Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Dian Pratiwi. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Kelengkapan


Imunisasi Booster Pada Balita Dipuskesmas Pekauman Banjarmasin.
Dibimbing Oleh Desilestia Dwi Salmarini Dan Ahmad Hidayat.

Latar belakang: Imunisasi Booster adalah imunisai lanjutan yang


ditunjukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang
perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Sasaran balita untuk
imunisasi booster di Puskesmas Pekauman pada tahun 2017 sebanyak 15%
untuk pentabio booster dan 13% untuk campak booster, memiliki
peningkatan sedikit lebih besar dari tahun 2016 yang hanya mencapai 12%
untuk pentabio dan 10% untuk campak booster, walaupun demikian capaian
imunisasi booster tidak mengalami kenaikan yang jauh sehingga dapat
mewakili sebagian besar permasalahan kelengkapan imunisasi lanjutan
(booster) pada balita di wilayah tersebut.
Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan status kelengkapan
imunisasi booster pada balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Metode: Desain penelitian ini berbentuk deskriptif analitik. Sampel
penelitian adalah ibu yang memiliki balita usia 24-36 bulan di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin yang berjumlah 30 orang diambil secara Accidental
sampling. Data dianalisis dengan analisa univariat dan bivariat. Analisis
Bivariat menggunakan uji Kolmogrov Smirnov.
Hasil: hasil analisis univariat diperoleh bahwa pengetahuan cukup sebanyak
15 orang (50%) dan balita yang lengkap imunisasi Booster sebanyak 18
orang (60%). Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p value =0,011(p<0,05)
yang artinya bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kelengkapan imunisasi Booster.
Simpulan: Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi
Booster pada balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Saran perlu
melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan/pelatihan guna meningkatkan
pengetahuan tentang imunisasi booster lengkap ke rumah-rumah yang jauh
dari Puskesmas.
PENDAHULUAN
Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang
sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap berbagai penyakit. Berbagai macam penyakit menular
seperti penyakit difteri, pertusis, campak, tetanus, dan polio telah terbukti
menurun secara mencolok berkat pemberian imunisasi pada bayi dan anak.
Bahkan, Indonesia telah dinyatakan bebas penyakit cacar sejak tahun 1972.
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap berbagai penyakit (Hidayat, 2009; Maryunani, 2010).
Imunisasi adalah cara untuk menimbulkan imunitas atau kekebalan
pada seseorang dengan menyiapkan dan menimbulkan antibodi, sehingga
tubuh siap mengatasi kuman yang datang. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukkan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Upaya
pencegahan terhadap penyakit ini telah berhasil menurunkan morbiditas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada
bayi dan anak. Banyak penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sehingga imunisasi menjadi salah satu bagian
terpenting pada tahun pertama bayi. Memberi imunisasi bayi tepat pada
waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan
imunisasi dan kesehatan bayi (Hidayat, 2007; Suririnah, 2009; Susanti,
2013).
Tujuan Imunisasi, Menurut Hidayat (2009), tujuan pemberian
imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan,
menurut Arfianto (2012), tujuan imunisasi antara lain adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu di dunia, untuk melindungi dan mencegah penyakit-
penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak, anak menjadi
kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas, dan mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan menyebabkan kematian.
Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari
imunisasi dasar yang di berikan pada waktu-waktu tertentu dan juga
diberikan bila terdapat wabah yang terjangkit atau bila terdapat kontak
dengan penyakit bersangkutan (Maryunani, 2010). Imunisasi Booster adalah
imunisai lanjutan yang ditunjukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
di atas ambang perlindungan atau memeperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi booster bertujuan untuk meningkatkan kembali kekebalan
tubuh yang terbentuk, sebab pada usia 15-18 bulan jumlah antibodi di dalam
tubuh mulai mengalami penurunan. Imunisasi booster untuk anak usia 18
bulan (1,5 tahun) diberikan imunisasi DPT-HB-Hib dimana jarak
pemberiannya mimimum 12 bulan dari DPT-HB-Hib dosis terakhir.
Sedangkan anak berusia 24 bulan (2 tahun) diberikan imunisasi campak
dengan ketentuan minimum berjarak 6 bulan dari campak dosis pertama.
Sasaran balita untuk imunisasi booster di Puskesmas Pekauman pada tahun
2017 sebanyak 15% untuk pentabio booster dan 13% untuk campak booster,
memiliki peningkatan sedikit lebih besar dari tahun 2016 yang hanya
mencapai 12% untuk pentabio dan 10% untuk campak booster, walaupun
demikian capaian imunisasi booster tidak mengalami kenaikan yang jauh
sehingga dapat mewakili sebagian besar permasalahan kelengkapan
imunisasi lanjutan (booster) pada balita di wilayah tersebut.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional, jenis penelitian ini tujuan untuk

