Anda di halaman 1dari 34

Analisis kesesuaian Penggunaan APD dengan Permenakertras

No. 8 Tahun 2010 padapekerja bagian workshop di PT


KRAKATAU STEEL
TAHUN 2022

Oleh:

Dandi Irfandi
(031811021)

Pembimbing :
Lulus Suci Hendrawati, S.Kom., M.Si

PROGRAM D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................iii
BAB I Pendahuluan................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................4
BAB II Landasan Teori & Kerangka Teori..............................................................5
2.1 Kecelakaan Kerja ..............................................................................5
2.2 Alat Pelindung Diri Menurut Permenker No. 08 Tahun 2010
................................................................................................................................11
2.3 Kerangka Teori...................................................................................20
BAB III Metode Penelitian.......................................................................................21
3.1 Kerangka Konsep ..............................................................................21
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................24
3.3 Objek Penelitian.................................................................................26
3.4 Sumber Data......................................................................................26
3.5 Instrumen Penelitian...........................................................................27
3.6 Pengumpulan Data.............................................................................29
3.7 Pengolahan Data ...............................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32

ii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Safety Helmet...................................................................................................1
2.2 Pelindung Tangan............................................................................................2
2.3 Kacamata pengaman ......................................................................................3
2.4 Face shield.......................................................................................................3
2.5 Pelindung Telinga ............................................................................................4
2.6 Pelindung Pernafasan......................................................................................5

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh
atau sebagian tubuh dari kemungkinan adanya paparan potensi
bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (Tarwaka, 2008)(1). Penggunaan APD merupakan salah satu cara
untuk mengurangi dampak risiko kecelakaan kerja yang mungkin
dialami oleh pekerja. Penggunaan APD pada saat bekerja merupakan
salah satu perilaku aman yang diterapkan oleh pekerja. Perilaku
pekerja terdiri dari dua macam, yaitu perilaku aman dan perilaku tidak
aman. Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Faktor-faktor Unsafe Action Sebagian besar unsafe action
diakibatkan oleh tindakan yang dilakukan oleh manusia. Adapun faktor
– faktor manusia yang mempengaruhi terjadinya unsafe action antara
lain :
a. Masa Kerja Masa kerja adalah akumulasi waktu pekerja
memegang pekerjaan tersebut. Masa kerja mempunyai kaitan
dengan kepuasan kerja yang terus meningkat sampai lama kerja 5
tahun kemudian mengalami penurunan sampai masa kerja 8
tahun, akan tetapi setelah tahun kedelapan secara perlahan mulai
meningkat Kembali.
b. Pengetahuan kesehatan keselamatan kerja Pengetahuan
kesehatan keselamatan kerja adalah ilmu tentang kesehatan
keselamatan kerja yang dimiliki seseorang yang dapat gunakan
sebagai pelindung diri saat bekerja untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
c. Kelelahan Kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat
kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2 sistem
antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan system

1
penggerak (aktivitas) tetapi semuanya bermuara kepada
pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Oleh karena
itu semakin seseorang merasakan kelelahan maka kemampuan
manusia untuk melakukan aktivitas berkurang.
d. Sikap Sikap adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku.
Faktor – faktor unsafe condition Sebagian besar unsafe
condition didominasi akibat kondisi lingkungan kerja yang tidak aman.
Adapun faktor – faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi
terjadinya unsafe condition antara lain :
a. Tempat kerja Tempat kerja merupakan tempat yang digunakan
untuk melakukan suatu pekerjaan yang didalamnya terdapat
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan ditempat kerja
tersebut kemungkinan adanya bahaya dapat terjadi. Disain tempat
kerja yang tidak ergonomis dapat mengakibatkan unsafe condition
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
b. Bahan Bahan brperan penting dalam proses produksi, sebab
bahan merupakan hal yang paling mendasar digunakan untuk
menciptakan suatu produk yang dihasilkan. Sebaiknya pemilihan
bahan dasar material berasal dari bahan yang aman, sehingga
tidak membahayakan para pekerja selama proses produksi
berlangsung.
c. Peralatan Peralatan merupakan hal terpenting guna menunjang
proses produksi, sehingga sebaiknya pemilihan peralatan dan
perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang diproduksi (2).
Angka kecelakaan kerja diindonesia meningkat antara lain
disebabkan karena masih rendahnya tingkat kesadaran pengusaha
dan pekerja terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.
Data kecelakaan kerja di Indonesia menurut BPJAMSOSTEK (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) memperlihatkan

