Anda di halaman 1dari 26

Bahan Ajar

SPEKTROSKOPI

Prinsip Dasar
Spektroskopi merupakan salah satu metoda analisis kimia instrumental yang
berdasarkan pada interaksi energi radiasi dengan materi. Di mana sebagai energi
adalah radiasi elektromagnetik dan sebagai materi adalah atom maupun molekul
dalam suatu senyawa kimia.

Akibat interaksi energi radiasi dengan materi


Hasil interaksi tersebut biasa menimbulkan beberapa peristiwa antara lain :
Transmisi; Pemantulan; Pembiasan / hamburan (scattering); Difraksi; Penyerapan
(Absorpsi); Emisi; Fluoresensi dan Fosforesensi.
Dari peristiwa-peristiwa tersebut dapat menghasilkan metode analisis, yaitu :
 Hamburan menghasilkan metoda analisis Spektrofotometri Raman
 Difraksi menghasilkan metoda Analisis Spektrometri Difraksi Sinar-X.
 Absorpsi menghasilkan metoda analisis Spektrofotometri : Sinar Tampak,
Ultra Violet, Infra merah, dan Serapan Atom.
 Absorpsi dan Emisi menyebabkan terjadinya fotoluminisensi yang kemudian
dikenal dengan lahirnya Spektro-fluoresensi dan fosforesensi.

Untuk dapat memahami metoda spektrometri, diperlukan pengertian tentang


sifat-sifat radiasi elektromagnetik, interaksi radiasi dengan zat/materi, serta
prinsip kerja maupun cara penggunaannya.

Sifat Radiasi Elektromagnetik


Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk energi yang bergerak melalui
suatu ruang dengan kecepatan tinggi, mempunyai dua karakter yaitu sebagai
gelombang dan sebagai partikel.
Sesuai dengan namanya, radiasi elektromagnetik terdiri dari komponen listrik
dan komponen magnetik yang bergetar / merambat saling tegak lurus satu sama lain
dan juga tegak lurus terhadap arah penjalaran radiasi.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 1 / 26


Bahan Ajar

Pada proses interaksi dengan materi, yang berperan aktif adalah komponen
listriknya saja.
Untuk menggambarkan sifat-sifat radiasi elektromagnetik, digunakan dua
teori yang saling melengkapi yaitu teori gelombang dan teori korpuskuler.

Radiasi elektromagnetik sebagai Gelombang


Sebagai gelombang, radiasi elektromagnetik mempunyai panjang gelombang

( λ), frekuensi ( υ ), amplitudo ( A ), dan kecepatan ( C ).

Panjang gelombang ( λ ) adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah,

dinyatakan dalam satuan : nm, Ǻ. Frekuensi radiasi ( υ ) adalah banyaknya


gelombang yang terjadi per detik, dinyatakan dalam detik-1, Hertz ( banyaknya
putaran per detik ). Kecepatan radiasi ( C ) adalah hasil kali frekuensi dan panjang
gelombang, yaitu jarak yang ditempuh gelombang radiasi dalam satuan waktu.
Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi dan kecepatan, dinyatakan oleh
persamaan berikut :
C
 . 
n

dimana , λ adalah panjang gelombang ( cm )


υ adalah frekuensi, jumlah siklus per detik atau Hertz (Hz)
C adalah kecepatan radiasi dalam ruang hampa ( 3 x 1010 cm/detik)
n adalah indeks bias medium.
_
Selain itu dikenal juga bilangan gelombang (  ), yaitu jumlah gelombang setiap satu
cm atau harga kebalikan dari panjang gelombang,
_
1
 , cm-1

Angka bilangan gelombang ini banyak digunakan pada spektrometri infra merah.
Kecepatan dan panjang gelombang radiasi bergantung terhadap medium, tetapi
frekuensi tidak.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 2 / 26


Bahan Ajar

Radiasi Elektromagnetik sebagai Partikel


Teori Korpuskuler menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik meruipakan
partikel yang mempunyai energi yang disebut dengan foton (photon). Oleh Max
Planck, dinyatakan bahwa energi foton berbanding langsung dengan frekuensi radiasi
dan hal ini dinyatakan dalam persamaan :
C
E  h  h
( n )

dimana, E = energi foton (radiasi), Joule (J)


h = tetapan Planck, 6,624 x 10-34 Joule detik
Energi selain dinyatakan dalam Joule, dapat dinyatakan dengan cara lain yaitu erg.
(1 Joule = 107 erg ) dan elektron volt ( 1 ev = 1,6021 x 10-19 J ) atau dalam Kcal/mol
( 1 ev = 23,06 Kcal/mol ).
Radiasi elektromagnetik meliputi banyak panjang gelombang, mulai dari
radiasi yang mempunyai frekuensi (energi) yang sangat rendah sampai yang sangat
tinggi dan disebut dengan spektrum elektromagnetik. Spektrum tersebut dapat
dibagi dalam daerah-daerah spektrum yang lebih kecil.

X-Ray Vis Micro wave

Gamma-ray UV IR Radio
-11 -9 -7 -5
10 10 10 10 10-3 10-1
101

PANJANG GELOMBANG, (cm)


Spektroskopi Spektroskopi Spektroskopi Spektroskopi ESR, Spektroskopi
Emisi sinar Emisi, Emisi, absorpsi IR, EPR NMR
Gamma Absorpsi Sinar Absorpsi, Raman
X Fluoresensi,
UV-Vis
Transisi Inti Transisi Transisi Transisi Transisi keadaan spin
(Nuclear) elektronik elektronik Vibrasi terinduksi magnetik
( kulit lebih ( Kulit lebih molekular
dalam) luar)

SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 3 / 26


Bahan Ajar

Merupakan salah satu metoda analisis kimia instrumental yang berdasarkan


pada interaksi energi radiasi UV-Vis dengan materi. Di mana sebagai energi adalah
radiasi elektromagnetik dan sebagai materi adalah atom maupun molekul dalam
suatu senyawa kimia.

Hubungan Warna dengan Panjang Gelombang

Radiasi elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia disebut sinar
tampak / visible, yang meliputi daerah panjang gelombang 400-700 nm dan
merupakan campuran dari warna-warna yang terlihat pada pelangi. Apabila suatu
larutan dikenai sinar polikromatik (sinar yang terdiri dari bermacam-macam warna)
maka ada suatu berkas sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap,
sedang berkas sinar yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Berkas sinar
yang diteruskan berwarna. Warna yang diteruskan merupakan warna dari larutan,
disebut Warna Komplementer dari warna sinar yang diserap.

Tabel 1. Warna dan warna komplementer spektrum sinar tampak


Panjang gelombang
Warna Warna Komplementer
( nm )
380 - 450 Violet / ungu Hijau kekuningan
450 - 495 Biru kuning
495 - 570 Hijau Violet / ungu
570 - 590 Kuning Biru
590 - 620 Orange Hijau-biru
620 - 750 Merah Biru - hijau

Sebagai contoh, apabila suatu larutan menyerap bagian sinar biru dari
spektrum sinar ( λ = 475 nm) maka larutan kelihatan berwarna kuning, yaitu
komplementer dari warna biru.
Beberapa Istilah Penting
1. Kromofor (chromophore) : gugus tak jenuh kovalen yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya absorpsi ( misalnya : C=C, C=O, dan O=N=O )
2. Auksokrom (Auxochrome) : Suatu gugus jenuh yang apabila terikat pada
kromofor dapat menyebabkan perubahan panjang gelombang dan intensitas
absorpsi maksimum ( misalnya : OH, NH2, dan Cl )

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 4 / 26


Bahan Ajar

3. Pergeseran Bathokromik : Pergesern absorpsi ke panjang gelombang yang


lebih panjang akibat substitusi atau pengaruh solven ( red shift )
4. Pergeseran Hypsokromik : Pergeseran absorpsi ke panjang gelombang yang
lebih pendek akibat substitusi atau pengaruh solven ( Blue shift )
5. Efek hyperkromik : kenaikan intensitas absorpsi akibat substitusi atau
pengaruh solven
6. Efek hypokromik : penurunan intensitas absorpsi akibat substitusi atau
pengaruh solven

“Allowed” Vs “Forbidden” transitions


Perlakuan statistik matematika terhadap level energi suatu sistem orbital
menyarankan adanya :
1. Transisi yang mungkin terjadi, disebut “Allowed transitions. Absorpsi
transisi jenis ini biasanya sangat kuat dan mempunyai ε > 10.000
2. Transisi yang probabilitasnya nol, transisi ini diharapkan tidak pernah
terjadi dan disebut “forbidden” , tetapi pada kenyataannya sering terjadi,
menghasilkan pita yang lemah dengan ε jarang melebihi 1000.
Contoh : d→d untuk logam transisi
n → π* untuk gugus karbonil (280 nm)

π → π*untuk senyawa aromatik (230 – 330 nm)

Contoh – contoh Absorpsi karakteristik senyawa Organik


1. Senyawa yang hanya mengandung elektron-σ

Hidrokarbon jenuh mengandung elektron-σ

σ → σ* transisi memerlukan energi pada order 185 kkal/mol, yang dipenuhi


oleh sinar ultraviolet dekat. Jadi Hidrokarbon jenuh transparan di UV-dekat
(cocok untuk solven).
2. Hidrokarbon jenuh dengan elektron-n
Senyawa heteroatom yang mengandung O, N, S, atau halogen memiliki non-
bonding elektron (elektron-n atau elektron-p) disamping σ-elektron.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 5 / 26


Bahan Ajar

n → σ* memiliki energi yang lebih rendah dari σ → σ*, mayoritas senyawa


ini tidak menunjukkan absorpsi pada UV-dekat. Alkohol dan eter memberikan
absorpsi < 185 nm (dipakai sebagai solven). Karena sebagai solven
(jumlahnya sangat banyak) absorpsinya melebar sampai 200 - 20 nm.
3. Senyawa yang mengandung elektron-π ( kromofor )
Senyawa ini biasanya juga mengandung pasangan elektron non-bonding.
Dapat mengalami tiga jenis transisi elektronik, yaitu:
n → σ* π → π*n → π*
Absorpsi pada daerah UV-dekat biasanya berasal dari n → π*
4. Ikatan rangkap terkonyugasi ( Conjugated double bond)
Misalnya, Benzena : π → π* →184 nm (ε = 60.000)
→204 nm (ε = 7.900 )
→256 nm (ε = 200 )
Elektron valensi dapat dijumpai pada ketiga jenis orbital elektron berikut :
1. Orbital ikatan tunggal atau σ

