Anda di halaman 1dari 17

1

Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan


p-ISSN:1858-1080|e-ISSN: 2615-6547
Vol. 17 , No.2 ,2021 , xxx-xxx

Level Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika


Berdasarkan Taksonomi Solo Ditinjau dari Tingkat Kecemasan
Matematika

Abstract. The SOLO taxonomy (Structure of Observed Learning Outcome) is an educational


taxonomy suitable for managing various types of learning. SOLO's taxonomy categorizes
students' thinking into 5 levels, namely: structural, unistructural, multistructural, relational,
extend abstract. The purpose of this study is to describe the level of student thinking in solving
mathematical problems based on the SOLO taxonomy with high, medium and low levels of
mathematical anxiety. This research was carried out at Junior High School. The instruments
used were mathematics anxiety questionnaires, SOLO taxonomy test questions, and interview
guidelines. Data collection techniques include questionnaires, tests, and interviews. The results
showed that: first, MDEP subjects with high mathematical anxiety had a level of unistructural
thinking. Second, MR subjects with mathematical anxiety are having a level of multistructural
thinking. Third, NDVR subjects with low mathematical anxiety have Extend Abstract level of
thinking.

Keyword: Anxiety Mathematics, Level of Thinking, Taxonomy SOLO

Abstrak. Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcome) adalah taksonomi


pendidikan yang cocok untuk mengatur berbagai jenis pembelajaaran. Taksonomi SOLO
mengkategorikan cara berpikir siswa kedalam 5 level yaitu : prastruktural, unistruktural,
multistruktural, relasional, dan extend abstract. Tujuan penelitian ini untuk adalah
mendeskripsikan level berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan
taksonomi SOLO dengan tingkat kecemasan matematika tinggi, sedang dan rendah. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu
Sekolah Menengah Pertama di Kota Tulungagung Jawa Timur. Instrumen yang digunakan
adalah angket kecemasan matematika, tes soal berdasarkan taksonomi SOLO, dan pedoman
wawancara. Analisis data yang digunakan peneliti mengacu pada model Miles dan
Huberman yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik pengumpulan data meliputi angket, tes, dan
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, Subjek dengan kecemasan
matematika tinggi memiliki level berpikir unistruktural. Kedua, Subjek dengan kecemasan
matematika sedang memiliki level berpikir multistruktural. Ketiga, Subjek dengan kecemasan
matematika rendah memiliki level berpikir Extend Abstract.

Kata Kunci: Kecemasan Matematika, Level Berpikir, Taksonomi SOLO.


INTRODUCTION
Matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan konsep abstrak dan konsep tersebut
berkenaan dengan hakikat matematika yaitu ide-ide, struktur-struktur, hubungan-hubungan
yang diatur menurut urutan yang logis (Rahayuningsih & Qohar, 2014). Saputro & Mampouw
(2018) menyebutkan bahwa matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Tasnim Rahmat (2017) menyatakan bahwa
matematika dapat dijadikan sarana untuk mencari jalan keluar suatu permasalahan.
Ekawati,dkk. (2013) menyimpulkan bahwa profil berpikir subjek dengan motivasi
belajar matematika tinggi berada pada level berpikir unistruktural, multistruktural, relasional
dan abstrak yang diperluas. Sedangkan profil berpikir subjek dengan motivasi belajar
matematika rendah berada pada level berpikir unistruktural, multistruktural dan relasional.
Putri dan Manoy (2013) menyimpulkan bahwa subjek berkemampuan tinggi mencapai level
unistruktural-relasional, subjek berkemampuan sedang mencapai level unistruktural-
multistruktural, dan subjek berkemampuan rendah mencapai level unistruktural. Meriyana,
dkk, (2016) penelitiannya menyimpulkan bahwa profil berpikir subjek dengan motivasi
belajar matematika tinggi berada pada level berpikir unistruktural, multistruktural, relasional
dan abstrak yang diperluas. Sedangkan profil berpikir subjek dengan motivasi belajar
matematika rendah berada pada level berpikir unistruktural, multistruktural dan relasional.
Appulembang (2017), menyatakan bahwa Subjek pertama gaya kognitif impulsif
(GKI) maupun reflektif (GKR) menunjukkan kecenderungan pemecahan masalah pada tingkat
abstrak yang diperluas pada soal persamaan linear satu variabel dan soal persamaan linear dua
variabel. Subjek kedua gaya kognitif impulsif pada pemecahan masalah persamaan linear dua
variabel menunjukkan kecenderungan berpikir unistruktural dan relasional saja, Subjek kedua
gaya kognitif reflektif (GKR) menunjukkan kecenderungan pemecahan masalah pada tingkat
relasional, Subjek gaya kognitif impulsif maupun reflektif menunjukkan kecenderungan
pemecahan masalah yang sama pada tingkat unistruktural, multistruktural, relasional dan
abstrak pada soal persamaan linear satu variabel, dan berbeda pada tingkat.
Widyawati, Afifah, Resbiantoro (2018), menyatakan bahwa dalam penelitiannya
ditemukan adanya siswa dengan kecenderungan pada level multistructural. Kesalahan subjek
pada level prestructural, cenderung melakukan kesalahan dalam memahami soal, membuat
rencana, kesalahan dalam konsep, dan kesalahan dalam prinsip. Subjek pada level
unistructural, cenderung melakukan kesalahan dalam melaksanakan dan menyelesaikan
rencana, kesalahan dalam menuliskan jawaban akhir, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip.
Subjek pada level relational dan extended abstract, tidak ditemukan kesalahan dalam
memecahkan masalah.
Sebuah permasalahan didalam matematika digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa sudah mencapai kompetensi dasar yang diharapkan dan juga untuk melatih pola pikir
siswa dalam menggunakan potensi berpikir yang dimiliki (Alifah & Aripin, 2018). Pentingnya
matematika dalam kehidupan sehari-hari ini tidak di imbangi dengan adanya semangat belajar
matematika oleh para siswa. Berdasarkan dari pengumpulan data-data penelitian disimpulkan
bahwa banyak siswa yang cenderung menghindari matematika dimana diikuti dengan
perolehan nilai dibawah 75 sebanyak 60%. P. I. Pratiwi et al., (2017) menyatakan bahwa
banyak orang atau siswa menganggap matematika itu sulit bahkan dibenci. Kesulitan yang
dirasakan siswa pada mata pelajaran matematika salah satunya disebabkan oleh kemampuan
siswa itu sendiri dalam menyelesaikan masalah atau soal yang ada dalam matematika.
Salah satu hal yang dapat menyebabkan siswa mengalami kebingungan dalam
menyelesaikan soal adalah adanya perbedaan level berpikir pada siswa (Kamilia et al., 2018).
Level berpikir siswa dapat diukur menggunakan taksonomi yang ada di dunia pendidikan.
Menurut (Chan et al., 2002) taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcome)
adalah taksonomi pendidikan yang cocok untuk mengatur berbagai jenis pembelajaaran.
Taksonomi SOLO mengkategorikan cara berpikir siswa kedalam 5 level yaitu prastuktural,
unistruktural, multistruktural, relasional dan extend abstract.
3
Dalam berpikir siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingkat
kecemasan. Winardi, Halini, & Hamdani (2019) menyebutkan bahwa kecemasan dapat
menghambat siswa untuk menemukan fakta-fakta dan informasi-informasi terdahulu yang
dibutuhkan dalam melakukan proses matematika. Hal ini berhubungan juga dengan
terhambatnya kegiatan berpikir siswa, bahkan dapat melumpuhkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah matematika yang paling sederhana sekalipun. Kecemasan matematika
memliki dampak yang buruk terhadap hasil belajar dan proses pelaksanaan pembelajaran
matematika (Anditya & Murtiyasa, 2016).
Berdasarkan dari pendahuluan diatas maka penelitian ini bertujuan: pertama,
mendeskripsikan level berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan
taksonomi SOLO dengan tingkat kecemasan matematika tinggi. Kedua, mendeskripsikan level
berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan taksonomi SOLO
dengan tingkat kecemasan matematika sedang. Ketiga, mendeskripsikan level berpikir siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan taksonomi SOLO dengan tingkat
kecemasan matematika rendah.Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian
sebelumnya adalah pada waktu pembelajaran siswa, dimana ketika kondisi masih adanya
pandemi Covid -19 dirasakan semakin bertambahnya kecemasan yang dirasakan oleh siswa,
takut akan adanya dampak Covid-19. Situasi yang tidak sewajarnya dapat memberikan
dampak psikologi bagi anak.

METHOD
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan daam penelitian ini adalah instrumen
angket kecemasan matematika, instrumen tes soal, instrumen wawancara. Tes soal, yang
dimaksud tes soal disini adalah tes soal yang disusun berdasarkan level-level pada taksonomi
SOLO yaitu tes soal matematika dengan materi bangun ruang sisi datar.. Tes soal akan
diberikan kepada tiga subjek yang diambil dari masing-masing satu subjek dengan kecemasan
matematika tinggi, satu subjek dengan kecemasan matematika sendang, dan satu subjek
dengan kecemasan matematika rendah. Peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur.
Wawancara ini dilakukan setelah subjek selesai mengerjakan tes soal berdasarkan taksonomi
SOLO dengan tujuan untuk menggali informasi lebih dalam terkait level berpikir dan jawaban
tes soal berdasarkan taksonomi SOLO yang dikerjakan oleh keenam subjek yang telah
dikelompokkan berdasarkan tingkat kecemasan matematikanya.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gondang. Subjek dalam penelitian ini
adalah 3 siswa dari 26 siswa kelas 8D yang masing-masing memiliki kecemasan matematika
tinggi, sedang, dan rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Instrumen yang digunakan adalah angket kecemasan matematika, tes soal berdasarkan
taksonomi SOLO, dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data meliputi angket, tes,
dan wawancara. Sementara data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data yang digunakan peneliti
dalam mengelola data pada penelitian ini mengacu pada model Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2012) yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/verifikasi.

Tabel 1. Penyekoran Butir agket Kecemasan Matematika


Kategori Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Tabel 2. Pengelompokan Tingkat Kecemasan Matematika Siswa


Skor Tingkat Kecemasan Matematika
Skor ≥ Mean + SD Tinggi
Mean – SD ≤ Skor < Mean + SD Sedang
Skor < Mean – SD Rendah
Sumber : Sudijono

FINDINGS
Angket diberikan dalam bentuk google form dikarenakan kondisi pandemi Covid-19
yang tidak memungkinkan untuk bertatap muka secara langsung. Hasil pengelompokkan
tingkat kecemasan matematika dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Hasil Pengelompokan Tingkat Kecemasan Matematika

Inisial Nama Siswa Sko Kategori


r
ST1 30 Tinggi
ST2 30 Tinggi
ST3 28 Tinggi
ST4 28 Tinggi
SS1 26 Sedang
SS2 26 Sedang
SS3 25 Sedang
SS4 25 Sedang
SS5 25 Sedang
SS6 25 Sedang
SS7 24 Sedang
SS8 23 Sedang
SS9 22 Sedang
SS10 22 Sedang
SS11 22 Sedang
SS12 22 Sedang
SS13 22 Sedang
SS14 21 Sedang
SS15 21 Sedang
SS16 20 Sedang
SS17 20 Sedang
SS18 19 Sedang
SS19 19 Sedang
SS20 19 Sedang
SR1 18 Rendah
SR2 17 Rendah

Dari tabel 1 diatas kolom baris berwarna merah adalah subjek dengan kecemasan tinggi,
kolom garis warna kuning aadalah subjek dengan kecemasan sedang, dan kolom baris warna
hijau adalah subjk dengan kecemasan rendah. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 3
subjek penelitian yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dinilai dari sikap ketika
wawancara, yaitu 1 subjek dengan kecemasan matematika tinggi, 1 subjek dengan kecemasan
matematika sedang, 1 subjek dngan kecemasan matematika rendah. Subjek yang mewakili
yaitu dari kecemasan tinggi ST3, dari kecemasan sedang SS14, dan kecemasan rendah SR1

DISCUSSION
5
1. Level berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan taksonomi solo
pada subjek dengan kecemasan matematika tinggi

