Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

INSPEKSI SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA

Disusun Oleh :

Dosen Pengampu :

Evy Wisudariani, SKM., MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
Rahmat sehingga kami seluruh anggota kelompok 4 dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Laporan Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum Rumah
Sakit Royal Prima”. Penyusunan laporan ini untuk memenuhi dari salah satu tugas
mata kuliah sanitasi tempat-tempat umum. Sekaligus pula kami menyampaikan rasa
terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk pihak yang sudah terlibat dalam
pembuatan laporan ini.

Saya juga berharap agar laporan ini mampu berguna serta bermanfaat
dalam meningkatkan pengetahuan serta wawasan terkait inspeksi sanitasi tempat-
tempat umum. Selain itu saya juga sadar bahwa pada laporan ini masih dapat
ditemukan kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-
benar menanti kritik dan saran untuk hasil yang lebih baik lagi kedepannya.
Di akhir saya berharap laporan yang sederhana ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam laporan ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jambi, 25 November 2021


Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian................................................................................................2
B. Persyaratan...............................................................................................3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil.........................................................................................................9
B. Pembahasan...........................................................................................14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.
Permasalahan sanitasi masih menjadi salah satu masalah dalam upaya kesehatan nasional.
Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati peringkat ketiga negara
yang memiliki sanitasi terburuk atau tidak layak pada tahun 2017. Sanitasi Indonesia
cenderung tertinggal. Banyak penduduk yang masih hidup dengan sanitasi yang buruk atau
belum layak, sehingga dapat meningkatkan resiko atau meningkatkan kerentanan terkena
penyakit menular karena system sanitasi yang buruk tersebut. Salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan ini yaitu dengan memperhatikan aspek sanitasi tempat-tempat
umum.
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan salah satu usaha kesehatan masyarakat
secara luas mencakup bidang-bidang pencegahan dan perbaikan dengan tujuan agar setiap
anggota masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
baik jasmani, rohani maupun sosial sehingga diharapkan dapat hidup sejahtera. Usaha untuk
melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan mempunyai jangkauan yang
luas baik badan maupun jiwa, untuk umum maupun perorangan. Untuk mencapai tujuan
usaha tersebut diantaranya dengan usaha pengawasan hyangiene, sanitasi tempat-tempat
umum, dan usaha yang yang diperuntukan bagi masyarakat luas agar akibat yang
ditimbulkan dari tempat-tempat umum dapat dihilangkan dan dikurangi.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat dapat menjadi tempat penularan penyakit
serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Rumah
sakit adalah salah satu jenis sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
(preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dan edukatif) guna meningkatkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi masyarakat.
Pencemaran dapat terjadi karena rumah sakit menghasilkan polutan baik dalam
bentuk fisik, kimia maupun bakteriologis. Selain dapat menimbulkan pencemaran, rumah

1
sakit juga dapat menjadi tempat penularan penyakit. Penularan dapat terjadi apabila
pengunjung atau pasien yang berkunjung ke rumah sakit terinfeksi oleh kuman yang terdapat
di lingkungan rumah sakit. Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut Infeksi Nosokomial
(Inos) Oleh karena itu, unsur-unsur penunjang proses sangat berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan Unsur penujang proses yang perlu dikelola dengan sungguh-sungguh diantaranya
aspek Sanitasi Lingkungan.
Sanitasi lingkungan mencakup berbaagai segi yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Hal-hal yang terdapat dalam lingkup snitasi rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Penyehatan bangunan dan ruang termasuk pencahayaan, penghawaan, kebisingan serta
kelembaban
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Penyediaan air bersih
4. Penanganan limbah padat dan cair
5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk pencucian linen.
6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
7. Sterilisasi dan desinfeksi ruangan
8. Pencegahan infeksi nososkomial
9. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan

Maksud diselenggarakan Praktik Lapangan Sanitasi Rumah Sakit adalah untuk


memberikan bekal pengetahuan, keterampilan berfikir dan bertindak secara komprehensif
dalam mengelola kesehatan lingkungan, menerapkan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah meliputi analisis situasi, perumusan masalah, penyusunan alternatif terbaik,
penyusunan rencana operasional, implementasi monitoring dan evaluasi.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan praktik lapangan mengenai sanitasi tempat
tempat umum di rumah sakit.

2. Tujuan Khusus

2
a. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme penyediaan air bersih di rumah sakit
b. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengolahan limbah cair di rumah sakit
c. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengelolaan sampah padat di rumah
sakit
d. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengawasan dan pengamatan
lingkungan fisik di rumah sakit
e. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengendalian vekktor di rumah sakit
f. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pada instalasi linen dan instalasi gizi di
rumah sakit

g.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Sanitasi
Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan lingkungan,
sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia
yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal yang mengganggu perkembangan
kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya (Adisasmito, 2006)
2. Rumah sakit
Rumah sakit adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta
berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian.
3. Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi rumah sakit adalah suatu upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,
kimia, biologi di rumah sakit yang dapat menimbulkan suatu dampak atau pengaruh
buruk bagi kesehatan jasmani, rohani, dan kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita,
pengunjung, dan masyarakat disekitar rumah sakit.
B. Tujuan Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi rumah sakit dielenggarakan dengan tujuan agar tercipanya kondisi lingkungan
rumah sakit yang memenuhi syarat sanitasi dan menjamin pencegahan infeksi nosokomial
dan membantu proses pengobatanserta penyembuhan penderita.

C. Fungsi Rumah Sakit


1. Menyediakan dan menyelenggarakan :
a. Pelayanan medic
b. Pelayanan penunjang medic
c. Pelayanan perawatan
d. Pelayanan rehabilitasi
e. Mencegah penyakit dan peningkatan kesehatan
2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medic dan paramedik.

4
3. Sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi di bidang
kesehatan.

D. Klasifikasi Rumah Sakit


Dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah sakit adalah memberikan pelayanan berupa
pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan
penunjang medik. Sesual dengan banyaknya jenis pelayanan rumah sakit dibedakan menjadi
Rumah Sakit Umum (RSU) dan Rumah Sakit Khusus (RSK).
1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan. kesehatan semua
jenis penyakit dan yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
2. Rumah Sakit Khusus (RSK) adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu tertentu.
3. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan perbedaan
bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan.
4. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimal
yang ditentukan.
Penyelenggara dan atau pemilik rumah sakit dapat pemerintah atau swasta
1. Klasifikasi RSU Pemerintah terdiri dari :
a. Kelas A mempunyal fasilitas dan kemampuan pelayanan medic spesialistik luas
dan sub spesialistik luas
b. Kelas BII mempunyai fasiltas dan kemampuan pelayanan medic spesialistik luas
dan sub spesialistik terbatas
c. Kelas BI mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik.
d. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medic spesialistik
sekurang-kurangnya 4 dasar lengkap
e. Kelas D mempunyal fasilitas dan kemampuan sekurang kurangnya pelayanan
medik dasar
2. Klasifikasi RSU Swasta terdiri dari :
a. RSU Swasta Pertama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum.

5
b. RSU Swasta Madya, yang memberkan pelayanan medik bersifat umum dan
spesialistik dalam 4 cabang.
c. RSU Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum,
spesialistik, dan sub spesialistik.

E. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


I. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,
dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di
daerah banjir harus fasilitas/teknologi untuk mengatasinya. Menyediakan
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
e. Lingkungan bangunan ruma sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup,
tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat,
danbinatang pengganggu lainnya.

6
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata tidak
licin, warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah diberishkan
b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwama terangdan menggunakan cat
yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udaradi dalam kamar/ruang
dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan/mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir
e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwama terang dan mudah dibersihkan
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap.
f. Konstruksi

7
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan
air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatangpengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
sistem pengawasan sarana telekomunikasi, lain-lain harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan
kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran
air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian
rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan
hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko
terjadinyakecelakaan dan kontaminasi
2) Penggunaan tangga atau elevatordan liftharus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift4 (empat) lantai harus
dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat
mencari lantai terdekat bila listrik mati.
3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
terjadi kebakaran atau kejadiandarurat lainnya dan dilengkapi ram untuk
brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Ruang Bangunan Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai
fungsi serta dengan memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan

8
mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan
penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer, ruang
pertemuan, ruang perpustakaan,ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang.
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter. dan
ambang bawah jendela minimal 1.00 meter dari lantai.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat
jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan
pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko
rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruangperawatan intensif.
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang
a) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi
1.50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
b) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan
ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi

9
Zona risiko tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan
gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi.
4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutana bebas dan H2S dan Amoniak
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-
rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 ug/m', dan tidak
mengandung debu asbes.
5. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruangumum dan khusus harus
sesuai dengan peruntukkannya.
6. Pengawasan Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti
berikut :
a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi. laboratorium,
perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di
ruang-ruang tersebut.
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga
dapat menyediakan suhu dan kelembaban.
7. Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA, diruang poliklinik
maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci dapur
maksimum 78 dBA.
8. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan
jumlah toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada table berikut :
9. Jumlah Tempat Tidur
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantaiuntuk kamar perawatan dan
kamar isolasi sebagai berikut :
a. Ruang bayi :
1. Ruang perawatan minimal 2 m²/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 3,5 m/tempat tidur

10
b. Ruang dewasa:
1. Ruang perawatan minimal 4,5 m²/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 6 m² tempat tidur
10. Lantai dan dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut:
a. Ruang Operasi: 0-5 CFU/cm² dan bebas patogen dan gas gangren
b. Ruang perawatan 5-10 CFU/cm² c. Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm²
c. Ruang UGD: 5-10 CFU/cm²

II. Penyehatan Hygiene Dan Sanitasi Makanan Minuman


1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
1. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka totalkuman sebanyak-
banyaknya 100/cm2permukaan dan tidak ada kuman E. Coli
2. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5
atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk makanan yang disajikan lebih
dari 6 jam disimpan suhu 5°C sampai-1°C
3. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10°C
4. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhukelembaban penyimpanan
dalam ruangan 80-90%
III. Penyehatan Air
1. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
2. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
a. Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg sudah diolah seperti dari PDAM,
sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan
pengolahan tambahan dgn catridge filterdan dilengkapi dgn disinfeksi
menggunakan ultra violet(UV)

11
b. Ruang Farmasi dan Hemodialisis
IV. Pengelolaan Limbah
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulaidari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stokbahan kimia dan
farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi
dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes
Bacillus stearothermophilusdan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes
Bacillus subtilis
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di
Lingkungan Rumah Sakit
1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.

12
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat yang kuat.
2) Pengangkutan limbah ke menggunakankendaraan khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan
1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit
2. Limbah Medis Non Padat
a. Pemilihan dan pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisikantong plastik
warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang
"domestik" warna putih
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor
per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari
20 ekor per-block grillatau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan
pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal 1(satu) bulan sekali.
V. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen
a. Suhu air panas untuk pencucian 70 derajat celcius dalam waktu 25 menit atau 95
derajat celcius dalm waktu 10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan

13
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses mengandung 6 x
10'spora spesies Bacilusper inci persegi.

VI. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lainnya


a. Kepadatan jentik Aedes spyang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol).
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk
masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan
c. perawatan.
d. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa,terutana pada dapur, gudang
makanan, dan ruangan steril.
e. Tidak ditemukannya tandaq-tanda keberadaan tikus terutana pada daerah
bangunan tertutup (core) rumah sakit.
f. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.
g. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

VII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi


a. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panasuntuk peralatan sanitasi 80°C
dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam
waktu 1 menit.
b. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang,
disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang
relatif singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan
protein yang mungkin ada.
c. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik. d. Pada akhir proses
disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis
d. (ruang operasi dan ruang isolasi) tingkatkepadatan kuman pada
e. lantai dan dnding 0-5 CFU/cm², bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren.
Untuk ruang penunjang medis ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi,
kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm².
VIII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi

14
Persyaratan sesuai Keputusan Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01 Tahun
1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi adalah : 1. Nilai Batas
Dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajanradiasi sebesar 50 mSv (mili Sievert) dalam
1 (satu) tahun. 2. NBD bagi msyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv (mili Sievert)
dalam 1 (satu) tahun.

IX. Upaya Promosi Kesehatan Dan Aspek Kesehatan Lingkungan


Setiap rumah sakit harus melaksankan upaya promosi higiene dan sanitasi yang
pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga unit organisasi yang menangani promosi
kesehatan lingkungan rumah sakit.

15
BAB III
METODE OBSERVASI

A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan praktik dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima yang terletak di jalan R. Wijaya
Rt. 35 The Hok, Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi. Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin,
22 November 2021.

B. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi, dimana juga dibantu
dengan lembar penilaian pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (inspeksi sanitasi) Rumah
Sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, sehingga mempermudah dalam
menilai keadaan sanitasi Rumah Sakit Royal Prima.

C. Prosedur Penilaian
Langkah-langkah dalam observasi yang kami lakukan di RS Royal Prima adalah sebagai
berikut :
1. Menggunakan instrumen penilaian atau lembar observasi dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2. Melakukan observasi secara bersama-sama seluruh anggota tim dan juga didampingi
dari perwakilan pihak RS Royal Prima, sehingga penilaian terhadap suatu titik pantau
didasarkan atas persepsi yang sama seluruh anggota tim.
3. Pengambilan foto dibeberapa titik pantau.
4. Menghitung & mengisi komponen yang dinilai dari variabel upaya pada lembar
penilaian inspeksi Rumah Sakit
Rumus : Skor = Bobot x Nilai
5. Menarik Kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengisian Formulir Inspeksi


FORMULIR INSPEKSI SANITASI RUMAH SAKIT Sesuai Peraturan Menteri
KesehatanRepublik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

1. Nama Rumah Sakit : RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA


2. Alamat Rumah Sakit : Jl. R. Wijaya No.RT 35, The Hok, Kec. Jambi Selatan
3. Kelas Rumah Sakit :Jambi, Jambi
RS Swasta
4. Jumlah Tempat Tidur : + 161 (Unit)
5. Tanggal Pemeriksaan : 22 November 2021
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
1 2 3 4 5 6
I KESEHATAN AIR RUMAH 14
SAKIT
1. Kuantitas air minum a. Memenuhi 5
100 400
Liter/TT/Hari
b. Kurang dari 5
50 200
4 Liter/TT/Hari
c. Tidak memenuhi
persyaratan kuantitas air 0 0
minum
2. Kuantitas air a. Memenuhi
keperluan - RS kelas A dan B di ruang
higiene dan 100
rawat inap 400
sanitasi – 450 liter/TT/hari
- RS kelas C dan D di
4
ruang rawat inap 200 100 400
– 300 liter/TT/hari
b. Di unit rawat jalan
semua kelas rumah 100
400
sakit 5 L/orang/hari

17
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
c. Tidak memenuhi
persyaratan kuantitas
25 100
air keperluan higiene
dan sanitasi
3. Kualitas air minum a. memenuhi
persyaratan fisik,
100 300
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi
3
persyaratan fisik,
50 150
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0 0
persyaratan kualitas
4. Kualitas air untuk a. memenuhi
keperluan higiene dan persyaratan fisik,
100 300
sanitasi mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi
3
persyaratan fisik,
50 150
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0 0
persyaratan kualitas
II KESEHATAN UDARA RUMAH
10
SAKIT
1. Memenuhi Standar Baku a. Ruang operasi
Mutu Mikrobiologi Udara, kosong, 35 CFU/m3
2
angka disesuaikan dengan b. Ruang operasi ada
jenis ruangan aktifitas, 180 CFU/m3
2. Memenuhi standar baku a. Semua ruangan
mutu fisik untuk memenuhi 200
100
kelembaban udara kelembaban (40-60 %)
2
b. Sebagian ruangan
memenuhi 50
100
kelembaban (40-60%)

18
3. Memenuhi standar baku
mutu untuk a. Ruang pasien
pencahayaan, angka - Saat tidak tidur
10 20
disesuaikan dengan jenis (250 lux)
ruangan 2 - Saat tidur (50 lux)

b. Rawat Jalan (200 lux) 10 20


c. Unit Gawat Darurat
10 20
(300 lux)
Skor
Komponen yang dinilai Nilai
d. Operasi Umum (300- 20
500 lux) 10
e. Meja Operasi 20
(10.000-20.000 lux) 10
f. Anastesi pemulihan
10 20
(300-500 lux)

g. Endoscopy, lab (75- 20


100 lux) 10
h. Sinar X (minimal 60 20
lux) 10
i. Koridor (minimal 100 10
lux) 5
j. Tangga (minimal 100 10
lux) 5
k. Administrasi/Kantor 20
10
(minimal 100 lux)

a. Ruang pasien 30
- Saat tidak tidur (45 15
dBA)
b. Operasi Umum (45 20
dBA) 10
c. Ruang Umum (45 10
dBA) 5
d. Anastesi 10
5

19
pemulihan(50 dBA)

e. Endoscopy, lab (65 10


dBA) 5
f. Sinar X (40 dBA) 5 10

g. Koridor (45 dBA) 5 10

h. Tangga (65 dBA) 5 10

i. Kantor/lobby (65 10
5
dBA)

j. Ruang alat /gudang 10


(65 dBA) 5
k. Farmasi (65 dBA) 5 10

l. Ruang cuci (80 dBA) 5 10

m. Ruang isolasi (20 20


dBA) 10
n. Ruang poligigi (65 10
dBA) 5
o. Ruang ICU (65 dBA) 5 10

p. Ambulans (40 dBA) 5 10

a. Karbon monoksida 10 20

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
kualitas kimia udara ruang maks. 10.000µg/m3
b. Karbodioksida maks.

1 ppm 10 20
c. Timbal maks. 0,5

µg/m3 10 20

20
d. Nitrogen dioksida

maks. 200 µg/m3 10 20


e. Sulfur dioksida

maks. 125 µg/m3 10 20


f. Formaldehida maks 20
100 µg/m3 10
g. Total senyawa

organik yang mudah


menguap (T.VOC) 10 20
maks. 3
h. Tidak berbau (bebas

H2S dan amoniak) 15 30


i. Kadar debu (diameter

<10 mikron atau


tidak melebihi 150
µg/m3 dan tidak 15 30
mengandung debu
asbes)
III. KESEHATAN PANGAN SIAP

SAJI RUMAH SAKIT 10

1. Memenuhi standar baku a. Rumah sakit

mutu pangan siap saji memiliki sertifikat 400


jasa boga golongan B 80
b. Rumah sakit tidak
5
memiliki sertifikat. 0
2. Hasil IKL memenuhi syarat 5 a. Ya 100 500
b. Tidak 0
IV. KESEHATAN SARANA DAN

BANGUNAN 10

1. Toilet pengunjung a. perbandingan 1 toilet 160

untuk pengunjung
wanita 1:20 dan 1:30 80
untuk pengunjung
pria

21
b. perbandingan toilet
pengunjung pria dan
wanita tidak sesuai 50 100
dengan jumlahnya.
2
2. Toilet disabilitas Tersedia toilet untuk
2 orang yang

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
keterbatasan fisik

(disabilitas) di ruang
rawat jalan, penunjang
medik dan IGD
a. Ya 100 0
b. Tidak 0 0
3. Lantai rumah sakit a. lantai terbuat dari
bahan yang kuat, kedap
air, permukaan rata, tidak 25 50
licin, warna terang, dan
mudah dibersihkan.
b. lantai yang
selalukontak dengan air
harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke 25 50
arah saluran pembuangan
air limbah.

c. Pertemuan lantai
dengan dinding harus
berbentuk Konus atau 25 50
lengkung agar mudah
dibersihkan.
d. Permukaan dinding
harus kuat rata, berwarna
terang dan menggunakan
cat yang tidak luntur serta
tidak menggunakan cat
yang mengandung logam 50
berat. 25

22
2

4. Pintu rumah sakit a. Pintu utama dan


pintu-pintu yang
dilalui
brankar/tempat
tidur pasien memiliki
lebar bukaan
20 40
minimal 120 cm, dan
pintu- pintu yang
tidak menjadi akses
tempat tidur pasien
memiliki lebar
bukaan minimal 90
cm.
b. Di daerah sekitar pintu
2
masuk tidak boleh ada
perbedaan 20 40

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
ketinggian lantai.
c. Pintu untuk kamar
mandi di ruangan
perawatan pasien dan
pintu toilet untuk 15 30
aksesibel, harus terbuka
ke luar, dan lebar

d. Pintu-pintu yang
menjadi akses tempat
tidur pasien harus dilapisi
bahan anti benturan. 15 30

e. Ruang perawatan
pasien harus memiliki
bukaan jendela yang
dapat terbuka secara
maksimal untuk
kepentingan pertukaran 15 30
udara.

23
f. Pada bangunan rumah
sakit bertingkat, lebar
bukaan jendela harus
aman dari kemungkinan 15 30
pasien dapat
melarikan/meloloskan
diri.

5. Atap rumah sakit a. kuat, tidak bocor, tahan


lama dan tidak menjadi
tempat perindukan
serangga, tikus, dan 100 100
binatang pengganggu
lainnya.
1
b. Memenuhi sebagian
persyaratan di atas 50 50
6. Langit-langit rumah sakit a. Langit-langit kuat,
berwarna terang, dan
mudah dibersihkan, tidak
mengandung unsur yang 20
20
dapat membahayakan
pasien, tidak berjamur.
b. Tinggi langit-langit di 20 20
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
ruangan minimal 2,80

m, dan tinggi di
selasar (koridor)
minimal 2,40 m.

c. Tinggi langit-langit di

ruangan operasi 20
minimal 3,00 m. 20
d. Pada ruang operasi

dan ruang perawatan


intensif, bahan langit-
langit harus memiliki
tingkat ketahanan api
20 20
(TKA) minimal 2 jam.

24
e. Pada tempat-tempat

yang membutuhkan
tingkat kebersihan
ruangan tertentu,
maka lampu-lampu 20
penerangan ruangan 20
dipasang dibenamkan
pada plafon (recessed).
V. PENGENDALIAN VEKTOR

DAN BINATANG PEMBAWA


PENYAKIT 10
1. Angka kepadatan vektor a. Nyamuk Anopheles

sp. MBR (Man biting 10 50


rate) <0,025
b. Larva Anopheles

sp. indeks habitat <1 10 50


c. Nyamuk Aedes aegypti
dan/atau Aedes
albopictus Angka Istirahat
(Resting rate) <0,025 10 50
d. Larva Aedes aegypti dan
/atau ABJ (Angka Bebas
Jentik) ≥95 10 50

e. Nyamuk Culex sp.


MHD (Man Hour
10 50
Density) <1
f. Larva Culex sp. Indeks 10 50
habitat <5
g. Mansonia sp., MHD 10 50
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
(Man Hour Density) <5
h. Pinjal, Indeks Pinjal

Khusus <1 10 50

25
i. Lalat, Indeks Populasi
Lalat <2 10 50
j. Kecoa, Indeks Populasi
Kecoa <2 10 50
2. Angka kepadatan untuk a. Tikus Success trapnya
<1 500
binatang pembawa 100
b. Tikus Success trapnya
penyakit 5 >1 0
VI. PENGAMANAN LIMBAH 16
1. Limbah padat domestik a. Melakukan
penanganan limbah 30 150
dengan 3R
b. Memiliki TPS limbah

domestik 30 150
c. Pengangkutan di TPS
dilakukan tidak boleh
30 150
5 lebih dari 2x24 jam
2. Limbah padat B3 5
a. Melakukan pemilahan
limbah medis dan non medis
100
b. Tidak 0
b. Memenuhi ketentuan a. Ya 20
lamanya penyimpanan 0
limbah medis B3
b. Tidak 0
c. Memiliki TPS B3 yang a. Ya 20 100
berizin b. Tidak 0
d. Memiliki pengolahan a. Ya 40 200
limbah B3 sendiri
(incenerator atau autoclaf
dll) yang berizin dan atau
pihak ke tiga yang berizin

b. Tidak 0
3. Limbah cair 4
a. Memiliki IPAL dengan
200
izin a. Ya 50

b. Tidak 0

26
b. hasil pengolahan limbah
a. Ya 50 200
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
cair memenuhi baku

mutu b. Tidak 0
4. Limbah Gas a. Memenuhi penaatan
dalam frekuensi
pengambilan contoh
pemeriksaan emisi gas 20
buang dan udara ambien
luar

b. Kualitas emisi gas


buang dan partikulat dari
cerobong memenuhi
standar kualitas udara
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- 20
undangan tentang
standar kualitas gas emisi
sumber tidak bergerak
c. Memenuhi penaatan
pelaporan hasil uji atau
pengukuran laboratorium
limbah gas kepada 20
instansi pemerintah
sesuai ketentuan,
minimal setiap 1 kali
setahun
d. Setiap sumber emisi gas
berbentuk cerobong tinggi
seperti generator set,
boiler dilengkapi dengan 20
fasilitas penunjang uji
emisi.

e. cerobong gas buang di


rumah sakit dilengkapi
dengan alat kelengkapan
cerobong. 20
VII PENGAMANAN RADIASI 10

27
Pengamanan radiasi a. Rumah sakit
mempunyai izin
penggunaan alat dari
Badan Pengawas Tenaga 40
Nuklir (BAPETEN)

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
b. Mempunyai peralatan
proteksi radiasi 30
c. Melakukan
pemantauan pekerja
radiasi menggunakan
alat proteksi diri 30
I 1. Penyelenggaraan linen a. Terdapat keran air
keperluan higiene dan
internal (dalam rumah sanitasi dengan tekanan
sakit), memenuhi cukup dan kualitas air
penyelenggaraan linen yang memenuhi
persyaratan baku mutu, 20 140
juga tersedia air panas
dengan tekanan dan suhu
yang memadai.

b. Dilakukan pemilahan
antara linen infeksius dan
non infeksius 20 140

c. Dilakukan pencucian
secara terpisah antara
linen infeksius dan 20 140
noninfeksius.

d. Tersedia ruang
pemisah antara linen
bersih dan linen kotor 20 140

e. Memenuhi
persyaratan perlakuan
terhadap linen 20 140

2. Penyelenggaraan linen a. Adanya MoU dengan


Pihak Ke tiga 50 150

28
eksternal (di luar rumah 3 b. Dilakukan
pengawasan rutin 50 150
sakit)
c. Tidak dilakukan
pengawasan rutin 0
IX MANAJEMEN KESEHATAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT 10
1. Manejemen Kesehatan a. Ada unit/instalasi 25 100
Sanitasi Rumah Sakit
Lingkungan Rumah Sakit
b. memiliki dokumen
4 administrasi kesehatan
lingkungan rumah sakit
yang 15 60
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
meliputi
panduan/pedoman
(seperti SK,SOP)
c. memiliki dokumen
lingkungan hidup yang
telah disahkan oleh
instansi Pemerintah atau
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- 20
80
undangan

d. Memiliki rencana kerja


bidang kesling 20 80
e. Melaksanakan
monitoring dan
evaluasi kegiatan
kesehatan lingkungan 10 40
rumah sakit
f. Membuat laporan
rutin ke
direksi/pimpinan
rumah sakit dan
instansi yang 10 40
berwenang

29
2. Peralatan kesling a. memiliki semua
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan
minimal(thermometer air,
hygrometer,sound level
meter, lux meter, Alat ukur
swapantau air bersih yakni
khlor meter, pH meter
3 danAlat ukur swapantau 80 240
air limbah, yakni pH meter,
dan khlor meter, Alat ukur
kepadatan vektor
pembawa penyakit, yakni
alat perangkap lalat (fly
trap), alat ukur kepadatan
lalat (fly grill)

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
b. memiliki sebagian
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan 50 150
minimal

c. tidak memiliki
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan 0
minimal

30
3. Tenaga kesehatan a. Penanggung jawab
lingkungan rumah sakit kesehatan lingkungan
rumah sakit kelas A
dan B (rumah sakit
pemerintah dan
swasta) adalah
memiliki pendidikan
bidang kesehatan 100 300
lingkungan/sanitasi/
teknik lingkungan/
teknik penyehatan
minimal berijazah
sarjana (S1) atau
Diploma IV.

b. Penanggung jawab
kesehatan lingkungan
3 rumah sakit kelas C
dan D (rumah sakit
pemerintah dan
swasta) adalah
memiliki pendidikan
bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/
teknik lingkungan/
100 300
teknik penyehatan
minimal berijazah
berijazah diploma
(D3).

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling

31
c. Penanggung jawab 75

kesehatan lingkungan
rumah sakit tidak
sesuai dengan kriteria
di atas
25
TOTAL SCORE 100

B. Pembahasan
C.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azwar, Azrul 1996 Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Jakarta Sinar Harapan.

http://arsip.ugm.ac.id/buletindetil.php?id=79 diakses tanggal 28 November 2021

http://sardjitohospital.co.id/index.php?action-generic_content.main&id_gc=3 gc = 3 diakses
tanggal 28 November 2021

33
LAMPIRAN

34

Anda mungkin juga menyukai