menemukan ada atau tidak adanya hubungan antara variabel bebas

(pengetahuan) dan variabel terikat (status kelengkapan imunisasi booster).

Penelitian cross sectional yaitu data variabel dependen dan variabel

independen diambil kemudian dilakukan dalam waktu bersamaan

(Notoadmodjo, 2012).

B.Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti


(Notoatmodjo,2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang membawa balita usia 24- 36 bulan pada bulan Maret 2018
perkiraan sebanyak 162 balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

1
29

2. Sampel

a. Penentuan Jumlah Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,2012). Menurut

Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah haruslah

sebesarbesarnya. Pendapat Gay dan Diehl mengasumsikan bahwa semakin banyak

sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat

digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada

jenis penelitianya

1) Jika penelitiannya bersifat deskritif, maka sampel minimumnya 10%

dari populasi.

2) Jika penelitianya korelasional, sampel minimumnya adalah 30 subjek.

3) Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30

subjek per group.

4) Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15

subjek per group. Jadi, sampel yang digunakan saat ini adalah sampel

minimum yaitu 30 sampel.

b. Teknik Pengambil Sampel

Teknik pengambilan sampel diambil secara Accidental sampling ini

dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

tersedia di suatu tempat sesuai konteks penelitian (Notoadmodjo, 2012). Peneliti

mengambil responden yang kebetulan ada adalah ibu yang membawa anaknya

usia 24-36 bulan di Puskesmas yang ditemui peneliti saat penelitian dilakukan dan

bersedia menjadi responden.


29

3. Jenis dan sumber data


Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh oleh seseorang

atau peneliti secara langsung dari responden dengan kuesioner. Sedangkan data

sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber lain yang telah bersedia

sebelum penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Data primer berupa

pengetahuan responden terhadap kelengkapan imunisasi Booster pada batita. Data

sekunder didapatkan peneliti dari Dinas kesehatan Kota Banjarmasin dan

Puskesmas Pekauman. Dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, peneliti

mendapatkan data informasi cakupan imunisasi rendah dengan sasaran batita

terbanyak terdapat di Puskesmas Pekauman.

4. Analisis Data

Untuk memperoleh hasil penelitian, peneliti melakukan analisis dengan cara :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat akan dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yaitu dengan

menggunakan rumus (Machfoedz, 2012).

P=

Keterangan :

P = Persentase yang dicari f =

frekuensi yang didapat n =

jumlah responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang dianggap


berpengaruh. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan sesuai dengan
kelompoknya. Untuk mempelajari hubungan variabel secara keseluruhan, yaitu
29

untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi booster


pada balita usia 24-36 bulan.

