Anda di halaman 1dari 51

PROSES 1

KEPEMIMPINAN DAN
AKUNTABILITAS
No. Dok 001/PPD K3/BKB/I/2019 Kepemimpinan dan Akuntabilitas

Revisi 0
Tanggal 14 Januari 2019

KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS


CV. BINTANG KEJORA BATAM

LEMBAR PENGESAHAN
Pengesahan Nama Penyusun

Disusun :

ADMINISTRASI
YENDRAWATI

Diperiksa :

MANAGER HSSE
RANI N.

Disetujui :

DIREKTUR KOFONG AL DJUKI


A

Para senior manajer terlibat secara aktif


dalam pengelolaan aspek HSSE
( mencakup keterlibatan dalam
penetapan rencana kerja HSSE,
peningkatan budaya HSSE/
mempromosikan budaya HSSE, Inspeksi
Manajemen, dll )
PERATURAN TENTANG MANAJEMEN K3LL

PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja adalah kebijakan nasional sebagai pedoman perusahaan untuk
penerapan K3 yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat


SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Aktivitas sosial dan kerja saat pandemi atau musim wabah misalnya memiliki potensi
bahaya, “potensi bahaya” adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan
yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, dan penyakit akibat kerja.

Penerapan Sistem Manajemen dan Keselamatan Kerja - SMK3 diatur dalam PP 50


tahun 2012. PP 50 tahun 2012 berisi tentang Kebijakan nasional tentang SMK3 yang
tertuang dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditetapkan di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 April 2012. PP 50 tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
diundangkan Menkumkam Amir Syamsudin pada tanggal 12 April 2012 di Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 diundangkan


dan ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 100.
Penjelasan Atas PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 ditempatkan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309. Agar setiap orang
mengetahuinya.
PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Latar Belakang

Pertimbangan dalam PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87
ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

Dasar Hukum

Dasar hukum PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 adalah:

ADVERTISEMENT

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2918);

Penjelasan Umum PP SMK3

Globalisasi perdagangan saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat dalam
segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang salah satunya meBKBrsyaratkan
adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, tidak


terlepas dari upaya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi melalui SMK3 guna menjamin terciptanya suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta terciptanya
tempat kerja yang nyaman, efisien dan produktif.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang di


berbagai negara baik melalui pedoman maupun standar. Untuk memberikan
keseragaman bagi setiap perusahaan dalam menerapkan SMK3 sehingga perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja, peningkatan efisiensi, dan
produktifitas perusahaan dapat terwujud maka perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah
yang mengatur penerapan SMK3.

Peraturan Pemerintah ini memuat:

ADVERTISEMENT

 ketentuan umum;
 sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
 penilaian SMK3;
 pengawasan;
 ketentuan Peralihan; dan
 ketentuan Penutup.

Isi PP tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berikut adalah isi PP 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bukan format asli:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya


disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
4. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
5. Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang meBKBkerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
meBKBkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
6. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
7. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan
yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di
perusahaan.
8. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan.

Pasal 2

Penerapan SMK3 bertujuan untuk:

a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang


terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.

Pasal 3

1. Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.


2. Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang
dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
BAB II
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4

1. Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,


sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3.
2. Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan
SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.


2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. meBKBkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
3. Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat
meBKBrhatikan konvensi atau standar internasional.

Pasal 6

1. SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:


a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
2. Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Kedua
Penetapan Kebijakan K3
Pasal 7

1. Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a


dilaksanakan oleh pengusaha.
2. Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha
paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1. identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2. perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain
yang lebih baik;
3. peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
4. koBKBnsasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan; dan
5. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. meBKBrhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-
menerus; dan
c. meBKBrhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
3. Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. visi;
b. tujuan perusahaan;
c. komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan
d. kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.

Pasal 8

Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh


pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak
lain yang terkait.

Bagian Ketiga
Perencanaan K3

Pasal 9

1. Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dilakukan


untuk menghasilkan rencana K3.
2. Rencana K3 disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada
kebijakan K3 yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1).
3. Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengusaha
harus meBKBrtimbangkan:
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki.
4. Pengusaha dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak
lain yang terkait di perusahaan.
5. Rencana K3 paling sedikit memuat:
a. tujuan dan sasaran;
b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Rencana K3

Pasal 10

1. Pelaksanaan rencana K3 dilakukan oleh pengusaha berdasarkan rencana K3


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dan Pasal 9.
2. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya
manusia di bidang K3, prasarana, dan sarana.
3. Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki:
a. koBKBtensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
b. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.
4. Prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri
dari:
a. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
b. anggaran yang memadai;
c. prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
d. instruksi kerja.

Pasal 11

1. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam


pemenuhan persyaratan K3.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a. tindakan pengendalian;
b. perancangan (design) dan rekayasa;
c. prosedur dan instruksi kerja;
d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. produk akhir;
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri;
dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat.
3. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f,
dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko.
4. Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g dan huruf h dilaksanakan
berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan analisa kecelakaan.

Pasal 12

1. Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


11 harus:
a. menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai koBKBtensi kerja dan
kewenangan di bidang K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain
yang terkait;
d. membuat prosedur informasi;
e. membuat prosedur pelaporan; dan
f. mendokumentasikan seluruh kegiatan.
2. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diintegrasikan
dengan kegiatan manajemen perusahaan.

Pasal 13

1. Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d


harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan kepada semua
pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.
2. Prosedur pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf e
terdiri atas pelaporan:
a. terjadinya kecelakaan di tempat kerja;
b. ketidaksesuaian terhadap peraturan perundang- undangan dan/atau
standar;
c. kinerja K3;
d. identifikasi sumber bahaya; dan
e. yang diwajibkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf f
paling sedikit dilakukan terhadap:
a. peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;
b. indikator kinerja K3;
c. izin kerja;
d. hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;
e. kegiatan pelatihan K3;
f. kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
g. catatan pemantauan data;
h. hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut;
i. identifikasi produk termasuk komposisinya;
j. informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
k. audit dan peninjauan ulang SMK3.

Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Pasal 14

1. Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.


2. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan
oleh sumber daya manusia yang koBKBten.
3. Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
menggunakan jasa pihak lain.
4. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan kepada pengusaha.
5. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan.
6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
dan/atau standar.

Bagian Keenam
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Pasal 15

1. Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, pengusaha wajib


melakukan peninjauan.
2. Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
3. Hasil peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.
4. Perbaikan dan peningkatan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilaksanakan dalam hal:
a. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
b. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
d. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi;
f. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. adanya pelaporan; dan/atau
h. adanya masukan dari pekerja/buruh.

BAB III
PENILAIAN SMK3

Pasal 16

1. Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen yang


ditunjuk oleh Menteri atas permohonan perusahaan.
2. Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Audit SMK3
yang meliputi:
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
c. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
d. pengendalian dokumen;
e. pembelian dan pengendalian produk;
f. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
g. standar pemantauan;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan;
i. pengelolaan material dan perpindahannya;
j. pengumpulan dan penggunaan data;
k. pemeriksaan SMK3; dan
l. pengembangan keterampilan dan kemampuan.
4. Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tertuang
dalam pedoman yang tercantum dalam Lampiran II sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 17

1. Hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilaporkan kepada Menteri


dengan tembusan disampaikan kepada menteri pembina sektor usaha,
gubernur, dan bupati/walikota sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
peningkatan SMK3.
2. Bentuk laporan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran III sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

BAB IV
PENGAWASAN

Pasal 18

1. Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi


dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. organisasi;
c. sumber daya manusia;
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
e. keamanan bekerja;
f. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
g. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
h. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
i. tindak lanjut audit.

