BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
system kekebalan tubuh sehingga mudah terkena infeksi, AIDS disebabkan oleh
Human Immune deficiency Virus (HIV), menyebabkan kerusakan sistem immun dan
menghancurkannya. Sistem imun yang rusak atau hancur adalah limfosif T dan CD4
yang berfungsi untuk regulasi sistem immun dan membunuh sel yang menghasikan
limfosit yang disebut sebagai reseptor atau pengikat terhadap virus HIV. Tidak
semua sel–T limfosit mempunyai CD4. Jumlah sel T-limfosit yang mempunyai CD4
disebut sebagai kadar CD4, yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
serangan kuman penyakit dan menyebabkan adanya kekebalan tubuh yang tergolong
dalam imunitas seluler. Kadar CD4 dalam darah dapat diukur dengan pemeriksaan
Tanda-tanda utama HIV yaitu penurunan berat badan, demam dan berkeringat
hebat pada malam hari, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar pada leher dan
ketiak, batuk secara terus menerus sehingga dapat terjadi pneumonia, TBC,
2005). Infeksi yang disebabkan oleh kelemahan pertahanan kekebalan tubuh disebut
IO adalah infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh. Infeksi ini
dapat timbul karena mikroba (bakteri, jamur, virus) yang berasal dari luar tubuh,
maupun yang sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal
HIV/AIDS di Indonesia. Penyakit ini masih sulit untuk ditanggulangi dan sampai saat
ini belum ditemukan metode yang dapat dikatakan efektif mencegah terjadinya IO
(Depkes, 2003).
a. Variabel Orang
1) Umur
Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan
rate mortalitas yang dilaporkan hampir berkaitan dengan umur (Budiarto Eko, 2004).
Distribusi golongan umur penderita IO di Amerika Serikat, Eropa, Afrika dan Asia
Universitas Sumatera
1
tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 30-39 tahun, dan sekarang
berada pada umur 15-39 tahun. Mereka termasuk kelompok umur yang aktif
melakukan hubungan seksual. (Info terkini, UNSAID 2003). Delapan puluh persen
dari semua penderita IO yang tercatat di Centers for Diseases Control (CDC) berusia
IO terdapat golongan umur 20 -29 tahun dan pada umur 30 -39 tahun (Ditjen PPM
& PL Depkes RI). Di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, distribusi umur penderita IO
berusia 25 - 49 tahun, di Rumah Sakit Sulianti Soroso dan Rumah Sakit Cipto
HIV/AIDS berumur 15-39 tahun dan insiden terbanyak pada umur 20-29 tahun, dan
IO yang dialami penderita adalah defisiensi sedang, dimana CD4 < 200 μ/sel. Pada
usia tersebut kematangan dari sistem immun belum mencapai 100%, bila sudah
terkena virus HIV/AIDS maka kematangan immun di dalam tubuh tidak terjadi.
2) Jenis Kelamin
kebiasaan hidup dan perilaku hidup dan kondisi fisiologis (Budiarto Eko, 2000).
Hampir 90% frekuensi IO terjadi pada orang dewasa dan remaja laki–laki. Hal
ini berkaitan dengan penderita HIV lebih banyak pada laki–laki karena perilaku laki–
Universitas Sumatera
1
di Amerika Latin, Eropah, Sub Sahara dan Asia, jumlah perempuan terinfeksi
Timur dan Afrika Tengah, IO juga lebih banyak laki -laki. (Alison D Grant, Kevin
M De Co, BMJ,2001).
3) Pekerjaan
HIV/AIDS antara lain: orang yang bekerja di tempat hiburan, supir jarak jauh,
Pada perempuan yang paling banyak terinfeksi HIV adalah perempuan yang
perempuan yang terkena adalah yang pekerjaannya Pekerja Seks Komersial (PSK)
(UNAIDS, 2005).
4) Pendidikan
Di Amerika, Sahara Afrika dan Asia, dua pertiga penderita IO adalah laki –laki
Universitas Sumatera
1
Di Sumatera Utara dan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,
b. Variabel Waktu
dan prevalensi penyakit didasarkan pada waktu. (Budiarto Eko, 2004). Prevalensi
HIV/AIDS dari tahun ke tahun yang dilaporkan meningkat tapi jumlah penderita IO
c. Variabel Tempat
kuman aerob yang ada pada wilayah itu seperti di Tanzania dan Haiti jenis IO
adalah pneumonia pneumocystis carinii. Di Afrika Barat, Afrika Timur dan Afrika
adalah spesies Salmonella non thypiodal, pnemokokus dan sebagian infeksi jamur
Universitas Sumatera
1
Di Sumatera Utara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan IO
yang terjadi adalah candidiasis rongga mulut, tuberculosis paru, pneumonia, diare,
HIV/AIDS adalah virus yang meyerang sel-sel darah putih yang bertugas sebagai
penangkal infeksi yang disebut limfosit –T atau disebut juga cluster differentiated
(CD-4) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kekurangan
kekebalan yang disebut dengan HIV/AIDS sehingga tubuh mudah diserang penyakit
infeksi yang disebut dengan Infeksi Oportunistik (IO). IO merupakan salah satu dari
belum diketahui secara pasti, namun meskipun demikian dari beberapa penelitian
dapat diketahui beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian IO pada penderita
HIV/AIDS. Secara umum Ada 5 unsur yang diperhatikan pada suatu tansmisi
penyakit, host yang rentan, adanya tempat keluar dan adanya tempat masuk (port and,
a.Transmisi
Virus HIV/AIDS sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh manusia.
Sebagai venhikulum yang dapat membawa HIV/AIDS ini keluar dari tubuh adalah
cairan tubuh. Pada HIV/AIDS ini tidak semua cairan tubuh yang beperan secara
epidemiologi yaitu segmen, cairan vagina/servik dan darah. Pola transmisi yang
Universitas Sumatera
1
berhubungan dengan unsur keluar masuknya agent adalah: a. Transmisi seksual yang
berhubungan dengan segmen dan cairan vagina/servik, b. Transmisi non seksual yang
berhubungan dengan darah yaitu parenteral dan transmisi tranplasental dari ibu
merupakan penularan infeksi HIV/AIDS yang paling serius terjadi, penularan cara ini
berhubungan dengan segmen dan cairan vagina atau serviks. lnfeksi dapat ditularkan
jumlah pasangan seks, dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Narang (2000)
ditemukan resiko seropositivitas untuk zat anti terhadap HIV/AIDS cendrung naik
pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap, orang yang sering
yang beresiko tinggi terinfeksi virus HIV/AIDS, transmisi seksual baik homo
maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Hal ini terbukti pada data
statistik, perempuan 2-4 kali lebih rentan tertular HIV/AIDS dibandingkan laki-laki.
(Kompas, 24 November 2004). Dan penelitian Evi (2006) 5% ibu hamil terkena
infeksi HIV/AIDS.
Universitas Sumatera
1
Transmisi parenteral akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya
Disamping dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas
kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parenteral
ini kurang dari 1%. Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah kumulatif penderita
HIV/AIDS yang tertular secara transmisi parenteral sebanyak 155 kasus. Pada tahun
2008 sebanyak 202 kasus. Secara Intra Drug User (IDU) sebanyak 4.798 kasus pada
tahun 2007 pada tahun 2008 sebanyak 5839 kasus (Ditjen PPM & PL Depkes RI)
Barat sebelum tahun 2000. Sesudah tahun 2000 transmisi melalui jalur ini di negara
Barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransmisikan.
Resiko tertular infeksi HIV/AIDS lewat transfusi darah adalah lebih dari 90%,
maka dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menderita HIV/AIDS sesudah itu.
dua kali. Di Indonesia tahun 2008 penderita tertular karena transfusi 10 kasus (Ditjen
HIV/AIDS positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi
sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan air susu ibu termasuk
Universitas Sumatera
1
penularan dengan resiko rendah. Dan ada data yang tidak diketahui faktor resiko
yang tercatat dengan jumlah kasus 291 pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 jumlah
HIV/AIDS merupakan virus yang meyerang sel – sel darah putih yang
Retrovirus yang mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk membuat obatnya
yang dapat membunuh virus tersebut. Virus HIV/AIDS sangat lemah dan mudah mati
di luar tubuh. HIV/AIDS termasuk Virus yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan
CD4 yang diserang oleh virus HIV/AIDS (agent) pada penderita. Semakin banyak sel
Afirika dan Asia tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 30 -39
tahun, sekarang pada umur 15 -39 tahun, karena mereka termasuk kelompok umur
Di Indonesia golongan umur 20 -29 tahun jumlah kasus yang tinggi yaitu 5.298
kasus dan pada usia 30 -39 tahun jumlah kasus 2.688 pada tahun 2007, pada tahun
Universitas Sumatera
1
2008 golongan umur 20- 29 tahun jumlah kasus menjadi 6364 kasus dan pada usia
30-39 tahun menjadi 3298 kasus (Ditjen PPM &PL Depkes RI) .
penyebaran HIV/AIDS. Lingkungan biologis antara lain adanya luka-luka pada alat
Demikian juga dengan penggunaan obat KB pada kelompok wanita tuna susila di
dan agama sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Bila faktor-
faktor ini mendukung pada perilaku seksual yang bebas akan meningkatkan
HIV/AIDS pada Propinsi DKI Jakarta, Papua dan Sumatra Utara urutan Ke 7
(Tujuh).
paling tinggi adalah Medan dengan jumlah kasus HIV/AIDS 360 kasus, Toba
Mandailing Natal terdapat 2 kasus dan Kabupaten Simalungun dan Tebing Tinggi
Universitas Sumatera
1
Dasar utama patogenesis HIV/AIDS adalah virus yang meyerang sel-sel darah
putih dan sel otak sebagai sasaran. Sel-sel darah putih atau disebut limfosit adalah
merupakan kekebalan tubuh, sel darah putih yang diserang adalah limfosit-T,
CD4 (sel T4). Limfosit merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung
selektif pada satu jenis sel menyebabkan kelainan selektif pada satu jenis sel. Human
molekul CD4 yang terdapat pada dindingnya adalah reseptor dengan affinitas yang
tinggi untuk virus ini. Setelah HIV/AIDS mengikat diri pada molekul CD4, virus
masuk ke dalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse
menyatakan diri dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan
mengundang bahan genetik virus infeksi oleh HIV/AIDS dengan demikian menjadi
irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Berbeda dengan virus lain, virus
HIV/AIDS menyerang sel target dalam jangka lama. Jarak dari masuknya virus ke
tubuh sampai terjadinya HIV/AIDS sangat lama yakni 5 tahun atau lebih. Infeksi
oleh virus HIV/AIDS menyebabkan fungsi sistem kekebalan tubuh rusak yang
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya jumlah CD-4
dalam tubuh menurun sehingga kurang dari 200/ul mempermudah tubuh terkena
Universitas Sumatera
1
dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi.
IO melibatkan hampir semua sistem dalam tubuh dan gejala yang ditimbulkan
gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam, dan demam.
Pada manusia, virus ini 50% hidup sebagai kuman pada paru tetapi dapat
penderita HIV/AIDS).
Menimbulkan pneumoni difus yang timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
Universitas Sumatera
2
biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah
2.4.7 Thrush
Diseases Control (CDC) dan WHO adalah sebagaimana tampak pada tabel 1 dan 2 di
bawah ini. Tabel satu menunjukkan klasifikasi klinis yang disarankan oleh CDC
Amerika Serikat untuk remaja dan orang dewasa. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan
keadaan klinis yang berhubungan dengan infeksi HIV/AIDS dan jumlah CD4.
Universitas Sumatera
2
Tabel 2.1 Klasifikasi Klinis dan CD4 Pasien Remaja dan Orang Dewasa
menurut CDC
CD4
Infeksi Primer
Defisiensi Ringan
Defisiensi Sedang
Defisiensi Imun Berat
Sindro m retrovir
Kandidiasi
al s vagina
Tuberkulosi s Pnemonia Pneumocytis
Herpes
Histoplasma
Simpleks
Pneumonia Herper Cytomegalovir us
zoster Tinea Mulloscom Contagiosu m Kandidiasis Orofaring Onikomikosi
Mycobacterium
s Gingivitis Koksidioidomik Toxoplasmos osisi TB milier Avium
is
dan ektra complex
Pulmoner Progressive
Kriptokokosi
multifocal
s Leucoencephal o- pathy
Esofagitis kandidiasis
Universitas Sumatera
2
Tabel 2.2 Klasifikasi Klinis IO HIV/AIDS pada Orang Dewasa menurut WHO
Universitas Sumatera
2
* HIV/AIDS wasting syndrome: Berat badan turun lebih dari 10% ditambah diare kronik
lebih dari 1 bulan atau demam lebih dari 1 bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lain
2.6.1 Gizi
kekebalannya tidak cukup. Infeksi kemudian mengarah pada peradangan dan keadaan
gizi yang memburuk, yang memperburuk sistem kekebalan. Dampak dari penyakit
HIV/AIDS dapat menjadi lebih buruk dari pada orang yang terinfeksi kekurangan
gizi. Kekurangan gizi bagi penderita HIV/AIDS menunjukkan penurunan jumlah sel
CD4, dan sel ini kurang mampu untuk menggandakan diri atau menanggapi
organisme yang menular seperti virus yang hidup dalam diri mereka. Mekanisme lain
vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi imun dan kemampuan tubuh untuk
penderita HIV/AIDS tetap aktif dan tetap berproduktif , mampu bekerja dan tetap
Universitas Sumatera
2
tinggi kalori dan tinggi protein, kaya vitamin, mineral dan cukup air. Kebutuhan
protein pada penderita HIV/AIDS sebesar 85-75 gram dan kalori sebesar 2400-2500
setiap hari, sehingga IO tidak makin berat. Syarat nutrisi pada penderita
HIV/AIDSadalah:
dianjurkan
menyimpan makanan yang sudah dimasak dengan yang mentah pada wadah
yang sama.
Universitas Sumatera
2
l. Jika tidak dapat makan per oral berikan dalam bentuk parenteral
(Depkes,2003)
korteks adrenal agar menghasilkan kortisol dalam jumlah yang besar sehingga
Tabel 2.3 Tahap reaksi psikologi pasien HIV/AIDS (Stewart, 1997) adalah :
Universitas Sumatera
2
dukungan sosial.
nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena
kehadiran mereka, emosional atau perilaku bagi pihak penerima. (Gottlieb, dikutip
Smet, 1994)
orang lain
Universitas Sumatera
2
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, penderita dengan IO, apabila
mendapat dukungan dari keluarga atau orang yang memperhatikan maka timbul rasa
gembira dan bahagia yang akan menghasilkan endorphin yang dapat membantu
mempertahankan imunitas.
enkefalin yang meningkatkan mutu dan jumlah limfosit T dan limfosit B. Keluarnya
kekebalan tubuh, membantu banyak orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk
merasa lebih sehat dan mungkin memperkuat sistem kekebalan tubuh bila olahraga
dengan latihan yang ringan. Bila latihan yang berat mengakibatkan kelelahan
sehingga menekan sistem imun. Latihan yang dianjurkan pada penderita HIV/AIDS
secara teratur. Sehingga jenis olahraga pada penderita HIV/AIDS tidak menimbulkan
secara teratur tiga kali seminggu selama 20 menit didapat hasilnya limfosit T-CD4
meningkat sebesar 1,5% sel/mm pada 84,2% responden. Meditasi relaksasi dengan
rasa gembira dan bahagia akan menghasilkan endropin yang membantu imunitas.
Universitas Sumatera
2
Olah raga nafas berfungsi meningkatkan asupan oksigen sehingga terjadi proses
tubuh sehingga pasokan oksigen dalam tubuh akan meningkat dan metabolisme tubuh
berjalan sempurna.
olahraga, menyantap makanan yang bergizi dan banyak orang yang menggunakan
suplemen.(brosur)
Suplemen merupakan pelengkap kebutuhan gizi sehari – hari, dan tidak dapat
menggantikan posisi makan secara utuh, namun bersifat “penambal” kekurangan gizi
yang dibutuhkan. Dan suplemen tidak sama dengan obat kimia yang dapat cepat
menyembuhkan penyakit dengan cepat pada saat dikomsumsi. Suplemen secara rutin
regenerasi sel –sel, mengaktifkan sel-sel dan meningkatkan daya tahan tubuh,
Universitas Sumatera
2
kaposi pada usia muda. Kemudian dilakukan uji serologis untuk mendeteksi zat
Reaksi Global terhadap HIV/AIDS dan HIV, baik yang baru saja mulai
yang sudah berkembang menjadi AIDS, sering disingkirkan dari keluarga dan
masyarakat pada saat dia memerlukan dukungan dan perhatian. HIV/AIDS berbeda
dengan kebanyakan masalah kesehatan yang ada sekarang ini dimana biasanya
menyerang anak usia muda dan orang tua. Penyakit HIV/AIDS terutama menyerang
kelompok umur 20-39 tahun yaitu kelompok umur dalam masa produksi yang paling
banyak melakukan aktivitas (kegiatan) di bidang sosial, ekonomi dan politik. Dari
9.565 penderita HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Juni 2007 sekitar
73% adalah usia 20-39 tahun. Kematian kelompok usia produktif ini, berarti
yang serius yang perlu pertimbangan sosial dan ekonomi bahkan pada kestabilan
politik. Begitu jumlah penderita HIV/AIDS meningkat tajam dalam beberapa tahun
mendatang, maka akan terjadi pengaruh yang dramatis dalam politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
Universitas Sumatera
3
karena obat ARV bagi penderita HIV/AIDS sudah sangat terbatas. HIV/AIDS juga
membawa dampak pada ibu dan anak. Kenaikan angka kematian bayi yang terinfeksi
dalam upaya kesehatan anak, jadi untuk negara-negara berkembang, HIV/AIDS akan
keduanya berarti lebih dari sekedar penyakit saja. Penyakit ini akan mejadi
antar negara. Disamping diakui bahwa HIV/AIDS adalah problema dunia, masih ada
HIV/AIDS mungkin mengancam nilai-nilai dasar dari masyarakat dan setiap usaha
yang berhubungan dengan penyakit tersebut merupakan tantangan yang besar saat ini.
Universitas Sumatera
3
WHO yaitu dengan mengintegrasikannya ke dalam sistem yang ada dan bersifat
edukatif dan preventif agar setiap orang dapat melindungi dirinya dari HIV/AIDS.
informasi dan edukasi karena penularan HIV/AIDS dapat dicegah melalui perilaku
Universitas Sumatera
3
b. HIV/AIDS telah melanda sebagian besar negara di dunia (pandemi) dan telah
masyarakat dengan tidak memandang tingkat sosial, ekonomi dari suku bangsa.
e. Dampak yang merugikan yang disebabkan oleh infeksi HIV tidak saja di bidang
kesehatan tetapi juga di bidang lainnya seperti sosiol, ekonomi, politik dan
kebudayaan.
kesehatan lainnya.
menghadapi HIV/AIDS.
Adanya panitia ini tidak mengurangi wewenang dan tugas dari unit – unit
Universitas Sumatera
3
dilakukan secara terpadu oleh unit-unit yang bertangung jawab mengenai masalah
tersebut.
c. Interpretasi hasil tes ELISA yang positif harus dilakukan dengan hati-hati.
masyarakat.
mengenai HIV/AIDS.
Universitas Sumatera
3
HIV/AIDS.
antiretroviral (ARV)
e. Kerjasama internasional.
Dalam tubuh manusia, banyak kuman, bakteri, protozoa, jamur dan virus. Bila
sistem kekebalan tubuh manusia dilemahkan oleh kuman penyakit seperti HIV, maka
Universitas Sumatera
3
menderita IO adalah adanya dukungan sosial dan konseling serta therapy untuk
meningkatkan kekebalan tubuh dan gizi yang cukup kalori serta olah raga yang
IO
Keterangan:
Hubungan langsung
Hubungan tidak langsung
Universitas Sumatera
3
Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka teori yang ada, dikaitkan dengan
Karakteristik Penderita
Umur
Jenis kelamin
Lamanya terdiagnosa
Tingkat IO
pekerjaan
pendidikan Ringan
sedang
Universitas Sumatera