Uv Vis 10 PDF Free
Uv Vis 10 PDF Free
SPEKTROSKOPI
Prinsip Dasar
Spektroskopi merupakan salah satu metoda analisis kimia instrumental yang
berdasarkan pada interaksi energi radiasi dengan materi. Di mana sebagai energi
adalah radiasi elektromagnetik dan sebagai materi adalah atom maupun molekul
dalam suatu senyawa kimia.
Pada proses interaksi dengan materi, yang berperan aktif adalah komponen
listriknya saja.
Untuk menggambarkan sifat-sifat radiasi elektromagnetik, digunakan dua
teori yang saling melengkapi yaitu teori gelombang dan teori korpuskuler.
Panjang gelombang ( λ ) adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah,
Gamma-ray UV IR Radio
-11 -9 -7 -5
10 10 10 10 10-3 10-1
101
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Radiasi elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia disebut sinar
tampak / visible, yang meliputi daerah panjang gelombang 400-700 nm dan
merupakan campuran dari warna-warna yang terlihat pada pelangi. Apabila suatu
larutan dikenai sinar polikromatik (sinar yang terdiri dari bermacam-macam warna)
maka ada suatu berkas sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap,
sedang berkas sinar yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Berkas sinar
yang diteruskan berwarna. Warna yang diteruskan merupakan warna dari larutan,
disebut Warna Komplementer dari warna sinar yang diserap.
Sebagai contoh, apabila suatu larutan menyerap bagian sinar biru dari
spektrum sinar ( λ = 475 nm) maka larutan kelihatan berwarna kuning, yaitu
komplementer dari warna biru.
Beberapa Istilah Penting
1. Kromofor (chromophore) : gugus tak jenuh kovalen yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya absorpsi ( misalnya : C=C, C=O, dan O=N=O )
2. Auksokrom (Auxochrome) : Suatu gugus jenuh yang apabila terikat pada
kromofor dapat menyebabkan perubahan panjang gelombang dan intensitas
absorpsi maksimum ( misalnya : OH, NH2, dan Cl )
σ*
E
Anti Bonding
π* n → σ*
n → π*
π → π*
nπ σ → σ*
Bonding
Energi Transisi
Level σ
V2
E1 V1
V0
Level
energi
Elektronik
V2
Level
V1 energi
Level vibrasi
E0 V0 energi
Rotasi
A B C
Perhitungan Kuantitatif
P
LogT log kb ............................................................................... (2)
P0
Pada tahun 1852, Beer dan Bernard menyatakan bahwa, sutau hukum yang serupa
juga berlaku untuk ketergantungan T pada konsentrasi (C) :
P
T 10 k 'C ...........................................................................................
P0
(3)
k’ = konstanta baru
atau,
P
LogT log k ' C .................................................................................
P0
(4)
Persamaan (6) di atas dapat ditulis dalam bentuk positif pada sisi sebelah kanan,
sehingga diperoleh :
1 P
LogT log log 0 abC A .................................................... (7)
T P
di mana, A adalah absorbansi
Persamaan (7) ini merupakan bentuk umum Hukum Lambert - Beer.
Jadi, yang berbanding langsung dengan Konsentrasi adalah Absorbansi (A ).
Prosen Transmitansi diberikan oleh persamaan :
P
%T x100 ........................................................................................... (8)
P0
%T
T .................................................................................................... (9)
100
1 100
A log log ..................................................................................
T %T
(10) A 2,00 log %T ..............................................................................
(11)
%T anti log(2,00 A) ........................................................................ (12)
Kerapatan atau
P0 Densitas Optis (D)
2 Absorbansi ( A ) log
P Ekstingsi, ( E )
P
3 Transmitansi ( T ) Transmisi, T
P0
Tebalnya materi yang
4 Tebal media, (b) l,d
dilalui oleh radiasi
A Koefisien
5 Molar Absorptivitas, ε
b.C Ekstingsi, ε
Contoh soal :
1. Suatu sampel dalam sel 1,0 cm, setelah diukur dengan
spektrofotometer, mentransmisikan 80 % cahaya pada suatu panjang gelombang
tertentu. Jika absorptivitas zat pada panjang gelombang ini 2,0, hitunglah
konsentrasi zat tersebut!.
Perhitungan kuantitatif dapat dilakukan pada dua spesies (zat) yang berada
dalam satu larutan dan mempunyai spektra yang saling tumpang tindih (overlap).
Menurut Hukum Beer : “Absorbansi total dari dua zat atau lebih pada suatu panjang
gelombang tertentu akan sama dengan jumlah absorbansi dari zat-zat tersebut”,
sehingga untuk dua zat yang menyerap radiasi diperoleh :
A = ax.b.Cx + ay.b.Cy ...................................................................... (14)
Atau, A = εx.b.Cx + εy.b.Cy ...................................................................... (15)
Di mana, X = zat X dan Y = zat Y
A1
X+Y
A
B A2
S
O
R X
B Y
A
N
S
I
λ1 λ2
Panjang Gelombang
A
A = penyimpangan positif
C B = penyimpangan negatif
B C = sesuai dengan Hk Beer,
tidak ada penyimpangan
1. Faktor Sejati
Penyimpangan terjadi karena pada waktu penurunan Hukum Beer terjadi
pengabaian perubahan indeks bias yang ada dalam medium. Jadi sebenarnya
yang berbanding lurus dengan konsentrasi bukan hanya ε, tetapi faktor
εn/(n2+2)2 . Indeks bias larutan naik dengan naiknya konsentrasi, yang berarti
harga faktor εn/(n2+2)2 turun. Dengan demikian penyimpangan negatif akan
terlihat dengan naiknya konsentrasi.
2. Faktor Instrumentasi
Agar spesies penyerap radiasi benar-benar mengikuti Hukum Beer
diperlukan sinar elektromagnetik yang benar-benar monokromatis ( sinar yang
hanya terdiri dari satu panjang gelombang ). Dalam prakteknya kita tidak pernah
dapat bekerja dengan sinar yang benar-benar monokromatis, tetapi biasanya
terdiri dari beberapa panjang gelombang. Misal sinar yang digunakan untuk
analisis terdiri dari dua (2) panjang gelombang, λ dan λ’. Menurut hukum Beer :
Absorbansi λ adalah :
P0 P0
A log( ) .b.C atau 10 bC .................................
P P
(18)
Sedang absorbansi pada λ’ adalah :
P0' P0'
A log( '
) ' .b.C atau '
10 'bC ...............................
P P
(19)
Kekuatan radiasi pada dua panjang gelombang sebelum melewati larutan
adalah ( P0 + P0’) dan setelah melewati larutan adalah ( P + P’ ), sehingga
absorbansi total adalah :
P0 P0'
At log( ) ............................................................... (20)
P P'
Jika P dan P’ diganti, maka diperoleh :
P0 P0'
At log( ) ......................................
P0 .10 .b.C P0' .10 .b.C
(21)
Jika ε = ε’, maka sinar monokromatis, persamaan (21) memenuhi Hukum
Beer, sehingga grafik linear.
ε ≠ ε’, maka sinar polikromatis, terjadi penyimpangan Hukum Beer
sehingga grafik tidak linear. Ada dua kemungkinan penyimpangan
yaitu :
ε > ε’, terjadi penyimpangan Negatif
ε < ε’ , terjadi penyimpangan Positif
3. Faktor Kimia
Penyimpangan hukum Beer seringkali disebabkan oleh faktor-faktor kimia
seperti : Dissosiasi, Assosiasi, Pembentukan Kompleks, Polimerisasi, atau
Solvolisis. Berikut dijelaskan dua contoh faktor kimia yang mempengaruhi Hk.
Beer:
Asam Benzoat dalam larutan berada sebagai campuran dari bentuk
yang terionisasi dan bentuk yang tak terionisasi dan dalam larutan encer akan
terdissosiasi sebagai berikut :
C6H5COOH + H2O > C6H5COO - + H3O+
( λmax = 273 nm, ε = 970) ( λmax = 268 nm, ε = 560)
Dari reaksi di atas terlihat absorptivitas Molar (ε ) pada 273 nm akan turun
dengan naiknya pengenceran dan pada pH yang tinggi.
CrO H
2 2
K
Cr O
4
2
2 7
Konsentrasi CrO42- dan Cr2O72- sangat dipengaruhi oleh pH. Efek ini dapat
dikontrol dengan menambahkan asam kuat untuk mempertahankan dikromat
atau menambahkan basa kuat untuk mempertahankan kromat.
Contoh soal :
Suatu larutan asam lemah HB (Ka = 1,00 x 10 -5 ) mengabsorpsi radiasi
ultraviolet dengan λmax = 280 nm, ε = 975. Spesies B - tidak mengabsorpsi
radiasi. Jika sel yang digunakan 1,00 cm dan konsentrasi asam tersebut
2,00 x 10-3 M, maka :
a. Hitunglah absorbansi larutan tersebut pada λmax !
b. Jika larutan diencerkan dua kali, berapakah absorbansinya ?
Jawab :
Mula-mula ditentukan terlebih dahulu konsentrasi HB pada kondisi
kesetimbangan menggunakan Ka :
HB + H2O H3O+ + B-
H O B 1,00 x10
3
5
HB
HB mula-mula = 2,00 x 10-3 M, pada kesetimbangan [HB] = 2,0 x 10 -5 – [B-]
karena [H3O+] = [B-], maka :
H O 3
2
1,00 x10 5
2,00 x10 H O
3
3
[H3O+]2 + (1,00 x 10-5 [H3O+] ) - 2,00 x 10-8 = 0 ( selesaikan dengan rumus abc ),
sehingga diperoleh [H3O+] = 1,37 x 10-4 M.
[HB] = 2.00 x 10-3 – [H3O+]
[HB] = 2,00 x10-3 – 1,37 x 10-4
= (20,0 – 1,37) x 10-4 = 18,63 x 10-4
= 1,863 x 10-3 M
A = ε . b. CHB
= 975 x 1 x 1,863 x 10-3
= 1,813.
Dengan cara yang sama dapat dihitung absorbansi setelah pengenceran. ( PR )
KESALAHAN FOTOMETRI
Kesalahan fotometri adalah kesalahan yang diakibatkan oleh sel fotolistrik
pada detektor dalam membedakan sinar datang dan sinar yang ditransmisikan.
Kesalahan ini terjadi pada larutan yang terlampau encer dan yang terlampau pekat.
Agar diperoleh kesalahan yang minimal dalam analisis perlu dicari range konsentrasi
berapa sampai berapa ( range absorbansi berapa sampai berapa ) kesalahan
pembacaan sinar masih bisa ditolerir.
Secara matematika range absorbansi ideal dapat dicari dengan menurunkan
persamaan Beer, :
1
A a.b.C log T C log T ............................................(22)
a.b
Jika persamaan (1) dideferensialkan, diperoleh :
1 log e
dC x dT ......................................................................(23)
a.b T
Jika persamaan (23) dibagi dengan persamaan (22), didapat :
dC log e
dT ............................................................................. (24)
C T log T
Persamaan (24) ini menunjukkan kesalahan relatif konsentrasi yang diakibatkan oleh
transmitansi ( T ). Persamaan ini akan bernilai minimum ( yang berarti kesalahan
akibat konsentrasi juga minimum ) bila nilai turunannya sama dengan nol, sehingga :
d dC d log e dT
0 , kesalahan minimum
dC C dT T log T
Log T + log e = 0
Log T = - Log e
Log T = - 0,4343 atau - log T = 0,4343
T = 0,368 A = 0,4343
%T = 36,8 %
Jadi hasil analisis paling akurat akan diperoleh jika transmitans %T = 36,8 % atau
pada A = 0,4343. Artinya kesalahan paling kecil akibat konsentrasi diperoleh pada
konsentrasi yang memberikan %T = 36,8 % ( atau A = 0,4343).
5. Detektor radiasi yang dirangkaikan dengan suatu sistem pembacaan ( read out
) baik meter maupun recorder.
1. Sumber Radiasi,
a. Radiasi Sinar Tampak ( visible ),
Umumnya dipakai lampu filamen Tungsten yang mempunyai daerah
panjang gelombang 320 – 2500 nm. Kontrol terhadap voltase sangat
diperlukan karena 1 volt akan mengakibatkan perubahan kekuatan sinar
menjadi empat kali. Biasanya digunakan Regulator atau Stabilisator.
b. Radiasi Sinar Ultra Violet (UV),
Umumnya digunakan lampu Hidrogen ( atau Deuterium ) yang
menghasilkan radiasi kontinyu pada panjang gelombang 180 – 375 nm. Ada
dua type lampu ini, yaitu yang menggunakan voltase tinggi dan voltase
rendah. Lampu deuterium menghasilkan intensitas sinar lebih besar dari pada
lampu hidrogen.
2. Monokromator,
Ada dua jenis monokromator, yaitu : Prisma dan Grating.
a. Prisma,
Penguraian sinar didasarkan pada perbedaan indeks biasnya di udara dan
dalam prisma, sehingga sinar yang diteruskan sesuai dengan panjang
gelombangnya.
b. Difraksi Grating,
Penguraian sinar berdasarkan pada grating ( permukaan benda sesui
gergaji ). Grating dapat diputrar sesuai dengan sudut tertentu, sehingga
diperoleh sinar dengan panjang gelombang seperti yang diinginkan.
Sinar Putih
merah ( λ lebih panjang )
Biru (λ lebih pendek )
Normal
Untuk mengubah
permukaan
MACAM-MACAM SPEKTROFOTOMETER
Spektrofotometer mempunyai desain dasar sebagai mana diterangkan
sebelumnya. Namun demikian setidaknya ada tiga jenis spektrofotometer yang telah
dikenal :
1. Spektrofotometer berkas tunggal ( single beam spectrophotometer )
2. Spektrofotometer berkas ganda ( double beam spectrophotometer )
3. Gilford spectrophotometer
pengukurannya tidak perlu bergantian antara sampel dan larutan blanko, tetapi dapat
dilakukan secara paralel.
Gilford Spectrophotometer,
Banyak dipakai di Laboratorium biokimia. Mempunyai beberapa kelebihan
dibanding spektrofotometer biasa karena mampu membaca absorbansi (A) sampai
satuan 3 ( spektro biasa : 0,1 – 1,0 ). Ini disebabkan karena spektro jenis ini
menggunakan photomultiplier feed back circuit.
TEKNIK-TEKNIK ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrofotometri,
yaitu :
sehingga,
Astd Aspl Aspl
.b C spl C std
C std C spl Astd
Dengan mengukur Aspl dan Astd, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
versus absorbansi, A, yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan
slope εb atau ab.
Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansinya diukur dan
Slope = ε.b
diintrapolasi ke dalam grafik. Atau persamaan garis lurus dari grafik dicari dengan
program regresi linear, selanjutnya harga absorbansi sampel dimasukkan ke
persamaan tersebut sehingga konsentrasi sampel dapat dihitung.
Y = ε.b.C
Slope = ε.b
Ax = k Cx, AT = k (CS + CX )
Di mana,
Cx = konsentrasi zat sampel yang telah diencerkan
Cs = konsentrasi larutan standar dalam dalam sampel
As = Absorbansi zat sampel ( tanpa penambahan standar)
AT = Absorbansi zat sampel + zat standar ( absorbansi total ).
Jika kedua persamaan diatas digabung, didapat :
Ax AT Ax
k CX C
Cx CS C X AT AX S
Dengan mengukur baik Ax maupun AT dengan spektrofotometer maka konsentrasi
zat dalam sampel ( Cx ) dapat dihitung.
Jika kita membuat suatu seri penambahan larutan standar dapat pula dibuat grafik
antara AT versus Cs, selanjutnya grais lurus yang diperoleh di ekstrapolasi ke At = 0
Cx = - Cs
Ax Ax Ax
CX C untuk AT = 0, maka C X C CX C
AT AX S 0 AX S , AX S
Cx = -1 . Cs Cx = - Cs
Dapat juga dilakukan dengan penambahan variasi volume larutan standar konsentrasi
tertentu, kemudian diukur absorbansi masing-masing sampel yang telah ditambahi
standar. Buat grafik antara Asorbansi versus Volume penambahan larutan standar.
2. Suatu senyawa yang berat molekulnya (Mr) = 280, pada panjang gelombang
tertentu menyerap radiasi 65 % dari dari sinar mula-mula. Jika sel yang dipakai 2
cm dan konsentrasi senyawa tersebut 15,0 mg/L. Hitung absorptivitas molar
senyawa tersebut.
4. Data absorptivitas molar untuk senyawa kompleks kobalt (Co) dan Nikel (Ni)
dengan 2,3-quinoxalinditihiol adalah sebagai berikut :
( berat atom Co = 59,0 ) Panjang gelombang ( nm )
510 656
( berat atom Ni = 58,7 )
ε Co 36400 1240
ε Ni 5520 17500
Sampel tanah 0,367 g dilarutkan dan diencerkan menjadi 50,0 mL. 25 mL larutan
tersebut setelah dipreparasi untuk menghilangkan interferensi ( gangguan ) dan
ditambahkan 2,3-quinoxalindithiol, diencerkan menjadi 50,0 mL. Larutan yang
terakhir ini mempunyai absorbansi 0,467 pada λ = 510 nm dan 0,347 pada λ = 656
nm. Jika sel yang digunakan 1 cm, hitung prosentase Co dan Ni dalam tanah !.