2. Ikatan rangkap dua dan tiga ( orbital π-bonding)


3. Orbital non bonding (pasangan elektron sunyi)

σ*
E
Anti Bonding
π* n → σ*
n → π*
π → π*

nπ σ → σ*

Bonding
Energi Transisi
Level σ

Gambar Diagram Energi Transisi elektronik pada Spektroskopi UV-Vis


 Jika radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sesuai diserap oleh suatu
kromofor, maka akan terjadi transisi elektronik dari salah satu orbital (terisi)
ke suatu orbital kosong, biasanya orbital anti bonding π* dan σ*

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 6 / 26


Bahan Ajar

 Transisi dari suatu orbital bonding biasanya mempunyai frekuensi yang


cukup tinggi (panjang gelombang pendek) sehingga susah teramati. Dengan
demikian absorpsi yang teramati biasanya berasal dari transisi π→π*, n→σ*,

dan n→π*. Dengan pengecualian : transisi d→d untuk senyawa kompleks.


Dalam metoda spektrometri, larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik, dan
jumlah yang diserap dihubungkan dengan konsentrasi analit ( zat yang akan
dianalisis ) dalam sampel.
Contoh : Larutan Cu2+ berwarna biru karena menyerap warna komplementer
kuning dari sinar putih dan meneruskan warna sisa yaitu biru,
sehingga larutan berwarna biru.
Semakin pekat larutan Cu2+, semakin banyak warna KUNING yang diserap, sehingga
semakin BIRU warna larutan. Jadi dengan mengukur banyaknya warna kuning yang
diserap, dapat dihitung konsentrasi Cu2+.
Ada tiga proses dasar mengapa molekul dapat menyerap radiasi :
1. Rotasi Molekul pada berbagai sumbu :
Jika molekul menyerap radiasi, energi rotasi naik ke tingkat energi rotasi
yang lebih tinggi, disebut dengan Transisi Rotasi
2. Vibrasi Atom-Atom atau Sekelompok Atom dalam suatu
molekul :
Jika Molekul mnyerap radiasi, energi vibrasi naik ke tingkat energi vibrasi
yang lebih tinggi, disebut dengan Transisi Vibrasi
3. Naiknya Elektron molekul ke tingkat energi yang lebih tinggi,
disebut dengan Transisi Elektronik
Karena ketiga energi di atas harganya terkuantisasi ( tertentu ), maka hanya radiasi
dengan panjang gelombang tertentu saja yang dapat diserap oleh proses-proses di
atas. Urutannya : Elektronik > Vibrasi > Rotasi.

V2

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 7 / 26


Bahan Ajar

E1 V1

V0
Level
energi
Elektronik

V2
Level
V1 energi
Level vibrasi
E0 V0 energi
Rotasi

A B C

A = Perubahan rotasi murni ( IR-jauh )


B = Perubahan vibrasi – rotasi ( IR-dekat )
C = Transisi elektronik-vibrasi-rotasi ( UV-Vis )

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 8 / 26


Bahan Ajar

RADIASI Berinteraksi dengan Teknik Spektroskopi


Gamma Nukleus (Inti) Gamma Spectrometry
Sinar-X (X-Ray) Elektron-elektron dalam X-Ray fluorescensce
UV Elektron ikatan dan π AAS, AES, ICP-AES,
Spektrofotometri absorpsi
Sinar Tampak (Visible) Elektron-elektron ikatan molekular, UV-Vis
Rotasi dan vibrasi
IR + Microwave molekul Spektrometri IR dan Raman
Spin elektron (ESR± 3
ESR (electron spin resonance
RADAR cm) spectrometry)
Nuclear spin resonance
TV, FM-Radio Spin Inti (NMR) spectrometry (NMR)

Perhitungan Kuantitatif

Hukum LAMBERT - BEER


Jumlah radiasi yang diserap oleh suatu sampel digambarkan oleh
Hukum Beer – Bouguer – Lambert yang umumnya dikenal dengan Hukum Lambert
-Beer.

P0 = Intensitas sinar datang


P0 P C = Konsentrasi species penyerap
C B = Tebal media
P = Intensitas sinar transmisi
b

Menurut Bouguer (1729) dan Lambert (1760) : apabila energi


elektromagnetik diabsorpsi, maka kekuatan energi yang ditransmisikan akan turun
secara Deret Geometri (Eksponensial). Secara matematis pernyataan ini dapat
dituliskan dalam bentuk eksponensial :
P
T   10  kb .......................................................................................... (1)
P0

k = konstanta, T = Transmitansi (fraksi energi yang ditransmisikan)


Dalam bentuk logaritmis dapat ditulis :

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 9 / 26


Bahan Ajar

P
LogT  log  kb ............................................................................... (2)
P0