Pasal 19

1. Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3 terhadap


pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara terkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Perusahaan yang telah menerapkan
SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lama 1
(satu) tahun.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Peraturan Pemerintah mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Batam, 14 Januari 2019


Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
STRUKTUR ORGANISASI
No. Dok 002/SO/BKB/I/2019
PERUSAHAAN
Revisi 0
Tanggal 14 Januari 2019

STRUKTUR ORGANISASI

CV. BINTANG KEJORA BATAM

KOFONG AL DJUKI
Direktur

RANI N. THIAM PHENG YENDRAWATI


Manager HSSE Supervisor Administrasi/ PEKERJA
Keuangan

Batam, 14 Januari 2019


Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
No. Dok 003/SP/BKB/I/2019 STRUKTUR PERUSAHAAN

Revisi 0
Tanggal 14 Januari 2019

STRUKTUR PERUSAHAAN CV. BINTANG KEJORA BATAM


CURICULUM VITAE (CV)
SERTIFIKAT K3 UNTUK SAFETY MAN

No. Dok 004/SP/BKB/I/2019 JOB MANAJEMEN

Revisi 0
Tanggal 14 Januari 2019

Uraian tugas :
1. DIREKTUR
Pemimpin tertinggi suatu perusahaan di Perseroan Komanditer (CV), Direktur
adalah orang yang berwenang merumuskan dan menetapkan suatu kebijaksanaan dan
program umum perusahaan, atau organisasi sesuai dengan batas wewenang yang
diberikan oleh suatu badan pengurus atau badan pimpinan yang serupa seperti dewan
komisaris.

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Mencapai Tujuan Perusahaan


Setiap perusahaan pasti memiliki target yang harus dicapai. Tugas Direktur adalah
bagaimana ia mengelola bisnisnya hingga segala tujuan dan target yang ditetapkan
dapat tercapai sesuai dengan visi misi di perusahaan.
b. Perusahaan Menyusun Strategi
Strategi adalah hal yang penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Kemajuan
sebuah perusahaan bergantung pada strategi yang dibuat pimpinan dan bagaimana
ia mengkomunikasikan kepada bawahannya.
Skema akan menentukan langkah apa yang akan diambil dan dituju dalam
menjalankan roda bisnis anda. Bagi seorang CEO menimbang dan memikirkan
secara matang sebelum mengambil tindakan adalah hal yang penting.
c. Memimpin
Tugas seorang pemimpin perusahaan tertinggi, sudah tentu adalah memimpin.
Setiap kantor biasanya mengadakan meeting secara rutin yang dipimpin oleh
seorang CEO langsung. Pertemuan tersebut seringkali membahas tentang target
dan capaian perusahaan.
Seorang pimpinan, selayaknya bisa menunjukkan contoh yang baik bagi para
karyawannya. Baik itu semangat dalam bekerja, integritas, ataupun masalah
attitude. Pemimpin yang baik akan memiliki kredibilitas yang baik pula dimata
bawahannya.
d. Memberikan Wewenang
Seorang Direktur tidak mungkin bekerja sendiri. Ia akan dibantu oleh profesional
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk itu, beberapa tugas, wewenang,
serta tanggung jawab terhadap suatu hal di perusahaan, bisa ia delegasikan kepada
bawahannya
e. Mengawasi dan Mengevaluasi
Walapun tugasnya telah dibantu oleh karyawan, bukan berarti seorang Direktur lalu
lepas tangan begitu saja. controlling tetap menjadi bagian dari tanggung jawabnya.
Sejauh mana strategi serta arahan dari dirinya berdampak pada perusahaan.
Seberapa efektifkah kinerja bisnis yang dikelola selama ini? Apa saja poin plus serta
minusnya. Direktur juga memiliki catatan untuk evaluasi kinerja dan capaian
perusahaan.
Evaluasi tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, melainkan menggunakan banyak cara
atau metode tertentu. Sebuah keberhasilan, atau kegagalan pasti didasari sebuah
alasan yang akan menjadi catatan dan pembelajaran.
f. Membuat Kebijakan Perusahaan
Karena ia adalah pimpinan perusahaan yang tentu mengetahui seluk beluk bidang
yang dipimpin, maka Direktur berwenang membuat kebijakan yang disesuaikan
dengan keadaan perusahaan dan karyawannya.
g. Memegang Kendali Perusahaan
Setiap keputusan yang dibuat, merupakan persetujuan seorang CEO, maka
seseorang yang menduduki jabatan ini harus cerdik dalam menentukan setiap
langkah yang diambil. Karena hal tersebut berpengaruh pada akan kemana
perusahaan ini melangkah di kemudian hari.
h. Bertanggung Jawab
Tugas Direktur yang terpenting adalah bertanggung jawab pada seluruh kegiatan
kerja dan hal-hal yang terjadi pada perusahaan yang ia pimpin.

2. PROJECT MANAGER
Project Manager secara umum adalah orang yang ditunjuk untuk menggerakan
proses manajemen yang mengarah pada strategi pengelolaan proyek dimana tujuan
utamanya yaitu untuk mencapai tujuan proyek.
Project Manager pada pekerjaan konstruksi, adalah seorang yang bertanggung jawab
atas kesuksesan dalam sebuah kegiatan proyek konstruksi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada koBKBtensi tertentu. Seorang Project Manager yang baik
hendaknya mempunyai kemampuan memimpin yang ditentukan berdasarkan
karakternya dan koBKBtensi yang memadai. Pada proyek yang sangat kompleks dan
penuh risiko, seorang project manager bahkan harus memiliki kesempurnaan
koBKBtensi
Tugas dan Tanggung Jawab

Project Manager memiliki tugas dalam hal pengelolaan sebuah proyek berupa
koordinasi dengan unsur-unsur yang terkait di dalamnya berupa kebutuhan tugas,
kebutuhan team, dan kebutuhan individual. Dari pengertian project manager di atas
maka prosedur manajemen proyek mengacu pada empat komponen tugas dan fungsi
penting seorang manajer proyek, agar perkembangan bisnis dan keberlangsungan
hidup perusahaan menjadi semakin lebih strategis yaitu:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan mencakup persiapan sumber daya manusia berserta sarana
dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek. Perencanaan
membahas hal-hal yang terkait dengan strategi dan bagaimana manajer proyek dan
teamnya membuat, menjual dan mendistribusikan produknya. Jika perusahaan
bergerak pada bidang jasa konstruksi, perencanaan membahas mengenai strategi
bagaimana perencanaan proyek konstruksi nantinya agar bisa berjalan dengan baik
dan lancar.
b. Pengorganisasian
Pada komponen ini menyangkut struktur organisasi dalam manajemen proyek
dimana seorang project manager berkoordinasi dengan manajer-manajer
operasional dalam suatu perusahaan, misalkan seperti manajer keuangan, manajer
pemasaran, manajer IT, dll. Kesemuanya tersebut merupakan unsur dasar yang
harus ada dalam sebuah bisnis. Masing-masing bagian memiliki job description
yang berbeda dan bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.
c. Pelaksanaan
Merupakan implementasi dari perencanaan dan strategi yang sudah dibuat. Pada
tahap ini sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Dalam proses pelaksanaan
proyek seorang menajer proyek akan mengikuti perkembangan proyek dengan
berbagai macam permasalahannya. Ada beberapa metode/tools yang bisa
digunakan oleh manajer proyek dalam mengelola pelaksanaan proyek, diantaranya
yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart, Penjadwalan Linear (diagram Vektor), dan
Network Planning (jaringan kerja).
Dari tahap pelaksanaan ini akan didapat beberapa informasi seperti jadwal rencana
dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan,
dan material), dan juga progress waktu untuk menyelesaikan proyek.
d. Pengendalian dan Pengawasan
Adanya unsur pengendalian dan pengawasan di dalam bidang usaha jasa
konstruksi merupakan tahapan yang penting agar hasil akhir dari suatu proyek bisa
sesuai dengan harapan. Tujuan utama dari pengendalian yaitu untuk
meminimalisasi segala penyimpangan yang mungkin terjadi selama berlangsungnya
proyek. Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka akan dilakukan
evaluasi dan tindakan koreksi untuk mendapatkan optimalisasi kinerja, biaya, waktu,
mutu dan juga keselamatan kerja.
3. PENGAWAS LAPANGAN
Pengawas Lapangan adalah pemimpin tertinggi di lingkungan kerja proyek, harus
bisa meminimalkan masalah di lapangan.

Tugas dan Tanggung Jawab

- Supervisi dan monitor pelaksanaan pekerjaan di lapangan sehari-hari untuk


mendapatkan hasil pekerjaan sesuai kualitas, kwantitas dan tepat waktu
sebagaimana yang dimaksud dalam kontrak.
- Memeriksa posisi dan dimensi pekerjaan di lapangan.
- Memeriksa mutu, monitor kwalitas dan kwantitas material yang digunakan
selama pelaksanaan pekerjaan serta mencatat setiap hari dalam buku laporan
yang ditandatangani bersama oleh konsultan.
- Memeriksa jumlah pekerja dan jumlah peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
- Membuat laporan harian, mingguan, bulanan dan laporan–laporan lain
yangberhubungan dengan tugas-tugas pengawasan pekerjaan dilapangan.
- Menjaga lingkungan pekerjaan agar tidak terganggu akibat dari pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
- Dalam melaksanakan tugasnya pengawas lapangan bertanggung jawab kepada
pengawas utama.
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan (pengawas utama) yang
berkaitan dengan tugas-tugas pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
- Dalam melaksanakan tugasnya pengawas lapangan bertanggung jawab kepada
pengawas utama.
- Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan sesuai kentuan peraturan yang
berlaku.

4. MANAGER HSSE
Manager HSSE keselamatan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan (K3LL)
bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program
keselamatan organisasi. Spesialis ini meninjau dan meBKBrbarui kebijakan
kelembagaan HSSE dan melakukan penilaian risiko untuk mendeteksi potensi bahaya
dan merencanakan tindakan pencegahan.Setiap Manager HSSE  atau manajer
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) harus tahu
mengenai tugas, tanggung jawab yang dijalankannya. Dengan begitu diharapkan
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dapat terkontrol. Sehingga tujuan untuk
meminimalkan kecelakaan kerja bisa tercapai. Perusahaan yang memiliki manajer K3LL
juga perlu diapresiasi. Sebab ini langkah nyata untuk membuat penerapan program
K3LL bisa lebih efektif.
Tugas dan Tanggung Jawab
- Manajer HSSE harus mengaudit dan melaksanakan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan kerja dan  K3LL dilingkungan proyek
- Manajer HSSE harus memberikan peraturan-peraturan standart dalam setiap
Prosedur pekerjaan.
- Manajer HSSE menjadi penyambung informasi perusahaan dengan pihak User
HSSE di lokasi proyek maupun di Unitpekerjaan.
- Manajer HSSE harus memberikan dan menyampaikan Kebijakan HSSE (Safety
Talk) yang sebelumnya telahdikomunikasikan dengan Kantor pusat untuk kemudian
disampaikan kembali pada saat memulai pekerjaan dan jadwalinspeksi HSSE yang
telah dijadwalkan bertujuan untuk kelancaran proyek.
- Manager HSSE dianjurkan melakukan inspeksi dan investigasi terhadap prosdur
pelaksanaan pekerjaan.
- Manajer HSSE harus mengimplementasikan perencanaan proyek dan
mengartikannya kepada mandor dan pekerja.
- Manajer HSSE harus menjadi perpanjangan tangan perusahaan dilokasi proyek
atau perusahaan.
- Merecruit calon karyawan pada divisi health, safety, environment yang sesuai
kualifikasi dan faham dengan tanggungjawabnya sebagai HSSE.

5. SAFETY MAN
Safety man adalah salah satu bagian dari profesi Health Safety & Environmental,
dimana organisasi ini merupakan salah satu ujung tombak dalam menciptakan
lingkungan kerja yang aman.

Tugas dan Tanggung Jawab

 Membantu memberikan saran kepada Manajer HSSE untuk mengembangkan


dan menjaga system manajemen HSSE serta program pelaksanaan HSSE.
 Membantu dan member saran kepada Manager HSSE untuk mengembangkan
dan menjaga system manajemen HSSE serta pelaksanaannya.
 Memberi saran pada manajemen dan lingkup kerja supervisor serta membantu
mensosialisasikan kepada semua personil tentang HSSE berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, praktek keselamatan kerja, metode dan
system control serta pencegahan kebakaran.
 Melakukan pengontrolan Manager HSSE dalam mensahkan lampiran izin kerja
serta menyiapkan kondisi lingkungan kerja menyalurkan dan mencatat dokumen
izin kerja.
 Mensahkan pelaksanaan prosedur kerja untuk pekerjaan berbahaya yang
spesifik oleh sub kontraktor dan ditinjau kembali oleh personil yang dianggap
koBKBten yakni pengawas HSSE dan Manager HSSE.
6. SEKRETARIS
Pengertian sekretaris secara terminologi adalah orang yang harus dapat menyimpan
rahasia pimpinan atau perusahaan yang tidak perlu diketahui oleh orang atau pegawai
lain. Dalam hal ini jadi tugas-tugas sekretaris tidak lepas dari kerahasiaan perusahaan.
Ini disebabkan kebijakan awal yang akan dikeluarkan oleh pimpinan atau perusahaan
sedikit banyak akan diketahui oleh sekretaris, karena tugas sekretaris ialah membantu
pimpinan dalam meringankan tugas- tugasnya.
Sekretaris memegang peranan penting sebagai maksud yang memiliki fungsi dan
tugas untuk menentukan berhasil tidaknya tujuan perusahaan. Pentingnya peranan
atau fungsi sekretaris ini tentunya sesuai dengan masing-masing baik dalam organisasi
ataupun sekretaris dalam perusahaan.

Tugas dan Tanggung Jawab

- Membantu meringankan tugas-tugas pimpinan juga sebagai alat pelaksana pusat


ketatausahaan.
- Mengadakan pencatatan dari semua kegiatan manajemen, sebagai pusat
dokumentasi dan menangani informasi untuk pimpinan.
- Sebagai alat komunikasi organisasi / perusahaan menjadi jembatan penghubung.
- Bersikap ramah dan komunikatif yang memberikan suasana hubungan kerja yang
baik bagi bawahan sehingga dalam menemukan permasalahan baik dalam
organisasi atau perusahaan dapat didiskusikan dan dicari penyelesaiannya.
- Memberikan motivasi kerja kepada pegawai bawahan sehingga pekerjaan dapat
demikian dapat berjalan dalam mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing dalam organisasian atau perusahaan.
- Mengadakan pendekatan kepada pagawai untuk lebih mengarahkan dan
mengetahui kelemahan dan kehendak pegawai bawahan sehingga sikap dan
tingkah laku sekretaris akan berpengaruh terhadap pekerjaan pegawai bawahan.
- Menjamin kelancaran kegiatan organisasi/perusahaan dan bertanggung jawab
dalam aktivitas rutin dalam perusahaan/organisasi dan menyalurkan pengetahuan
yang dimiliki.
- Media perekam, penyimpan, pengingat kegiatan atasan dalam bentuk penyusunan
jadwal kerja harian dalam perusahaan/organisasi.
- Mengumpulkan surat, dokumen, menerima telpon, menerima surat masuk,
mengecek surat keluar dan membuat surat untuk klien dan sebagainya.

7. ADMINISTRASI
Secara umum, pengertian administrasi merupakan aktivitas atau bentuk usaha yang
memiliki kaitan erat dengan berbagai pengaturan kebijakan dengan tujuan agar
mencapai target organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa administrasi
memiliki peran yang begitu krusial bagi semua aktivitas perusahaan atau organisasi.
Hal inilah yang menjadikan administrasi mempunyai peran yang sangat penting supaya
perusahaan tetap berdiri dan terus berkembang. Sedangkan secara sempit,
administrasi adalah bentuk aktivitas yang meliputi surat menyurat, catat-mencatat,
ketik-mengetik, pembukuan sederhana serta kegiatan lainnya yang bersifat teknis
ketatausahaan.
Administrasi juga dapat diartikan secara luas, yang mana administrasi adalah segala
proses kerjasama antara beberapa orang dengan tujuan agar mendapatkan target
dengan memanfaatkan sarana maupun prasarana tertentu yang memiliki daya guna.
Staff administrasi adalah salah satu unit yang memberikan dukungan bagi kegiatan
operasional sebuah perusahaan. Adapun tugas utama staff administrasi yaitu berkaitan
dengan korespondensi, penyimpanan serta penataan dokumen, data entry dan
membantu unit-unit yang membutuhkan data sebagai laporan kepada pihak
manajemen.

Tugas dan Tanggung Jawab

 Melakukan koordinasi dengan sekretaris atau staff administrasi dari divisi lain
saat ada meeting gabungan maupun kegiatan lainnya.
 Mengumpulkan serta menyusun dokumen.
 MeBKBrsiapkan akomodasi dan tiket untuk kegiatan kunjungan kerja luar kantor.
 Memastikan persediaan ala-alat tulis kantor.
 Membuat dan meBKBrsiapkan agenda pengaturan untuk rapat atau acara kantor
lainnya.
 Mengatur, membuka serta mendistribusi korespondensi yang masuk ke
perusahaan baik dalam bentuk surat atau email.
 MeBKBrsiapkan tagihan, catatan, laporan, surat dan dokumen lainnya memakai
aplikasi pengolah data, database, lembar kerja atau presentasi.

8. KEPALA GUDANG
Kepala Gudang adalah merupakan fungsi kerja dalam sebuah perusahaan baik
dalam sekala besar maupun kecil yang secara umum bertugas merencanakan,
mengkoordinasi, mengontrol dan mengevaluasi semua kegiatan penerimaan,
penyimpanan dan persediaan stok barang yang akan didistribusikan.

Tugas dan Tanggung Jawab

 Seorang Kepala gudang harus mampu membuat sebuah perencanaan ( Plant )


tentang pengelolaan gudang, mulai dari pengadaan barang sampai dengan
pendistribusian barang finish good ke pelanggan.
 Seorang Kepala gudang harus mampu mengawasi dan mengendalikan
operasional gudang sehari - hari dengan baik.
 Seorang Kepala gudang harus mampu tampil sebagai Pemimpin bagi semua
staff gudang dan operator gudang.
 Memastikan semua SOP ( Prosedur ) kerja gudang di laksanakan dengan baik,
yakni Penerimaan barang, Penyimpanan barang, dan Pengiriman barang.
 Memastikan dan mengawasi serta mengendalikan arus keluar masuk barang di
lengkapi dengan dokumen pendukung secara lengkap.
 Memastikan stock barang sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi over
capacity dan menjadi dead stock.
 Memastikan semua pekerjaan gudang di jalankan sesuai dengan ketentuan dan
instruksi kerja yang telah di tetapkan.
 Bertanggung jawab melakukan perhitungan stock ( Stock Opname ) berdasarkan
periode yang di tetapkan dan melakukan rekonsiliasi data jika terjadi
ketidaksesuaian antara hasil stock opname dengan fisik barang.

9. PEKERJA
Setiap perusahaan mempunyai pekerja yang permanen dan tidak permanen, setiap
pekerja perusahaan harus selalu mematuhi peraturan baik yang di kantor perusahaan
maupun yang ada di areal project. Setiap pekerja wajib mendapatkan Hak – haknya
dari perusahaan di bekerja

Tugas dan Tanggung Jawab

 Mengikuti arahan/melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku dilingkungan


kerjaserta melaksanakan pemakaian APD dalam setiap bekerja.
 Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar dan bestek yang telah ditetapkan oleh
owner.
 Mematuhi peraturan yang berlaku diarea kerja.
 Berkoordinasi dalam setiap hal pekerjaan kepada pengawas lapangan dan teknik.
 Menjaga kebersihan lingkungan kerja
 Melaporkan kepada pengawas lapangan bila terjadi hal-hal yang nearmis untuk
diteruskan ke petugas safety man & HSSE setempat.

Medan, 14 Januari 2019


Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
PROGRAM KERJA HSSE CV. BINTANG KEJORA BATAM TAHUN 2019

Program Pembelajaran / Pembelajaran Teori


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Praltek K3LL
1, Sosialisasi Kebijakan K3LL
2. Pelatihan Penggunaan APD
3. Pelatihan Penggunaan APAR
4. Safetv Talk Sebelum melakukan pekerjaan di lokasi project
5. Rapat Rutin diperusahaan
6. Rapat Managemen diperusahan
7. Melakukan Penghijauan dan kerapian di
perusahaan
8. Mengikuti seminar Jika ada

Program Pembelajaran/ Pembelajaran Teori


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Praktek P3K
1. Melakukan Sosialisasi P3K
2. Pelatihan P3K Setiap ada project dan setiap 2 bln sekali di kantor
3. Pemeriksaan Peralatan P3K
4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Setiap ada project
5. Mengikuti seminar P3K Jika ada

Program lnspeksi Managemen HSE Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan Di lokasi project
2. Melakukan lnspeksi Kepada pekeria Di lokasi project
3. Melakukan lnspeksi APD Di lokasi project
4. Melakukan lnspeksi APAR Di lokasi project
5. Melakukan Closing Temuan lnspeksi Di lokasi project
Program Pelatihan dan Teori Keadaan Darurat Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Melakukan Sosialisasi Keadaan Darurat Setiap ada project dan setiap 2 bln sekali di kantor
2. Melakukan Pelatihan Keadaan Darurat Setiap ada project dan setiap 5 bln sekali di kantor
3. Melakukan Kampanye Keadaan Darurat Setiap ada project dan setiap 5 bln sekali di kantor
4. Pelatihan Menggunakan APAR Setiap ada project dan setiap 6 bln sekali di kantor
5. Melakukan Evaluasi Keadaan Darurat
6. Mengikuti seminar K3LL Jika ada

Program Gerakan Hidup Sehat Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Senam Kesehatan
2. Kebersihan Sekitar kantor / Lokasi Kerja Setiap ada project dan setiap 1 bln sekali di kantor
3. lkut Gotong Royong disekitar kantor
4. Kampanye tentang Gerakan Hidup Sehat
5. Memeriksa Kesehatan Secara Berkala

Program Kampanye K3LL Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Pemasangan Sepanduk K3LL Setiap ada project
2. Pemasangan Spanduk Keadaan Darurat Setiap ada project
3. Pemasangan SpandukTentang Hidup Sehat Setiap ada project dan di ruangan kantor
4. Melakukan kampanye K3ll diperusahaan
maupun Setiap ada project dan di ruangan kantor
lokasi kerja
5. Pemasangan sepanduk larangan narkoba Setiap ada project dan di ruangan kantor

Direktur CV. BINTANG KEJORA BATAM

KOFONG AL DJU
MENINGKATKAN BUDAYA HSSE DALAM PERUSAHAAN

Dalam mengembangkan sebuah perusahaan, budaya HSSE menjadi topik yang


paling sering menjadi bahan diskusi di berbagai belahan negara di dunia. Apalagi
pada saat ini seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi, telah membuat
perpindahan tenaga kerja menjadi semakin mudah dan dinamis. Ini kemudian
membuat kantor menjadi lebih dari sekedar tempat bekerja bagi seseorang, dan
telah berubah menjadi tempat berbagi dan mengembangkan pengetahuan mereka
secara lebih jauh lagi.

Namun demikian dengan hanya membangun budaya HSSE yang solid, bukan hanya
merupakan satu-satunya tujuan yang harus dicapai oleh setiap perusahaan. Karena
masih banyak hal lain yang juga harus diperhatikan, dan ini semua harus dilakukan
secara bertahap.

Dengan pemikiran tersebut, berikut adalah delapan cara praktis yang dapat berguna
untuk menciptakan budaya HSSE di perusahaan yang kuat.

1. Tempat Bekerja

Tempat bekerja merupakan salah satu aspek penting dalam membangun budaya
HSSE yang baik, untuk itu setiap perusahaan harus meBKBrhatikan lingkungan dan
suasana kerja yang akan membantu karyawan mereka mencapai hasil terbaik. Ini
bisa dilakukan dengan meminta masukan dari karyawan ataupun anggota tim guna
membangun lingkungan yang nyaman untuk bekerja. Sehingga mereka dapat
bekerja menuju tujuan bersama, berpikiran sama, dan dapat bekerja sama untuk
membangun budaya HSSE di perusahaan secara lebih baik.

2. Membuat Aturan Dasar

Pembuatan batas ataupun aturan sangat diperlukan, baik untuk mengelola mereka
secara internal ataupun eksternal dan ini tentunya harus diikuti oleh anggota tim
secara sadar. Batasan ataupun aturan ini akan membantu membentuk inti dari
budaya HSSE di perusahaan, serta menjadi aturan penting dalam bekerja.

3. Menetapkan Tujuan Bersama

Setelah perusahaan memiliki dasar ini, maka pihak manajemen dapat


menambahkan visi dan tujuan bersama. Untuk kemudian mulai mendefinisikan
peran masing-masing individu dalam pencapaiannya.

4. Menetapkan Akuntabilitas

Setiap anggota tim perlu memahami peran mereka masing-masing. Karena setiap
karyawan tentunya memiliki perbedaan ketrampilan dan pengalaman dalam bekerja.
Penentuan peran ini akan membantu perusahaan dalam menetapkan harapan
masing-masing individu.

5. Menetapkan Sasaran

Tentukan sasaran dan target realistis untuk setiap individu. Karyawan baru
kemungkinan besar akan memerlukan sedikit lebih banyak perhatian untuk
memastikan mereka memahami, bagaimana budaya HSSE di perusahaan dapat
membantu mereka memenuhi kebutuhan pribadi masing-masing.

6. Menetapkan Mentor

Komponen kunci untuk menghidupkan budaya HSSE datang melalui bimbingan


yang dilakukan oleh orang-orang yang berkoBKBten. Mereka inilah yang lebih
berpengalaman di perusahaan dan memiliki pemahaman budaya yang kuat, dapat
memainkan peran penting dalam melatih karyawan baru.

7. Menentukan Waktu

Perusahaan harus menyadari bahwa pemimpin mereka dipandang sebagai wakil


kunci dari budaya HSSE. Untuk itu selalu luangkan waktu waktu yang cukup untuk
berkomunikasi dengan karyawan, guna mendengarkan gagasan dan keinginan
mereka.

8. Budaya HSSE Meningkatkan Kepercayaan Diri

Jika perusahaan memiliki budaya HSSE yang kuat, maka individu akan merasa
didorong dan terinspirasi untuk bekerja dan berprestasi. Sebagai bonus tambahan,
setiap Perusahaan akan memiliki retensi yang lebih besar.

Batam , 14 Januari 2019


Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
PROGRAM KAMPANYE K3LL
DI PERUSAHAAN

N
KEGIATAN KET
O

1 Pemasangan spanduk
K3LL dilokasi kerja LOKASI KERJA
setiap saat

2 Memasang kampanye
tentang keadaan
darurat dilokasi kerja

3 Melakukan kampanye
K3LL diperusahaan dan
selalu memasang
spanduk K3L di
perusahaan

4 Melakukan
pemeriksaan peralatan
kerja diperusahaan
maupun loksasi kerja

Batam, 14 Januari 2019

Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
PROGRAM KAMPANYE K3LL PERUSAHAAN

UTAMAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


KAMPANYE KESEHATAN
KAMPANYE K3LL
KAMPANYE GUNAKAN APD SAAT BEKERJA
PROGRAM INPEKSI MANAGEMEN HSE

N
KEGIATAN KET

JAN
O

1 Melakukan Lokasi Pekerjaan


Pemeriksaan kemajuan
pekerjaan dilokasi Lokasi Pekerjaan
kerja

2 Melakukan Identifikasi
terhadap pekerjaan
yang beriliso tinggi

3 Selalu melakukan
perbaikan terhadap
rambu - rambu K3LL

4 Melakukan
pemeriksaan peralatan
kerja diperusahaan
maupun loksasi kerja

Batam, 14 Januari 2019


Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
PROGRAM INSPEKSI MANAJEMEN K3LL

INSPEKSI K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan faktor penting dalam


pelaksanaan proses produksi dalam suatu perusahaan. Manajemen
perusahan dan seluruh karyawan bertanggung jawab atas Keselamatan dan
kesehatan kerja dilingkungan kerjanya. Untuk mencapai maksud diatas maka
salah satu kegiatannya adalah Inspeksi Keselamatan Kerja. Inspeksi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai peranan penting didalam
program pencegahan kecelakaan.

Telah kita yakini bahwa kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi
ada faktor-faktor penyebab yaitu :

• Unsafe condition / keadaaan yang tidak aman


• Unsafe action / tindakan yang tidak aman
• Atau kombinasi keduanya

Dengan demikian bahwa usaha- usaha untuk mencegah terjadinya


kecelakaan diawali dengan mampu menemukan faktor penyebab diatas, dengan
melakukan inspeksi secara teratur, terencana dan sistimatis.
Maksud dan tujuan dilakukan inspeksi keselamatan kerja bukan untuk
mencari kesalahan tetapi untuk menyakinkan apakah semua tata kerja
dilaksanakan sesuai norma-norma keselamatan dan Kesehatan Kerja

POINT-POINT PENTING DAI.AM KEGIATAN INSPEKSI

1. Buat Standart Frosedur lnspeksi ( SPI) secara jelas sebelum melulai inspeksi.
2. Siapkan Checklist sesuai dengan kebutuhan lnspeksi.
3. Pada waktu membuat checklist, TK perlu diajak diskusi sehingga kita tahu isu-isu
K3LL yang sedang dihadapi.
4. Bila memungkinkan, beri saran praktis dan petunjuk keselamatan kepada tenaga
kerja terhadap metode atau cara kerja yang benar & aman dari permasalahan
K3LL.
5. Jika pada waktu inspeksi ditemukan kondisi-kondisi yang tidak selamat atau tidak
sehat, secepatnya hal tersebut dilaporkan kepada senior manajer.
6. Buatlah laporan inspeksi dan laporkan kepada manajemen yang menangani
bidang K3LLuntuk segera dilakukan tindakan korektif.
7. Segera lakukan tindakan korektif berdasarkan skala prioritas tingkat resiko.
8. Arsipkan laporan sebagai dokumentasi K3LL dan juga bisa di share
/dipublikasikan dengan informasi yang relevan lainnya.
INPEKSI K3LL

Sistem Inspeksi Program K3 di Tempat Kerja l. Pengertian Inspeksi K3


Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan
menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain yang
dapat muncul. (Bird,Frank E. and George L. Germain, 1990)

Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang


ada ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun
kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja.

Tujuan lnspeksi :

. - Mencegah terjadinya kecelakaan kerja


- Mencegah Penyakit Akibat Kerja
- Memelihara keamanan lingkungan kerja
- Mencegah tindakan tidak aman
- Memelihara kelancaran proses dan produktivitas kerja

Manfaat lnspeksi :

- Untuk mengecek apakah ada suatu penyimpangan/pertentangan dari


prograrn
yang sudah ditentukan
- Untuk menggairahkan kembali (interest) terhadap keselamatan kerja
- Mengevaluasi kembali semua safety standard yang ada
- Sebagai bahan untuk safety meeting
- Guna memeriksa fasilitas-fasilitas baru
- Untuk menilai tingkat kesadaran keselamatan kerja pada karyawan

Jenis lnspeksi

1. Inspeksi rutin dilakukan dengan melintasi seluruh area kerja, atau mengamati
keseluruhan bagian alat, misalnya inspeksi sebelum pekerjaan dimulai.
2. lnspeksi Berkala adalah inspeksi yang dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan s/d
6bulan
3. lnspeksi khusus adalah inspeksi dalam hal-hal khusus, misalnya inspeksi alat
pemadam, inspeksi perilaku atau tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja.

Jenis Inspeksi Pada Umumnya Meliputi:


1. Inspeksi Informal
2. Inspeksi Terencana
a) Inspeksi Rutin / Umum Terhadap sumber-sumber bahaya ( Hazard) di
tempat kerja secara menyeluruh
b) Inspeksi Khusus Terhadap objek-objek atau area tertentu
mempunyai resiko tinggi terhadap kerugian dan kecelakaan kerja.
Dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau komplain dari tenaga
kerja di suatu unit kerja. Dilakukan berdasarkan adanya permintaan
atau instruksi dari pengurus perusahaan.

Penjelasan:
1. Inspeksi Informal
 Merupakan inspeksi yang tidak terencana
 Inspeksi yang bersifat sederhana
 Dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan atau melihat
masalah K3 di dalam pekerjaanya sehari-hari
 Jika ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan
segera dapat dilakukan tindakan korektif.
 Keterbatasan : Inspeksi tidak dilakukan secara sistematik sehingga
tidak bisa mencakup gambaran permasalahan secara keseluruhan.
 Akan sangat efektif bila inspeksi informal ini dijadikan kebijakan
manajemen.
 Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat di dokumentasikan
berupa catatan singkat/foto sesuai prosedur dan di buat laporan secara
sederhana

2. Inspeksi Terencanaa.
a) Inspeksi Rutin
 Direncakan dengan cara WALK-THROUGHSURVEY keseluruh area
kerja dan bersifat komprehensif
 Jadwal pelaksanakan rutin (Sudah ditentukan : 1xbulan)
 Dilakukan bersama-sarna ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja
dengan pihak manajemen.
 Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat menggunakan
ahli K3 dari luar perusahaan yang akan membantu memberikan saran-
saran tentang penanganan masalah-masalah K3 di tempat kerja.
 Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-surnber bahaya pada area
khusus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan seseorang yang
mempunyai keahlian khusus.
 Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap
permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey harus selalu
tercatat dan dibukukan.
 Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditanda tangani oleh
penanggung jawab kegiatan inspeksi
 Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan hams
disampaikan kepada pihak manajemen, sehingga langkah perbaikan
segera dilakukan Keuntungan :
 Inspektur dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk melakukan
inspeksi.
 Inspektur dapat melakukan observasi menyeluruh tentangK3 di tempat
kerja
 Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah disiapkan dengan
baik laporan temuan dan rekomendasi segera dapat dibuat untuk
meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di tempat kerja,
serta tindakan korektif yang sesuai segera di implementasikan dalam
upaya mengadakan sarana pencegahan kecelakaan dan kerugian
yang lebih besar.b. lnspeksi Khusus Direncanakan hanya untuk diarahakan
kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti : Mesin-mesin, alat kerjadan
tempat-tempat Khusus yang memiliki resiko kerja tinggi. Langkah dalam
membuat daftar inventarisasi objek inspeksi khusus adalah :

 Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap penting & krusial
di perusahaan
 Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi tanggung
jawab masing-masing unit kerja
 Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.
 Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin & peralatan,
indikasi apa yang akan di inspeksi, identifikasi siapa petugas dan
penanggung jawab inspeksi n berapa sering dilakukan inspeksi.

3. Tahapan pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan konsepmanagemen

P D C A (P l a n - Do – C h e c k – A c t i o n)

1) Plan
atau Perencanaan Inspeksi, dengan membuat persiapan-persiapan
inspeksi seperti menentukan jenis inspeksi, frekuensi inspeksi, lokasil
area tempat kerja, dan formulir inspeksi atauinspection checklist.

2) Do
atau Pelaksanaan Inspeksi, befokuslah pada area yang telah
ditentukan dan periksa bahwa seluruh isi checklistinspeksi telah
diperikasa.

3) Check
atau Pelaporan Inspeksi dilakukan melalui suatu alatatau sarana yang
dapat digunakan sebagai bahan infonnasi dan komunikasi yang efektif.

4) Action
Atau Tindak lanjut atau Pemantauan dengan membuat skala
prioritas upaya-upayaperbaikanyang harus dikerjakan dan memantau
program perbaikan dan anggaran biaya hingga implementasi perbaikan
selesai.

4. Poin-Poin Penting Dalam Kegiatan Inspeksi

1. Buat Standart Prosedur Inspeksi ( SPI) secara jelas sebelum melulai


inspeksi.
2. Siapkan Checklist sesuai dengan kebutuhan Inspeksi
3. Pada waktu membuat checklist, TK perlu diajak diskusi sehingga
kita tahu isu-isuK3 yang sedang dihadapi.
4. Bila memungkinkan, beri saran praktis dan petunjuk keselamatan
kepada tenaga kerja terhadap metode ataucara kerja yang benar &
aman dari permasalahan K3.
5. Jika pada waktu inspeksi ditemukan kondisi-kondisi yangtidak
selamat atau tidaksehat, secepatnya hal tersebut di laporkan kepada
senior manajer.
6. Buatlah laporan inspeksi dan laporkan kepada manajemen yang
menangani bidangK3 untuk segera dilakukan tindakan korektif.
7. Segera lakukan tindakan korektifberdasarkan skala prioritas tingkat
resiko.
8. Arsipkan laporan sebagai dokumentasi K3 dan juga bisa di share / di
publikasikan dengan informasi yang relevanlainnya.

