Disusun oleh :
1. Aisyah Ayu Rizkiah : 1200244
2. Lindi Ovtafiani : 1200266
3. Naura Yudia Kayla : 1200270
4. Nur Oktavia Laras Santi : 1200272
5. Zahra Safitri : 1200283
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
semua rahmatnya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah administrasi pajak “PPH
PASAL 21” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata pelajaran Administrasi Pajak di SMK PGRI 1 TANGERANG
Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun begitu,
penulis berharap bahwa makalah ini bisa bermanfaat untuk orang lain.
Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, penulis sangat terbuka dan
dengan senang hati menerimanya.
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3. Tujuan Masalah...................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1. .Pengertian Pph Pasal 21.....................................................................................................5
2.2. Dasar Pengenaan dan Pemotongan Pph Pasal 21..............................................................6
2.3. Pemotongan Pph Pasal 21...................................................................................................7
2.4. Penerimaan Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21.........................................8
2.5. Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21.........................................................................8
2.6. Yang Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21................................10
2.7. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.......................................................................11
2.8. Contoh Soal........................................................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................16
3.2. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
LAMPIRAN............................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dengan sistem
tersebut Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak
yang terutang dalam suatu tahun pajak. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) terutang
dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah tertentu
secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas adalah orang pribadi yang berkeja untuk
pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi yang
memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu sesuai
dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll.
5
Setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun
2000 dan terakhir UU No 36 tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21.
Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam peraturan Menteri Keuangan No.
252/KMK.03/2008 adalah: Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan
badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
3. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan.
6
4. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan di atas.
5. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan
bruto.
7
2.4. Penerimaan Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
a.Bukan warga negara Indonesia dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
8
4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan
kerja.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri, terdiri atas:
a. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris,
Penilai, dan Aktuaris).
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya.
c. Olahragawan.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial.
g. Agen iklan.
h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat.
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j. Peserta perlombaan.
k. Petugas penjaja barang dagangan.
l. Petugas dinas luar asuransi.
m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan
sebagai calon pegawai.
6. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya.
7. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat
9
8. Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain
yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk
janda/duda atau anak-anaknya.
Ketentuan Lainnya :
1. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta
maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi
bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan
Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
2. Pemotong PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
tahunan (form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai tetap, termasuk penerima
pensiun bulanan dalam waktu dua bulan setelah tahun takwim berakhir.
10
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim,
maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2) diberikan oleh pemberi
kerja selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti
bekerja atau pensiun.
4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong
Pajak PPh Pasal 21 yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada
permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak dalam
negeri.
11
pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan
dengan penghasilan bruto.
12
bulannya. Bapak Ahmad membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,-. Dalam
tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan gaji. Berapa PPh Pasal
21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh Pasal 21 bila menerima
THR?
Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000 +
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.824.000-
Penghasilan Netto setahun 48.656.000
13
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 48.480.000 2.424.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.624.000–
Penghasilan Netto Setahun 44.856.000
3. Bapak Raden memperoleh uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 3.000.000,-
Hitunglah berapa PPH Pasal 21 dari setiap bulannya
Jawab :
PPh Pasal 21 Dana Pensiun
Penghasilan 3.000.000
Pengurang:
Biaya Pensiun 5% x 3.000.000 150.000-
2.850.000
14
4. PT ABC membayar Konsultan Manajemen sebesar Rp. 60.000.000 kepada
Veronica (tidak mempunyai NPWP). Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong oleh PT
ABC?
Jawab :
Penghasilan Brutto
50% x 60.000.000 = 30.000.000
PPh Pasal 21
5% x 30.000.000 = 1.500.000
Jika tidak memiliki NPWP
120% x 1.500.000 = 1.800.000
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21 merupakan
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal
21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan
terbaru pada tahun 2013 untuk memotong PPh Pasal 21.
3.2. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat memberikan wawasan
positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 tersebut dan sisi kurang baiknya bisa
dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan saran dari pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18