Pada tahun 1852, Beer dan Bernard menyatakan bahwa, sutau hukum yang serupa
juga berlaku untuk ketergantungan T pada konsentrasi (C) :
P
T   10  k 'C ...........................................................................................
P0

(3)
k’ = konstanta baru
atau,
P
LogT  log  k ' C .................................................................................
P0

(4)

Gabungan dari kedua persamaan (1) dan (3) diperoleh :


P
T   10  abC .......................................................................................... (5)
P0

a = konstanta gabungan k dan k’


atau,
P
LogT  log   abC ............................................................................... (6)
P0

Persamaan (6) di atas dapat ditulis dalam bentuk positif pada sisi sebelah kanan,
sehingga diperoleh :
1 P
 LogT  log  log 0  abC  A .................................................... (7)
T P
di mana, A adalah absorbansi
Persamaan (7) ini merupakan bentuk umum Hukum Lambert - Beer.
Jadi, yang berbanding langsung dengan Konsentrasi adalah Absorbansi (A ).
Prosen Transmitansi diberikan oleh persamaan :
P
%T  x100 ........................................................................................... (8)
P0

%T
T  .................................................................................................... (9)
100

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 10 / 26


Bahan Ajar

1 100
A  log  log ..................................................................................
T %T
(10) A  2,00  log %T ..............................................................................
(11)
%T  anti log(2,00  A) ........................................................................ (12)

Jika b dinyatakan dalam cm dan C dalam gram/liter, maka konstanta a


disebut dengan Absorptivitas. Harganya bergantung pada panjang gelombang dan
sifat materi penyerap radiasi.
Jika C dinyatakan dalam mol/liter (Molar), maka absorbansi (A ) mejadi :
A = ε. b. C .................................................................................... (13)
Di mana, ε disebut dengan Absorptivitas Molar.
Satuan ε = cm-1.mol-1.liter
a = cm-1.g-1.liter
Sedangkan b dalam praktek biasanya dibuat konstan.

ISTILAH-ISTILAH DAN SIMBOL YANG DIPERGUNAKAN


DALAM PENGUKURAN ABSORBANSI

Nama dan Simbol


No. Istilah dan Simbol Definisi
Alternatif
Energi radiasi yang
mencapai luas area tertentu Intensitas radiasi
1 Kekuatan Radiasi ( P, P0 )
detektor per detik ( T, T0 )

Kerapatan atau
P0 Densitas Optis (D)
2 Absorbansi ( A ) log
P Ekstingsi, ( E )

P
3 Transmitansi ( T ) Transmisi, T
P0
Tebalnya materi yang
4 Tebal media, (b) l,d
dilalui oleh radiasi
A Koefisien
5 Molar Absorptivitas, ε
b.C Ekstingsi, ε

Contoh soal :
1. Suatu sampel dalam sel 1,0 cm, setelah diukur dengan
spektrofotometer, mentransmisikan 80 % cahaya pada suatu panjang gelombang

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 11 / 26


Bahan Ajar

tertentu. Jika absorptivitas zat pada panjang gelombang ini 2,0, hitunglah
konsentrasi zat tersebut!.

2. Suatu larutan mengandung 1,00 mg/200 ml besi (sebagai kompleks


tiosianat) teramati mentransmisikan 70 % dari sinar yang masuk
a. Berapakah absorbansi larutan pada panjang gelombang
tersebut ?
b. Berapakah fraksi cahaya yang akan diteruskan jika konsentrasi
larutan tersebut empat kali lebih besar ?.

PERHITUNGAN UNTUK MULTI KOMPONEN / CAMPURAN

Perhitungan kuantitatif dapat dilakukan pada dua spesies (zat) yang berada
dalam satu larutan dan mempunyai spektra yang saling tumpang tindih (overlap).
Menurut Hukum Beer : “Absorbansi total dari dua zat atau lebih pada suatu panjang
gelombang tertentu akan sama dengan jumlah absorbansi dari zat-zat tersebut”,
sehingga untuk dua zat yang menyerap radiasi diperoleh :
A = ax.b.Cx + ay.b.Cy ...................................................................... (14)
Atau, A = εx.b.Cx + εy.b.Cy ...................................................................... (15)
Di mana, X = zat X dan Y = zat Y

A1
X+Y
A
B A2
S
O
R X
B Y
A
N
S
I
λ1 λ2

Panjang Gelombang

Dari gambar terlihat bahwa,

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 12 / 26


Bahan Ajar

A1 = Ax1 + Ay1 = εx1.b.Cx + εy1.b.Cy .............................................. (16)


dan,
A2 = Ax2 + Ay2 = εx2.b.Cx + εy2.b.Cy ............................................. (17)
A1 dan A2 pada persamaan, diukur dengan alat spektrofotometer pada λ 1 dan λ2,
sedangkam εx2 dan εx1 ditentukan dengan mengukur absorbansi (A) larutan standar X
pada λ1 dan λ2. Demikian pula untuk εy1 dan εy2 ditentukan dengan mengukur
absorbansi (A) larutan standar Y pada λ1 dan λ2. Sehingga variabel yang tidak
diketahui hanya Cx dan Cy. Karena ada dua persamaan dengan dua variabel, maka
baik Cx maupun Cy dapat dihitung.
Conto soal :
Kaliumdikromat dan kalium permanganat dalam 1 M H 2SO4 mempunyai
spektra absorbansi yang saling tumpang tindih (overlap). K2Cr2O7
mempunyai absorbansi maksimum pada 440 nm dan KMnO 4 pada 545 nm.
Campuran kedua zat tersebut dianalisis dengan mengukur absorbansi larutan
pada kedua panjang gelombang dengan hasil sebagai berikut : A440 = 0,405 ;
A545 = 0,712 . Tebal sel yang digunakan 1,0 cm. Absorbansi larutan murni
K2Cr2O7 (1x10-3 M) dan KMnO4 (2x10-4 M) dalam 1 M H2SO4 dengan
menggunakan sel yang sama adalah sebagai berikut :
ACr,440 = 0,374 ; ACr,545 = 0,009 dan AMn,440 = 0,019; AMn,545 = 0,475
Hitung konsentrasi Dikromat dan permanganat dalam larutan sampel !.

PENYIMPANGAN HUKUM BEER


Grafik antara absorbansi ( A ) versus konsentrasi ( C ), menurut Hukum Beer
seharusnya memberikan grafik linear. Tetapi penyimpangan Hukum Beer ini kadang-
kadang terjadi. Penyebab dari penyimpangan hukum Beer ini dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
1. Faktor Sejati ( real factor )
2. Faktor Instrumen ( Instrumental factor )
3. Faktor kimia ( Chemical factor )
Ketiga faktor di atas dapat menyebabkan kurva A versus C menghadap ke atas
(penyimpangan positif ), atau kurva menghadap ke bawah ( penyimpangan negatif ).

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 13 / 26


Bahan Ajar

A
A = penyimpangan positif
C B = penyimpangan negatif
B C = sesuai dengan Hk Beer,
tidak ada penyimpangan

1. Faktor Sejati
Penyimpangan terjadi karena pada waktu penurunan Hukum Beer terjadi
pengabaian perubahan indeks bias yang ada dalam medium. Jadi sebenarnya
yang berbanding lurus dengan konsentrasi bukan hanya ε, tetapi faktor
εn/(n2+2)2 . Indeks bias larutan naik dengan naiknya konsentrasi, yang berarti
harga faktor εn/(n2+2)2 turun. Dengan demikian penyimpangan negatif akan
terlihat dengan naiknya konsentrasi.
2. Faktor Instrumentasi
Agar spesies penyerap radiasi benar-benar mengikuti Hukum Beer
diperlukan sinar elektromagnetik yang benar-benar monokromatis ( sinar yang
hanya terdiri dari satu panjang gelombang ). Dalam prakteknya kita tidak pernah
dapat bekerja dengan sinar yang benar-benar monokromatis, tetapi biasanya
terdiri dari beberapa panjang gelombang. Misal sinar yang digunakan untuk
analisis terdiri dari dua (2) panjang gelombang, λ dan λ’. Menurut hukum Beer :
Absorbansi λ adalah :
P0 P0
A  log( )   .b.C atau  10 bC .................................
P P
(18)
Sedang absorbansi pada λ’ adalah :

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 14 / 26


Bahan Ajar

P0' P0'
A  log( '
)   ' .b.C atau '
 10  'bC ...............................
P P
(19)
Kekuatan radiasi pada dua panjang gelombang sebelum melewati larutan
adalah ( P0 + P0’) dan setelah melewati larutan adalah ( P + P’ ), sehingga
absorbansi total adalah :
P0  P0'
At  log( ) ............................................................... (20)
P  P'
Jika P dan P’ diganti, maka diperoleh :
P0  P0'
At  log( ) ......................................
P0 .10  .b.C  P0' .10  .b.C
(21)
Jika ε = ε’, maka sinar monokromatis, persamaan (21) memenuhi Hukum
Beer, sehingga grafik linear.
ε ≠ ε’, maka sinar polikromatis, terjadi penyimpangan Hukum Beer
sehingga grafik tidak linear. Ada dua kemungkinan penyimpangan
yaitu :
ε > ε’, terjadi penyimpangan Negatif
ε < ε’ , terjadi penyimpangan Positif
3. Faktor Kimia
Penyimpangan hukum Beer seringkali disebabkan oleh faktor-faktor kimia
seperti : Dissosiasi, Assosiasi, Pembentukan Kompleks, Polimerisasi, atau
Solvolisis. Berikut dijelaskan dua contoh faktor kimia yang mempengaruhi Hk.
Beer:
 Asam Benzoat dalam larutan berada sebagai campuran dari bentuk
yang terionisasi dan bentuk yang tak terionisasi dan dalam larutan encer akan
terdissosiasi sebagai berikut :
C6H5COOH + H2O > C6H5COO - + H3O+
( λmax = 273 nm, ε = 970) ( λmax = 268 nm, ε = 560)
Dari reaksi di atas terlihat absorptivitas Molar (ε ) pada 273 nm akan turun
dengan naiknya pengenceran dan pada pH yang tinggi.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 15 / 26