Gambar 1. Hasil jawaban subjek MDEP

Subjek MDEP mampu menyelesaikan soal level unistruktural dan memahmi soal, akan
tetapi subjek tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal.. Subjek mampu
menyelesaikan soal level unistruktural tersebut dan menuliskan jawaban akhir dengan
benar. Berdasarkan indikator level unistruktrural subjek mampu menggunakan informasi
pada soal shingga menemukan jawaban yang benar, subjek juga mampu menarik
kesimpulan dari informasi tersebut sehingga menemukan jawaban yang benar. Subjek
fokus dalam menemukan konsep volume balok saja dan tidak menggunakan konsep lainnya
selain itu pada soal level unistruktural tersebut siswa hanya di tuntut untuk berpikir pada
level dasar yaitu dengan mencari volume balok saja yang mampu diselesaikan dengan baik
oleh subjek MDEP. Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Sabandar (2008) seperti
yang dikutip oleh Meriyana et al., (2016) menyatakan bahwa pada level unistruktural
subjek berpikir memfokuskan pada satu konsep saja tanpa membuat keterkaitan antara satu
konsep dengan konsep lain. Subjek menunjukkan cara berpikir pada level dasar dan
mengidentifikasi fakta-fakta dasar.
Pada soal level multistruktural subjek menuliskan jawaban akhir yang salah, hal ini di
sebabkan karena subjek tidak mampu memahami informasi tentang lebar balok dengan
benar yang mengkibatkan subjek salah dalam menuliskan hasil akhirnya. Hal tersebut
terjadi karena kecemasan matematika yang tinggi pada subjek sehingga subjek tidak dapat
memahami informasi pada soal dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Zakaria, Zain, Ahmad, dan Erlina (2012) seperti yang di kutip di Auliya (2018)
menyatakan bahwa peserta didik dengan kecemasan matematika yang tinggi cenderung
kurang percaya diri dalam memahami konsep matematis. Oleh karena itu, kecemasan
matematika harus diatasi agar kemampuan pemahaman matematis dapat berkembang
dengan lebih baik. Nordin & Zakaria (2008) seperti yang dikutip dari Apriliani & Suyitno,
(2016) juga mengungkapkan bahwa kecemasan matematika yang tinggi dapat
menyebabkan siswa yang lemah dalam perhitungan, kurangnya pemahaman dan cenderung
kurang inisiatif dalam menemukan strategi dan hubungan antara domain matematika, hal
inilah yang memebuat subjek salah dalam menuliskan jawaban akhir pada soal level
multistruktural. Dari pemaparan diatas dapat diimpulkan bahwa subjek MDEP dengan
kecemasan matematika tinggi memiliki level berpikir unistruktural.

2. Level berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan taksonomi solo
pada subjek dengan kecemasan matematika sedang
Gambar 2. Hasil jawaban subjek MR
Subjek MR mampu menyelesaikan soal level unistruktural dan memahmi soal, subjek
menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal. Subjek mampu menyelesaikan soal
level unistruktural tersebut dan menuliskan jawaban akhir dengan benar. Berdasarkan
indikator level unistruktrural subjek mampu menggunakan informasi pada soal shingga
menemukan jawaban yang benar, subjek juga mampu menarik kesimpulan dari informasi
tersebut sehingga menemukan jawaban yang benar. Subjek fokus dalam menemukan
konsep volume balok saja dan tidak menggunakan konsep lainnya selain itu pada soal level
unistruktural tersebut siswa hanya di tuntut untuk berpikir pada level dasar yaitu dengan
mencari volume balok saja yang mampu diselesaikan dengan baik oleh subjek MR. Hal ini
sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Sabandar (2008) seperti yang dikutip oleh
Meriyana et al., (2016) menyatakan bahwa pada level unistruktural subjek berpikir
memfokuskan pada satu konsep saja tanpa membuat keterkaitan antara satu konsep dengan
konsep lain. Subjek menunjukkan cara berpikir pada level dasar dan mengidentifikasi
fakta-fakta dasar.
Pada soal level multistruktural MR mengerti dengan yang ditanyakan pada soal, subjek
juga dapat menyebutkan informasi apa saya yang ada pada soal tersebut, subjek menjawab
soal dengan menduga-duga dan mencoba-coba terlebih dahulu. Meskipun awalnya subjek
bingung dan tidak yakin tapi pada akhirnya subjek mengetahui cara mencari lebar balok
tersebut dan memberikan jawaban akhir yang benar. Berdasarkan indikator level
multistruktural subjek dapat menggunakan beberapa penggal informasi yang tidak
dihubungkan secara bersama-sama yaitu dengan cara memahmi informasi lebar balok yang
dituangkan tersirat pada soal dan setelah itu mampu menghubungkan informasi secara
bersama-sama serta menemukan jawaban akhir yang benar. Subjek juga mampu menarik
kesimpulan dari dua atau lebih informasi. Subjek menemukan hubungan konsep pada soal
yaitu tentang mencari tinggi yang bisa dihitung dengan cara membagi volume balok yang
di ketahui dengan perkalian antara panjang dan lebar balok, informasi lain pada soal
tentang lebar balok yang satu meter lebih pendek dari panjangnya juga mampu dipahami
dengan baik oleh subjek MR. Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan Meriyana et al.,
(2016) yang mengatakan bahwa Subjek pada level multistruktural menggunakan beberapa
informasi untuk menghasilkan jawaban. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memahami
adanya hubungan dari beberapa konsep. Hubungan tersebut dapat ditelusuri dengan
menerapkan operasi hitung sederhana.
Subjek hanya menyelesaikan soal sampai level multistruktural dan tidak mengerjakan
soal level relasional dan level Extend Abstract. Hal ini di sebabkan subjek memiliki
kecemasan matematika sedang. Subjek merasa soal level relasional dan extend abstract
adalah sebuah masalah dan ancaman karena tidak bisa menyelesaikannya sehingga subjek
memilih untuk menghindarinya atau tidak mengerjakannya. Hal ini sesuai dengan yang di
ungkapkan oleh Widaninggar et al., (2017) bahwa kecemasan merupakan suatu sinyal yang
menyadarkan, memperingatkan, adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
7
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan sedang memiliki
kesadaran dalam mengatasi ancaman yang dalam hal ini dalam menghadapi masalah
matematika. Sehingga subjek dengan kecemasan sedang memilih mengatasi ancaman
dengan tidak mengrjakan soal level berikutnya. Dari paparan diatas dapat disimpulkan
bahwa subjek MR dengan keceemasan matematika sedang memiliki level berpikir
multistruktural.
3. Level berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan taksonomi solo
pada subjek dengan kecemasan matematika rendah

Gambar 3. Hasil jawaban subjek NDVR

Gambar 4. Hasil jawaban subjek NDVR


Gambar 5. Hasil jawaban subjek NDVR

Subjek NDVR mampu menyelesaikan soal level unistruktural dan memahmi soal,
subjek menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal. Subjek mampu
menyelesaikan soal level unistruktural tersebut dan menuliskan jawaban akhir dengan
benar. Berdasarkan indikator level unistruktrural subjek mampu menggunakan informasi
pada soal shingga menemukan jawaban yang benar, subjek juga mampu menarik
kesimpulan dari informasi tersebut sehingga menemukan jawaban yang benar. Subjek
fokus dalam menemukan konsep volume balok saja dan tidak menggunakan konsep lainnya
selain itu pada soal level unistruktural tersebut siswa hanya di tuntut untuk berpikir pada
level dasar yaitu dengan mencari volume balok saja yang mampu diselesaikan dengan baik
oleh subjek MR. Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Sabandar (2008) seperti
yang dikutip oleh Meriyana et al., (2016) menyatakan bahwa pada level unistruktural
subjek berpikir memfokuskan pada satu konsep saja tanpa membuat keterkaitan antara satu
konsep dengan konsep lain. Subjek menunjukkan cara berpikir pada level dasar dan
mengidentifikasi fakta-fakta dasar.
Pada soal level multistruktural NDVR mengerti dengan yang ditanyakan pada soal,
subjek juga dapat menyebutkan informasi apa saya yang ada pada soal tersebut, subjek
sangat yakin dalam menjelaskan tentang soal tersebut, subjek menuliskan jawaban akhir
yang tepat. Berdasarkan indikator level multistruktural subjek dapat menggunakan
beberapa penggal informasi yang tidak dihubungkan secara bersama-sama yaitu dengan
cara memahmi informasi lebar balok yang dituangkan tersirat pada soal dan setelah itu
mampu menghubungkan informasi secara bersama-sama serta menemukan jawaban akhir
yang benar. Subjek juga mampu menarik kesimpulan dari dua atau lebih informasi. Subjek
menemukan hubungan konsep pada soal yaitu tentang mencari tinggi yang bisa dihitung
dengan cara membagi volume balok yang di ketahui dengan perkalian antara panjang dan
lebar balok, informasi lain pada soal tentang lebar balok yang satu meter lebih pendek dari
panjangnya juga mampu dipahami dengan baik oleh subjek MR. Hal ini sejalan dengan
yang di ungkapkan Meriyana et al., (2016) yang mengatakan bahwa Subjek pada level
multistruktural menggunakan beberapa informasi untuk menghasilkan jawaban. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek memahami adanya hubungan dari beberapa konsep. Hubungan
tersebut dapat ditelusuri dengan menerapkan operasi hitung sederhana.
Pada level relasional NDVR mengerti dengan yang ditanyakan pada soal, subjek juga
dapat menyebutkan informasi apa saya yang ada pada soal tersebut, subjek sangat yakin
dalam menjelaskan tentang soal tersebut, subjek menuliskan jawaban akhir yang tepat.
9
Berdasarkan indikator level relasional subjek dapat memadukan penggalan-penggalan
informasi yang terpisah yaitu tentang rusuk balok dan biaya per meternya. Subjek juga
mampu menarik kesimpulan dari informasi tersebut karena informasi yang ada pada soal
tersebut terpisah-pisah dan subjek menuliskan hasil akhir yang benar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkaan oleh Meriyana et al., (2016) Subjek pada level relasional melakukan
pengintegrasian beberapa konsep hingga membentuk konsep yang lebih kompleks
berdasarkan pola angka yang sudah dikenali. Jika di kaitkan dengan pendapat Sriyati
(2016) menjelaskan bahwa dalam mengerjakan item relasional subjek harus memahami
beberapa komponen terintegrasi secara konseptual, mampu memecah suatu kesatuan
menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan
dengan beberapa model.
Pada level Extend Abstract NDVR mengerti dengan yang ditanyakan pada soal, subjek
juga dapat menyebutkan informasi apa saya yang ada pada soal tersebut, subjek sangat
yakin dalam menjelaskan tentang soal tersebut, subjek menuliskan jawaban akhir yang
tepat. Berdasarkan indikator level Extend Abstract subjek dapat menghasilkan prinsip
umum dari data terpadu dan juga subjek mampu menyusun prinsip umum berdasarkan
informasi yang diberikan dan menerapkannya pada situasi baru, yaitu pada saat subjek
mampu menghitung tinggi balok dari informasi yang diberikan soal setelah itu subjek
mampu menggunakan tinggi balok yang ditemukan tersebut pada situasi baru yaitu mencari
luas permukaan balok. Setelah itu subjek mampu menghitung total biaya yang di butuhkan
pada soal tersebut. Subjek juga mampu menuliskan hasil akhir yang benar. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan Hasan (2017) yaitu pada level ini siswa menggunakan semua
data/ informasi kemudian mengaplikasikan konsep/ proses serta memberikan hasil
sementara dan menghubungkan dengan data atau proses yang lain sehingga dapat menarik
kesimpulan yang relevan serta dapat membuat generalisasi dari hasil yang diperoleh. Siswa
berpikir secara konseptual dan dapat melakukan generalisasi pada suatu domain/ area
pengetahuan dan pengalaman lain.
Subjek NDVR yang memiliki kecemasan matematika rendah mampu menyelesaikan
semua level soal dengan baik hal ini hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Zakaria,
Zain, Ahmad, dan Erlina (2012) seperti yang dikutip di Auliya (2018) bahwa peserta didik
yang berprestasi memiliki tingkat kecemasan matematika yang rendah. Dari paparan diatas
dapat disimpulkan bahwa subjek NDVR dengan kecemaasan matematika rendah memiliki
level berpikir extend abstract.

CONCLUSION
Berdasarkan hasil temuan dan analisis peneliti level berpikir siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika berdasarkan taksonomi Solo dengan kecemasan tinggi, sedang, rendah
dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, Subjek dengan kecemasan matematika tinggi
memiliki level berpikir unistruktural. Kedua, Subjek dengan kecemasan matematika sedang
memiliki level berpikir multistruktural. Ketiga, Subjek dengan kecemasan matematika rendah
memiliki level berpikir extend abstract.