Perbedaan Audit dan Inspeksi


 Audit adalah pemeriksaan secara menyeluruh dan sistematis
terhadap suatu objek meliputiproses, prosedur, sistem, metode
dariadministratif sampai pelaksanaan. Sedangkan,
Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap suatu objek yang bertujuan untuk
melihat keadaannyasecara visual atau tanpa menggunakan peralatan uji

Kualifikasi personil inspector K3 :

1. Mempunyai pengetahuan tentang obyek yang akan diperiksa


2. Mempunyai pengetahuan tentang syarat-syarat K3 serta peraturan yant berkaitan
3. Dapat berkomunikasi secara baik
4. Memiliki integritas yang tinggi
5. Mengetahui prosedur inspeksi K3
Tahapan pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan konsep managemen PDCA (Plan -
Do - Check – Action) :

1. Plan atau Perencanaan lnspeksi, dengan membuat persiapan-persiapan inspeksi


seperti menentukan jenis inspeksi, frekuensi inspeksi, Iokasi/area tempat kerja,
dan formulir inspeksi atau inspectron checklist.
2. Do atau Pelaksanaan insoeksi. befokuslah pada aree yang telah ditentukan dan
periksa bahwa seluruh isi checklis inspeksi telah diperiksa.
3. Check atau Pelaporan lnspeksi dilakukan melalui suatu alat atau sarana yang
dapat digunakan sebagai bahan informasi dan komunikasi yang efektif.
4. Action atau Tindak lanjut atau Pemantauan dengan membuat skala prioritas
upaya-upaya perbaikan yang harus dikerjakan dan memantau program
perbaikan dan anggaran biaya hingga implementasi perbaikan selesai

Objek- objek apa saja yang harus diinspeksi?

Untuk membantu menentukan aspek-aspek di tempat kerja apa saja yang sebaiknya
diinspeksi, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan di antaranya:
1. Bahaya yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK di tempat kerja, meliputi:
2. Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar yang berkaitan dengan
bahaya, tugas-tugas, proses produksi tertentu, alat pelindung diri, dll.
3. Permasalahan K3 yang terjadi sebelumnya meskipun risikonya kecil juga perlu
dipertimbangkan
4. Peralatan Kerja

Bagaimana langkah-langkah melaksanakan inspeksi K3?


lnspeksi K3 dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja bergantung pada sejauh mana
persiapanyang telah Anda lakukan terkait informasi yang diperlukan sebelum
melakukan inspeksi K3.Agar pelaksanaan inspeksi K3 berjalan lancar dan efektif
ada beberapa hal yang harus Anda persiapkan, rii arriaranya:
 Jadwal inspeksi dan tim inspeksi
 Peta inspeksi berdasarkan denah area kerja
 Jalur-jalur inspeksi K3
 Potensi bahaya yang terkait dengan mesin, peralatan, material dan proses
kerja
 Standar, peraturan atau prosedur kerja yang berlaku
 Laporan inspeksi sebelumnya
 Data kecelakaan kerja
 Laporan pemeliharaan
 Daftar atau hal-hal apa saja yang akan diinspeksi
 Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan selama inspeksi.

2. Tahap pelaksanaan
Bila persiapan Anda sudah matang dan terencana, saatnya Anda melaksanakan
inspeksi K3. berikut langkah-langkah nya :
 Menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menginformasikan bahwa akan diadakan inspeksi K3
 Usahakan untuk mengikuti peta dan jalur inspeksi yang sudah direncanakan
 Mengamati rangkaian proses kerja untuk memastikan ada atau tidaknya
pelanggaran terhadap peraturan atau prosedur K3
 Mengamati tindakan perorangan atau perilaku pekerja apakah sudah
memenuhi persyaratan K3
 Mengumpulkan data atau memeriksa kembali data sesuai daftar inspeksi
yang telah dibuat. Daftar inspeksi bersifat permanen, tidak boleh ada hal yang
dipertimbangkan kembali selama pelaksanaan inspeksi berlangsung. Daftar
inspeksi harus ditinjau dan ditambahkan atau direvisi seperlunya, misalnya
perubahan prosedur kerja atau perubahan proses kerja menggunakan
peralatan tertentu.
 Melakukan perbaikan sementara dengan segera apabila saat pelaksanaan
inspeksi ditemukan tindakan atau kondisi berbahaya.

3. Pencacatan hasil pengamatan


Buat catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian peralatan,
tindakan dankondisi terhadap standar, kemudian lakukan identifikasi bahaya.
Pencatatan hasil dan pengamatan diperlukan untuk meninjau semua informasi
yang dikumpulkan dan memudahkan tim inspeksi untuk membuat klasifikasi
bahaya dalam laporan.

LANGKAH – LANGKAH EFEKTIF AKTIVITAS INSPEKSI

Tahap Persiapan 1. Mulai dengan sikap & perilaku positif


2. Rencanakan Inspeksi
3. Tentukan apa yang dilihat & pahami apa yang akan
dicari
4. Buat checklist & siapkan peralatan serta bahan
inspeksi.
5. Lihat laporan inspeksi sebelumnya
Pelaksanaan Inspeksi 1. Berpedoman pada peta lokasi (Work place
mapping) & checklist
2. Cek setiap point checklist
3. Ambil tindakan perbaikan sementara bila ada
masalah K3
4. Jelaskan hasil temuan
5. Klasifikasikan hazard & tentukan faktor penyebab.

Pengembangan Upaya 1. Perlu melakukan sesuatu untuk mencegah


Perbaikan terjadinya kerugian nyata. Upaya pengendalian
dapat terus dikembangkan dari waktu ke waktu
sampai ditemukan sistem pengendalian yang
efektif.
Tindakan Korektif 1. Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan
yang harus dikerjakan
2. Monitoring terhadap program perbaikan dan
anggaran biaya sampai implementasi perbaikan
selesai
3. verifikasi / pembuktian bahwa tindakan perbaikan
dimulai sesuai jadwal yang telah direncanakan
4. Monitoring selama pengembangan tindakan korektif
5. Lakukan uii kelavakan setelah selesai implementasi
sarana perbaikan
Laporan lnspeksi 1. Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi yang
efektif .
Review 1. Lakukan tindakan review terhadap implementasi
sarana perbaikan secara
2. berkala untuk memastikan bahwa tidak ada
masalah lain yang ditimbulkan.

Batam, 14 Januari 2019

Mengetahui;

CV. BINTANG KEJORA BATAM


Direktur

KOFONG AL DJUKI
PROGRAM INSPEKSI MANAGEMEN K3LL

NO URAIAN JADWAL KETERANGAN


1 Perusahaan melakukan
pemeriksaan APD gudang 1 bulan sekali Berjalan
penyimpanan
2 Mengadakan pemeriksaan APD
Setiap hari selama Berjalan dilokasi
di lapangan untuk kelayakan
ada project kerja
pemakaian
3 Pemeriksaan APAR 2 bulan sekali Berjalan
4 Kepatuhan pekerja terhadap Setiap hari selama Berjalan dilokasi
penggunaan APD ada project kerja
5 Memeriksa peralatan kerja yang
1 bulan sekali Berjalan
dipakai untuk bekerja
6 Memeriksakan kendaraan / mesin
1 bulan sekali Berjalan
operasional di lapangan
7 Memeriksa kesehatan pekerja
secara berkala ke klinik yang 6 bulan sekali Berjalan
ditentukan perusahaan
8 Memeriksa rambu – rambu dan
Seminggu sekali Berjalan
kampanye K3LL dilokasi kerja

Batam, 14 Januari 2019


Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI
B
Menajemen Senior menerapkan system
reward/ consequences
( Penghargaan/sanksi ) terkait aspek
HSSE
SISTEM REWARD (PENGHARGAAN) DAN PUNISHMENT (SANKSI)

Saat ini setiap perusahaan sedang menghadapi tantangan terbesar dalam


mengelola perusahaan untuk mencapai titik keseimbangan. Salah satu tantangan
tersebut adalah pengelolaan kinerja karyawan yang akan meBKBngaruhi kinerja unit
kerja dan sehingga menguntungkan pihak perusahaan. Salah satu pengelolaan
kinerja karyawan adalah sistem reward dan punishment dalam pekerjaan
berdasarkan penilaian kinerja karyawan (merit-based system). Kedua sistem ini
telah lama dikenal di dunia kerja. Pemberlakuan sistem reward dan punishment
merupakan hal penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memotivasi
karyawan demi kebaikan dan meningkatkan prestasi karyawan. Berikut ulasan
lengkap tentang sistem reward dan punishment dalam perusahaan.

KEMAJUAN KEMUNDURAN

PRESTASI WANPRESTASI

REWARD PUNISHMENT

TENAGA KERJA

KARIER DAN MASA DEPAN


TENAGA KERJA
Hubungan Reward Dan Punishment

Pengertian dan Fungsi sistem Reward perusahaan

Reward adalah hadiah, penghargaan dan insentif, yang merupakan suatu


penghargaan dalam bentuk material atau non material yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan, buruh dan atau suatu lembaga. Reward merupakan
salah satu alat untuk peningkatan motivasi para karyawan agar mereka dapat
bekerja tidak hanya untuk mencapai tujuan organisasi. Tetapi juga untuk
meBKBrbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.
Adapun 3 fungsi penghargaan yang berperan dalam pembentukan tingkah laku
karyawan:
1. MeBKBrkuat motivasi untuk meningkatkan kepercayaan karyawan yang bekerja
dalam menciptakan kinerja yang baik.
2. Memberikan tanda bagi karyawan dengan kemampuan lebih
3. Bersifat universal

Setiap perusahaan yang menawarkan reward besar bagi karyawan yang berprestasi
dan mampu mencapai target dan tujuan tertentu. Berikut 5 jenis reward yang
diterima oleh para pekerja, antara lain:
1. Pujian tulus, salah satu bentuk reward yang tidak dapat diberi dengan uang.
Pujian yang tulus dapat mengena dalam hati dan membuat karyawan lebih
termotivasi.
2. Kenaikan gaji bulanan merupakan salah satu bentuk reward yang sangat pantas
diberikan perusahaan kepada karyawan yang telah setia kepada perusahaan,
atau karyawan dengan produktivitas yang sangat baik. Kenaikan gaji bulanan
juga memberikan promosi kenaikan jabatan dan posisi yang lebih tinggi kepada
karyawan tersebut.
3. Uang bonus dan atau voucher bagi karyawan dengan kinerja dan dedikasinya
yang mampu membawa perusahaan mencapai tingkat prestasi dan atau
kemajuan tertentu.
4. Hadiah berupa penghargaan tahunan, merupakan ajang puncak keberhasilan
perusahaan secara tahunan. Ajang tersebut berperan besar bagi perusahaan
yang ingin merayakan keberhasilan bersama teman kantor.
5. Akomodasi liburan kepada karyawan tetap yang ingin jalan-jalan sambil belajar
ke luar negeri dan atau melepas penat di sela-sela kesibukan kerja. Pemberian
akomodasi liburan terkadang nilainya jauh di atas pemberian bonus.

Pengertian dan Fungsi sistem Punishment perusahaan

Kebalikan dari reward adalah hukuman atau sanksi (punishment) yang


digunakan oleh perusahaan untuk merubah perilaku para karyawan, dengan
meBKBrtimbangkan waktu, intensitas, jadwal, klarifikasi dan iBKBrsonalitas. Berikut
3 fungsi hukuman yang berperan dalam pembentukan tingkah laku karyawan:
1. Membatasi perilaku karyawan untuk mencegah terjadinya pengulangan tingkah
laku mereka yang tidak sesuai.
2. Bersifat meBKBrbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik
3. MeBKBrkuat motivasi karyawan untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang
tidak diharapkan

Punishment hanya diberikan kepada karyawan yang melakukan kesalahan terhadap


perusahaan. Cara yang efektif untuk dilakukan dalam memberikan punishment
dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sanksi berat dapat berakibat pada turunnya jabatan atau bahkan dibebaskan dari
jabatan, seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Caranya adalah memberikan
konseling khusus karyawan yang kedapatan pelanggaran dalam bekerja, dan
setelah pemberian surat peringatan (SP) pun tidak ada perubahan. Tujuannya
adalah mengetahui permasalahan apa yang dialami karyawan, sehingga dia bisa
kembali bekerja secara optimal.
2. Sanksi sedang dapat berakibat pada pemotongan gaji dan atau tunjangan tidak
tetap bagi karyawan yang kedapatan melakukan pelanggaran dengan sengaja.
Hal itu dapat membantu karyawan lebih berhati-hati dalam bekerja supaya
gajinya tidak akan dipotong lagi.
3. Sanksi ringan biasanya diberikan dalam bentuk teguran, baik lisan maupun
tulisan. Jika karyawan yang kedapatan melakukan pelanggaran, maka dia akan
diberikan teguran beserta alasan dan maksud tujuan itu. Dengan teguran ringan,
diharapkan bahwa karyawan tersebut mau berubah.

PELANGGARAN YANG DILAKUKAN JENIS SANKSI


1.BAGI KARYAWAN YANG TIDAK MEMAKAI DIBERIKAN TEGURAN, BEBUPA LISAN, DAN
APD DI LOKASI KERJA TULISAN SEPERTI SURAT PERINGATAN I, II,
2.MEMBAWA KOREK API - MEROKOK DI III.
DALAMAREAL KERJA
3.MEMBAWA HANDPHONE, DI LOKASI DIBERIKAN TEGURAN, BILA DIULANGI BISA
KERJA DI PHK
4.TIDAK DISIPLIN / LALAI DALAM BEKERJA
YANGDAPAT MERUGIKAN PEKERJA LAIN DIBERIKAN TEGURAN, BILA DIULANGI BISA
5. TIDAK PEDULI DENGAN DAMPAK DI PHK
LINGKUNGAN BAIK FAKTOR FlSIK, KIMIA,
BIOLOGI DI SEKTTAR LINGKUNGAN
KERJA. DIBERIKAN TEGURAN, BERUPA LISAN, DAN
6. TIDAK MEMATUHI RAMBU.RAMBU K3 TULISAN SEPERTI SURAT PERINGATAN I, II,
YANG BERADA DI LOKASI KERJA III
7.TIDAK SUNGGUH - SUNGGUH
MENJALANKAN MELAKSANAKAN SMK3 DIBERIKAN TEGURAN, BERUPA LISAN, DAN
YANG TEIAH DI SOSIALISASIKAN PADA TULISAN SEPERTI SURAT PERINGATAN I, II,
PEKERJA. III
8.TIDAK MEMATUHI UNDANG-UNDANG K3
YANG TEIAH DISOSIALISAIKAN PADA DIBERIKAN TEGURAN, BERUPA LISAN, DAN
PEKERJA TULISAN SEPERTI SURAT PERINGATAN I, II,
III
DIBERIKAN TEGURAN, BERUPA LISAN, DAN
TULISAN SEPERTI SURAT PERINGATAN I, II,
III

DIBERIKAN TEGURAN, BERUPA LISAN, DAN


TULISAN SEPERTI SURAT PERINGATAN I, II,
III

Batam , 14 Januari 2019

Mengetahui;
CV. BINTANG KEJORA BATAM
Direktur

KOFONG AL DJUKI

Anda mungkin juga menyukai