2
bahwa sepanjang Januari hingga September 2021, terdapat 82.000
kasus kecelakaan kerja dan 179 kasus penyakit akibat kerja (3). Masih
banyaknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi merupakan salah satu
alasan perusahaan wajib menerapkan perilaku keselamatan para
pekerja termasuk kebijakan tentang kewajiban penggunaan APD pada
saat bekerja dan selama berada di area kerja.
Salah satu industri yang masih memiliki angka kecelakaan
tinggi adalah industri baja, dimana area kerja industri baja memiliki
tingkah bahaya dan risiko tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja.
PT. Krakatau Steel merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang industri baja dengan hasil produksinya berupa termasuk air
bersih, tenaga listrik, baja, rekayasa industri, kawasan industri,
pelabuhan, jasa bidang teknologi informasi, dan jasa medis. PT.
Krakatau Steel berada dikawasan industri Cilegon yang memiliki lahan
seluas 220 hektare dan jumlah pekerja 7.710.
Industri baja PT. Krakatau Steel memiliki beberapa sektor kerja,
salah satunya adalah bagian workshop. Bagian workshop merupakan
bagian yang bertanggung jawab untuk proses pemotongan baja,
pengelasan baja dan lain-lainnya. Proses kerja di bagian workshop
memiliki bahaya dan risiko seperti jari terpotong, iritasi mata, tertimpa
material baja dan area kerja yang panas. Dari bahaya dan risiko dari
bagian workshop ini, pekerja diwajibkan menggunakan beberapa APD
diantaranya safety helmet, safety shoes, safety glove, kacamata,
rompi keselamatan. Di area pekerja di bagian workshop terdapat
bahaya kerja seperti terdapatnya aktivitas pengelasan yang
menyebabkan percikan api, alat pemotong baja, tumpukkan baja,
sehingga penggunaan APD pada saat bekerja menjadi sesuatu hal
yang sangat penting.
Dari uraian tentang proses kerja dan bahaya kerja di bagian
workshop PT. Krakatau Steel serta perilaku penggunaan APD pada
pekerja maka penelitian ini berfokus pada analisis kesesuaian

3
penggunaan APD dengan permenkertrans no. 8 tahun 2010 pada
pekerja bagian workshop di PT. Krakatau Steel.

1.2 Rumusan Masalah


Sebuah pekerjaan sangatlah penting dalam memperhatikan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), contohnya pada pekerjaan
yang berhubungan dengan ketelitian dalam bertindak dan dapat
menimbulkan permasalahan kesehatan pada pekerja. Munculnya
risiko dalam kecelakaan kerja dikarenakan tidak adanya kesadaran
pekerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Berdasarkan
dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana gambaran ketersediaan APD di bagian workshop di
PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
2) Bagaimana gambaran pengawasan penggunaan APD di bagian
workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
3) Bagaimana gambaran pelatihan penggunaan APD di bagian
workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
4) Bagaimana gambaran perawatan APD di bagian workshop di PT.
Krakatau Steel Tahun 2022.
5) Bagaimana gambaran evaluasi penggunaan APD di bagian
workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui kesesuaian penggunaan APD menurut
Permrnakertrans No. 08 Tahun 2010 pada pekerja di Workshop
di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui gambaran ketersediaan APD di bagian
workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.

4
2. Untuk mengetahui gambaran pengawasan penggunaan APD
di bagian workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
3. Untuk mengetahui gambaran pelatihan penggunaan APD di
bagian workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
4. Untuk mengetahui gambaran perawatan APD di bagian
workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.
5. Untuk mengetahui gambaran evaluasi penggunaan APD di
bagian workshop di PT. Krakatau Steel Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat
bermanfaat bagi kepentingan akademis maupun bidang praktis secara
aplikatif. Adapun hal yang diharapkan dari penelitian ini adalah
manfaat yang dapat dirasakan bagi peneliti, perusahaan, institusi
pendidikan.

1.4.1 Bagi Peneliti


Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman
dan keterampilan yang aplikatif dibidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan industri baja, khususnya
tentang analisis kesesuaian penggunaan APD menurut
Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 pada pekerja Workshop di
PT. Krakatau Steel serta dapat menerapkan yang didapat dalam
lingkungan kerja.

1.4.2 Bagi PT. Krakatau Steel


Mendapatkan informasi dan data mengenai analisis
kesesuaian penggunaan APD di PT. Krakatau Steel menurut
Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 pada pekerja Workshop di
PT. Krakatau Steel, sebagai bahan evaluasi yang dapat
dijadikan salah satu pertimbangan dalam menyusun program K3,
diantaranya dalam upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja melalui penggunaan APD

5
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi pengetahuan, dokumentasi data penelitian, dan
sebagai referansi bagi penelitian yang serupa, serta sebagai
wujud peran akademisi dalam penerapan K3 pada perusahaan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membangun jaringan
kerjasama antara pihak perusahaan dengan pihak Universitas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas mengenai kesesuaian penggunaan
APD menurut Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 pada pekerja
Workshop di PT. Krakatau Steel. Penelitian ini dilakukan di Workshop
di PT. Krakatau Steel, hal ini dikarenakan peneliti ingin mengobservasi
kesesuaian penggunaan APD pada saat bekerja di perusahaan
industri baja, apakah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
dan Standar Permenakertrans No. 08 Tahun 2010. Penelitian ini
dilakukan oleh mahasiswa program studi D-IV Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Universitas Binawan yang dilaksanakan pada
Bulan Februari sampai dengan Bulan Maret Tahun 2022 Penelitian ini
dilakukan karena mengingat pentingnya penggunaan APD di PT.
Krakatau Steel. Penelitian ini bersifat Deskriptif Komparatif dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan menjelaskan
kesesuaian penggunaan APD dan gambaran penerapan penggunaan
APD di PT. Krakatau Steel. Sumber data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan menilai kondisi
aktual mengenai kesesuaian penggunaan APD berdasarkan Standar
Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 dan penerapan penggunaan
APD di PT. Krakatau Steel.

6
BAB II
LANDASAN TEORI & KERANGKA TEORI
2.1 Alat Pelindungan Diri (APD)
2.1.1 Definisi
Menurut Permenaker No. 08/VIII/2010, Alat pelindung diri
(APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja.
Berdasarkan pasal 14 ayat c UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, perusahaan wajib menyediakan APD secara
cuma - cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja, apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi merupakan
suatu pelanggaran undang - undang. Berdasarkan pasal 12 huruf b
tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan.
Dalam menyediakan APD prioritas pertama perusahaan adalah
melindungi pekerjanya secara keseluruhan. Ketersediaan APD
harus sesuai dengan bahaya yang ada diperusahaan, terbuat dari
material yang tahan terhadap bahaya tersebut, nyaman dipakai
Upaya keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja untuk mencapai produktivitas
kerja yang optimal. Pengedalian secara teknologis terhadap potensi
bahaya atau penyakit akibat kerja merupakan pengendalian yang
efektif dalam usaha pencegahan kecelakaan akibat kerja dan
penyakit kerja. Namun Karena berbagai hambatan upaya tersebut
belum dapat dilakukan secara optimal.
Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah tubuh dari
bahaya pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja. Sehingga pengunaan alat
pelindung diri bermanfaat bukan untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya Alat
pelindung diri (APD) akan memberikan perlindungan yang cukup
bila alat pelindung tersebut dipilih secara tepat dan selalu dipakai

7
oleh pekerja yang bersangkutan. Perusahaan wajib menyediakan
semua alat pelindung diri yang di wajibkan dan pekerja wajib pula
untuk selalu memakainya(4).