REFERENSI
Alifah, N., & Aripin, U. (2018). Proses Berpikir Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah
Matematik Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field Independent. JPMI
(Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(4), 505–512.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i4.p505-512
Anditya, R., & Murtiyasa, B. (2016). Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Matematika.
Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 Prosiding, 1–10.
https://doi.org/10.1021/bi960768p
Apriliani, L. R., & Suyitno, H. (2016). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan
Kecemasan Matematika Pada Pembelajaran Creative Problem Solving Berteknik
Scamper. Ujmer, 5(2), 131–140.
Appulembang, O. D. (2017). Profil pemecahan masalah aljabar berpandu pada taksonomi
SOLO ditinjau dari gaya kognitif konseptual tempo siswa SMA Negeri 1 Makale Tana
Toraja [A profile of guided algebra problem solving using the SOLO taxonomy and the
cognitive conceptual tempo style of students at the SMA Negeri 1 School in Makale,
Tana Toraja]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 13(2), 133-150.
Auliya, R. N. (2018). Kecemasan Matematika dan Pemahaman Matematis. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1), 12–22. https://doi.org/10.30998/formatif.v6i1.748
Chan, C. C., Tsui, M. S., Chan, M. Y. C., & Hong, J. H. (2002). Applying the Structure of the
Observed Learning Outcomes (SOLO) Taxonomy on Student’s Learning Outcomes: An
empirical study. Assessment & Evaluation in Higher Education, 27(6), 511–527.
https://doi.org/10.1080/0260293022000020282
Ekawati, Junaedi, & Nugroho. (2013). Studi Respon Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Taksonomi SOLO. Unnes Journal of
Mathematics Education Research, 2(2).
Hasan, B. (2017). Karakteristik Respon Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri
Berdasarkan Taksonomi SOLO. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 3(1), 449.
https://doi.org/10.22219/jinop.v3i1.4282
Kamilia, I. D., Sugiarti, T., Trapsilasiwi, D., Susanto, & Hobri. (2018). Analisis Level
Berpikir Siswa Berdasarkan Taksonomi SOLO Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
SPLDV Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Florence Littauer. Kadikma, 9(2), 165–174.
Meriyana, Tandiayuk, M. B., & Paloloang, B. (2016). Profil Berpikir siswa Kelas VIII SMP
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Aljabar Berpandu Pada Taksonomi Solo Ditinjau Dari
Tingkat Motivasi Belajar Matematika. AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2),
170–181.
Pratiwi, P. I., Dafik, & Setiawan, S. (2017). Proses Berpikir Siswa Berkemampuan
Metakognisi Rendah Dalam Mengerjakan Soal Aritmatika. Kadikma, 8(3), 42–47.
https://doi.org/10.5874/jfsr.14.2_70
Putri, L. F., & Dr. Janet Trineke Manoy, M. P. (2013). Identifikasi Kemampuan Matematika
Siswa Dalam Memecahkan Masalah Aljabar Di Kelas VII Berdasarkan Taksonomi Solo.
MATHEdunesa, 2(1), 29–30.
Rahayuningsih, P., & Qohar, A. (2014). Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (Spldv) Dan Scaffolding-Nya Berdasarkan Analisis
Kesalahan Newman Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Malang. Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Sains Tahun II, 2(2), 1–8. https://doi.org/10.21831/jpms.v4i2.7161
Saputro, G. B., & Mampouw, H. L. (2018). Profil Kemampuan Berpikir Aljabar Siswa SMP
Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Ditinjau Dari Perbedaan Gender.
5(April), 77–90.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. ALFABETA, CV.
Tasnim Rahmat, P. F. (2017). Proses Berpikir Mahasiswa Pmtk Iain Bukittinggi Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 330–350.
Widyawati, A., Afifah, D. S. N., & Resbiantoro, G. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Lingkaran Berdasarkan Taksonomi Solo Pada Kelas VIII. Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Sains, 6(1), 1–9
Widaninggar, N. N., Mardiyani, & Kurniawati, I. (2017). Proses Berpikir Siswa Dalam
Memecahkan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Lingkaran Berdasarkan Langkah-
Langkah Polya Ditinjau Dari Kecemasan Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika
Dan Matematika, 1(1), 117–130.
Winardi, M. P. A., Halini, & Hamdani. (2019). Hubungan Kecemasan Matematika Dan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX Pada Materi SPLDV.
1
1

ANGKET KECEMASAN MATEMATIKA

Petunjuk Pengisian

Berikan tanggapanmu terhadap pernyataan di bawah ini dengan cara memberikan


tanda centang (√) pada kolom yang sesuai. Apapun pendapatmu tidak akan
mempengaruhi nilai. Oleh karena itu, berikan tanggapan yang sejujur-jujurnya
sesuai dengan kondisimu. Atas kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan ini kami
ucapkan terimaksih.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Nama :

Kelas :

No. Pernyataan SS S TS STS


1. Saya merasa takut ketika masuk kelas.
2. Saya merasa takut ketika maju kedepan kelas
untuk mengerjakan soal matematika.
3. Saya merasa takut untuk bertanya saat mata
pelajaran matematika.
4. Saya selalu khawatir bila dipanggil saat mata
pelajaran matematika.
5. Saat ini saya memahami matematika, tapi saya
khawatir kalau nanti akan mendapat kesulitan di
waktu yang akan datang.
6. Saya cenderung ingin meninggalkan kelas pada
mata pelajaran matematika
1
3

No. Pernyataan SS S TS STS


7. Saya merasa takut saat mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru jika jenis soalnya bervariasi.
8. Saya tidak tau bagaimana cara belajar untuk
persiapan tes matematika.
9. Pada saat pelajaran matematika saya memahami
materi, tetapi ketika sampai di rumah saya
merasa
lupa dengan materi yang telah diberikan.
10. Saya takut bahwa saya tidak dapat menyelesaikan
sola dengan tenang di kelas.
Diadaptasi dari angket Kecemasan Matematika Ellen Fredman dalam MARS
(Mathematics Anxiety Rating Scale)
Lampiran 2 Kisi-Kisi Angket Kecemasan Matematika

Aspek yang ditanyakan.


1. Saya merasa takut ketika masuk kelas.
2. Saya merasa takut ketika maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal
matematika.
3. Saya merasa takut untuk bertanya saat mata pelajaran matematika.
4. Saya selalu khawatir bila dipanggil saat mata pelajaran matematika.
5. Saat ini saya memahami matematika, tapi saya khawatir kalau nanti
akan mendapat kesulitan di waktu yang akan datang.
6. Saya cenderung ingin meninggalkan kelas pada mata pelajaran
matematika.
7. Saya merasa takut saat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru jika
jenis soalnya bervariasi.
8. Saya tidak tau bagaimana cara belajar untuk persiapan tes matematika.
9. Pada saat pelajaran matematika saya memahami materi, tetapi ketika
sampai di rumah saya merasa lupa dengan materi yang telah
diberikan.
10. Saya takut bahwa saya tidak dapat menyelesaikan sola dengan tenang di
kelas.
1
5

Lampiran 3 Skor Penilaian dan Tingkat Kecemasan

Penyekoran Butir agket Kecemasan Matematika

Kategori Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Pengelompokan Tingkat Kecemasan Matematika Siswa

Skor Tingkat Kecemasan Matematika


Skor ≥ Mean + SD Tinggi
Mean – SD ≤ Skor < Mean + SD Sedang
Skor < Mean – SD Rendah
Sumber : Sudijono
Lampiran 4 Instrumen Tes Soal

TES LEVEL BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH


BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

LEMBAR SOAL PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA


Mata pelajaran : Matematika
Hari/Tanggal :
Jenjang : SMP
Alokasi Waktu : 60 menit

Petunjuk pengerjaan soal:


1. Tulis nama, kelas, nomor urut presensi pada kolom diatas !
2. Kerjakan soal dengan cermat , teliti, dan rinci !
3. Sertakan dengan lengkap langkah-langkah cara mengerjakan !
4. Tidak diperkenankan membuka buku catatan atau sejenisnya !
5. Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung !
6. Tidak diperkenankan bekerja sama !
7. Koreksi kembali jawaban anda sebelum dikumpulkan !

Soal :

1. Sebuah kolam ikan berbentuk balok dengan panjang 7 meter lebar 4 meter dan
tinggi 2 meter akan di isi dengan air. Berapakah volume dari kolam ikan
tersebut
? (Level Unistruktural)

2. Sebuah bak pasir berbentuk balok memiliki volume 60 m3 . Jika panjang bak
tersebut 6 meter dan lebarnya 1 meter lebih pendek dari panjangnya, berapakah
tinggi bak pasir tersebut ? (Level Multistruktural)

3. Seorang pedagang ikan hias ingin membuat sebuah akuarium berbentuk balok.
Rusuk akuarium tersebut menggunakan bahan aluminium. Jika panjang rusuk
masing-masing 2 m , 1 m , 50 cm dan harga aluminium Rp30.000,00 per meter,
maka berapakah panjang rusuk akuarium keseluruhan dan total biaya
aluminium yang di butuhkan ? (Level Relational)

4. Serorang supir truk ingin mengecat kontainer truknya. Kontainer tersebut

16| Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. … , No. … , …… , xxx-xxx


1
7
berbentuk balok dengan volume 80 m3 dan memiliki panjang 10 meter serta
lebar 2 meter akan di cat bagian luarnya dengan biaya Rp 60.000 per meter.
Berapakah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pengecatan ? (Level Extend
Abstract)

Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17, No.2, 2021, xxx-xxx |17

Anda mungkin juga menyukai