Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KELAHIRAN BAYI PREMATUR

Kelompok 1
Disusun Oleh :

STIKES KARSA HUSADA GARUT


2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi
Muhammad SAW.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Ilmu Dasar Keperawatan III tentang hemoroid dan hepatitis Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Garut, Mei 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II

2.1 PEMBAHASAN

BAB III

3.1 KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bagain dari pelayanan kesehatan adalah pelayanan kebidanan yang mempunyai
tujuan pokok menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Varney,2007). Trend AKI
Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan penurunan
yang signifikan dari tahun ke tahun. Hasil Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yaitu
tahun 1994 AKI Indonesia sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup (KH), SDKI tahun 1997 sebesar
334 per 100.000 kelahiran hidup dan SDKI tahun 2002 mengalami penurunan menjadi 307 per
100.000 KH. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 KH.
Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2014 sebesar
118 per 100.000 KH dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang ingin dicapai
102 per 100.000 KH (www.menegpp.go.id/aplikasidata, 2009).
Secara global dikemukakan bahwa selama tahun 2000, terdapat 4 juta kematian neonatus (3
juta kematian neonatal dini dan 1 juta kematian neonatal lanjut), dan hampir 99% kematian tersebut
terjadi di negara berkembang.
Kematian neonatus tertinggi terjadi di Afrika (88 per 100 kelahiran hidup), sedangkan di Asia
angka kematian perinatal mendekati 66 bayi dari 1000 kelahiran hidup (Purwanto, 2009). Kondisi ini
sangat berbeda dengan kondisi di negara maju, angka kematian perinatal di negara maju terbilang
rendah yaitu 25 per 1000 kelahiran hidup (Sarwono, 2006).
Angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup.
Sebanyak 7,7 juta kematian bayi setiap tahun terjadi pada waktu perinatal. Tiga per empat dari
kematian itu terjadi pada minggu pertama kehidupan janin. Prematuritas atau bayi prematur
merupakan penyebab kematian perinatal ke-4, setelah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, jika tidak
meninggal, akan meninggalkan masalah bayi dengan cacat. (Sarwono 2006). Hasil survei riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian perinatal atau
bayi baru lahir 0 – 6 hari adalah asfiksia 37 %, prematuritas atau BBLR 34% sebagai urutan kedua,
kemudian sepsis 12%, hipotermi 7%, kelainan darah atau ikterus 6%, posmatur 3% dan kelainan
kongenital 1% (http://www.infodokterku.com).

3
Menurut WHO, bayi prematur merupakan bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum 37
minggu. Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia mengalami
lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya, seperti sindrom gangguan pernapasan
idiopatik, pneumonia aspirasin, pendarahan intraventikular (>50% pada bayi prematur), fibroplasia
retrolental, hiperbilirubinemia. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan
makin tingginya angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal te pada
bayi-bayi prematur. Karakteristk dari bayi prematur ditandai dengan berat kurang dari sama dengan
2500 gram (BBLR) (Sarwono, 2001)
Menurut data dunia, kelahiran premature mencapai 75-80 % dari seluruh bayi yang
meninggal pada usia kurang dari 28 hari. Data dari WHO (2002) menunjukkan angka yang sangat
memprihatinkan terhadap kematian bayi yang dikenal dengan fenomena dua pertiga. Pertama,
fenomena dua pertiga kematian bayi pada usia 0-1 tahunan terjadi pada masa neonatal (bayi
berumur 0-28 hari). Kedua, dua pertiga kematian bayi pada masa neonatal dan terjadi pada hari
pertama (Comers.com).
Angka kematian bayi di propinsi Lampung menunjukkan angka yang lebih besar dari angka
skala nasional, yakni pada tahun 2003 sebesar 55/1000 kelahiran hidup. Dengan penyebab Asfiksia
34,19%, BBLR termasuk prematur 28,42% pneumonia 3,36 %, diare 1,17 %, TN 0,64 % dan lain-
lainnya 31,41 % (Profil Dinkes Provinsi Lampung, 2007).
Hasil studi pendahuluan di RSUD Ahmad Yani Kota Metro terdapat peningkatan kejadian bayi
prematur dalam waktu dua tahun dari 2009-2010. Tahun 2009 angka bayi prematur berjumlah 114
bayi (12,79%) dari 891 persalinan dan tahun 2010 meningkat menjadi 126 bayi (13,79%) (RSUD
Jendral Ahmad Yani Kota Metro, 2010-2011). Kejadian bayi prematur tahun 2009 tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan RSUD Ryacudu Kotabumi pada tahun 2009 terdapat 3,6% bayi prematur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelahiran
bayi prematur di Rumah Sakit Ahmad Yani Metro tahun 2010.

4
Abstrak

Angka kejadian persalinan prematur di Provinsi Lampung tahun 2006 berjumlah 1207
kasus, meningkat menjadi 1297 kasus tahun 2007 dan tahun 2008 turun menjadi 1153 kasus.
Di Kota Metro pada tahun 2009 kasus kematian bayi per 1000 kelahiran lebih besar jika
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainya, yaitu 11,1%. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur ruang kebidanan
Rumah Sakit Umum Daerah Jendral Ahmad Yani Metro tahun 2010. Jenis penelitian analitik
dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini ibu bersalin berjumlah 385,
sampel jumlah 80, teknik sampling menggunakan simple random sampling. Data yang
dipergunakan data primer, pengumpulan data dengan menggunakan angke. Analisis data
menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi Square. Hasil penelitian
berdasarkan bivariat dari 7 variabel, 5 variabel berhubungan secara signifikan dengan
persalinan prematur yaitu status ekonomi (p value = 0.010), anemia dalam kehamilan (p
value = 0,007), komplikasi obsetri (p value = 0,033), paritas (p value = 0,004), pengetahuan
(p value = 0,011), sedangkanvariabel yang tidak berhubungan adalah usia dan perawatan ante
nata.Saran bagi tenaga kesehatan adalalah menjaga kualitas pelayanan petugas kesehatan
bekerja selalu mengacu stándar pelayanan kebidanan yang telah ditentukan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

METODE
Desain penelitian ini bersifat deskritif korelatif dengan cara cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelahiran bayi prematur.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi hidup dari periode
Januari– Juni 2010berjumlah 385. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang
melahirkan bayi hidup berjumlah 80. Teknik sampling menggunakan simple random
sampling. Data yang dipergunakan data primer dan pengumpulan data dengan menggunakan
angket. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square.

Analisis Univariat
Tabel 1

Distribusi kelahiran bayi prematur

Jumlah %
variabel (n=80)
Kelahiran premature
Prematur 18 22,5

Tidak premature 62 77,5

Status Ekonomi
< Rp 678,900 53 66,3
≥ Rp 678,900 27 33,7
Anemia
Ya (<11 gr%) 44 55,0
Tidak anemia (≥11gr%) 36 45,0
Komplikasi obstetric
Ada Komplikasi obstetric 47 58,8
Tidak ada komplikasi
6
obsetrik 33 41,2
Usia Ibu
(<20th dan >35th) 21 26,3
(≥20th-≤35th) 59 73,7
Paritas
>4 anak 10 12,5
≤4 anak 70 87,5
Perawatan antenatal
Tidak standar (<4) 21 26,3
Standar (≥4) 59 73,7 59 73,7
Pengetahuan
Kurang 39 44,8
Baik 41 51,2

Tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 80 responden jumlah kelahiran bayi prematur berjumlah
18 (22,5 %), status ekonomi rendah terdapat 53 (66,3%) responden,mengalami anemia
berjumlah 44 (55,0%), sedangkan yang mengalami komplikasi obstetrikberjumlah

47 responden (58,8 %),berusia <20 dan >35 sebanyak 21 (26,3%), paritas > 4 sebanyak 10
(12,5 %), melakukan perawatan ante natal < 4 kali sebanyak 21 responden (26,3%) dan
berpengetahuan kurang berjumlah 39 responden (48,8%).

Analisis Bivariat
Tabel 2

Hasil Analisis Bivariat Antara Varibel Independen dengan Kelahiran Bayi Prematur

variabel Prematur
Ya Tidak Total P Value OR (CI-95%)
n % n % n %

7
Tabel 2

Memperlihatkan hasil analisis bivariat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

status ekonomi dengan kejadian kelahiran bayi prematur (nilai p = 0.010) dan ibu dengan

dengan status ekonomi rendah berpeluang 12.278 kali untuk melahirkan bayi prematur

dibandingkan ibu yang satus ekonominya tinggi (OR = 12.278).Terdapat hubungan yang

signifikan antara anemia dengan kejadian kelahiran bayi prematur (nilai p = 0.007) dan ibu

dengan anemia berpeluang 8. kali untuk melahirkan bayi prematur dibandingkan ibu yang

tidak mengalami anemia (OR = 8,000). Terdapat hubungan yang signifikan antara

komplikasi obstetrik dengan kejadian kelahiran bayi premature (nilai p = 0,033) dan ibu

dengan komplikasi obstetrik berpeluang 4,688 kali untuk melahirkan bayi prematur

dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi obstetrik (nilai OR= 4,688).Tidak ada

hubungan antara usia dengan kelahiran bayi prematur (nilai p = 0,456).Ada hubungan

yang signifikan antara paritas dengan kelahiran bayi prematur (nilai p = 0,004) dan ibu

dengan paritas beresiko (>4) lebih berpeluang 4,385 kali terjadi kelahiran bayi prematur

dibandingkan ibu dengan paritas tidak beresiko (nilai OR=4,385). Tidak ada hubungan

antara perawaran antenatal dengan kejadian kelahiran bayi prematur (nilai p = 0,637)

danterdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelahiran bayi prematur (nilai p =

0,011), dengan ibu berpengetahuan kurang berpeluang 5,180 kali untuk melahirkan bayi

prematur dibandingkan ibu dengan pengetahuan baik (nilai OR=5,180).

Pembahasan

1. Status Ekonomi

8
Hasil analisis penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara

status ekonomi dengan kelahiran premature (p value = 0,010) dan ibu dengan status

ekonomirendah berpeluang 12.278 kali untuk melahirkan bayi prematur dibandingkan ibu

yang status ekonominya tinggi (OR = 12.278). Hasil penelitian ini sesuai dengan tiori

keluarga dengan status ekonomi rendah merupakan factor resiko terjadinya komplikasi

dalam kehamilan meupun persalinan.

Ibu kurang dapat memenuhi kebutuhannya akan gizi sehingga akan terjadi persalinan

premature. Sosial ekonomi atau pendapatan keluarga adalah jumlah hasil perolehan yang

didapat anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya.tingkat

pendapatan merupakan penghasilan yang didapat setiap bulannya secara rutin. Menurut

Loliwa (1992) penggolongan masyarakat dalam status pendapatan /ekonomi dibedakan

menjadi tiga yaitu tingkat atas (pendapatan tinggi). Tingkat menengah (pendapatan cukup

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari) dan tingkat rendah (pendapatan rendah dan tidak

tetap)

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Anggraini (2007) bahwa ada

hubungan status ekonomi dengan kelahiran bayi berat badan rendah (p = 0,003).

Berdasarkan hasil penelitian dan tiori diatas maka dapat disimpulkan bahwa ibu hamil

dengan status ekonomi rendah merupakan faktor resiko terjadinya kelahiran bayi

prematur, oleh karena itu ibu hamil dengan status ekonomi rendah harus melahirkan

dipasilitas kesehatan yang lengkap seperti Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya

komplikasi pada persalinan antara lain persalinan prematur, dan mencegah kematian bayi.

2. Anemia

Hasil analisis penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara

anemia (p value = 0,007) danibu dengan anemia berpeluang 8 kali untuk melahirkan bayi

9
prematur dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia (OR = 8,000 dengan 95% CI:

1.772 - 33.582).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2006) bahwa anemia dalam

kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi para ibu, baik dalam kehamilan, persalinan

maupun dalam nifas dan masa selanjutnya, berbagai penyulit dapat timbul akibat

anemia,seperti: abortus, partus prematurs, partus lama karena inertia uteri, pendarahan

postpartum karena utoria uteri. abortus, partus prematurs, partus lama karena inertia uteri,

pendarahan postpartum karena utoria uteri.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Di RSIA Siti Fatimah

Makassar Tahun 2006 menyatakan hal yang sama bahwa anemia berhubungan dengan

kejadian bayi prematur. Berdasarkan hasil penelitian dan tiori diatas maka dapat

disimpulkan bahwa ibu hamil dengan anemia merupakan factor resiko terjadinya kelahiran

bayi prematur, oleh karena itu ibu hamil dengan anemia harus melahirkan dipasilitas

kesehatan yang lengkap seperti Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya komplikasi pada

persalinan dan mencegah kematian bayi.

Karena itu disarankan pada pihak terkait untuk melakukan upaya mengurangi

kejadian anemia pada ibu hamil misalnya dengan cara pemberian tablet Fe dan promosi

kesehatan tentang makanan yang mengandung zat besi.

3. Komplikasi Obstestrik

Hasil analisis penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antar

komplikasi obsetri dengan kelahiran bayi premature (p value =0,033) dan ibu yang

mengalami komplikasi obsetri berpeluang 4,688 kali melahirkan bayi premature

dibanding kan ibu yang tidak mengalami komplikasi obsetri(OR = 4,688 95% CI : 01.232

– 17.829. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori(Saifuddin, 2002). Komplikasi obstetric

10
dalam kehamilan adalah keadaan patologis yang erat kaitannya dengan kematian ibu atau

janin Komplikasi kehamilan dapat menyebabkan kelahiran bayi premature.

Komplikasi obstetrik langsung, meliputi: perdarahan, pre-eklampsia/eklampsia,

hidramnion, ketuban pecah dini, gemelli.Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Anggraini (2007) di RSUAM ada hubungan komplikasi obstetrik dengan kelahiran bayi

berat badan rendah. Berdasarkan hasil penelitian dan tiori diatas maka perlunya

penanganan komplikasi obstetrikk dengan baik dengan merujuk ibu bersalin yang

mengalami komplikasi obsetrik ke fasilitas kesehatan lengkap seperti Rumah Sakit agar

dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas pada bayi dan ibunya.

4. Usia

Hasil análisis penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara usia dengan

kelahiran bayi prematur (p value = 0.456). Hasil penelitian ini tidak sejalan

pernyataanSarwono (2006) yang mengatakan ibu yang berusia < 20 tahun dikarenakan

organ –organ belum siap untuk menerima kehamilan, sebaliknya semakin tua usia ibu

kondisi dan keelastisan otot–otot panggul semakin berkurang. Usia Kurang dari 20 tahun

dan lebih 35 tahun merupakan usia beresiko untuk hamil dan melahirkan.

Hasil diatas menggambarkan bahwa terdapat kecendrungan perempuan berusia 2035

tahun untuk melahirkan bayi prematur dibandingkan perempuan berusia kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun.Tidak terdapat hubungan usia dengan kelahiran bayi

prematur dimungkinkan karena data yang ada dominan berusia 20 -35 tahun, pengambilan

data dengan ditanyakan hingga kemungkinan ibu lupa (recall bias) danpengaruh

globalisasi dimana informasi dapat dengan mudah diakses melalui televisi dan internet

mengenai kesehatan sehingga usia menikah > 20 tahun.

5. Paritas

Hasil analisis penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu
dengan terjadinya kelahiran bayi premature (p value = 0,069) dan ibu dengan paritas

11
beresiko (>4) lebih berpeluang 4,385 kali terjadi melahrkan bayi prematur dibandingkan
ibu dengan paritas tidak beresiko (OR= 4,385 dengan 95% CI : 1.105 – 17.397).
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sulaiman (2003)
bahwakehamilan yang optimal adalah kehamilan yang kedua sampai dengan
keempat.Kehamilan pertama dan kehamilan setelah keempat memiliki resiko yang
meningkat. Pada kehamilan grendemulti sering disertai penyulitpenyulit seperti kelainan
letak, ante partum haemorage, post partum haemorage dan sebagainya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Angraini (2007)yang dilakukan di RSUD
Abdul Moeloek yang menyimpulkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada dan hasil penelitian terdahulu. Kehamilan
yang optimal adalah kehamilan sampai dengan ke 4.
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan (Ramli,
1994). Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup didunia luar,sedangkan grandemultipara adalah wanita yang melahirkan 5
orang anak atau lebih (Sulaiman, 2003;).
Promosi kesehatan tentang paritas yang beresiko untuk hamil dan melahirkan kepada
mesyarakat dapat menambah pengetahuan pada ibu paritas yang optimal unruk proses
kehamilan dan persalianan. Dan hendaknya pelayanan KB dapat lebih ditingkatkan guna
mencegah kehamilan yang lebih dari 4 kali.
6. Perawatan Antenatal
Hasil análisis menunjukan tidak ada hubungan antara perawatan ante natal dengan
kelahiran prematur (p value = 0,637). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan perawatan antenatal berhubungan dengan kelahiran bayi prematur
(Berham,2000). Hal ini mungkin dikarenakan perawatan antenatal saat ini masih
dilakukan dengan pendekatan risiko. Pendekatan risiko yang mempunyai rasionalisasi
bahwa asuhan antenatal adalah melakukan screening untuk memprediksi fakor-faktor
penyakit.
Hasil penelitian ini mendukung hasil studi di Zaire yang membuktikan bahwa 71%
persalinan macet tidak bias diprediksi, 90% ibu yang diidentifikasi berisiko tidak pernah
mengalami komplikasi dan 88% dari wanita yang mengalami komplikasi pasca persalinan
tidak memiliki riwayat yang prediktif (Kusmiyati, 2008).
7. Pengetahuan
Hasil analisis penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu dengan kelahiran bayi premature (p value = 0,011) danibu dengan

12
pengetahuan kurang lebih berpeluang 5.180 kalii melahirkan bayi prematur dibandingkan
ibu dengan pengetahuan baik OR= 5.180 dengan 95% CI: 1.527 – 17.573.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataanNotoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang . Tindakan
yang disertai dengan pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih memperhatikan
kesehatannya.

BAB III
KESIMPULAN

Penelitian ini dengan simpulan bahwa kejadian bayi prematur di RSUD Jendral
Ahamad Yani Kota Metro tahun 2010 adalah 22,5 %, ibu adengan status ekonomi rendah
66,3%, ibu dengan anemia dalam kehamilan 55,0 %, ibu dengan komplikasi obsetri 58,8
%, Ibu yang berusia < 20 tahun atau > 35 tahun sebanyak 26,3%, ibu dengan paritas > 4
sebanyak 12,5%, ibu yang tidak melakukan ANC sesuai standat (<4 kali) sebanyak
26,3%. Faktor yang berhubungan dengan kelahiran bayi prematur adalah:status ekonomi,
anemia, komplikasi obstetrik, usia ibu,paritas dan pengetahuna ibu, sedangkan variabel
yang tidak berhubungan adalah perawatan antenatal yang tidak sesuai stándar.
Bagi Instansi terkait untuk dapat memberikan penanganan dan perawatan ibu yang
akan melahirkan bayi prematur sesuai dengan protap yang ada, dan bagi Dinas Kesehatan
Kota Metrosebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pelayanan dan penanganan
untuk ibu yang beresiko melahirkan bayi prematur dengan peningkatan promosi
kesehatan tentang faktor yang berhubungan dengan kelahiran bayi prematur.

13
Daftar Pustaka

Anggraini, Rima, (2007) faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR Di RSUD.dr Abdul
Moeloek
Lampung Berhman; at all, 2000, Ilmu Kesehatan Anak. EGC, Jakarta
Riskesdas, 2007, Angka Kematian Bayi, http://www.infodokterku.com/
Kusmiyati,yeni at all, 2008, Perawatan Ibu Hamil, Fitramaya, Jakarta.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, 2009, Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI),
www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php? option=com...
Notoatmodjo, Sukidjo,, 2003, Promosi Kesehatan dan Konsep Perilaku,Rineka Cipta, Jakarta
RSUD Jend. A. Yani Metro. Kota Metro, 2010, Buku Register Persalinan RSUD Jend. A.
Yani Metro.
Kota Metro RSUD Jendral. Ahmad Yani Metro. Kota Metro, 2009, Buku Register Persalinan
RSUD Jend. A. Yani Metro.
Kota Metro Sarwono, Prawirohardjo, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan
KesehatanMaternal dan Neonatal, JNPKKR, Jakarta.
Sulaiman,Sastrawinata, 2003, Obstetri Fisiologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung Varney, Helen:at all,2007,Buku Ajar Asuhan
Kebidanan,EGC,Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai