FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO 2022 1. Chlamydia Trachomatis
Chlamydia trachomatis (CT) adalah bakteri batang Gram-negatif yang
obligat intraselular dan bersifat aerobic (dapat bertahan dan hidup di lingkungan yang terpapar oksigen), dan hanya dapat hidup di dalam sel inangnya (patogen intraselular). Bentuk bakteri ini umumnya adalah bulat atau berbentuk seperti batang. Sebagaimana bakteri pada umumnya, struktur Chlamydia terdiri dari dinding sel, membran, DNA, RNA, ribosom, dan sitoplasma. Dinding sel pada bakteri Chlamydia di bagian luar dilapisi oleh membran yang mengandung lipopolisakarida dan membran protein (Aisyah, 2019). Chlamydia Trachomatis adalah bakteri yang jika menyerang tubuh akan menyebabkan penyakit Chlamydia. Penyakit Chlamydia adalah infeksi menular yang disebabkan oleh yang menular dari aktivitas seksual. Wanita memiliki faktor yang lebih besar terinfeksi penyakit ini dibandingkan pria (Aisyah, 2019). 2. Penularan Chlamydia Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, bakteri yang ditularkan pengidapnya melalui hubungan seksual tanpa kondom. Penularan ini bisa melalui hubungan seks oral, anal, vaginal, ataupun hanya saling bersentuhan alat kelamin (Aisyah, 2019). 3. Gejala Chlamydia
Chlamydia biasanya tidak menimbulkan gejala. Meski demikian, penderita
chlamydia tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Bila terdapat gejala, biasanya gejala tersebut baru muncul 1-3 minggu setelah penderita terinfeksi. Karena organ yang terinfeksi berbeda, gejala chlamydia pada pria dan wanita juga akan berbeda. Berikut ini adalah gejala yang dapat dialami oleh penderita chlamydia (Johnson, 2012): a. Gejala chlamydia pada wanita - Keputihan yang sangat bau. - Rasa terbakar ketika buang air kecil. - Sakit saat sedang berhubungan seksual, dan dapat mengalami perdarahan di vagina sesudahnya. - Bila infeksi sudah menyebar, maka penderita akan merasa mual, demam, atau merasa sakit pada perut bagian bawah. b. Gejala chlamydia pada pria - Keluar cairan dari penis. - Luka di penis terasa gatal atau terbakar. - Rasa terbakar ketika buang air kecil - Rasa sakit atau bengkak pada salah satu atau kedua buah zakar. - Baik pada pria maupun wanita, apabila chlamydia menginfeksi dubur, akan timbul rasa sakit yang dapat disertai keluarnya cairan atau darah dari dubur. 4. Penyebab Chlamydia Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang menyebar melalui cairan pada organ kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila berhubungan seksual dengan penderita, terutama bila tidak menggunakan kondom (Hendri, 2013). Bakteri Chlamydia juga dapat menginfeksi organ mata. Infeksi bakteri Chlamydia pada mata dinamakan penyakit trakhoma, yang bisa menimbulkan kebutaan. Trakhoma dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu penderita chlamydia yang tidak diobati. Selain pada bayi baru lahir, trakhoma juga sering ditemukan pada orang yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Melihat cara penularannya, chlamydia lebih mudah terjadi pada orang-orang yang memiliki faktor risiko berikut (Aling, 2014) : a. Pernah menderita penyakit menular seksual. b. Sering bergonta-ganti pasangan seksual. 5. Pengobatan Chlamydia Chlamydia dapat diobati dengan antibiotik, seperti azithromycin atau doxycycline. Penderita chlamydia perlu minum antibiotik selama 7 hari, atau cukup minum antibiotik dosis tunggal, sesuai anjuran dokter. Penderita chlamydia tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai 7 hari setelah pengobatan selesai (Hendri, 2013). Ibu hamil penderita chlamydia perlu segera diobati dengan antibiotik, agar tidak menularkan kepada janin dan bisa melahirkan secara normal. Pengobatan chlamydia pada ibu hamil baru dimulai setelah diagnosanya dipastikan lewat pemeriksaan laboratorium. Jika ibu hamil tetap berisiko terkena chlamydia, akan dilakukan pemeriksaan ulang pada trimester ketiga kehamilan. Bila hasilnya kembali positif, ibu hamil akan diobati lagi. Jika ibu hamil masih menderita chlamydia saat mendekati waktu persalinan, maka dokter akan menyarankan persalinan dengan operasi caesar. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko penularan chlamydia pada bayi yang dilahirkan (Aling, 2014). 6. Pencegahan Chlamydia Pencegahan chlamydia dapat dilakukan dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual, menggunakan kondom dengan benar saat berhubungan seksual, serta rutin mengikuti tes skrining chlamydia (Baud, 2011) Penderita chlamydia perlu menghindari hubungan seksual sampai diizinkan oleh dokter, untuk menghindari penularan penyakit ke pasangannya (Baud, 2011). Orang yang berisiko terinfeksi chlamydia perlu rutin menjalani skrining chlamydia agar penyakit ini dapat dideteksi dan diobati secara dini, sehingga risiko penularannya ke orang lain juga akan lebih rendah (Baud, 2011). DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. dan Amanda, S.S. 2019. Infeksi Chlamydia Trachomatis pada
Saluran Genital, Tuba Fallopi, dan Serviks. Aling, D.M.R., Kaeng, J.J dan Wantania, J. 2014. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu di BLU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode 2009-2013. Baud, D., Goy, G., Jaton, K., Osterheld, M.C., Blumer, S., Borel, N., Vial ,Y. 2011. Role Of Chlamydia Trachomatis in Miscarriage. Hendri, A., Henri, S.., Fidel. 2013. Kejadian Infeksi Klamidia Trakomatis di Serviks dan Tuba pada Pasien kehamilan Ektopik Terganggu di RSUP H. Johnson, R.E., Newhall, W.J., JR, JS. 2002. Chlamydia Trachomatis and Neisseria Gonorrhoeae Infection.