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel dependen dan independen. Data disajikan dalam bentuk tabel silang dan

variabel-variabel yang diuji dalam analisis yaitu dengan menggunakan uij chi

square dengan syarat dan rumus sebagai berikut. Syarat untuk menggunakan uji

Chi Square adalah : (R.Topan, 2014)

1) Jumlah sampel besar

2) Skala data variabel katagorik

3) Bentuk tabel 2x2

4) Jumlah cell dengan expected count kurang dari 5 tidak boleh


lebih dari 20%

Uji Kolmogorov-Smirnov ini selain digunakan untuk menguji normalitas

data, dapat juga digunakan analisis alternatif Chi Square jika tidak memenuhi

syarat (2x K), syarat uji Kolmogorov Smirnov:

1) Skala data variabel kategorik

2) Bentuk tabel 2 x K

3) Uji alternatif Chi Square jika nilai ekspetasi di bawah 5

berjumlah lebih dari 20%

Berdasarkan hasil analisis Chi Square terdapat jumlah cell dengan

frekuensi harapan < 5 sebanyak 2 cell (33,3%), sehingga peneliti menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov karena syarat uji ini digunakan untuk tabel 2 x 3 dan

memiliki nilai ekspetasi di bawah 5 berjumlah > 20%. Keputusan Uji (Hastono,

2007).
29

1) Bila p value < α (0,05) Ho ditolak, berarti data sampel mendukung

adanya perbedaan atau hubungan yang bermakna 2) Bila p value ≥ α

perbedaan atau ada tidaknya hubungan yang bermakna.


1

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat akan dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yaitu dengan
menggunakan rumus (Machfoedz, 2012). Analisis Univariat pada
penelitian ini dilakukan pada variabel yang meliputi: pengetahuan ibu dan
kelengkapan imunisasi booster.

a. Pengetahuan ibu tentang imunisasi Booster di Puskesmas Pekauman

Pengelompokan responden berdasarkan katagori pengetahuan

bisa dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan ibu tentang imunisasi Booster di


Puskesmas Pekauman
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 13 43,3
Cukup 15 50
Kurang 2 6,7
Total 30 100
Dari seluruh ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini

tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan cukup tentang imunisasi Booster, yaitu

(50,0%).
b. Kelengkapan imunisasi Booster di Puskesmas Pekauman

Banjarmasin

Tabel 4.2 Distribusi Kelengkapan imunisasi Booster di


Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Kelengkapan imunisasi Frekuensi %
Lengkap 18 60
Tidak Lengkap 12 40
Total 30 100
2

Hasil penelitian ini menujukan bahwa sebagian besar responden

masuk dalam kategori lengkap dalam melakukan kelengkapan

imunisasi Booster, yakni sebesar 18 responden

(60,0%).

2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

dianggap berpengaruh. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan sesuai

dengan kelompoknya. Untuk mempelajari hubungan variabel secara

keseluruhan, yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan

kelengkapan imunisasi booster pada balita. Teknik analisis dilakukan

dengan Kolmogorov Smirnov.

a. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Status Kelengkapan

Imunisasi Booster pada balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

Tabel 4.3 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Status


Kelengkapan Imunisasi Booster pada balita di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
Kelengkapan Imunisasi
Booster
Total Pvalue
Pengetahuan Lengkap Tidak

Lengkap
N % N % N %
0,011
Baik 11 84,6 2 15,4 10
100
Cukup 7
Kurang 2 100 2 46,7 8
Total 18 60 12 40 30 100 15

Dari tabel 4.3 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value =0,011. hal

tersebut menunjukan ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan variabel

kelengkapan imunisasi Booster (p<0,05).


3

B. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Pengetahuan ibu

Hasil analisa Univariat pengetahuan ibu didapatkan hasil penelitian bahwa

sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 responden

(50,0%), ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 (43,3%), dan ibu yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 responden (6,7%).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang dilakukan oleh manusia terhadap

suatu objek tertentu melalui proses penginde raan yang lebih dominan terjadi

melalui proses pengindraan penglihatan dengan mata dan pendengaran dengan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat menentukan

dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang (overt behavior) (Efendi &

Makhfudli, 2009; Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan ibu diperoleh dari

pendidikan, pengamatan ataupun informasi yang didapat seseorang, dengan

adanya pengetahuan seseorang dapat melakukan perubahan-perubahan sehingga

tingkah laku dari seseorang dapat berkembang (Sarwono, 1992 dalam Nursalam,

2001).

Pengetahuan responden yang baik ditunjukan dengan kemampuan

responden menjawab dengan benar pertanyaan yang berkaitan dengan

pengetahuan imunisasi booster. Pengetahuan ibu dijadikan dasar untuk berprilaku

yaitu dalam memberikan imunisasi kepada anaknya. Adapun ibu yang memiliki

pengetahuan baik namun tidak melengkapi status kelengkapan imunisasi anaknya

dikarenakan beberapa faktor diantaranya ibu yang berpindah-pindah tempat

tinggal sehingga ibu lupa menaruh buku KIA yang membuat ibu tidak bisa

memantau dan melihat jadwal pemberian imunisasi balitanya.

Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas Pekauman Banjarmasin masih ada

yang memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai imunisasi karena peneliti


4

menganalisis bahwa tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita di Puskesmas

Pekauman Banjarmasin dipengaruhi oleh kurangnya sumber informasi di

lingkungan masyarakat dan partisipasi dari petugas kesehatan atau kader

posyandu harus lebih banyak melakukan pemantauan sehingga warga ingin

melakukan imunisasi terhadap anaknya. Pengalaman juga merupakan suatu

kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari

lingkungannya. Pengalaman yang nantinya akan melekat menjadi pengetahuan

pada individu secara subjektif sehingga semakin banyak pengalaman tentunya

pengetahuan yang didapat juga semakin banyak. Dari segi informasi, kemudahan

dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber melalui media promosi

kesehatan atau internet juga dapat meningkatkan pengetahuan.

b. Kelengkapan imunisasi Booster pada Balita

Hasil analisa Univariat kelengkapan imunisasi didapatkan hasil penelitian bahwa

sebagian besar responden mengimunisasikan anaknya secara lengkap, yaitu

sebesar 18 responden (60%) untuk imunisasi booster yang lengkap dan 12

responden (40%) yang imunisasi anaknya tidak lengkap.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2009). Tujuan dari imunisasi ini

adalah untuk zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk

mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil dan diharapkan anak menjadi

kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka mordibitas dan


5

mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu

(Hidayat,2009).

Macam-macam imunisasi itu ada dua macam, diantaranya adalah

imunisasi aktif dan pasif. Menurut Hidayat (2009), imunisasi aktif adalah

pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan

dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya

adalah imunisasi polio dan campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah

penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.

Contohnya pada penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang

mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang

baru lahir di mana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibody dari ibunya

melalui darah plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap

campak.

Imunisasi Booster lengkap adalah pemberian imunisasi Pentabio Booster

1x dan campak 1x sebelum anak berusia 3 tahun. Pemberian imunisasi pentabio

booster diberikan minimal 12 bulan setelah imunisasi pentabio dan dapat

diberikan dalam rentang usia 18-36 bulan, pemberian imunisasi campak booster

diberikan minimal 6 bulan setalah pemberian imunisasi campak terakhir dan dapat

diberikan dalam rentang usia 24- 36 bulan, anak di atas 36 bulan yang belum

lenkap imunisasinya tetap harus diberikan munisasi dasar lengkap (Buku KIA,

2016).

Pada lampiran master tabel dalam penelitian ini terdapat 3 kategori warna

yaitu warna putih, kuning, dan merah. Warna putih menunjukan usia balita yang
6

tepat untuk melaksanakan imunisasi booster, dimana usia 18 bulan untuk pentabio

booster dan 24 bulan untuk campak booster. Warna kuning menujunkan usia

balita yang masih diperbolehkan untuk melakukan Imunisasi booster, warna

merah menunjukan balita yang tidak melakukan imunisasi booster.

Adapun faktor- faktor yang menyebabkan ibu tidak melengkapi

kelengkapan imunisasi anaknya, di antaranya ibu yang tidak tahu mengenai

imunisasi lanjutan hal ini terjadi karena mungkin kurangnya informasi yang

diperoleh ibunya mengenai imunisasi booster, ibu yang saat usia balita seharusnya

di imunisasi tetapi balita sedang sakit, ibu yang lupa terhadap jadwal imunisasi

yang sudah ditetapkan hal ini bisa terjadi mungkin kesibukan orang tuanya

sehingga tidak memperhatikan imunisasi anakanya dan kebiasaan keluarga untuk

berpindah-pindah tempat tinggal sehingga lupa jadwal pemberian imunisasi

anaknya.

2. Analisis Bivariat

a. pengetahuan ibu dengan status kelengkapan imunisasi Booster

pada Balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan

imunisasi booster pada balita usia 24 bulan -36 bulan dapat dijelaskan bahwa dari

2 ibu yang memiliki pengetahuan kurang yang tidak memberikan imunisasi

booster secara lengkap sebanyak 7 orang ibu (38,9%) dan sebanyak 11 orang ibu

(61,1%) juga yang mengimunisasikan anaknya secara lengkap. Hasil uji statistik

diperoleh (p value = 0,011) dengan tingkat keperacayaan 95% maka dapat


7

disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi

Booster.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian dari Nurazizah (2012) dengan

judul gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi booster pada anak di kota

makasar yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh terhadap pengetahuan orang

tua sebanyak 70,4% dan pekerjaan ibu mempengaruhi pengetahuan ibu, ibu yang

bekerja lebih baik dari ibu yang tidak bekerja semua ini disebabkan karena ibu

yang bekerja diluar rumah lebih mudah memiliki akses terhadap informasi.

Berdasarkan hasil penelitian, pertanyaan kuesioner nomor 3 yaitu tentang

komposisi vaksin dan pertanyaan nomor 14 tentang jadwal pemberian imunisasi

booster didaptakan kebanyakan responden salah dalam menjawab pertanyaan

tersebut. Hal tersebut dapat disimpulkan inilah penyebab masih adanya ibu yang

belum melengkapi status kelengkapan imunisasi booster pada anaknya

dikarenakan minim nya pengetahuan ibu tentang jadwal pemberian imunisasi

booster dan kurangnya pengetahuan ibu tentang komposisi vaksin yang

mengandung antigen berupa virus dan bakteri yang dilemahkan yang berfungsi

membuat zat anti berupa anti bodi berguna untuk mempertahankan agar tetap

kebal dan dapat menjamin anak sulit untuk terserang penyakit. Sedangkan untuk

pertanyaan kuesioner yang responden banyak benar dalam menjawab adalah

pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang pengertian imunisasi dan manfaat sehingga

dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden mengetahui bahwa adanya

imunisasi lanjutan setelah imunisasi dasar dan dari pengetahuan ibu tentang

manfaat imunisasi lanjutan membuat motivasi dan kemauan ibu untuk berupaya

melengkapi imunisasi balitanya.


8

Kelengkapan imunisasi Booster akan timbul dengan adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yaitu pengetahuan tentang imunisasi boosterr.

Menurut Rogers dalam Notoadmodjo (2003), suatu perilaku yang didasarkan oleh

pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasarkan pada

pengetahuan. Menurut Bloom, bahwa terbentuknya suatu perilaku baru, dimulai

pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

yang berupa materi atau objek, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada

subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap

subjek terhadap objek yang diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan

menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) sehubungan

dengan stimulus yang telah diketahui.

Peneliti menganalisis bahwa pengetahuan tidak selalu didapat dari

tingginya tingkat pendidikan, karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari media

massa, pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, dan juga partipsipasi

dari petugas kesehatan (pelayanan kesehatan dan kader posyandu). Untuk itu

peneliti menyarankan Puskesmas Pekauman lebih meningkatkan lagi upaya

peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi dengan cara

meningkatan penyuluhanpenyuluhan berupa pendidikan kesehatan tentang

pentingnya kelengkapan imunisasi dalam kegiatan Puskesmas dan posyandu yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Pekauman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi Booster pada


balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

Saran
9

perlu melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan/pelatihan guna meningkatkan


pengetahuan tentang imunisasi booster lengkap ke rumah-rumah yang jauh
dari Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai