Anda di halaman 1dari 39

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan 170 ibu hamil di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang ditemukan faktor-faktor yang signifikan bermakna dengan kejadian

pre-eklamsi yaitu usia >35 tahun, obesitas dan riwayat Hipertensi sebelumnya

(Gustri, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ogawan (2017) di jepang dengan

meliputi sebanyak 365,417 ibu hamil yang digolongkan melalui usia untuk

meneliti komplikasi pada kehamilan menurut usia. Pada penelitian ini ditemukan

komplikasi kehamilan pre-eklamasi yang ditunjukan bahwa ibu hamil dengan usia

dengan usia 45 tahun yang mengalami pre-eklamsi sebanyak 53 dari 924 orang

sehingga usia lebih dari 45 tahun jauh lebih berisiko dibandingkan dengan wanita

yang berusia 30-34 tahun karena yang mengalami pre-eklamsi sebanyak 5034 dari

204,181.

Penelitian di Jos Nigeria terdapat ibu hamil yang memiliki masalah dalam

riwayat kesehatan pada keluarganya dapat menimbulkan komplikasi pada

kehamilannya, misalnya riwayat Hipertensi, penyakit jantung, coroner dan

diabetes mellitus. (Musa, 2018).

7
8

2.2 Kehamilan

2.2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah msa ketika seorang wanita membawa embrio didalam

tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur perempuan lepas dan masuk

kedalam saluran sel telur. Pada saat berhubungan berjuta-juta cairan sel mania

atau sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga Rahim. Salah satu

sperma akan menembus sel telur dan peristiwa ini yang disebut dengan fertilisasi

atau kosepsi, setelah itu dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (nuke devi

indrawati, S.SiT,M.Kes dkk 2016).

Menurut federasi obstetric ginekologi internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dan spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu

40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Jadi, dapat

disimbulkan bahwa kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam

atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan

lahir. (Fatimah S.S,M.Keb, 2016)

2.2.2 Kebutuhan dasar ibu hamil

1. Kebutuhan Nutrisi

a. Kalori (Energi)

Seorang wanita selam kehamilan memiliki kebutuhan energy yang

meningkat. Energy ini digunakan untuk pertumbuhan janin,


9

pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru.

Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai tenaga untuk proses

metabolisme jaringan baru.

b. Protein

Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan

jaringandan sebagai pengatur kelangsungan proses didalam tubuh.

Tambahan protein diperlukan selama kehamilan untuk persediaan

nitrogen esensial guna memenuhi tuntutan pertumbuhan jaringan ibu

dan janin. Asupan yang dianjurkan adalah 60 gr per hari.

c. Asam Folat

Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting

dalam perkembangan embrio.asam folat diperlukan oleh tubuh untuk

membentuk tenidin yang menjadi kompenen DNA. Asam folat juga

dapat mencegah mencegah cacat pada otak dan tulang belakang.

d. Zat Besi

Bisa mencegah anemia pada ibu serta bisa menurunkan risiko

terjadinya kelelahan pada ibu hamil serta juga berfungsi sebagai

memperkuat daya tahan tubuh ibu hamil.

e. Zink

Kadar zink ibu yang rendah dikaitkan dengan banyak komplikasi

pada masa perinatal intrapartum.


10

f. Kalsium

Berfungsi untuk membentuk matriks tulang bersama fosfor

menghidaridari kerusakan gigi serta dapat membantu proses

pengumpalan darah.

g. Vitamin larut dalam lemak

Vitamin yang karut dalam lemak yaitu vitamin A,D,E,dan K

dibutuhkan untuk memperbaiki penglihatan, sistem kekebalan tubuh,

membantu penyerapan kalsium serta dapat mencegah oksidasi

vitamin A dalam saluran cerna sehingga lebih banyak terserap.

h. Vitamin larut dalam air

Fungsi tiamin,riboflavin, piridoksin, dan kobalamin yang penting

adalah sebagai koenzim dalam metabolism energi. Kebutuhan

vitamin ini meningkat pada kehamilan trimester kedua dan ketiga

ketika asupan energi meningkat. Peningkatan kebutuhan ini mudah

dipenuhi dengan mengonsumsi beraneka makanan padi-padian,

daging, produk susu, dan sayuran berdaun hijau.

i. Natrium

Metabolism natrium berubah karena banyak interaksi hormonal yang

terjadi selama kehamilan. Seiring dengan peningkatan volume cairan

tubuh ibi, kecepatan filterasi glomerulus ginjal meningkat untuk

mengatasi volume cairan yang lebih besar.

2. Oksigen
11

Kebutuhan oksigen meningkat sebagai respons tubuh terhadap

akselerasi laju metabolisme, untuk menambah massa jaringan pada

payudara, hasil konsepsi dan massa uterus, dan lainnya.

3. Hygiene personal

Ibu hamil harus melakukan gerakan membersihkan dari depan ke

belakang ketika selesai berkemih dan defaksi dan harus mengguanakan

tisu yang bersih, lembut, menyerap air, berwarna putih, dan tidak

mengandung parfum, mengelap dengan tisu dari depan belakang.

4. Pakaian

Setiap ibu hamil pasti mengalami perubahan pada ukuran tubuhnya oleh

sebab itu kita sebagai bidan harus menjelaskan kepada ibu tentang

pakaian yang sesuai untuk kehamilannya, agar membuat ibu lebih

nyaman.

5. Seksual

Melakukan hubungan seks aman selam tidak menimbulkan rasa tidak

nyaman.

6. Mobilisasi

Aktivitas fisik meningkatkan rasa sejahtera ibu hamil. Aktivitas fisik

meningkatkan sirkulasi, membantu relaksasi dan istirahat, dan

mengatasi kebosanan yang juga dialami oleh wanita tidak hamil.

7. Istirahat dan tidur


12

Pada saat hamil, ibu hamil akan merasa letih pada beberapa minggu

kehamilan atau beberapa minggu terakhir ketika ibu hamil memerlukan

istirahat dan tidur semakin banyak dan sering.

8. Imunisasi vaksi toksoid tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun bakteri

colostridium tetani. Tetanus disebutkan juga kockjaw karena

penderitaannya kerap mengalami kejang pada otot rahang. Bakteri

tetanus masuk kedalam tubuh manusia melalui luka.jika terinfeksi

bakteri tersebut selama proses persalinan infeksi dapat terjadi pada

Rahim ibu dan pusat bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum).

2.2.3 Kebutuhan gizi ibu hamil

Untuk kesehatan ibu selama kehamilan maupun pertumbuhan dan

aktivitas diferensiasi janin, maka ibu dalam keadaan harus cukup mendapat

makanan bagi dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Demi suksesnya kehamilan,

keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama

hamil harus mendapat tambahan protein, mineral, vitamin, energi.

1. Protein

Kebutuhan tambahan protein tergantung kecepatan

pertumbuhan janinnya. Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap

hari sampai trimester dua. Trimester terakhir akhir pada waktu

pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram/hari. Bila bayi

sudah dilahirkan protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari. Menurut


13

WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat

badan.

2. Energi

Tambahan energy selama hamil diperlukan baik bagi

komponen fetus maupun perubahan yang terdapat pada dirinya

sendiri. Kurang labih 27.000 Kkal atau 100 Kkal/hari bagi wanita

berumur 25-50 tahun, dengan tambahan 300 Kkal bagi mereka

yang sedang mengandung.

3. Vitamin dan Mineral

Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai

vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi,

kalsium, zink, angka kecukupan yang dianjurkan oleh National

Research Council, US National Academy of Sciences (1980),

menunjukan persentasi penambahan gizi ibu hamil ialah energy

15%, protein 68%, vitamin A 25%, vitamin D 100%, vitamin E

25%, vitamin C 33%, untuk vitamin kelompok B-kompleks 40%,

tiamin 25%, riboflamin 15%, niasin 30%, vitamin B6 100%, asam

folat 33% dan vitamin B12, kalsium, fosfar dan magnesium 50%,

zat besi 300%, zink 33% dan iodium 16%.

Tambahan vitamn dan mineral pada iibu hamil tidak

melebihi 100% terkecuali zat besi. Tambahan makanan lebih baik

dikonsumsi dalam bentuk cairan seperti formula dengan kandungan

zat gizinya telah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Makanan


14

yang harus dihindari ibu hamil adalah yang mengandung zat warna,

pengawet, dan penyedap makanan, minum alcohol, kafein karena

mempunyai pengaruh buruk terhadap anak ynag dikandungnya.

(fitri Respati Ambarawati,SKM,M.Kes, 2015).

2.2.4 Tanda Bahaya Kehamilan

1. Muntah Berlebihan

Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama

pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan

berumr 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali

kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat

badan menurun terus.

2. Pusing

Pusing biasanya muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing

sampai menggangu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.

3. Sakit kepala

Sakit kepala yang hebat atau yang menetap timbul pada ibu hamil

mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

4. Perdarahan

Pendarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit susah merupakan

tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.

5. Sakit prut hebat

Nyeri perut yang hebat dapay membahayakan kesehatan ibu dan

janinnya.
15

6. Mengalami demam tinggi

Demam yang tinggi pada ibu hamil harus diwaspadai, hal ini bisa

saja jika demam dipicu karena adanya infeksi. Jika demam terlalu

tinggi, ibu hamil harus segera diperiksa ke rumah sakit untuk

mendapatkan pertolongan pertama.

7. Batuk lama

Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut dan

dapat dicurigai ibu hamil menderita TB.

8. Berdebar-debar

Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu

masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.

9. Cepat lelah

Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa

lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi

pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita kurang darah.

10. Sesak nafas

Pada akhir bulan kedelapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak

bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila

hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.

11. Keputihan yang berbau

Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada

ibu hamil.

12. Ketuban pecah sebelum waktunya


16

Jika ibu hamil mengalami pecah ketuban sebelum waktunya segera

periksa ke dokter, karena kondisi tersebut membahayakan kondisi

ibu dan bayi. Hal ini dapat mempermudah terjadinya infeksi dalam

kandungan.

13. Pergerakan janin didalam kandungan berkurang

Pergerakan janin yang kurang aktif atau bahkan berhenti

merupakan tanda bahaya selanjutnya. Hal ini menandakan jika

janin mengalami kekurangan oksigen atau kekurangan gizi. Jika

dalam dua jam janin bergerak di bawah sepuluh kali, segera

periksakan kpndisi tersebut ke dokter.

14. Beberapa bagian tubuh membengkak

Selama masa kehamilan ibu hamil sering mengalami perubahan

bentuk tubuh seperti bertambahnya berat badan. Ibu hamil akan

mengalami beberapa pembengkakan seperti pada tangan, kaki, dan

wajah disertai dengan pusing kepala, nyeri ulu hati, kejang dan

pandangan kabur segera bawa ke dokter untuk ditangani, karena

bisa saja ini pertanda terjadinya Pre-Eklamsi.

2.2.5 Definisi kehamilan resiko tinggi

Resiko adalah suatu ukuran statistic dari peluang atau kemungkinan untuk

terjadinya suatu keadaan gawat darurat yang tidak diinginkan pada masa

mendatang, yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi obstetric pada saat


17

persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecatatan,

ketidaknyamanan atau ketidakpuasan pada ibu dan bayi.

2.2.5 Diet ibu hamil dengan Pre-Eklamsi dan Eklamsi

Tujuan pemberian diet ini untuk mengganti protein yang hilang karena

proteinuria, mencegah atau mengurangi retensi garam atau air, menjaga agar

penambahan berat badan tidak melebihi normal, dan memberika gizi yang

secukupnya sesuai dengan kemampuan pasien.

1. Diet Pre-Eklamsi I

Diet Pre-Eklamsi I diberikan pada pasien Pre-Eklamsi Berat.

Makanan hanya terdiri dari susu dan buah-buahan, kurangi kalori,

dan semua zat gizi, kecuali kalsium, vitamin A, dan Vitamin C,

diberikan hanya 1-2 hari. Nilai gizi sehari diet ini adalah

1032bkalori, 20 gram protein, 19 gram lemak, 211 gram

karbohidrat, 0,6 gram kalsium, 2475 SI vitamin A, 246 mg vitamin

C, dan 228 mg natrium. Jumlah cairan diberikan minimal ml/hari

per oral, kekuranggannya secara pariental.

2. Diet Pre-Eklamsi II

Diet pre-Eklamsi II diberikan sebagai makanan perpindahan dari

diet Pre-Eklamsi I atau untukpasien dengan Pre-Eklamsi yang tidak

begitu berat. Makanan berbentuk lunak dan diberikan swbagai diet

rendah garam I. makanan ini rendah kalori, kalsium dan cukup zat

gizi lain. Nilai gizi sehari diet ini adalah 1600 kalori,56 gram
18

protein, 44 gram lemak, 261 gram karbohidrat, 0,5 gram kalsium,

9227 SI vitamin A, 212 mg vitamin C, dan 248 mg natrium.

3. Diet Pre-Eklamsi III

Diet Pre-Eklamsi III diberikan sebagai perpindahan dari diet Pre-

Eklamsi II atau untuk pasien dengan Pre-Eklamsi ringan. Makanan

diberikan dengan cukup semua zat gizi, sehari diet ini adalah 2128

kalori, 80 gram protein, 63 gram lemak, 305 gram karbohidrat, 0,8

gram kalsium, 10016 SI vitamin A, 213 mg vitamin C, dan 403 mg

natrium. Jumlah kalori harus disesuaikan dengan kenaikan berat

badan

yang tidak boleh lebih dari 1 kg/bulan.

2.3 Pre-Eklamsi

2.3.1. Definisi

Pre-Eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada

triwulan ke-3 kehamilan tapi dapat timbul sebelumnya, misalnya pada mola

hidatosa.(Nuke Devi Indrawati,S,SiT,M.Kes,dkk, 2016).

Pre eklamsia adalah kondisi pada ibu hamil yang memiliki tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg, umumnya pre eklamsia terjadi di usia kehamilan lebih

dari 20 minggu. Pre eklamsia sangat berbahaya bagi ibu, seperti otak, ginjal, paru-

paru dan jantung. Oleh karena itu, ibu hamil dengan pre eklamsia harus berhati-
19

hati dalam menjaga kondissi tubuhnya agar tidak membahayakan dirinya dan

janin yang dikandungnya karena mempengaruhi plasenta yang digunakan sebagai

penyalur asupan makanan bagi janin.(Irawati, S.Si.,Apt, 2016).

Pre-eklamsi adalah sekumpulan gejala atau sindrom yang meliputi

hipertensi disertai dengan gangguan organ multisystem yang terjadi hanya pada

kehamilan dengan etiologi pasti sampai saat ini masih belum diketahui.(Adhi

Pribadi,2019).

Pre-Eklamsi adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa

menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan terjadi selama masa kehamilan,

persaliann dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.(dainty

Maternity,S.ST.,M.Keb.dkk,2021).

2.3.2. Patofisiologi

Mochtar (1999;199) menjelaskan bahwa pada Pre-Eklamsi terjadi pada

spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi

ginjal ditemukan spasme hebat Arteriola Glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen

Arteriol sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah.

Jadi jika semua Ateriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah

akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan parifer agar oksigen

jaringan dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema disebabkan oleh penimbunan

air yang berlebihan dalam ruangan intestinal belum diketahui sebabya, mungkin

karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebablan oleh spasme Arteriola

sehingga terjadinya perubahan pada Glomerulus.


20

Pre-eklamsi merupakan salah satu contributor utama morbiditas dan

mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini masih belum

jelas dan masih dalam tahap penelitian. Konsep bahwa contributor utama

penyebab pre-eklmasi adalah plasenta banyak diterima oleh berbagai kalangan

dan telah terbukti disebagian penelitian. Meskipun plasenta memegang peranan

penting, faktor ibu masih berperan terutamamemegang peranan penting, faktor ibu

masih berperan terutamahubungan dengan tingkat gejala klinik yang timbul lebih

lambat.

Pre-eklamsi mempunyai gambaran klinik bervariasi dan komplikasinya

sangat berbahaya pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Gambaran

klinis yang utama adalah hipertensi dan proteinuria karena organ target yang

utama terpengaruh adalah ginjal (glomerular endoteliosis).

1. Pre-Eklamsi Awitan Dini (PEAD)

Mencerminkan etiologi berasal dari plasent. Insidensi berkisar 5-

20% dari seluruh kasus pre-eklamsi. Berhubungan dengan gejala klinis

yang berat bagi ibu maupun janin.

2. Pre-Eklamsi Awitan Lambat (PEAL)

Mencerminkan etiologi dipengaruhi oleh faktor maternal dan

bukan dari plasenta. Insidensi sekitar 80% dari kasus pre-eklamsi.

Terdapat beberapa gambaran awitan lambat.

3. Invasi Trofoblas Kondisi Normal dan Pre-Eklamsi

bila invasi trofoblas tidak terjadi atau kurang sempurna, maka akan

terjadi kegagalan remodeling a.spiralis. hal ini mengakibatkan darah


21

menuju lacuna hemokrorioendotel mengalir kurang optimal dan bila dalam

jangka waktu lama mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta.

Hipoksia kronis menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang

menanmbah berat hipoksia. Produk dari kerusakan vaskuler selanjutnya

akan terlepas dan memasuki darah ibu yang memicu gejala klinis pre-

eklamsi.

Pre-eklamsi bila melihat tingkat invasi trofoblas dan stress

oksidatif yang terjadi menunjukan kondisi sedang.bila terjadi kegagalan

invasi trofoblas di awal kehamilan dengan berakibat stress oksiddatif yang

tinggi akan mengakibatkan abortus. Sebaliknya bila invasi trofoblas

berlangsung normal dan stress oksidatif terjadi minima, kehamilan akan

berlangsung normal.l

4. Kondisi Patologis pada Plasenta

Telah dikenal lebih dari 100 tahun bahwa pre-eklamsi merupakan

akibat terdapatnya keadaan plasenta yang tidak normal atau patologis.

Pada saat ini kesimpulan tersebut terjadi menjadi lebih jelas dengan

dikenalnya teori yang telah dibuktikan dengan penelitian bahwa terdapat

insufisiensi sirkulasi maternal-fetal,sehingga terbentuk hipoksia,

timbulnya stress oksidatif dan berujung pada kondisi yang lebih berat

adalah infark plasenta.

Peneliti lain mengemukakan teori bahwa pre-eklamsi (asimtomatik)

terjadi karena reaksi imunologi sejak proses implantasi. Reaksi imunologi

terutama terjadi sejak bertemunya permukaan sel ibu dengan sel janin yang
22

merupakan sel semiaalogenik. Disfungsi primer plasenta pada pre-eklamsi

didahului proses imunilogi dan berlanjut dengan rangkaian pertumbuhan

patologi plasenta. (Adhi Pribadi,2019).

2.3.3. Faktor Risiko Pre-Eklamsi

1. Faktor Keluarga

Pre-eklamsi adalah kelainan kompleks, yang terlihat diwariskan

dalam pola keluarga. Plasenta memainkan peran sentral dalam patogenesis

pre-eklamsi, dengan demikian menyiratkan bahwa gen janin yang

diturunkan baik dari ibu maupun dari ayah dapat memainkan peran dalam

perkembangan penyakit. Pre-eklamsi yang terjadi pada seorang ibu hamil

merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diturunkan dan merupakan

faktor risiko pada kehamilan anak perempuannya kelak. Laporan chesley

dan cooper melaporkan bahwa untuk wanita yang mengalami pre-eklamsi,

tingkat penyakit lebih tinggi pada suara perempuan (37%),anak

perempuan (26%) dan cucu perempuan (16%) bila dibandingkan dengan

manantu perempuan (6%). Seorang anak perempuan yang memliki riwayat

keluarga pre-eklamsi berada pada risiko yang meningkat untuk terjadi

keadaan patologis.

2. Umur

Umur ekstrim ibu telah dikaitkan dengan risiko

pre-eklamsi/eklamsi .usia ibu lebih dari 40 tahun telah dikaitkan dengan

peningkatan risiko. Survei dibeberapa Negara oleh WHO melaporkan


23

bahwa wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko tinggi untuk

mengalami pre-eklmasi meskipun tidak sampai terjadi eklamsi.

3. Etnik

Wanita yang berasal dari Afro-Karibia atau etnis Asia selatan telah

terbukti resiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kaukasia. Wanita

Afrika Amarika dengan pre-eklmasi yang lebih parah menunjukan tekanan

darah yang lebih tinggi dan membutuhkan perawatan yang lebih

antihipertensi sementara wanita Kaukasia memiliki insiden HELLP

(hemolysis yang lebih tinggi,peningkatan enzim hati, dan trombosit

rendah).

4. Berat lahir ibu

Wanita dengan berat badan lahir rendah (<2.500 gr) telah terbukti

memiliki risiko dua kali lipat mengalami pre-eklamsi bila dibandingkan

dengan wanita yang memiliki berat 2500-2999 gr saat lahir.selanjutnya,

risiko meningkat empat kali lipat untuk wanita yang beratnya <2500 gr

pada saat lahir dan berlanjut mengalami kelebihan berat badan

sebagaiorang dewasa.

5. Perawakan dan indeks massa tubuh pra-kehamilan

Sebuah studi berbasis populasi yang besar melaporkan bahwa

perawakan pendek wanita membuat mereka cendrung mengalami

peningkatan risiko pre-eklamsi yang berat.wanita yang kelebihan berat

badan atau obesitas diketahui berisiko lebih tinggi mengalami pre-


24

eklamsi.sebuah metaanalisis menyimpulkan bahwa kelebihan berat

badan/obesitas serta adipositas ibu dikaitkan dengan peningkatan risiko

pre-eklamsi.

6. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya

Diabetes pra-kehamilan (tipe 1 dan tipe 2) dikaitkan dengan

peningkatan risiko pre-eklamsi dua hingga empqat kali lipat. Selain itu,

diabetes pra-kehamilan dapat menjadi konributor signifikan terhadap pre-

eklamsi postpartum lambat. Wanita dengan hipertensi kronis dan diabetes

pra-kehamilan delapan kali lebih mungkin untuk didiagnosa dengan pre-

eklamsi bila dibandingkan dengan wanita tanpa kedua kondisi.pre-eklamsi

dapat sering terjadi pada wanita hanil dengan penyakit ginjal kronis, lupus

nefropati serta nefropati diabetic.

7. Hiperetensi dalam kehamilan sebelumnya

Wanita dengan riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya

memiliki peningkatan resiko pre-eklamsi pada kehamilan saat ini

dibandingkan dengan wanita dengan kehamilan tanpa pre-eklamsi

sebelumnya .pada wanita dengan pre-eklamsi sebelumnya, risiko pre-

eklamsi berulang adalah 12%, dan meningkat menjadi 40% untuk mereka

yang melahirkan sebelumusia kehamilan 28 minggu. Meskipun kehamilan

multiple, perubahan pasangan, interval antar kehamilan yang panjang, dan

IMT tinggi dianggap sebagai penanda risiko untuk terjadinya pre-eklamsi.

Pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya dapat muncul dalam bentuk

hipertensi gestasional pada kehamilan berikutnya, demikian sebaliknya


25

hipertensi gestasional pada kehamilan sebelumnya dapat kambuh sebagai

pre-eklamsi pada kehamilan berikutnya.

8. Kehamilan ganda

Kehamilan multiple merupakan faktor risiko pre-eklamsi. Sebuah

studi melaporkan bahwa wanita dengan kehamilan kembar memiliki

tingkat hipertensi gestasional yang lebih tinggi dan pre eklamsi

peningkatan massa plasenta selama kehamilan kembar dapat menyebabkan

peningkatan tingkat sirkulasi fms seperti tirosin kinase-1 (sFlt1), yang

merupakan penanada antiangiogenetik yang bersirkulasi dari asal plasenta,

dan dapat memainkan peran penting dalam patofisiologi terutama pre-

eklamsi awitan dini.

9. Jenis kelamin janin

Sebuah studi kohort norwegia melaporkan bahwa pre-eklamsi lebih

sering terjadi pada janin laki-laki bagi mereka yang melahirkan pada usia

40 minggu atau lebih. Untuk kelahiran premature (minggu kehamilan 25-

36), proporsi anak perempuan dalam kehamilan yang dipersulit oleh pre-

eklamsi jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

10. Penggunaan teknologi produksi berbantu

Tinjauan sistematis terbaru melaporkan bahwa teknologi

reproduksi berbantu (ART) (khususnya fertilisasi in vitro) dikaitakan

dengan risiko hipertensi kehamialn dan pre-eklamsi yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan kehamilan non-ART. Hasil dari studi kohort

CoNARTaS malaporkan bahwa gangguan hipertensi terjadi pada 5,9%


26

dari tunggal dan 12,6% kehamilan ART kembar dibandingkan dengan

4,7% dari pasangan tunggal dan 10,4% dari kehamilan kembar pada

kehamilannya yang dikandung secara spontan.

11. Infeksi

Sebuah studi kampus-kontrol bersarang dari inggrismelaporkkan

bahwa resep antibiotic (termasuk sebagai proksi untuk infeksi akut) dan

infeksi saluran kemih dalam kehamilan dikaitkan dengan oeningkatan

risiko pre-eklamsi setelah mengendalikan perancu seperti usia ibu,

penyakit ginjal yang sudah ada, diabetes dan kehamilan multipel.sebuah

meta-analisi dari 40 studi melaporkan bahwa wanita dengan ISK dan

mereka yang menderita penyakit periodontal mempunyai kecendrungan

berkembang menjadi pre-eklamsi disbanding dengan ibu hamil tanpa

kondisi patologi tersebut tidak ada hubungan antara infeksi ibu lainnya

seperti klamidia, malaria HIV yang diobati atau tidak diobati dan

kolonisasi streptokokus grup B denagan risiko pre-eklamsi.

12. Malformasi kongenital

Sebuah studi retrospektif dengan jumlah sampel besar yang diambil

dari laporan perinatal menunjukan bahwa malformasi janin dikaitkan

dengan peningkatan risiko pre-eklamasi. Anomali kongenital juga telah

dilaporkan lebih kuat terkait dengan pre-eklamsi awitan dini.

13. Faktor ayah

Studi epidemologi menunjukan bahwa risiko pre-eklamsi berlipat

ganda jika wanita tersebut memiliki pasangan berusia >45 tahun, mungkin
27

akibat spermatozoa yang rusak karena mutasi genetik yang terjadi karena

penuaan atau faktor lingkungan seperti paparan radiasi dan panas.

Robillard dkk, pada tahun 1994 menunjukan bahwa konsepsi dalam 4

bulan pertama kontak seksual dengan pasangan tetap meningkatkan risiko

tinggi untuk terjadinya hipertensi yang mempersulit kehamilan. Eisiko ini

menurun acara seksual sebelum konsepsi.

14. Merokok

Merokok sigaret diketahui memiliki efek buruk pada semua sistem

organ.namun, tinjauan sistematis terhadap 48 studi epidemiologis

melaporkan bahwa merokok selama kehamilan kira-kira mengurangi

risisko risiko pre-eklamsi. Efek perlindungan ini secara konsisten terlihat

terlepas dari paritas dan keparahan penyakit.

15. Aktivitas fisik

Olahraga dan aktivitas fisik dianjurkan selama kehamilan untuk

meningkatkan kesehatan ibu. Dalam tinjauan sistematis sistematis mereka,

kasawara dkk, melaporkan bahwa aktivitas fisik memiliki efek

perlindungan pada perkembangan pre-eklamsi,sementara efek ini tidak

terlihat dalam studi kohor, namun meta-analisis baru-baru ini dilakukan

oleh aune dkk.melaporkan bahwa wanita yang terlibat dalam aktivitas fisik

tingkat tinggi pra-kehamilan dan terus melakukannya selama awal

kehamilan, lebih kecil kemungkinannya (masing-masing sebesar 35% dan

21%) untuk terjadinya pre-eklamsi, dibandingkan dengan mereka yang

berpatisipasi dalam tingkat aktivitas fisik lebih rendah.


28

16. Defisiensi mikronutrien

Kekurangan vitamin D umunya dilaporkan pada wanita dan telah

dilakukan penelitian untuk menilai hubungan nya dengan pre-eklamsi

terdapat hasil yang bertentangan mengenai konsentrasi serum 25 hidroksi

vitamin D dan risiko selanjutnya berkembang menjadi pre-eklamsi

terutama karena ukuran sampel yang kecil dari studi ini. Sebuah studi

kasus control besar baru-baruini melaporkan bahwa kekurangan vitamin D

ibu, didefinisikan sebagai 25 hidroksi vitamin D <30nmol/I dikaitkan

dengan dua kali lipat risiko pre-eklamsi bila dibantingkan dengannya

konsentrasi >50 nmol/I.

Uji vitamin dalam pre-eklamsi melaporkan bahwa supplement

vitamin C (1000 mg) dan vitamin E (400 IU) yang diberikan secara

profilaksis sejak trimester kedua kehamilan tidak memiliki efek pada

penurunan tingkat pre-eklamsi pda wanita yang berisiko.

17. Status social ekonomi

Penduduk pedesaan Negara berkembang mempunyai dua kali lebih

mungkin berkembang menjadi pre-eklamsi dibandingkan dengan mereka

yang tinggal didaerah perkotaan.asupan buah-buahan dan sayuran yang

buruk memiliki risiko pre-eklmasi yang lebih tinggi.oleh sebab itu status

ekonomi menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan Pre-Eklamsi.

Beda dengan halnya wanita yang memiliki status Ekonomi baik mereka

juga akan mengonsumsi makanan yang baik bagi

kehamilannya.Kurangnya perawatan antenatal dan kurang dari pendidikan


29

tingkat menengah merupakan faktor resiko yang relevan untuk risiko pre-

eklamsi. (Adhi Pribadi,2019).

2.3.4. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklamsi

1. Faktor Predisposisi/Presdiposing

a. Mola Hidatidosa

Mola Hidatidosa adalah chorionic vili (jonjotan/gantungan) yang

tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang

mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau

mata ikan, Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana

hampirseluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. Klien

dengan Mola Hidatidosa biasanya mengalami beberapa komplikasi

misalnya pre-eklmasi dan pendarahan pervaginam berulang.

b. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah

(glukosa darah).kadar gula darah pada diabetes mellitus karena kehamilan

yang tidakk terkontrol dengan baik akan berpotensi menimbulkan banyak

permasalahan, baik bagi ibu maupun bayi dalam kandungan, salah satu

komplikasi yang akan terjadi yaitu ibu dapat mengalami pre-Eklamsi, bayi

lahir mati, dan kadar gula rendah.(Dr. Sugianto, 2016).


30

c. Kehamilan Ganda

Kehamilan multiple merupakan faktor risiko pre-eklamsi. Sebuah

studi melaporkan bahwa wanita dengan kehamilan kembar memiliki

tingkat hipertensi gestasional yang lebih tinggi dan pre eklamsi

peningkatan massa plasenta selama kehamilan kembar dapat menyebabkan

peningkatan tingkat sirkulasi fms seperti tirosin kinase-1 (sFlt1), yang

merupakan penanada antiangiogenetik yang bersirkulasi dari asal plasenta,

dan dapat memainkan peran penting dalam patofisiologi terutama pre-

eklamsi awitan dini.(Adhi Pribadi,2019).

d. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan dari berat badan normal.

Seseorang dapat dikatakan mengalami obesitas apabila memiliki kelebihan

berat badan diatas 120% dari pada berat badan idealnya.resiko yang dapat

terjadi pada ibu hamil dengan obesitas adalah kelainan pada janin, Pre-

Eklamsi, Diabetes, dan Keguguran.

e. Umur

Umur ekstrim ibu telah dikaitkan dengan risiko

pre-eklamsi/eklamsi .usia ibu lebih dari 40 tahun telah dikaitkan dengan

peningkatan risiko. Survei dibeberapa Negara oleh WHO melaporkan

bahwa wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko tinggi untuk

mengalami pre-eklmasi meskipun tidak sampai terjadi eklamsi.(Adhi

Pribadi,2019).
31

2. Faktor Pendorong/Eigbling

a. Status Ekonomi

Penduduk pedesaan Negara berkembang mempunyai dua kali lebih

mungkin berkembang menjadi pre-eklamsi dibandingkan dengan mereka

yang tinggal didaerah perkotaan.asupan buah-buahan dan sayuran yang

buruk memiliki risiko pre-eklmasi yang lebih tinggi.oleh sebab itu status

ekonomi menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan Pre-Eklamsi.

Beda dengan halnya wanita yang memiliki status Ekonomi baik mereka

juga akan mengonsumsi makanan yang baik bagi

kehamilannya.Kurangnya perawatan antenatal dan kurang dari pendidikan

tingkat menengah merupakan faktor resiko yang relevan untuk risiko pre-

eklamsi.(Adhi Pribadi,2019).

b. Aktifitas Fisik

Olahraga dan aktivitas fisik dianjurkan selama kehamilan untuk

meningkatkan kesehatan ibu. Dalam tinjauan sistematis sistematis mereka,

kasawara dkk, melaporkan bahwa aktivitas fisik memiliki efek

perlindungan pada perkembangan pre-eklamsi,sementara efek ini tidak

terlihat dalam studi kohor, namun meta-analisis baru-baru ini dilakukan

oleh aune dkk.melaporkan bahwa wanita yang terlibat dalam aktivitas fisik

tingkat tinggi pra-kehamilan dan terus melakukannya selama awal

kehamilan, lebih kecil kemungkinannya (masing-masing sebesar 35% dan

21%) untuk terjadinya pre-eklamsi, dibandingkan dengan mereka yang


32

berpatisipasi dalam tingkat aktivitas fisik lebih rendah.(Adhi

Pribadi,2019).

c. Faktor Keluarga

Pre-eklamsi adalah kelainan kompleks, yang terlihat diwariskan

dalam pola keluarga. Plasenta memainkan peran sentral dalam

patogenesis pre-eklamsi, dengan demikian menyiratkan bahwa gen

janin yang diturunkan baik dari ibu maupun dari ayah dapat memainkan

peran dalam perkembangan penyakit. Pre-eklamsi yang terjadi pada

seorang ibu hamil merupakan faktor risiko yang signifikan untuk

diturunkan dan merupakan faktor risiko pada kehamilan anak

perempuannya kelak. Laporan chesley dan cooper melaporkan bahwa

untuk wanita yang mengalami pre-eklamsi, tingkat penyakit lebih tinggi

pada suara perempuan (37%),anak perempuan (26%) dan cucu

perempuan (16%) bila dibandingkan dengan manantu perempuan (6%).

Seorang anak perempuan yang memliki riwayat keluarga pre-eklamsi

berada pada risiko yang meningkat untuk terjadi keadaan patologis.

(Adhi Pribadi,2019).

3. Faktor Pendukung

a. Riwayat Hipertensi Pada Kehamilan Sebelumnya

Wanita dengan riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya

memiliki peningkatan resiko pre-eklamsi pada kehamilan saat ini

dibandingkan dengan wanita dengan kehamilan tanpa pre-eklamsi

sebelumnya .pada wanita dengan pre-eklamsi sebelumnya, risiko pre-


33

eklamsi berulang adalah 12%, dan meningkat menjadi 40% untuk mereka

yang melahirkan sebelumusia kehamilan 28 minggu. Meskipun kehamilan

multiple, perubahan pasangan, interval antar kehamilan yang panjang, dan

IMT tinggi dianggap sebagai penanda risiko untuk terjadinya pre-eklamsi.

Pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya dapat muncul dalam bentuk

hipertensi gestasional pada kehamilan berikutnya, demikian sebaliknya

hipertensi gestasional pada kehamilan sebelumnya dapat kambuh sebagai

pre-eklamsi pada kehamilan berikutnya.(Adhi Pribadi,2019).

b. Jenis Kelamin

Sebuah studi kohort norwegia melaporkan bahwa pre-eklamsi lebih

sering terjadi pada janin laki-laki bagi mereka yang melahirkan pada

usia 40 minggu atau lebih. Untuk kelahiran premature (minggu

kehamilan 25-36), proporsi anak perempuan dalam kehamilan yang

dipersulit oleh pre-eklamsi jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

2.3.5. Klasifikasi Pre- Eklamsi

1. Pre-Eklamsi Ringan

a. Pengertian

Pre-eklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan odema

pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih bisa juga terjadi pada masa nifas.

Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit

trofoblas.

b. Pemeriksaan dan diagnosis

1) Kehamilan20 minggu atau lebih


34

2) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2

kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat ( untuk pemeriksaan pertama

dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).

3) Edema pada tungkai (pretibal), dinding perut lumbosacral, wajah atau

tungkai.

4) Proteinuria positif 1 atau 2 (0,3 gr/liter dalam 24 jam).

(Nuke Devi Indrawati,S,SiT,M.Kes,dkk, 2016).

2. Pre-Eklamsi Berat

a. Pengertian

Pre-Eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan

edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

b. Kriteria diagnostik

1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg atau lebih

tekanan darah ini tidak menurun meski ibu hamil sudah rawat baring

dirumah sakit.

2) Proteinuria positing 3 atau 4 (5 gr,liter dalam 24 jam).

3) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc per 24 jam disertai dengan

kenaikan kreatinin plasma .

4) Gangguan visus dan cerebral.

5) Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen.

6) Edema paru, cyanosis.

7) Pertumbuhan janin intra uterin terlambat.


35

8) Adanya HELLP (Hemolisis, elevated liver function test and low platelet

count). (Nuke Devi Indrawati,S,SiT,M.Kes,dkk, 2016).

2.3.6. Etiologi

Penyebab pre-eklamsi secara pasti belum diketahui, namun pre-eklamsi

sering terjadi pada ibu Primigravida, Tuanya kehamilan, Kehamilan ganda,

Hidramnion, dan mola hidatidosa. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita

dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria,

kejang dan koma.

Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan ini

sering dikenal sebagai the diseases of theory.adapun teori-teori tersebut antara

lain:

1. Peran faktor imunologis, beberapa studi juga mendapatkan adanya

aktivitas system komplemen pda pre-eklamsi/Eklamsi.

2. Peran faktor ginetik/familial, terdapatnya kecendrungan meningkatnya

frekuensi pre-eklamsi/Eklamsi pada anak-anak dari ibu yang menderita

pre-eklamsi/Eklamsi dan anak cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklamsi

dan bukan pada ipar mereka. (Anan Ratnawati,S.Kep.,Ns,,M.Kes, dkk,

2021)

2.3.7. Pencegahan pre-Eklamsi

1. Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda

sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang

adekuat supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.


36

2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklamsi kalau

ada faktor-faktor predisposisi.(Dainty Maternity,S.St.,M.Keb. dkk, 2021)

2.3.8. Penanganan Pre-Eklamsi

1. Penanganan pada Pre-Eklamsi Ringan

a. Rawat Jalan

1) Banyak istirahat (tidur mirinf)

2) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam

3) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat) tablet Febobabital 3x30 mg

peroral selama 2 hari

4) Roboransia

5) Kunjungan ulang setiap 1 minggu

b. Dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit

1) Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)

a) Jika tekanan darah mencapai normotensive selam perawatan persalinan

ditunggu sampai aterm

b) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensive selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih dari 37

minggu.

2) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)

Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan

induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.


37

c. Cara persalinan

Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala 2

dengan bantuan bedah obstetrik.

2. Penanganan pada Pre-Eklamsi Berat

a. Perawatan Aktif

1) Indikasi

a. Ibu

 Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

 Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsi

 Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan

medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi

medikamentosa tidak ada perbaikan.

b. Janin

 Adanaya tanda-tanda Fetaldistres

 Adanya tanda-tanda IUFD

c. Laboratorium

 Adanya “HELLP syndrome” (hemolysis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia).

2) Pengobatan Medikamentosa

a) Segera masuk rumah sakit

b) Tidur baring, miring ke satu sisi (sabaiknya kiri), tanda vital diperiksa

setiap 30 menit, reflex patella setiap jam.


38

c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-

125cc/jam) 500cc.

d) Antasida

e) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

f) Pemberian obat anti kejang: Diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40

mg dalam Dekstrose 10% selam 4-6 jam. atau MgSO4 40% 5 gram dalam

RL 500cc untuk 6 jam.

g) Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah

jantung kongesif atu edema anasarka. Diberikan furosemide injeksi 40

mg/IV.

h) Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik 180 mmHg, diatolik

110 mmHg atau lebih 125 mmHg. Dapat diberikan catapres ½ -1 ampul

IM dapat diulangi tiap 4 jam atau alfametildopa 3x250 mg dan nifedipin

sublingual 5-10 mg.

i) Kardiotonika, indikasinya bila ada tanda-tanda payah jantung, diberikan

digitalisasi cepat dengan cedilanid.

3) Pengobatan Obstetrik

a) Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu

 Induksi persalinan : tetesan oksitoksin dengan syarat nilai bishop 5 atau

lebih dengan fetal heart monitoring.

 Seksio sesaria bila : fetal assessment jelek, syarat tetesan oksitoksin tidak

terpenuhi (nilai bishop kurang dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan

oksitoksin, 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitoksin belum masuk fase


39

aktif, Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan

seksio sesaria.

b) Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu

Kala 1 :

 pada fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio

sesaria.

 Pada fase aktif : amniotomi saja bila 6 jam setelah amniotomi belum

terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu

dilakukan tetesan oksitoksin).

Kala 2 :

 Pada [ersalinan pervaginam, maka kala 2 diselesaikan dengan partus

buatan. Amniotomi dan tetesan oksitoksin dilakuakan sekurang-kurangnya

3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada kehamilan 32

minggu atau kurang , bila keadaan memungkinkan terminasi ditunda 2 kali

24 jam untuk memberikan kortikosteroid.

b. Perawatan Konservatif

1) Indikasi

Bila kehamilan pretem kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

inpending eklamsi dengan keadaan janin baik.

2) Terapi medikamentosa

Terapi ini dilakukan sama dengan terapi medikamentosa pada pengelolaan

aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup


40

intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada

bokong kanan.

3) Pengobatan obstetric

a) Selama perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre-

eklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap terapi

medikamentosa gagal dan harus terminasi.

d) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih

dahulu MgSO4 20% 2 gram intravena.

4) Penderita dipulangkan bila

a) Penderita kembali kegejala-gejala atau tanda-tanda pre-eklamsi ringan

dan telah dirawat selama 3 hari.

b) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre-eklamsi ringan :

penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre-eklamsi ringan

(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu). (Nuke Devi

Indrawati,S,SiT,M.Kes,dkk, 2016).

2.4 Umur
Usia ekstrim ibu telah dikaitkan dengan risiko pre-eklamsi/eklamsi .usia

ibu lebih dari 40 tahun telah dikaitkan dengan peningkatan risiko. Survei

dibeberapa Negara oleh WHO melaporkan bahwa wanita yang berusia lebih dari
41

35 tahun berisiko tinggi untuk mengalami pre-eklmasi meskipun tidak sampai

terjadi eklamsi. ( Adhi Pribadi, 2019).

2.5 Riwayat Hipertensi Pada Kehamilan Sebelumnya

Wanita dengan riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya memiliki

peningkatan resiko pre-eklamsi pada kehamilan saat ini dibandingkan dengan

wanita dengan kehamilan tanpa pre-eklamsi sebelumnya .pada wanita dengan pre-

eklamsi sebelumnya, risiko pre-eklamsi berulang adalah 12%, dan meningkat

menjadi 40% untuk mereka yang melahirkan sebelumusia kehamilan 28 minggu.

Meskipun kehamilan multiple, perubahan pasangan, interval antar kehamilan yang

panjang, dan IMT tinggi dianggap sebagai penanda risiko untuk terjadinya pre-

eklamsi. Pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya dapat muncul dalam bentuk

hipertensi gestasional pada kehamilan berikutnya, demikian sebaliknya hipertensi

gestasional pada kehamilan sebelumnya dapat kambuh sebagai pre-eklamsi pada

kehamilan berikutnya.( Adhi Pribadi, 2019).

2.6 Riwayat Keluarga/Genetik

Pre-eklamsi adalah kelainan kompleks, yang terlihat diwariskan dalam

pola keluarga. Plasenta memainkan peran sentral dalam patogenesis pre-eklamsi,

dengan demikian menyiratkan bahwa gen janin yang diturunkan baik dari ibu

maupun dari ayah dapat memainkan peran dalam perkembangan penyakit. Pre-

eklamsi yang terjadi pada seorang ibu hamil merupakan faktor risiko yang

signifikan untuk diturunkan dan merupakan faktor risiko pada kehamilan anak
42

perempuannya kelak. Laporan chesley dan cooper melaporkan bahwa untuk

wanita yang mengalami pre-eklamsi, tingkat penyakit lebih tinggi pada suara

perempuan (37%),anak perempuan (26%) dan cucu perempuan (16%) bila

dibandingkan dengan manantu perempuan (6%). Seorang anak perempuan yang

memliki riwayat keluarga pre-eklamsi berada pada risiko yang meningkat untuk

terjadi keadaan patologis.( Adhi Pribadi, 2019)


43

2.7 Kerangka Teori


Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor
Predisposisi/predisposing
1. molahidatidosa
2. Diabetes Mellitus
3. Kehamilan Ganda
4. Obesitas
5. Umur

Faktor Pendorong/Eigbling
Terjadinya
1. Status Ekonomi Pre-Eklamsi
2. Aktivitas Fisik
3. Faktor Keluarga

Faktor pendukung

1. Hipertensi pada
kehamilan
sebelumnya
2. Jenis kelamin

Sumber :Adhi Pribadi,(2019), Ices Sukarni sudarti (2014)


44

2.8 Hopotesis Penelitian


Hipotesis penelitian merupakan predksi mengenai kemungkinan hasil dari

suatu penelitian atau jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan

yang diajukan dalam penelitian, hipotesis yang diajukan berupa hipotesis

kerja.

1. Ada hubungan Umur dengan kejadian Pre-Eklamsi pada Ibu Hamil di

RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2021

2. Ada hubungan Riwayat Hipertensi Sebelumnya dengan kejadian Pre-

Eklamsi pada Pre-Eklamsi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun

2021.

3. Ada hubungan Riwayat Keluarga dengan kejadian Pre-Eklamsi pada

Pre-Eklamsi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai