kayu Manis pada Orang dengan Gangguan Glukosa
Puasa Yang Kegemukan atau Obesitas. Jurnal American College of Nutrition. 2009; 28: 16-21.

16. Kwon H, Hwang J, So J, Lee C, Sahoo A, Ryu J, Jeon W, Ko B, Im C, Lee S, Park Z, Im S. Ekstrak Cinnamomum Menginduksi
Kematian Sel Tumor Melalui Penghambatan NFαB dan API. 2010. Tersedia dari: http://www.biomedcentral.com (Diakses 12
Oktober 2017).
17. Lee HS. Aktivitas Penghambatan Komponen Turunan Kulit Cinnamomum cassia terhadap Lensa Tikus Aldosa Reduktase. Jurnal Pharm
Sci. 2002; 5 (3): 226-230.
18. Widowati W. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes (Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes). JKM. 2008; 7 (2): 193-202.

19. Roswiem PA. Potensi Ekstrak Air dan Etanol Kulit Batang Kayu Manis Padang ( Cinnamomum burmanii) tentang Aktivitas Enzim
A-Glukosidase (Potensi Ekstrak Air dan Etanol Kulit Batang Kayu Manis Padang ( Cinnamomum burmanii) Terhadap Aktivitas
Enzim A-Glukosidase). Jurnal Kedokteran YARSI. 2015; 23 (2): 091-102.

20. Apriani R.Uji Penghambatan Aktivitas α-Glukosidase dan Identifikasi Gugus Senyawa dari Fraksi Aktif pada Cinnamomum
burmanii Blume Skin Stem Extract (Uji Penghambatan Aktivitas αGlukosidase dan Identifikasi Golongan Senyawa dari Fraksi
yang Aktif pada Ekstrak Kulit Batang
Cinnamomum burmanii Blume). Tesis Sarjana. Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia. 2012.
21. Prinsip Gibson RS Penilaian Gizi Edisi Kedua. New York: Oxford University Press;
2005.
22. Unjiati. Perbedaan Kadar Kromium dan Seng pada Penderita Diabetes Tipe 2 dan Non Diabetes di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
(Perbedaan Kadar Kromium dan Seng Pada Penderita Diabetes Tipe 2 dan Non Diabetes di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya).
Tesis Pascasarjana. Surabaya: Pascasarjana Universitas Airlangga; 2014.

23. Setyoadi, Utami YW, Yuliatun L. Jus Brokoli Menurunkan Kadar Rendah Densitas Lipoprotein Darah Pada Tikus Model Diabetes
Mellitus (Jus Brokoli Menurunkan Kadar Low Density Lipoprotein Darah Pada Tikus Model Diabetes Mellitus). Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 2014; 28 (1): 26-29.

355 | Penerbit: Jaringan Humanistik untuk Sains dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai