Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas pada Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Program Pasca Sarjana IAIN Bone
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
meskipun dalam bentuk sederhana. Shalawat dan salam atas junjungan nabi besar
sebagai rahmat bagi alam semesta. Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas
terbatas namun berkat keteguhan hati untuk menyelesaikan masalah ini kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dari apa
yang dipaparkan.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
makalah selanjutnya dan penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suasana belajar dan proses pembelajaran kepada peserta didik guna menciptakan
peserta didik yang mengalami perubahan kearah yang lebih maju. Pendidikan
mencakup aspekaspek penting, seperti ilmu pengetahuan dan kecerdasan, budi pekerti
dan kepribadian, sosial dan kewarganegaraan, serta spiritual dan kesehatan (Prayitno
dan Manullang, 2011). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tentunya harus
yang memiliki daya saing, serta menciptakan kader bangsa yang berkualitas (Heri,
2012). Terlebih lagi jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi yang akhir-akhir
ini sangat pesat. Selain memiliki kecerdasan tinggi untuk bertahan di dunia serba
maju ini, dibutuhkan pula karakter yang kokoh dalam menghadapi kemajuan agar
tidak terjerumus ke dalam jurang kesengsaraan. Era kontemporer atau yang dikenal
dengan era digital merupakan suatu masa dimana segala aspek dalam kehidupan telah
mengalami berbagai macam perkembangan pesat menjadi serba digital. Jika dilihat
manusia. Namun nyatanya di negeri ini, justru berbagai macam masalah nasional
semakin marak terjadi dengan tiada hentinya. Kemajuan teknologi yang seharusnya
disambut baik oleh masyarakat malah menjadi ladang kriminalitas yang baru.
Masuknya budaya asing dengan mudah ke dalam negeri juga merupakan dampak dari
era digital sekarang. Budaya negatif yang masuk ke Indonesia sering mempengaruhi
1
kalangan pelajar karena minimnya pengetahuan mereka untuk membendung hal
negatif tersebut. Negara kita juga rentan akan kejahatan yang mengancam stabilitas
dan kedaulatan negara, seperti spionase, sabotase, terorisme dan aksi-aksi kejahatan
lainnya (A, 2010; Muslich, 2011). Dari dampak-dampak negatif di atas banyak yang
terjadi karena minimnya moral di negara kita. Maka dari itu, dibutuhkan pendidikan
Indonesia, yang lebih lanjut dikenal dengan sebutan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter memang sudah lama dijalankan di negara kita. Namun, semakin berjalannya
waktu dan berkembangnya zaman, pendidikan karakter ini semakin lama kian
memudar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan, terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya,
dengan anak-anak.1
bahasa Inggris character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein
yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadaminta, karakter
diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang
bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi
atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau
penghidupam lebih tinggi dalam arti mental. 2 Sedangkan karakter menurut Pusat
Bahasa Kementerian Pendidikan, adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak. Sementara itu, yang
1
Ravik Karsidi, Ilmu Pendidikan dan Paradigma Pendidikan Inklusif yang Berkualitas,
https://www.uny.ac.id/fokus-kita/prof-dr-ravik-karsidi-ms, diakses tgl. 5 April 2018.
2
Sudirman N, Ilmu pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 4
3
disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan
berwatak.
seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nyata seserorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. 3 Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru bebicara
atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.
individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, linkungan,
hanya semata-mata kepada guru. Sebab, setiap peserta didik memiliki latar belakang
yang berbeda, yang ikut menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu,
3
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter, (Yoggyakarta: Pedagogia, 2010), hal. 4
4
guru, orang tua maupun masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara
Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
a. Partisipasi Masyarakat
masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, semua komponen itu hendaknya dapat
Oleh sebab itu, setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan karakter
bagi peserta didiknya harus memiliki badan khusus yang dibentuk sebagai sarana
komunikasi antara peserta didik, tenaga pendidik, orangtua dan masyarakat. Badan ini
b. Kebijakan Pendidikan
Sekolah perlu menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan
karakter, serta menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun beberapa
kebijakan lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi kebijakan pendidikan
5
c. Kesepakatan
pendidikan karakter, namun bukan berarti itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah
harus mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan
d. Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan karakter dapat berjalan secara maksimal, sekolah perlu
membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Sebab, setiap peserta didik
karakter. Oleh karena itu, meskipun pendidikan karakter perlu diperkenalkan sejak
dini, namun bukan berarti tidak berlaku bagi peserta didik yang sudah dewasa. Dan,
salah satu cara penerapannya adalah pemberlakuan kurikulum terpadu dengan semua
mata pelajaran.
e. Pengalaman Pembelajaran
daripada sekedar pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan peserta didik dalam
yang dihadapi. Pelayanan yang baik oleh seorang guru berupa kerja sama,
diberlakukan secara nyata. Sebab, hal itu akan memberikan kesan positif bagi peserta
f. Evaluasi
6
Guru perlu melakukan evaluasi sejauhmana keberhasilan pendidikan karakter
yang sudah diterapkan. Evaluasi dilakukan tidak dalam ragka mendapatkan nilai,
sebelumnya.
Dalam hal ini, guru harus mengapresiasi setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan
peserta didik untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika peserta didik
prinsip-prinsip yang diterapkan di sekolah dan di rumah, seperti aspek kejujuran, dan
lain sebagainya.
Tanpa melibatkan peran orangtua di rumah, berarti sekolah akan tetap kesulitan
h. Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah
berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan
program, serta demi menciptakan pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu diingat
bahwa semua pihak di sekolah merupakan sarana yang perlu dimanfaatkan untuk
7
i. Program
pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari atas,
dana yang memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi,
(golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
pertumbuhan anak.
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan
saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak
melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasan
emosi), dan moral action (perbuatan bermoral). Hal ini diperlukan agar peserta didik
dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus
nilai kebajikan.
4
Ari Gunanjar Agustian, Rahasia Membangkitkan Emosional Spiritual Quetiont Power,
(Jakarta: Arga, 2006) hal. 86
8
D. Pendidikan Karakter pada Era Kontemporer
kejujuran, kebaikan, kebenaran, kasih sayang dan nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut
merupakan nilai-nilai universal dimana dimiliki oleh semua agama (Suseno, 1997).
yang berbudi pekerti luhur, berkepribadian dan berkarakter sehingga disamping ilmu
yang ia dapat dan kuasai, ia juga memiliki jiwa yang diyakini dapat membawa ilmu
ditangannya kelak agar dapat bernilai positif untuk dirinya maupun sesama manusia
lain.
tindakan baik dan buruk yang memandu kehidupan serta pilihannya secara umum.
Dengan nilai moral seseorang dapat mengontrol dirinya agar tetap berkarakter yang
baik. Disinilah peran pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai yang ada tersebut
kedalam batin dan tingkah laku manusia (Majid, 2010). Pendidikan semacam ini telah
membantu banyak orang untuk membedakan apa yang baik dan apa yang tidak baik,
apa yang harus diprioritaskan dan apa yang tidak harus diprioritaskan, serta apa yang
perlu dan apa yang tidak perlu. Pendidikan nilai secara mutlak hanya dapat
tersebut terdapat rasa empati dan kekeluargaan (Zuriah, 2007). Jadi, hampir tidak
9
mungkin tampaknya untuk melaksanakan pendidikan nilai moral tanpa ada rasa
persoalan dengan batas-batas perbedaan, seperti ras, etnis, golongan, agama dan
batas-batas perbedaan lainnya (Adisusilo, 2014). Pada era kontemporer (digital) ini,
istilah pendidikan nilai lebih sering dikenal dengan sebutan pendidikan karakter.5
Kata karakter sendiri berasal dari bahasa Inggris Character yang juga berasal
dari bahasa Yunani. Kata tersebut pada awalnya digunakan untuk menandai hal-hal
yang mengagumkan dari dua keping koin. Lebih lanjut, istilah ini digunakan untuk
menandai dua hal yang berbeda satu sama lainnya, dan akhirnya digunakan untuk
membedakan kualitas pada setiap orang (Muin, 2011). Kata karakter pun memiliki
arti yang mirip dengan kata Akhlaq dalam bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, kata
Akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata Khuluq yang berarti budi pekerti, tabiat,
kebiasaan, kesatriaan, kejantanan. Kedua kata ini memang memiliki kesamaan satu
sama lain, yaitu sama-sama menunjukkan kepribadian seseorang, seperti apa dirinya,
baik dan buruknya, perilaku dan kehidupannya, serta hubungannya dengan sesama
karakter merupakan bentuk usaha yang diberikan secara sengaja untuk membentuk
5
Devin Akbar Albany, “Perwujudan Pendidikan Karakter Pada Era Kontemporer Berdasarkan
Perspektif Ki Hajar Dewantara”, Jurnal Humanitas, Vol. 7 No. 2 (Juni 2021), Hal. 98
10
komponen karakter yang baik yaitu, pengetahuan moral, perasaan moral, dan
pengetahuan akan hal-hal yang baik dan benar. Kemudian akan ada rasa tenang yang
timbul bagi setiap insan sebagai efek pengetahuan tersebut. Alhasil, lama kelamaan
menjadi kebiasaan. Dari sinilah kepribadian baik dapat terbentuk dengan sendirinya.
Pendidikan karakter yang tepat akan menciptakan manusia yang berjiwa baik dalam
hubungannya baik itu terhadap Tuhan maupun terhadap sesama manusia (Lickona,
1991).6
menjadi sangat pesat. Hal ini juga semakin memicu informasi yang menyebar begitu
pekerjaan manusia. Namun, kemajuan ini tak selalu membawa dampak positif bagi
kehidupan manusia. Justru, dampak negatif yang diakibatkan dari kemajuan ini
sangat banyak terlihat bahkan pada kalangan remaja. Perkembangan globalisasi yang
seharusnya dimanfaatkan dengan baik dan benar malah menjadi sesuatu yang
disalahgunakan (Suyanto, 2000). Dengan teknologi yang serba bisa seperti saat ini
terkadang membuat para pelajar menjadi malas dan sangat bergantung pada teknologi
itu sendiri. Masuknya informasi apapun dengan cepat juga tidak dapat disaring oleh
para remaja yang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Termasuk juga masuknya
budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsa pun dengan mudah
merasuki remaja di negeri ini. Maka dari itu, perlunya pengawasan dan kontrol
terhadap para remaja agar mereka memiliki kepribadian yang baik untuk menyaring
6
Ibid., hal. 99
11
sendiri dampak dari kemajuan globalisasi ini. Dan disinilah dibutuhkannya
pendidikan karakter yang mampu mendorong para remaja terkhusus pelajar agar tidak
12
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nyata seserorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru bebicara
atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.
(golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
pertumbuhan anak.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka
demikian penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan, maka dari itu penulis menginginkan
agar pembaca dapat mencari tahu kebenaran suatu ilmu yang kami paparkan jika
yang ada dalam makalah ini didapati suatu kesalahan. Dengan begitu pembaca akan
13
mengatehui kebenaran dan dapat memberikan kritik atas kesalahan, serta menambah
14
Daftar Pustaka
Karsidi, Ravik, Ilmu Pendidikan dan Paradigma Pendidikan Inklusif yang Berkualitas,
15