Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


&
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Administrasi Pajak


Guru Pembimbing : Andika Mugi Gumilang S.Ak

Disusun oleh :
1. Aisyah Ayu Rizkiah : 1200244
2. Lindi Ovtafiani : 1200266
3. Naura Yudia Kayla : 1200270
4. Nur Oktavia Laras Santi : 1200272
5. Zahra Safitri : 1200283

AKUNTANSI KEUANGAN & LEMBAGA


SMK PGRI 1 TANGERANG
2021 – 2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
semua rahmatnya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah administrasi pajak “PPH
PASAL 21” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata pelajaran Administrasi Pajak di SMK PGRI 1 TANGERANG

Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun begitu,
penulis berharap bahwa makalah ini bisa bermanfaat untuk orang lain.
Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, penulis sangat terbuka dan
dengan senang hati menerimanya.

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3. Tujuan Masalah...................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1. .Pengertian Pph Pasal 21.....................................................................................................5
2.2. Dasar Pengenaan dan Pemotongan Pph Pasal 21..............................................................6
2.3. Pemotongan Pph Pasal 21...................................................................................................7
2.4. Penerimaan Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21.........................................8
2.5. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21.........................................................................8
2.6. Yang Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21................................10
2.7. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.......................................................................11
2.8. Contoh Soal........................................................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................16
3.2. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
LAMPIRAN............................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem
tersebut Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak
yang terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang
dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai


kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan
sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan  pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan tentang :

1. Pengertian pajak penghasilan Pph pasal 21


2. Menjelaskan dasar pengenaan dan pemotongan Pph pasal 21
3. Menjelaskan cara penghitungan pajak penghasilan pph pasal 21
4. Pemotong pph pasal 21
5. Penerima penghasailan yang di potong pph pasal 21
6. Penghasilan yang di potong pph pasal 21
7. Yang tidak termasuk penghasilan yang di potong pph pasal 21

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. mengetahui pengertian pajak penghasilan pph pasal 21
2. menambah wawasan kepada pembaca tentang dasar pengenaan dan pemotongan
pasal pph 21
3. penghitungan pajak penghasilan pasal 21

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. .Pengertian Pph Pasal 21


.PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa. Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib
Pajak PPh Pasal 21) Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan:

1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah tertentu
secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas adalah orang pribadi yang berkeja untuk
pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi yang
memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu sesuai
dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll.

Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu:


1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing
dan orang– orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia
dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan
atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik. 
2.  Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang– Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Pemotong PPh pasal 21 adalah

5
Setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun
2000 dan terakhir UU No 36 tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21.
Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam peraturan Menteri Keuangan No.
252/KMK.03/2008 adalah: Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan
badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
3. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan. 

2.2. Dasar Pengenaan dan Pemotongan Pph Pasal 21


Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan kena pajak yang berlaku bagi:
 Pegawai tetap.
 Penerima pensiun berkala.
 Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
 Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, yang
menerima imbalan bersifat berkesinambungan. 
2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang
menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi
bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang tidak
bersifat berkesinambungan.

6
4. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan di atas.
5. Dasar  Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan
bruto.

2.3. Pemotongan Pph Pasal 21

Pemotong pajak yang memotong PPh Pasal 21 adalah :


1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.
2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah.
3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek),
PT Taspen, PT Asabri.
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa tenaga ahli,
orang pribadi subjek pajak luar negeri, dan peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang.
5. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
6. Penyelenggara kegiatan.

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah :


1. Pegawai tetap.
2. Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa, pengelola
proyek, peserta perlombaan, petugas dinas luar asuransi), distributor MLM/direct
selling dan kegiatan sejenis.
3. Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya
yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.
4. Penerima honorarium.
5. Penerima upah.
6. Tenaga ahli ( Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai,
dan Aktuaris ).
7. Peserta Kegiatan.

7
2.4. Penerimaan Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
a.Bukan warga negara Indonesia dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.

2.5. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara
teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk
honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi
bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan
pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan
pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan
cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau
diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau
mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang
merupakan calon pegawai.

8
4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan
kerja.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri, terdiri atas:
a. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris,
Penilai, dan Aktuaris).
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya.
c. Olahragawan.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial.
g. Agen iklan.
h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat.
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j. Peserta perlombaan.
k. Petugas penjaja barang dagangan.
l. Petugas dinas luar asuransi.
m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan
sebagai calon pegawai.
6. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya.
7. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat

9
8. Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain
yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk
janda/duda atau anak-anaknya.

2.6. Yang Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21


1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa pun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib
Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan
yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit).
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 3 ayat 1 UU PPh).
Ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
246/PMK.03/2008:
Penerima harus memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Penerima adalah Warga Negara Indonesia, dan
b. Pendidikan berada di Indonesia.

Ketentuan Lainnya :
1. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta
maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi
bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan
Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
2. Pemotong PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
tahunan (form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai tetap, termasuk penerima
pensiun bulanan dalam waktu dua bulan setelah tahun takwim berakhir.

10
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim,
maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2) diberikan oleh pemberi
kerja selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti
bekerja atau pensiun.
4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong
Pajak PPh Pasal 21 yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada
permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak dalam
negeri.

2.7. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Tarif dan Penerapannya:
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan
calon pegawai, serta distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis,
dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena
Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:
a.Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari
penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000
sebulan); dikurangi iuran pensiun/iuran jaminan hari tua, dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun
(5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000 setahun atau Rp
200.000 sebulan); dikurangi PTKP.
c.Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto dikurangi
PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.
d. Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis: penghasilan bruto
tiap bulan dikurangi PTKP per bulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa,
dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya
dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan
jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana

11
pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan
dengan penghasilan bruto.

3. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek,


dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif berdasarkan Pasal
17 Undang-undang PPh x 50% dari perkiraan penghasilan bruto dikurangi PTKP
perbulan.
4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai
tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan,
upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp 150.000 sehari
tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp 1.320.000 atau tidak
dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah
dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp 150.000.
Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 1.320.000, maka besarnya
PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP
sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi 360.
5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua
yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh final sebagai berikut:
a.5% dari penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000.
b. 10% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp
100.000.000.15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp
200.000.000.
c.25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.
6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima honorarium dan imbalan
lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah
dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto dan bersifat final,
kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke bawah, anggota TNI/Polri
berpangkat Peltu atau Aiptu ke bawah.

2.8. Contoh Soal


1. Bapak Ahmad bekerja di PT. Trans Retail dengan gaji sebulan Rp. 4.000.000,-
Perusahaan ikut program BPJS sebesar 1% yang dibayar oleh perusahaan setiap

12
bulannya. Bapak Ahmad membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,-. Dalam
tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan gaji. Berapa PPh Pasal
21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh Pasal 21 bila menerima
THR?

Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000 +
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000

Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.824.000-
Penghasilan Netto setahun 48.656.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 12.656.000

PPH Pasal 21 Terhutang


5% x 12.656.000 = 632.800 =52.733
12

2. PPH Pasal 21 atas gaji setahun


Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
BPJS (12 x 40.000) 480.000 +
Penghasilan Brutto Setahun 48.480.000

13
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 48.480.000 2.424.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +

3.624.000–
Penghasilan Netto Setahun 44.856.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000-
Pengghasilan Kena Pajak (PKP) 8.856.000

PPH Pasal 21 terhutang


5% x 8.856.000 = 442.800 = 36.900
12

PPH Pasal 21 atas THR


632.800 – 442.800 = 190.000

3. Bapak Raden memperoleh uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 3.000.000,-
Hitunglah berapa PPH Pasal 21 dari setiap bulannya
Jawab :
PPh Pasal 21 Dana Pensiun
Penghasilan 3.000.000

Pengurang:
Biaya Pensiun 5% x 3.000.000 150.000-
2.850.000

Penghasilan Setahun (12 x 2.850.000) 34.200.000


PTKP 36.000.000
PPh Pasal 21 tidak dipotong karena penghasilan setahun kurang dari PTKP

14
4. PT ABC membayar Konsultan Manajemen sebesar Rp. 60.000.000 kepada
Veronica (tidak mempunyai NPWP). Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT
ABC?
Jawab :
Penghasilan Brutto
50% x 60.000.000 = 30.000.000
PPh Pasal 21
5% x 30.000.000 = 1.500.000
Jika tidak memiliki NPWP
120% x 1.500.000 = 1.800.000

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21 merupakan
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal
21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan
terbaru pada tahun 2013 untuk memotong PPh Pasal 21.

3.2. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat memberikan wawasan
positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 tersebut dan sisi kurang baiknya bisa
dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan saran dari pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nurmantu, S. (2005). Pengantar Perpajakan. Perpajakan, 19.


Prof. Supramono, S. M. (2010). Perpajakan Indonesia. Mekanisme dan Perhitungan, 20.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai