Anda di halaman 1dari 7

Nama : Simesono Daeli

Nim : 08011944
Prodi : Teologi
Semester : V (Lima)
Mata Kuliah : Logika
Pengampu : Safatulus Giawa, M.Pd
Judul : Iman, Rasio, Dan Kebenaran
Penulis : Sthephen Tong
Jumlah isi : 99 Halaman

RINGKASAN BUKU
IMAN, RASIO, DAN KEBENARAN

A. Manusia, Makhluk Yang Rasional


Beberapa pandangan tentang apakah manusia itu diantaranya
sebagai berikut:

1. Teori Efolusi berpendapat bahwa manusia adalah manusia,


binatang adalah binantang. Binatang bukan manusia, tidak
ada hubungan biologis, genetis, hereditas, dan hubungan
darah. Manusia di ciptakan menurut gambar dan rupa Allah
dan tidak ada bandinganya.
2. Mencius menegaskan bahwa manusia berbeda dengan
binantang karna manusia memiliki hati nurani mempunyai
perasaan dan dapat membedakan yang benar dan tidak
benar termasuk rasa simpatik.
3. Aristoteles mengatakan bahwa manusia berbeda dari
binatang karna manusia memiliki rasio manusia adalah
satus-satunya makhluk yang dapat berpikir menganalisis,
dan dapat berlogika.
4. Protogoras menyatakan bahwa manusia di sebut manusia
karena ia merupakan ukuran dari segala sesuatu. Dapat
menilai, mengukur, menghakimi, dan member nilai. Manusia
adalah pengukur segala sesuatu.
5. Filsafat tiongkok kuno :berpendapat bahwa manusia adalah
roh, manusia mengerti tentang pengaturan dan hubungan
antara satu dengan yang lain. Manusia memiliki perasaan
imitatif.
6. Filsafat india beranggapan bahwa manusia adalah satu-
satunya makhluk yang memiliki roh individ, yang dapat
menggaungkan diri dengan kekekalan, dengan jiwa
universal.
7. Stoikisme beranggapan bahwa manusia memrupakan rasio-
rasio yang kecil, seperti pecahan-pecahan dari rasio
universal, seperti pulau kecil yang trpencil, dan juga percaya
bahwa setelah mati, manusia akan kembali kepada rasio
universal tersebut.
8. Alkitab: mewahyukan bahwa Allah adalah pencipta manusia
dan yang menjadi peta dan teladan bagi manusia, ia adalah
yang suci, adil, dan yang benar. Manusia diciptakan menurut
teladan yang asli itu, sehingga manusia memilik
kemungkinan kembali kepada kebenaran, keadilan, dan
kesucian

Dalam beberapa pendapat para Ahli diatas kesimpulannya bahwa


perbedaan antara manusia dan binatang yaitu, manusia memiliki rasio,
moral, dan sifat hukum dan Tuhan yang menciptakan manusia. Dengan
demikian banyak orang beranggapan bahwa masyrakat melalui
pendidikan, keadilan dan sifat kebaikan. Binatang tidak sama dengan
manusia karna binatang tidak memiliki rasio, moral dan sifat hukum.

B. Peran Rasio

Sebagai orang percaya haruslah mengetahui tentang apa yang kita


percayai dan mempertanggung jawabkan apa yang kita percayai dan hal
itu dengan memakai rasio. Dalam nas 2 Timotius 1:12, Paulus
menyatakan bahwa ia mengetahui siapa yang ia percayai dengan itu kita
bisa me nyimpulakan bahwa pengetahuan dan iman dapat berjalan
sejajar. Prinsip kesinambungan PL sampai PB yaitu “orang benar akan
hidup oleh iman” Roma 1:17 bandingkan dengan Habakuk 2:4 dengan
demikian bahwa iman menempati posisi yang paling utama, iman
merupakan unsur primer lebih dari segala sesuatu. Iman harus dapat di
pertanggung jawabkan dengan rasio dan dapat dimengerti dengan
sesungguhnya.
Iman harus mendahului dan menjadi fondasi dari rasio. Iman yang
membuat kita berdiri dihadapan Tuhan. rasio tidak boleh dibunuh oleh
iman, karna rasio diciptakan oleh Tuhan sebagai bagian yang penting
dalam tubuh manusia. Filsafat Plato menyatakan bahwa manusia
memiliki tiga unsur penting yaitu rasio, emosi dan kemauan. Bagi Plato,
emosi berada didalam hati, dan kemauan terletak didalam organ seksual.
Kebenaran dan rasio berbeda, rasio digunakan untuk mengerti kebenaran
dan kebenaran harus dimengerti oleh rasio. Pada waktu rasio belum
mengerti kebenaran, kebenaran sudah ada dan tetap adalah kebenaran.
Rasiolah yang masih kosong ketika rasio mengerti kebenaran, maka
kebeanaran akan menguasai rasio sehingga rasio menjadi rasio yang
mengerti kebenaran. Mengerti kebenaran, maka kebenaran itulah yang
mengakibakan pertumbuhan. Rasio mempunyai tugas untuk mengerti
kebenaran, kebenaran tidak megalami perubahan apa-apa. Rasio dan
kebenaran mempunyai hubungan yang penting yaitu kembali kepada
kebenaran.