Bahan Ajar

 Dalam larutan murni ( yang tidak ditambahkan buffer ), K2Cr2O7 akan


berada sebagai ion dikromat dan kromat yang berkesetimbangan :
Cr2O72- + H2O > 2 CrO42- + 2 H+
( λmax = 350 nm, 450 nm ) ( λmax = 372 nm )
Penyimpangan hukum Beer akan terjadi jika larutan diencerkan dengan air.
Konstanta kesetimbangan reaksi di atas adalah :

 CrO   H 
2  2

K
Cr O 
4
2

2 7

Konsentrasi CrO42- dan Cr2O72- sangat dipengaruhi oleh pH. Efek ini dapat
dikontrol dengan menambahkan asam kuat untuk mempertahankan dikromat
atau menambahkan basa kuat untuk mempertahankan kromat.
Contoh soal :
Suatu larutan asam lemah HB (Ka = 1,00 x 10 -5 ) mengabsorpsi radiasi
ultraviolet dengan λmax = 280 nm, ε = 975. Spesies B - tidak mengabsorpsi
radiasi. Jika sel yang digunakan 1,00 cm dan konsentrasi asam tersebut
2,00 x 10-3 M, maka :
a. Hitunglah absorbansi larutan tersebut pada λmax !
b. Jika larutan diencerkan dua kali, berapakah absorbansinya ?

Jawab :
Mula-mula ditentukan terlebih dahulu konsentrasi HB pada kondisi
kesetimbangan menggunakan Ka :
HB + H2O H3O+ + B-
 H O  B   1,00 x10
3
 
5

 HB
HB mula-mula = 2,00 x 10-3 M, pada kesetimbangan [HB] = 2,0 x 10 -5 – [B-]
karena [H3O+] = [B-], maka :

H O  3
 2
 1,00 x10 5

2,00 x10   H O 
3
3

[H3O+]2 + (1,00 x 10-5 [H3O+] ) - 2,00 x 10-8 = 0 ( selesaikan dengan rumus abc ),
sehingga diperoleh [H3O+] = 1,37 x 10-4 M.
[HB] = 2.00 x 10-3 – [H3O+]
[HB] = 2,00 x10-3 – 1,37 x 10-4
= (20,0 – 1,37) x 10-4 = 18,63 x 10-4

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 16 / 26


Bahan Ajar

= 1,863 x 10-3 M
A = ε . b. CHB
= 975 x 1 x 1,863 x 10-3
= 1,813.
Dengan cara yang sama dapat dihitung absorbansi setelah pengenceran. ( PR )

KESALAHAN FOTOMETRI
Kesalahan fotometri adalah kesalahan yang diakibatkan oleh sel fotolistrik
pada detektor dalam membedakan sinar datang dan sinar yang ditransmisikan.
Kesalahan ini terjadi pada larutan yang terlampau encer dan yang terlampau pekat.
Agar diperoleh kesalahan yang minimal dalam analisis perlu dicari range konsentrasi
berapa sampai berapa ( range absorbansi berapa sampai berapa ) kesalahan
pembacaan sinar masih bisa ditolerir.
Secara matematika range absorbansi ideal dapat dicari dengan menurunkan
persamaan Beer, :
1
A  a.b.C   log T  C   log T ............................................(22)
a.b
Jika persamaan (1) dideferensialkan, diperoleh :
1 log e
dC   x dT ......................................................................(23)
a.b T
Jika persamaan (23) dibagi dengan persamaan (22), didapat :
dC log e
 dT ............................................................................. (24)
C T log T

Persamaan (24) ini menunjukkan kesalahan relatif konsentrasi yang diakibatkan oleh
transmitansi ( T ). Persamaan ini akan bernilai minimum ( yang berarti kesalahan
akibat konsentrasi juga minimum ) bila nilai turunannya sama dengan nol, sehingga :
d  dC  d  log e dT 
      0 , kesalahan minimum
dC  C  dT  T log T 

Log T + log e = 0
Log T = - Log e
Log T = - 0,4343 atau - log T = 0,4343
T = 0,368 A = 0,4343
%T = 36,8 %

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 17 / 26


Bahan Ajar

Jadi hasil analisis paling akurat akan diperoleh jika transmitans %T = 36,8 % atau
pada A = 0,4343. Artinya kesalahan paling kecil akibat konsentrasi diperoleh pada
konsentrasi yang memberikan %T = 36,8 % ( atau A = 0,4343).

Kurva diatas menunjukkan bahwa pada range transmitansi 10 – 80 % ( atau


absorbansi, A = 1 – 0,1 ) kesalahan minimum relatif konstan. Ini berarti bahwa dalam
analisis agar kesalahan akibat detektor minimum, absorbansi larutan harus dibuat
berada pada range antara 0,1 sampai 1,0 dengan cara mengencerkan atau pemekatan
larutan.

INSTRUMENTASI SPEKTROMETRI UV-Vis


Alat yang dipakai untuk mempelajari absorpsi atau emisi radiasi sebagai
fungsi panjang gelombang disebut Spektrometer atau Spektrofotometer. Komponen-
komponen utama spektrofotometer adalah :
1. Sumber energi radiasi yang stabil dan continue
2. Sistem lensa, cermin dan celah , untuk membatasi, membuat paralel, dan
memfokuskan berkas sinar,
3. Monokromator, untuk menyeleksi sinar menjadi λ tertentu ( sinar
monokromatis )
4. Tempat sampel disebut Sel atau kuvet, berupa kontainer transparan.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 18 / 26


Bahan Ajar

5. Detektor radiasi yang dirangkaikan dengan suatu sistem pembacaan ( read out
) baik meter maupun recorder.

Diagram Blok dari suatu Spektrofotometer UV-Vis :

Sumber Mono Rocorder


Sampel
Radiasi Kromator Detektor Read Out
(3)
(1) (2) (4) (5)

1. Sumber Radiasi,
a. Radiasi Sinar Tampak ( visible ),
Umumnya dipakai lampu filamen Tungsten yang mempunyai daerah
panjang gelombang 320 – 2500 nm. Kontrol terhadap voltase sangat
diperlukan karena 1 volt akan mengakibatkan perubahan kekuatan sinar
menjadi empat kali. Biasanya digunakan Regulator atau Stabilisator.
b. Radiasi Sinar Ultra Violet (UV),
Umumnya digunakan lampu Hidrogen ( atau Deuterium ) yang
menghasilkan radiasi kontinyu pada panjang gelombang 180 – 375 nm. Ada
dua type lampu ini, yaitu yang menggunakan voltase tinggi dan voltase
rendah. Lampu deuterium menghasilkan intensitas sinar lebih besar dari pada
lampu hidrogen.
2. Monokromator,
Ada dua jenis monokromator, yaitu : Prisma dan Grating.
a. Prisma,
Penguraian sinar didasarkan pada perbedaan indeks biasnya di udara dan
dalam prisma, sehingga sinar yang diteruskan sesuai dengan panjang
gelombangnya.
b. Difraksi Grating,
Penguraian sinar berdasarkan pada grating ( permukaan benda sesui
gergaji ). Grating dapat diputrar sesuai dengan sudut tertentu, sehingga
diperoleh sinar dengan panjang gelombang seperti yang diinginkan.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 19 / 26


Bahan Ajar

Proses penguraian sinar oleh kedua monokhromator diilustrasikan


oleh gambar berikut :

Sinar Putih
merah ( λ lebih panjang )
Biru (λ lebih pendek )

Penguraian Cahaya oleh Prisma


Order III 267
200
Order II
400
300
Order I
800 200
600
400
200
Sinar datang
β
Normal
grating β
Sudut putar

Normal
Untuk mengubah
permukaan

Gambar Difraksi Radiasi Dari Suatu Grating.

3. Tempat Sampel (kuvet / Sel )


Sel atau Kuvet tempat sampel harus terbuat dari bahan yang tembus radiasi
(transparan) pada daerah panjang gelombang yang diukur.
 Untuk bekerja pada daerah UltraViolet ( λ < 350 nm )
digunakan kuvet dari bahan quartz atau silika fused. Sel ini dapat juga

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 20 / 26


Bahan Ajar

digunakan pada daerah Sinar Tampak dan sampai λ = 3 µm di daerah infra


merah ( IR ).
 Sel Silikat glass , dapat digunakan pada daerah λ 350 nm –
2 µm, dan
 Sel Plastik, digunakan untuk daerah λ 350 nm – 2 nm.
4. Detektor
Ada tiga jenis detektor yang biasa digunakan pada alat spektrofotometer, yaitu :
1. Sel fotovoltaik ( Barrier – Layer )
2. Phototube
3. Photomultiplier tube
Dari ketiga jenis detektor di atas , Photomultiplier tubes memberikan keuntungan
karena lebih sensitive sehingga mampu membedakan perubahan intensitas cahaya
meskipun sangat lemah. Detektor inilah yang sekarang banyak dipakai.

MACAM-MACAM SPEKTROFOTOMETER
Spektrofotometer mempunyai desain dasar sebagai mana diterangkan
sebelumnya. Namun demikian setidaknya ada tiga jenis spektrofotometer yang telah
dikenal :
1. Spektrofotometer berkas tunggal ( single beam spectrophotometer )
2. Spektrofotometer berkas ganda ( double beam spectrophotometer )
3. Gilford spectrophotometer

Single Beam Spectrophotometer,


Banyak digunakan karena cukup murah tetapi memberikan hasil yang memuaskan.
Spektrofotometer jenis ini terdiri hanya satu berkas sinar, sehingga dalam praktek,
pengukuran sampel dan larutan blanko atau referens ( standar ) dilakukan bergantian
dengan sel yang sama.

Double Beam Spectrophotometer,


Biasa ditemui pada spektrofotometer yang telah memakai autoscanning panjang
gelombang dan mencatat secara otomatis absorbansi (A) sebagai fungsi panjang
gelombang. Spektrofotometer jenis ini mempunyai dua berkas sinar sehingga dalam

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 21 / 26


Bahan Ajar

pengukurannya tidak perlu bergantian antara sampel dan larutan blanko, tetapi dapat
dilakukan secara paralel.

Gilford Spectrophotometer,
Banyak dipakai di Laboratorium biokimia. Mempunyai beberapa kelebihan
dibanding spektrofotometer biasa karena mampu membaca absorbansi (A) sampai
satuan 3 ( spektro biasa : 0,1 – 1,0 ). Ini disebabkan karena spektro jenis ini
menggunakan photomultiplier feed back circuit.
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrofotometri,
yaitu :

1. Metoda Standar Tunggal


Metoda ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya ( Cstd ). Selanjutnya absorbansi larutan standar
( Astd ) dan absorbansi larutan sampel (Aspl ) diukur dengan spektrofotometer. Dari
Hukum Beer diperoleh :
Astd = ε . b . Cstd Aspl = ε . b . Cspl
Astd Aspl
 .b   .b 
C std C spl

sehingga,
Astd Aspl Aspl
 .b    C spl  C std
C std C spl Astd

Dengan mengukur Aspl dan Astd, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.

2. Metoda Kurva Kalibrasi / Standar


Dalam metoda ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi, selanjutnya absorbansi masing-masing larutan tersebut diukur dengan
spektrofotometer. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi, C

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 22 / 26


Bahan Ajar

versus absorbansi, A, yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan
slope εb atau ab.
Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansinya diukur dan
Slope = ε.b
diintrapolasi ke dalam grafik. Atau persamaan garis lurus dari grafik dicari dengan
program regresi linear, selanjutnya harga absorbansi sampel dimasukkan ke
persamaan tersebut sehingga konsentrasi sampel dapat dihitung.

Y = ε.b.C

Slope = ε.b

3. Metoda Adisi Standar


Metoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.
Dalam metoda ini dua atau lebih sejumlah sejumlah volume tertentu dari sampel
dipindahkan ke dalam labu volume. Satu larutan diencerkan sampai volume
tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambahkan zat standar.
Sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya, ditambah terlebih
dahulu dengan sejumlah tertentu larutan standar dan diencerkan seperti pada
larutan pertama. Menurut Hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut :

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 23 / 26


Bahan Ajar

Ax = k Cx, AT = k (CS + CX )
Di mana,
Cx = konsentrasi zat sampel yang telah diencerkan
Cs = konsentrasi larutan standar dalam dalam sampel
As = Absorbansi zat sampel ( tanpa penambahan standar)
AT = Absorbansi zat sampel + zat standar ( absorbansi total ).
Jika kedua persamaan diatas digabung, didapat :
Ax AT Ax
k  CX  C
Cx  CS  C X   AT  AX  S
Dengan mengukur baik Ax maupun AT dengan spektrofotometer maka konsentrasi
zat dalam sampel ( Cx ) dapat dihitung.
Jika kita membuat suatu seri penambahan larutan standar dapat pula dibuat grafik
antara AT versus Cs, selanjutnya grais lurus yang diperoleh di ekstrapolasi ke At = 0

Cx = - Cs

Ax Ax Ax
CX  C untuk AT = 0, maka C X  C CX  C
 AT  AX  S  0  AX  S ,   AX  S
Cx = -1 . Cs Cx = - Cs

Dapat juga dilakukan dengan penambahan variasi volume larutan standar konsentrasi
tertentu, kemudian diukur absorbansi masing-masing sampel yang telah ditambahi
standar. Buat grafik antara Asorbansi versus Volume penambahan larutan standar.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 24 / 26


Bahan Ajar

TUGAS KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL.


1. 20 ppm larutan DNA yang diisolasi dari bakteri Eschericia Coli dalam sel 2
cm memberikan absorbansi 0,80. Hitung absorptivitas molekul DNA tersebut !
( 1 ppm = 1µg/mL )

2. Suatu senyawa yang berat molekulnya (Mr) = 280, pada panjang gelombang
tertentu menyerap radiasi 65 % dari dari sinar mula-mula. Jika sel yang dipakai 2
cm dan konsentrasi senyawa tersebut 15,0 mg/L. Hitung absorptivitas molar
senyawa tersebut.

3. Obat Tolbutamin ( Mr = 270 ) mempunyai molar absortivitas 703, pada λ =


262 nm. Satu tablet obat tersebut dilarutkan dalam air dan diencerkan menjadi 2
liter. Jika pada λ = 262 nm larutan tersebut memberikan absorbansi 0,687 dan sel
yang digunakan 1 cm, hitung berapa gram tolbutamin terkandung dalam tablet
tersebut.

4. Data absorptivitas molar untuk senyawa kompleks kobalt (Co) dan Nikel (Ni)
dengan 2,3-quinoxalinditihiol adalah sebagai berikut :
( berat atom Co = 59,0 ) Panjang gelombang ( nm )
510 656
( berat atom Ni = 58,7 )
ε Co 36400 1240
ε Ni 5520 17500

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 25 / 26


Bahan Ajar

Sampel tanah 0,367 g dilarutkan dan diencerkan menjadi 50,0 mL. 25 mL larutan
tersebut setelah dipreparasi untuk menghilangkan interferensi ( gangguan ) dan
ditambahkan 2,3-quinoxalindithiol, diencerkan menjadi 50,0 mL. Larutan yang
terakhir ini mempunyai absorbansi 0,467 pada λ = 510 nm dan 0,347 pada λ = 656
nm. Jika sel yang digunakan 1 cm, hitung prosentase Co dan Ni dalam tanah !.

REM dan Spektrofotometri Uv-Vis 26 / 26

Anda mungkin juga menyukai