Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANAJEMEN BENCANA

“MITIGASI BENCANA”

OLEH :

NAMA : NURUL HIKMAH


NIM : J1A119288
KELAS : K3 019

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang rawan akan adanya bencana alam. Wilayah
Indonesia yang dilalui dua jalur pegunungan aktif di dunia yaitu sirkum pasifik dan
sirkum mediterania di mana mengakibatkan Indonesia memiliki ratusan gunung api
yang terletak di daerah Sumatera Jawa hingga Nusa tenggara. Wilayah Indonesia
juga berada di atas tiga lempeng bumi yaitu lempeng indo-australia lempeng
eurasia lempeng Pasifik.

Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang sangat rentan terhadap


pengaruh perubahan iklim. Di Indonesia, bencana akibat perubahan iklim sebagian
besar berupa bencana hidrometeorologi. Data BNPB 2011 menunjukkan banjir,
longsor, dan banjir yang disertai longsor mencapai 57% dari total bencana yang
terjadi di Indonesia. Berbagai peristiwa bencana telah memberikan pengalaman
empiris kepada masyarakat Indonesia dalam menghadapi dan mengurangi risiko
bencana.

Dengan seringnya terjadinya bencana alam di Indonesia maka diperlukan


manajemen risiko bencana (disaster risk management) untuk penanganan
penanggulangan bencana yang lebih baik dan sistematis. Permasalahan yang
muncul adalah masih banyaknya WNI yang belum mengetahui dan memahami apa
itu bencana, bagaimana mengantisipasi dan menanggulangi suatu bencana,
sehingga resiko yang ditimbulkan oleh bencana tersebut seminimal mungkin, dan
siapa yang bertanggung jawab. bencana.

Kebijakan mitigasi baik struktural maupun non struktural harus saling


mendukung. Penggunaan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan
mengurangi risiko bencana harus diimbangi dengan pembuatan dan penegakan
peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang tepat.

Menghadapi ancaman bencana, pemerintah Indonesia memiliki kepentingan


yang besar dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air, berupa
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibentuk tidak terlepas
dari pengembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga
alam. bencana berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia di Samudera
Hindia pada abad ke-20. Sedangkan perkembangan tersebu sangat dipengaruhi oleh
konteks situasi, ruang lingkup dan paradigma penanggulangan bencana. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai lembaga pemerintah non
departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana baik di wilayah
provinsi maupun kabupaten / kota berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bencana Alam
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis dan diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber
dayanya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia bencana mempunyai arti sesuatu
yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan kerugian atau penderitaan
sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24/2007, Indonesia memiliki 12 tipe


kebencanaan yang berisiko tinggi, yatu gempa bumi, tsunami, letusan gunung api,
gerakan tanah atau tanah longsor, banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim
atau puting beliung, gelomang ekstrim dan abrasi, kebaakaran hutan dan lahan,
epidemi dan wabah penyakit, serta gagal teknologi. Dengan kondisi bencana yang
dikombinasikan dengan tingginya kondisi kerentanan masyarakat Indonesia, risiko
kebencanaan di Indonesia termasuk kategori yang sangat tinggi. Berdasarkan data
BNPB, selama periode 1815-2018, tercatat berbagai kejadian bencana alam yang
menimbulkan banyak korban jiwa. Kejadian bencana yang paling dominan secara
berurut adalah banjir, angin puting beliung, longsor, kekeringan, kebakaran hutan,
gempa bumi, abrasi pantai, erupsi gunung berapi, dan tsunami.

Alam merupakan sebuah peristiwa yang dapat mengancam setiap saat dan
menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan titik bencana alam dapat terjadi di
seluruh belahan dunia diantaranya gempa bumi tsunami bencana alam adalah
peristiwa atau suatu rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan
faktor non alami maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia kerusakan lingkungan kerusakan harta benda dan dampak
psikologis.
1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mengklasifikasikan bencana menjadi
tiga kelas, yaitu: Bencana alam, yaitu bencana yang disebabkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan alam, antara lain:
gempa bumi, kekeringan, tsunami, angin topan, gunug meletus, tanah longsor,
dan banjir.
2. Bencana non alam, yaitu bencana yang diakibatkan peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan non alam, antara lain: gagal teknologi,
epidemic, gagal modernisasi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial, yaitu bencana yang diakibatkan peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan manusia, yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas, dan terror.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan kerugian atau penderitaan sedangkan
bencana Alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam. Menurut
undang-undang nomor 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia kerusakan
lingkungan kerugian harta benda dan dampak psikologi.

1. Bencana merupakan pertemuan antara 3 unsur, yaitu ancaman bencana,


kerentanan, dan keammpuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Terdapat 3
macam bencana, diantaranya yaitu: Bencana alam (natural disaster),
merupakan fenomena atau gejala alam yang disebabkan oleh keadaan geologi,
biologis, seismis, hidrologis atau disebabkan oleh suatu proses dalam
lingkungan alam mengancam kehidupan, struktur dan perekonomian
masyarakat serta menimbulkan malapetaka.
2. Bencana akibat ulah manusia (man-made disaster), yaitu peristiwa yang terjadi
karena proses teknologi, interaksi manusia terhadap lingkungannya serta
iteraksi antara manusa itu sendiri yang menimbulkan dampak negatif bagi
kehidupan dan penghidupan masyatakat.
3. Bencana kombinasi, yaitu bencana yang disebabkan oleh ulah manusia
maupun oleh alam itu sendiri. Bencana ini dapat disebabkan oleh keadaan
geologi, biologism seismis, hidrologis, atau disebabkan oleh suatu proses
dalam lingkungan alam maupun oleh teknologi, interaksi manusia terhadap
lingkungannya serta interaksi antara manusia itu sendiri..

B. Mitigasi

Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai


suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya
yaitu mengurangi atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul,
maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu
terutama kegiatan penjinakan atau peredam atau dikenal dengan istilah mitigasi.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana , baik yang
termasuk kedalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat
dari perbuatan manusia (man-made disaster).

Mitigasi diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk mengurangi dampak


bencana. Mitigasi adalah rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik dan penyadaran serta peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat di kawasan
rawan bencana.

Depdagri 2003 menjelaskan bahwa mitigasi bencana merupakan kegiatan


yang sangat penting dalam penanggulangan bencana karena kegiatan ini merupakan
kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar
dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi titik mitigasi adalah tindakan tindakan
untuk mengurangi atau meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap
masyarakat. jadi kegiatan kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan
istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
menyatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. menurut Wirya Iwan 1999 mitigasi
mencakup semua tindakan tindakan yang diambil sebelum selama dan setelah
terjadinya peristiwa alam dalam rangka meminimalkan dampak nya.

Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan


untuk mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana terhadap
masyarakat di daerah rawan bencana, baik bencana alam, bencana ulah manusia
maupun gabungan keduanya dalam suatu negara atau masyaraka

Jenis-jenis MitigasI

1. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural merupakan upaya meminimalisir bencana melalui
pembangunan berbagai infrastruktur fisik dan menggunakan pendekatan
teknologi, seperti pembuatan saluran khusus pencegah banjir, alat
pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang tahan gempa, atau
Sistem Peringatan Dini yang digunakan untuk memprediksi. gelombang
tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya mengurangi kerentanan terhadap
bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana.
2. Mitigasi Non-Struktural Mitigasi non struktural merupakan upaya untuk
mengurangi dampak bencana selain upaya tersebut di atas. Berbagai potensi
bencana alam terkait perubahan iklim dapat menimbulkan kerugian berupa
hilangnya harta benda dan korban jiwa. Potensi kerugian akibat bencana
dapat dikurangi melalui mitigasi. Mitigasi diartikan sebagai upaya untuk
mengurangi dan mencegah risiko kehilangan nyawa dan harta benda baik
melalui pendekatan struktural maupun non struktural.
Mitigasi struktural merupakan upaya pengurangan risiko bencana
melalui pembangunan fisik dan rekayasa teknis bangunan tahan bencana,
sedangkan mitigasi non struktural merupakan upaya untuk mengurangi
risiko bencana yang bersifat non fisik seperti kebijakan, pemberdayaan
masyarakat, penguatan kelembagaan, kepedulian. Dalam mengurangi risiko
bencana, mitigasi non struktural lebih berkelanjutan karena memberikan
keamanan dalam jangka panjang. Pengurangan risiko bencana melalui
kearifan tradisional merupakan salah satu bentuk mitigasi non structural
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulannya yaitu :

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia kerusakan lingkungan,
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mengklasifikasikan bencana menjadi tiga
kelas, yaitu: Bencana alam, yaitu bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan alam, antara lain: gempa bumi,
kekeringan, tsunami, angin topan, gunug meletus, tanah longsor, dan banjir.
3. Mitigasi diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk mengurangi dampak
bencana. Mitigasi adalah rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik dan penyadaran serta peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.

B. Saran
Saran dan kritik saya untuk menambahkan kesempurnaan dari materi ini serta
semoga dengan adanya materi mitigasi bencana bisa menambah wawasan bagi
pembaca terkhusunya penulis
DAFTAR PUSTAKA
Wekke, Ismail Suardi. 2021. Buku Mitigasi Bencana. Jawa Barat : Penerbit Adab Cv.
Adamu Abimata
Kharimah, Islamia., dkk. (2022). UpayaMitigasi Bencana Banjir di Kabupaten Pidie
Jaya Provinsi Aceh untuk Mendukung Keamanan Nasional. Journal of Science
Education. Vol. 6. Hal. 1.
Nirmalasari, Nining, dan Juniati Sahar. (2020). Manajemen Mitigasi Bencana
Menggunakan Teknologi Ballon Tethered. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes Vol. 11 No. 4.
Fitriani ID. Zulkarnaen W. Bagianto A. 2021. Analisis Manajemen Mitigasi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Terhadap Bencana Alam Erupsi
Gunung Tangkuban Parahu Di Jawa Barat. 5(1). Hal 91-111

Anda mungkin juga menyukai