Disusun Oleh :
ERWIN PARDIANSYAH
KHGC.18019
2021/2022
Laporan pendahuluan
Dengan gangguan sistem cardiovaskuler
Acute coronary syndrome stemi
Di ruang agate bawah rsu dokter slamet garut
1. Definisi Penyakit
Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu istilah atau terminology yang
digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit
yang meliputi angina pectoris tidak stabil, infark miokard gelombang non Q atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non ST elevation miocard
infarction/NSTEMI), infark miokard dengan gelombang Q atau infark miokard dengan
elevasi segment ST (ST elevation miocard infarction/STEMI) (Departemen
Kesehatan, 2007).
Definisi SKA (Sindrom Koroner Akut) merupakan spektrum manifestasi akut dan
berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen (O2) miokardium dan aliran darah
(Kumar, 2007).
Jadi ACS adalah kondisi dimana terjadi abnormalitas aliran darah ke arteri yang
mensuplai ke ajntung sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kebuthan O2 dalam
darah.
2. Etiologi
1. Faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1) Faktor pembuluh darah :
a) Aterosklerosis.
b) Spasme
c) Arteritis
2) Faktor sirkulasi :
a) Hipotensi
b) Stenosos aurta
c) Insufisiensi
3) Faktor darah :
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
1) Aktifitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hypertiroidisme
3. Fisiologi / patofisiologi
Fisiologi
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada
saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot
jantung juga mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rangsangan listrik.
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari
ruang jantung (disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini
disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
Fungsi dari sistem arteri koroner adalah memberikan aliran darah yang kaya
oksigen dan nutrisi kepada miokardium (Muttaqin, 2009). Arteri koroner terletak di
aorta tepatnya di sinus valsava yang kemudian bercabang menjadi 2 bagian yaitu :
Left Main Coronary Artery (LMCA) dan Right Coronory Artery (RCA).
Left Main Coronary Artery kemudian terbagi menjadi dua yaitu :
Left anterior Desendens (LAD) dan Left Circumflex (LCx). Arteri ini
melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna yaitu sulkus atrioventriokular
yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua sulkus
interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini
dinamakan kruks jantung dan merupakan salah satu bagian terpenting dari jantung.
LAD memperdarahi bagian depan kiri dan turun ke bagian bawah permukaan jantung
melalui sulkus interventrikuler sebelah depan, kemudian melintasi apex jantung,
berbalik arah dan terus mengarah ke atas sepanjang permukaan bawah dari sulkus
interventrikuler. Daerah yang diperdarahinya adalah ventrikuler kiri dan kanan dan
bagian interventrikuler septum.
Jantung mempunyai 70 sampai 80 % oksigen yang dihantarkan melalui arteri
koroner, sebagai pembandingan, bahwa organ lain hanya menggunakan rata-rata
seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koroner muncul dari aorta dekat hulu
ventrikel ( sering disebut muara sinus valsava). (Muttaqin, 2009).
Patofisiologi
Faktor penyebab utama pada ACS adalah kurangnya aliran darah ke miokard
yang terbanyak sering disebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis ditandai dengan
adanya akumulasi bahan lemak/lipid dan jaringan fibrosa pada dinding arteri,
pertambahan aterosklerosis membuat lumen dari pembuluh darah menyempit dan
aliran darah terhambat ke daerah miokardium. Dinding pembuluh darah akan
kehilangan elasitasnya dan menjadi kurang responsif terhadap perubahan volume dan
tekanan.
Pathogenesis dari aterosklerosis (C. Long, Barbara, 1999) pada ACS dimulai
dengan lesi atherosklerosis timbul pada permulaan dari arteri koroner utama. Proses
perjalanan penyakit pada awalnya setempat, kemudian menjadi difus dan bertambah.
Lesi yang pertama timbul pada dinding arteri koroner disebut garis lemak. Sel-sel
yang mengandung lipid atau sel-sel busa (foam cells) invasi ke dalam dinding intima
dan menimbulkan garis-garis lemak, karena penyakit berlanjut kemudian timbul
sejenis benjolan dengan ukuran yang terus meningkat sehingga kapasitas lumen
pembuluh menjadi terbatas. Lesi tersebut merupakan jenis karakteristik khas
aterosklerosis yang berkembang.
Phatway
Lesi Artherosklerosis
Artherosklerosi (
menumpuknya lemak)
Benjolan Benjolan
Lumen Pembuluh
darah
Kapasitas lumen
Thrombus terbatas
dan emboli
Penurunan curah
Lumen arteri jantung
menyemput
Ketidak
seimbangan suplai
O2
Gangguan
pertukaran gas
Wawancara :
1. Identitas Klien :
Nama, usia, :
Jenis kelamin, :
Alamat, :
No.telepon, :
Status pernikahan, :
Agama, :
Suku, :
Pendidikan, :
Pekerjaan, :
Lama bekerja, :
No. RM, :
Tanggal masuk, :
Tanggal pengkajian, :
Sumber informasi, :
Pengkajian fisik
Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal berikut:
Tingkat kesadaran
Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting)
Frekwensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak mencukupinya
oksigen ke dalam miokard
Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung
Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan, perhatian
tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan miokard infark,
menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel
Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume
Warna dan suhu kulit
Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap tanda-tanda
gagal ventrikel (bunyi krakles pada dasar paru)
Fungsi gastrointestinal: Kaji motilitas usus, trombosis arteri mesenterika merupakan
potensial komplikasi yang fatal
Status volume cairan: Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya tanda dini
syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria
Pemeriksaan diagnostik
1. EKG
Merupakan pemeriksaan penunjang yang penting, normal EKG tidak
menyingkirkan tidak adanya iskemik miokard atau memulangkan pasien,
pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara berkala.
a. NSTEMI : depresi ST segmen >0,5 mm pada sandapan yang berdekatan atau
inversi gelombang T >2 mm yang dinamik memberikan kecurigaan adanya
suatu sindrom koroner akur non ST elevasi.
b. STEMI: ST elevasi >1 mm pada 2 atau lebih sandapan yang berdekatan pada
limb lead dan atau segment elevasi > 2 mm pada 2 sadapan chest lead, atau
gambaran LBBB baru yang menunjukan adanya suatu sindrom koroner akut
dengan elevasi ST/infark transmural. Gelombang T iskemik biasanya
terbalik, dalam dan simetris. Gelombang Q merupakan tanda kemungkinan
terdapat jaringan yang mati.
2. Foto thoraks
Foto thoraks biasanya normal pada pasien dengan angina. Pembesaran jantung
atau peningkatan tekanan vena dapat menandakan adanya infark miokard atau
disfungsi ventrikel kiri, namun temuan ini kadang tidak dapat diandalkan.
3. Enzim jantung
Sel otot jantung yang mati akan mengeluarkan enzim, dan enzim tersebut dapat
membantu dalam menegakkan infark miokard.
a. Creatinin Kinase (CK, CKMB) mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam
12-16 jam, normal kembali antara 3-4 hari tanpa terjadi nekrosis baru.
Enzim CKMB sering dijadikan indikator MCI sebab hanya terjadi saat
kerusakan jaringan miokard. Nilai referensi CKMB 0-24 u/l. Kuantitatif
Troponin T sebagai kriteria diagnostik untuk infark miokard akut, baru–baru
ini didefinisikan kembali berdasarkan pengukuran troponin < 0.03 =
negative. 0.03 – 0,1 = low. 0,1 – 2 = MCI. > 2 = massive MCI.
b. Elektrolit: ketidakseimbangan elektrolit dalam darah dapat mempengaruhi
konduksi dan kontraktilitas jantung, misalnya: hipokalemia, hiperkalemia.
c. Sel darah putih: kadar leukosit biasanya tampak mengalami peningkatan
pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
d. Kecepatan sedimentasi meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA
menunjukkan inflamasi.
e. AGD: dapat menunjukan hipoksia atau proses penyakit paru akut maupun
kronis.
f. Kolesterol atau trigliserida serum meningkat, menunjukan arteriosklerosis
sebagai penyebab IMA.
4. Echocardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi ruang jantung, gerakan katup atau
dinding ventrikel dan konfigurasi atau fungsi katup.
5. Pemeriksaan Pencitraan Nuklir
a) Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misalnya lokasi atau luasnya AMI.
b) Technetium : terkumpul dalam sel iskemik disekitar area nekrotik.
5. Analisa Data
2. Ds : Hipertensi
Klien mengeluh sesak
setiap melakukan Peningkatan beban kerja
aktivitas ringan jantung
maupun berat
Do : Penurunan O2 ke organ dan
TD : 160/110 mmHg jaringan Penurunan curah
N : 100 x/mnt jantung
Gallop : (+) Penurunan perfusi
RR : 34 x/mnt
Sianosis Kelelahan,lemah,pucat,keringat
dingin, dan sianosis
Klien lemah dan
pucat
Penurunan curah jantung
Keringat dingin
3. Ds : Atelectasis paru
Klien mengatakan
sesak, saat bernapas Pertukaran O2 dan CO2
terasa berat terganggu
Do :
PaO2 : 55 mmHg Hasil AGD abnormal Gangguan
hiperkapnia pertukaran gas
PaCO2 : 48 mmHg
SaO2 : 88% Gangguan pertukaran gas
RR : 28 x/mnt
N : 112 x/mnt
4. Ds : Factor :
Klien mengatakan Hipertensi,Diabetes
nyeri pada bagian
dada yang menjalar Penimbunan lipid /jaringan
kebagian punggung. fibrosa dlm pembuluh darah
Do :
Posisi untuk menahan Akumulasi plak dalam arteri
nyeri coroner Nyeri Akut
Tingkah laku berhati-
hati
Plak progresif, membesar dan
Tampak gelisah
menebal
Nafsu makan
menurun
Lumen arteri menyempit
Nyeri
6. Diagnisa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur ditandai dengan
adanya nyeri
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan konraktilitas ditandai
dengan adanya dyspnea
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi ditandai adanyasianosis
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis ditandai dengan
tekanan darah meningkat
7. Perencanaan Keperawatan
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. 2008. Harrison’s Principles
of Internal Medicine 17th edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kumar, Abbas, Fausto, Mitchel. 2007. Robbin’s Basic Pathology. Elsevier Inc.
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Edisi 8. Jakarta
: EGC.