C. Rasio dan iman


Ibrani 11:1-3,6,8.13, nas Firman Tuhan ini merupakan kunci bahwa
iman haruslah dinyatakan dalam tindakan, tindakan dapat dilihat oleh
manusia tetapi iman dapat dilihat oleh Allah.
Allah adalah pencipta rasio. Antara pencipta dengan ciptaan selalu
ada kesenjangan yang penting, hal ini di sebut perbedaan kualitatif.
Kebenaran lebih besar dari yang mengerti kebenaran dan yang
mengerti kebenaran, mengalami perubahan karena kebenaran mengisi,
memenuhi dan mencerahkanya barang siapa mengerti kebenaran,
hidupnya pasti berubah dari gelap menjadi terang, dari sempit menajadi
luas, dari teerikat menjadi luas. Mengerti kebenaran akan menaklukan
rasio, kebawah kebenaran itulah yang di sebut dengan iman. Jadi iman
adalah rasio kepada kebenaran. Iman bukan sekedar per percaya tana
mengetahui apa yang dipercayai. rasio orang yang beriman tidak negatif
dan teerikat. Rasio orang beriman akan kembali kepada sang kebenaran
yang menciptakan rasio. Iman adalah penerobosan dan terbatas menuju
kepada yang tidak terbatas.Iman adalah penglihatan terhadap segala
sesuatu yang belum di lihat. Jika seseorang memiliki dasar yang kuat di
dalam apa yang diharapakan dan mempunyai bukti yang kuat atas apa
yang tidak ia lihat, ia sungguh-sungguh orang beriman. Iman merupakan
penaklukan diri kepada kebenaran, kebenaran adalah diri Allah,
kebenaran itu kekal adanya.

D. Keterbatasan Rasio
Natur manusia yaitu: diciptakan, terbatas dan tercemar. Rasio
diciptakan oleh Allah, karna itu rasio manusia terbatas hal itu disebabkan
oleh dosa sehingga manusia menjadi tercemar.
Salah satu tujuan manusia adalah berpikir.

Tugas berpikir adalah tugas yang berat. Ketika manusia rberpikir,


ada tiga kategori atau bidang pikiran yang besar yaitu: pertama, memirkan
hal-hal diluar manusia. Ke-dua, mimikirkan hal-hal yang di dalam diri
manusia. dan ke-tiga, memikirkan hal-hal yang jauh lebih besar dan lebih
tinggi dari manusia. Segala sesuatu yang di bawah manusia di sebut
sebagai sains atau ilmu pengetahuan. Ketika mausia menggunakan
pikiran untuk mengetahuai bagaimana pikiran itu berpikir, maka ia sedang
masuk pada siklus diri sendiri, hal ini tidak pernah berakhir. Hal tersebut
membuktikan bahwa rasio memiliki keterbatasan. Ketika pikiran mau
memikirkan segala sesuatu, namun ia mengalami kesulitan untuk
memikirikan dirinya sendiri, hal tersebut karna adanya imitasi

Rasio bukan hanya memikirkan hal-hal yang ada pada diri manusia
atau rasio saja, tetapi rasio memikirkan tentang Allah. Mausia hanya dapat
mengerti Allah melalui inisiatif pewahyuan Allah kepada manusia.

E. Pencerahan Rasio

Yesaya 7:9 ayat ini telah mempengaruhi sejarah kekristenan dan


telah mempengaruhi salah seorang pemikir kristen yang besar yaitu
Augustinus. Augustinus menemukan prinsip bahwa pikiran yang tajam
tidak perlu dikuburkan hanya karena seorang beriman dan beragama.
Dengan demikian Augustinus menetapkan prinsip Apologetikanya yaitu:
jika engkau tidak percaya engkau tidak mungkin mengerti. Iman
kepecayaan menjadi dasar pengertian. Prinsip ini dirumuskan dalam
bahasa Latin yaitu “aku percaya, maka aku mengerti, dan agar aku bisa
mengerti, aku harus menetapkan bahwa aku percaya. Pernyataan
tersebut terkandung pengharapan bahwa iman tidak membunuh rasio.

Kristuslah yang pertama menanamkan iman di dalam diri orang


percaya, Kristuslah yang menggenapkannya, Kristuslah Alfa Omega.
Itulah sebabnya dalam Ibrani 12:2 bahwa hendaknya kita memandang
kepada Kristus yang mengadakan dan menyempurnakan iman kita. Iman
yang pertama bersangkut paut dengan wahyu umum yang diberikan
kepada setiap orang. iaman kedua bersangkut paut pada wahyu khusus
yang menyempurkan iman seorang yang percaya.

F. Kebenaran
Pada waktu manusia belum kembali pada kebenaran, ia selalu
menganggap bahwa dirinyalah yang benar. Setiap pihak akan
menggunakan rasio untuk memberikan dukungan logika yang cukup untuk
menjadikan diri sebagai pusat kebenaran. Sebelum seseorang
mengembalikan rasio pada kebenaran, ia akan selalu mengganggap
dirinyalah kebenaran itu.

Yohanes 14:6 merupakan nas dalam Alkitab dimana Yesus sendiri


mengatakan bahwa Dialah kebenaran. Ketika Kristus mengatakan bahwa
“Akulah kebenaran” berarti dua kemungkinan yang muncul yaitu pertama
Kristus memang pembohong dan ke-dua, Ia memang sungguh-sungguh
kebenaran.

Ketika rasio kembali kepada pada kebenaran, ini di sebut iman.


Berarti beriman bukan sekedar berkata saja, namun beriman adalah
keberadaan seluruh pribadi seseorang sebagai manusia dengan rasio
yang kembali kepada kebenaran. Iman adalah penalukan kebebasan
manusia kepada kedaulatan Allah. Iman merupakan suatu tindakan yang
menyeluruh. Yang “ya” katakan “ya” dan yang “tidak” katakan “tidak” itulah
fakta kalimat dari Yesus sendiri yang diri-Nya adalah kebenaran sendiri.

Berbagai macam kebenaran yaitu: kebenaran fakta, kebenaran


sejarah, kebenaran relasi, kebenaran manusia, kebenaran, dan
kebenaran pencipta. Istilah fidelity merupakan perkembangan dari bahasa
latin fide atau iman. Iman berarti setia kepada kebenaran. Gereja adalah
mempelai Kristus dan pikiran adalah mempelai dari kebenaran Kristus.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

Setelah pembaca memahami isi buku yang di tulis oleh Sthepen


Tong yang berjudul “Iman, Rasio dan Kebenaran” ini beberapa yang
menjadi kelebihan dan kekuranganya yaitu

A. Kelebihan
1. Dari setiap penjelasan yang disampaikan oleh penulis, ada
banyak contoh-contoh diberikan yang memudahkan untuk
memahami makna dari apa yang dijelaskan.
2. Bahasanya mudah dimengerti
3. Dalam penggunaan kalimat tidak bertele-tele
4. Dengan adanya buku ini, setiap pembacanya dapat mengerti
bahwa rasio manusia itu terbatas.
5. Buku ini sangat bermanfaat bagi orang Kristen karna buku ini
memudahkan untuk mengerti peran rasio, bagaimana rasio di
dalam iman, dan siapa kebenaran yang sesunguhnya.

B. Kelemahan
1. Dalam setiap penjelasan penulis, seringkali tidak berfokus pada
topik dari apa yang sedang dijelaskan.
2. Penulis terlalu banyak memberikan contoh dari pengalaman
hidupnya dibandingkan contoh-contoh yang lain, sehingga
pembaca kurang puas dalam memahami makna dari setiap
topik yang dibahas
3. Penulis terlalu banyak memberikan pengertian dari setiap judul
topik yang dielaskan sehingga, pembaca tidak langsung
mehami inti dari yang dijelaskan

Anda mungkin juga menyukai