2.1.2 Jenis-jenis alat Pelindung Diri

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor 08/MEN/VII/2010. Tentang alat
pelindung diri pasal 3 menyatakan bahwa jenis alat pelindung diri
terdiri dari, pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung
telinga, pelindung pernafasan, pelindung tangan, pelindung kaki.
Fungsi alat pelindung berdasarkan Permenakertrans No. 08
tahun 2010, yakni:
1. Alat Pelindung Kepala (safety helmet) Alat pelindung kepala
(safety helmet) digunakan untuk melindungi pekerja dari
bahaya terbentur oleh benda tajam atau benda keras yang
dapat menyebabkan luka gores, terpotong, tertusuk, kejatuhan
benda, atau benda-benda yang melayang di udara. Safety
helmet dapat terbuat dari berbagai bahan, antara lain plastic,
fiberglass, dan logam. Topi pengaman dengan bahan elastis
seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh wanita.
Rambut wanita yang panjang memiliki risiko ditarik oleh mesin.
Oleh karena itu, penutup kepala harus dipakai agar rambut
tidak terbawa putaran mesin dengan cara rambut diikat dan
ditutup oleh penutup kepala(5).

8
Gambar 2.1 Safety Helmet

2. Pelindung tangan (gloves) Sarung tangan harus diberikan


kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-
bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain
syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan.
Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan
dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena
bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan
sebagainya. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan
ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan
mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung
tangan ke mesin adalah berbahaya. Sangat banyak jenis-jenis
alat pelindung tangan antara lain adalah :
Pelindung tangan (gloves)

 Sarung tangan dari kain terpal (canvas), sarung


tangan ini digunakan untuk melindungi tangan agar
tidak melepuh karena gesekan(6).

 Sarung tangan dari asbes, jenis ini digunakan untuk


melindungi tangan dari panas. Misalnya untuk
pekerjaan mengangkat benda-benda panas, pekerjaan
dibagian menempa logam, bagian pengecoran logam
dan lain sebagainya. Sarung tangan asbes saat ini

9
telah dianjurkan untuk tidak dipakai, hal ini disebabkan
kemungkinan adanya bahaya dari serat asbes yang
dapat mengakibatkan timbulnya kanker paru-paru
(mesoteliomia) apabila serat-serat asbes rontok
terhirup oleh tenaga kerja. Sebagai gantinya
disediakan sarung tangan dari asbes yang benang-
benangnya telah dilapisi dengan aluminium.

 Sarung tangan dari kulit sapi atau kulit kuda digunakan


untuk keperluan mengelas. Sarung tangan ini akan
melindungi tangan dari percikan bunga api las.
Disamping sarung tangan kulit, tenaga kerja Ias sering
(umumnya) diberi jaket kulit untuk melindungi
tubuhnya dari percikan bunga api.

 Sarung tangan panjang (sampai siku) yang terbuat


dari kulit untuk melindungi tangan dari lembaran-
lembaran logam atau baja yang tajam dan runcing.

 Sarung tangan untuk pekerjaan listrik Sarung tangan


jenis ini untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya
tersengat arus listrik, terutama bagi tenaga kerja yang
beketja dengan kabel yang bermuatan listrik.
Umumnya sarung tangan ini dibuat dari karet dan
harus memenuhi standar yang berlaku. Sarung tangan
ini ada beberapa jenis yang penggunaannya
disesuaikan dengan voltage arus yang ditangani, arus
bolak balik atau arus searah. Sarung tangan anti
getaran Umumnya jenis pekerjaan seperti
penebangan pohon di hutan-hutan akan digunakan
alat gergaji yang menimbulkan getaran, pekerjaan di
pertambangan (deep mining) banyak menggunakan
mesin bor batu-batuan yang menimbulkan getaran,
juga pekenaan di lingkungan konstruksi banyak
menggunakan berbagai alat yang bergetar. Tenaga

10
kerja yang bekerja dengan menggunakan alat-alat
yang menimbulkan getaran harus memakai sarung
tangan anti getaran. Sarung tangan anti getaran ini di
dalamnya dilapisi dengan spons (banyak lubang-
lubang udara) atau dibuatkan kantong-kantong udara
(dengan menggunakan pipa-pipa karet).

 Sarung tangan yang terbuat dari karat sintetik, terbuat


dari karat alam atau plastik. Setiap bahan untuk
membuat sarung tangan seperti itu memiliki sifat sifat
khusus terutama daya tahannya terhadap bahan
kimia. Sebagai contoh, sarung tangan dari karat alam
tidak cocok untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan minyak dan lemak sedang vinyl chlorida tidak
sesuai untuk pelarut pelarut organik(7).

Gambar 2.2 Pelindung Tangan

3. Pelindung mata dan wajah Pada umumnya, dampak bahaya-


bahaya yang bisa menimbulkan luka pada mata dapat
dikurangi dengan menggunakan kacamata khusus atau
topeng pengaman, tidak cukup dengan kacamata biasa. Alat-
alat tersebut ”harus” dikenakan oleh pekerja jika kondisi kerja
memang berpotensi bahaya (mandatory action). Pelindung
mata ada beberapa macam yaitu :

 Spectacle goggles (kaca mata) Ada 2 macam spectacle


goggles ialah yang dilengkapi dengan topeng samping

11
dan tanpa topeng samping. Kegunaannya untuk
melindungi mata dari benda-benda melayang seperti
paku, paku keling, serpihan logam atau batu-batuan,
percikan logam dari pekerjaan menempa, percikan benda-
benda keras lainnya yang dihasilkan oleh pekerjaan yang
menggunakan pahat, alat pengebor batu-batuan, alat
pembuat lubang pada beton(8).

 Cup goggles Cup goggles dilengkapi dengan tali pengikat


kepala. Kegunaannya untuk melindungi mata dari percikan
bara logam yang berasal dari pekerjaan penuangan logam
cair, benda-benda melayang seperti serpih kayu (tatal)
atau percikan logam yang berasal dari pekerjaan
menggerinda juga dapat melindungi mata dari debu yang
berasal dari pekerjaan tukang kayu dan lainlain. Banyak
jenis-jenis cup goggles yang diciptakan (direncanakan)
untuk pekerjaan-pekerjaan khusus seperti untuk pekerjaan
mengelas atau memotong baja. Dimana kacamata
pelindung diganti dengan lensa berwarna biru untuk
melindungi mata dari radiasi sinar ultraviolet (9).

 Cover Goggles Umumnya dibuat dari bahan yang ringan


seperti vinyl yang keras atau bahan karet yang lunak.
Lensa dibuat dari plastik bening yang cukup lebar,
sehingga dapat memberikan pandangan yang cukup luas.
Bingkai kaca dibuat berlubang-lubang, tujuannya agar
keringat dapat diuapkan keluar dan tidak mengakibatkan
gangguan pada mata (keringat tidak menetes masuk
mata). Kegunaan cover goggles untuk melindungi mata
dari benda-benda melayang, debu dan dapat digunakan
bersama-sama dengan kacamata pengaman.

12
Gambar 2.3 Kacamata pengaman

 Topeng muka (face shield) Topeng muka umumnya dibuat


dari plastik bening dan dilengkapi dengan tali pengikat
kepala. Kegunaannya sebagai pelindung muka yang dapat
melindungi mata dari benturan-benturan benda-benda
yang melayang. Di dalam industri, topeng muka diperlukan
sebagai tambahan kacamata pengaman bila tenaga kerja
menangani bahan-bahan kimia atau asam atau pekerjaan
menuang logam cair. Ada juga topeng muka yang
digabung sekaligus dengan topi pengaman. (10)

Gambar 2.4 Face shield

 Welding helmet Welding helmet merupakan gabungan


antar topeng muka dengan kaca filter pelindung mata.
Kegunaannya adalah untuk melindungi mata dari
pengaruh radiasi sinar ultra violet dan percikan api las

13
pada pekerjaan mengelas.

 Pelindung telinga Ada 2 (dua) macam alat pelindung


telinga yang umum digunakan yaitu: Sumbat telinga (ear
plug) dan Tutup telinga (earmuff). Kegunaan alat
pelindung telinga adalah untuk melindungi alat
pendengaran dari intensitas suara yang tingg (bising).
Rata-rata sumbat telinga dapat meredam intensitas suara
sebesar 20-30 dB pada frekuensi 2.000-4.000 Hz. dan
ukuran wajah rata-rata orang atau bangsa dari negara
asal dimana tutup telinga atau ear muff tersebut
diproduksi. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
membuat sumbat telinga antara lain: karet alam, karet
sintetis, plastik yang lembut (agak lentur dan busa uretan)
(11)
.

Gambar 2.5 Pelindung Telinga

4. Pelindung pernafasan Pada tempat-bempat kerja tertentu


seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-
macam sebab antara lain:

1) Debu-debu kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi


sejenis.

2) Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan


atau asap.

3) Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia.

14
4) Bukan gas beracun tetapi seperti C02 yang menurunkan
konsentrasi oksigen di udara. Untuk mencegah masuknya
kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat
yang di sebut “masker”. Hal yang perlu di perhatikan
dalam menggunakan masker yaitu:

1) Bagaimana menggunakan masker secara benar.

2) Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.

Lamanya menggunakan alat tersebut. Pemakaian


selain menutup mulut dan hidung, ada juga mencakup
wajah dan kepala. Pemakaian masker dan respirator
hendaklah memperhatikan apa yang sebaiknya digunakan,
dengan memperhatikan jenis bahaya yang dihadapi dan
berapa banyak kontak dengan bahan berbahaya tersebut.
Berdasarkan jenis masker dibagi menjadi 2 yaitu masker
debu dan masker karbon :

1) Masker Debu Melindungi dan debu phylon, buffing,


grinding, serutan kayu dan debu lain yang tidak terlalu
beracun. Masker debu tidak dapat melindungi dari uap
kimia, asap cerobong dan asap dari pengelasan.

2) Masker karbon Melindungi dari bahan kimia yang daya


toxicnya rendah yang memiliki absorben dari karbon
aktif, masker karbon harus disertifikasi oleh badan
sertifikasi. Respirator adalah alat pelindung diri yang
digunakan di bagian kepala, tepatnya di bagian wajah.
Bagian yang dilindungi oleh respirator sekurang
kurangnya adalah hidung dan mulut(12).

15
Gambar 2.6 Pelindung Pernafasan

2.1.3 Pemakaian APD


Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini
tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara
memakainya tidak benar.
Aspek keamanan dan Aspek Ergonomi dari penggunaan APD
1) Aspek keamanan Alat pelindung diri harus memberikan
perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2) Aspek ergonomi Hendaknya APD beratnya seringan mungkin
dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan
bagi tenaga kerja yang berlebihan dan bentuknya harus cukup
menarik(13).

2.1.4 Peraturan APD

Peraturan jenis alat pelindung diri yang digunakan harus


dipatuhi oleh tenaga kerja sesuai dengan pontensi bahaya yang
dihadapi serta sesuai dengan bagian tubuh yang perlu dilindungi.
Sebagimana yang tercantum dalam undang - undang No. 01 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja pasal 12 sub b menyebutkan bahwa
dengan peraturan perundangan - undangan daftar kewajiban dan
pada pasal 14 menyebutkan bahwa pengusaha wajib memberikan
secara cuma - cuma sesuai alat pelindung diri yang diwajib bagi
setiap memberikan pada tenaga kerja yang dibawah
kepemimpinannya dan menyiapkan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, di sertai petunjuk yang diperlukan.

16
2.2 Permanaker No. 08 tahun 20
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI No.8/MEN/VII/2010, alat pelindung diri (APD) atau personal
protective equipment didefinisikan sebagai alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja. Menurut permenaker no.8 tahun 2010 bahwa setiap
pengusaha wajib menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi
pekerja/buruh di tempat kerja. Kewajiban-kewajiban lain yang
berhubungan dengan APD yang harus dipenuhi menurut peraturan
menteri ini antara lain:

1. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai Standar


Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.

2. APD yang dimaksud meliputi pelindung kepala, pelindung mata


dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya, pelindung tangan, pelindung kaki, pakaian
pelindung, alat pelindung jatuh perorangan dan atau pelampung.

3. Di dalam Pasal 4 disebutkan 18 jenis tempat kerja di mana APD


wajib digunakan.

4. Pengusaha wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang


rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat
kerja.

5. Pengusaha diwajibkan melakukan manajemen APD di tempat


kerja, yang meliputi identifikasi kebutuhan dan syarat APD,
pemilihan APD yang sesuai, pelatihan, dan lain-lain.

6. APD harus segera diganti apabila rusak, tidak dapat berfungsi


dengan baik atau telah habis masa pakainya (lifespan) (14).

17
2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka


disusun kerangka teori mengenai alat pelindung diri .

Alat Pelindung Diri (APD)

Permenaker No.08 Tahun


2010

Kesesuaian APD terhadap


Permenaker No.08 Tahun
2010

Gambar : Kerangka Teori

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dibuat berdasarkan kerangka teori yang telah
dikembangkan pada tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
kesesuaian penggunaan APD dengan berdasarkan Permenakertrans
No. 08 Tahun 2010 pada pekerja di Workshop, yang akan
memperoleh deskripsi penggunaan APD di Workshop adalah sebagai
berikut:
INPUT
Penerapan
penggunaan
APD di bagian
workshop PT.
Krakatau Steel

OUTPUT

19
Kesesuaian
penggunaan APD
berdasarkan
Permenakertrans
No. 8 Tahun 2010

PROSES
Permenakertrans
No. 8 Tahun 2010
tentang Alat
Pelindung Diri

20
Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

1.2 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
komparatif Komparatif deskriptif membandingkan variabel yang sama
untuk sampel yang berbeda. Selanjutnya menurut Hasan (2002: 126-
127) analisis komparasi atau perbandingan adalah prosedur statistik
guna menguji perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau
lebih. Uji ini bergantung pada jenis data (nominal, ordinal,
interval/rasio) dan kelompok sampel yang diuji. Komparasi antara dua
sampel yang saling lepas (independen) yaitu sampel-sampel tersebut
satu sama lain terpisah secara tegas dimana anggota sampel yang
satu tidak menjadi anggota sampel lainnya.
Arikunto Suharsini (1998:236) mengatakan bahwa dalam
penelitian komparasi dapat menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, prosedur
kerja, ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau
prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan
dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara,
terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide.
Penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua
atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau
variabel yang diteliti.
Dalam penelitian ini tidak ada pengontrolan variabel, maupun
manipulasi atau perlakuan dari peneliti. Penelitian dilakukan secara
alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
instrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik
untuk mencari perbedaan diantar variabel-variabel yang diteliti(15).
Pada penelitian deskriptif komparatif ini menggunakan metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah wawancara dan observasi. Observasi yang dilakukan dalam

21
penelitian ini adalah melakukan pengamatan secara langsung pada
pekerja PT. Krakatau Steel saat bekerja. Pengisian ini checklist
dilakukan ketika observasi.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian dalam penelitian ini adalah gambaran
penggunaan APD di bagian workshop PT. Krakatau Steel dan
Permenakertrans No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri
dengan satu informan yaitu staff HSE PT. Krakatau Steel.
3.4 Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Data primer didapat melalui hasil observasi awal melalui
pengamatan dilapangan dan wawancara kepada pekerja dan
staff HSE di bagian workshop PT. Krakatau Steel dan lembar
checklist tentang penggunaan APD di bagian workshop PT.
Krakatau Steel.

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari
sumber pustaka seperti buku, jurnal, dokumen perusahaan dan
Permenakertrans No. 08 Tahun 2010. Agara penelitian ini
berjalan dengan akurat sesuai kenyataannya.

3.5 Instrumen Penelitian


1. Lembar Checklist
Pengertian check list adalah suatu daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya. Wawancara Menurut Arikunto (2006;155)
wawancara atau interview adalah sebuag dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi (16).
2. Kamera Handphone
Untuk mendokumentasikan kegiatan penggunaan APD di
bagian workshop PT. Krakatau Steel

22
3.6 Pengumpulan Data
1.) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan penyusunan
proposal penelitian, dan penyusunan kuisoner.
2.) Tahap Pelaksanaan Wawancara
Untuk mencari informasi dengan cara memberikan beebrapa
pertanyaan kepada narasumber untuk memperoleh data yang
dibutuhkan.
3.) Tahap Akhir
Lembar checklist pada penelitian ini untuk melihat
penerapan penggunaan APD pada pekerja dan melihat penerapan
APD pada perusahaan berdasarkan Permenakertrans No. 08
Tahun 2010

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Analisa data dilakukan dengan menganalisa data temuan hasil
survey dengan peraturan perndangan yang dirujuk terkait dengan
kesesuaian penggunaan APD di Workshop, apakah di Workshop PT.
Krakatau Steel sudah menerapkan penggunaan APD di Workshop,
dan Kesesuaian Penggunaan APD di Workshop berdasarkan
Permenakertrans No. 08 Tahun 2010.

23
DAFTAR PUSTAKA
1.Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta.

2.Irianto, Agus. 2004. Konsep Dasar dan Aplikasi Statistik


Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

3.Satrio Widianto, 12 Januari 2022 (Canangkan Bulan K3, Menaker: Usia

20-25 Tahun Terbanyak Alami Kecelakaan Kerja)

https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-013460152/canangkan-bulan-
k3-menaker-usia-20-25-tahun-terbanyak-alami-kecelakaan-
kerja#:~:text=Kemudian%2C%20sepanjang%20Januari%20hingga
%20September,muda%2020%20sampai%2025%20tahun.

4.McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta:


EGC;2007.h.615.
5.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2010
Tentang Alat Pelindung Diri.

Yanyang Reny. Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam


Memberikan Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di Ruang Cetak PT. Air
Mancur Palur, Universitas Sebelas Maret: Surakarta. 2010.

KenzieMk, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta:


EGC;2007. h.615.

Mayendra Oni. Analisis Penyebab Kecelakaan. FKM UI. Jakarta: 2009

FP Okti. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas


Indonesia;2008.

24
Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja.
Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;2007. h. 113-20.

Bungin. Burhan. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana


Prenada Media Group.

Riana Mashar, 2015 Teknik Konseling Metafora Untuk Meningkatkan


Tanggung Jawab Siswa Usia 6-7 Tahun Di Kelas 1 Sd Muhammadiyah 1
Alternatif Kota Magelang Universitas Pendidikan Indonesia.

Irianto, Agus. 2004. Konsep Dasar dan Aplikasi Statistik Penelitian.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tarwaka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja, 2nd ed. Surakarta: Harapan Press,
2014.
Tarwaka, Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan
di Tempat Kerja, 1st ed. Surakarta: Harapan Press, 2012.

Suma’mur P. K., Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.


Jakarta: CV Haji Mas Agung, 1987.

D. W. Ariani, Pengendalian Kualitas Statistik: Pendekatan Kuantitatif


dalam Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.

N. Fridayanti and R. Kusumasmoro, “Penerapan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja di PT Ferron Par Pharmaceuticals Bekasi,” J. Adm.
Kant., vol. 4, no. 1, pp. 211–234, 2016

25
LAMPIRAN

3.8 Tabel wawancara

Nama Pekerja Cutiing ;


Berapa lama bekerja ;
No Wawancara Jawaban
1. Apakah bapa tahu bahaya untuk
pekerja cutting?
2. Bagaimana ketersediaan APD di
unit

cutting?

3. Menurut bapa apakah APD


yang digunakan bapa sudah
lengkap selama bekerja di PT
tersebut?

26
4. Apakah kondisi APD diperusahaan
baik dan tepat dan sesuai
pekerjaan dan resiko?
5. APD apa saja yang digunakan di
unit pekerja cutting?
6. Apakah bapa tahu akibat jikat
tidak menggunakan APD di bagian
cutting?
7. Apakah diperusahaan sudah
menerapkan kebijakan dalam
penggunaan APD?
8. Apakah APD yang digunakan
saat bekerja cutting tidak
merepotkan dan tidak mengganggu
pekerja cutting?
9. Apakah bapa tahu pentingnya
untuk selalu menggunakan APD
selama bekerja ?
10. Apakah menurut bapa perusahaan
selalu menyediakan dan mengawasi
penggunaan APD pada pekerja
cutting?
11 Apakah diperusahaan sudah
diterapkan pelatihan penggunaan
APD?
12. Apakah penggunaan APD untuk
pekerja sudah benar dilakukan?

3.9 Tabel Checklist

PENERAPAN

27
YA TIDAK

No ITEM PERTANYAAN
1. APD tersedia ditempat kerja
sesuai dengan resiko yang
dihadapi
2. APD tersedia sesuai dengan
kebutuhan kerja
3. APD yang tersedia telah mencakupi
jumlahnya untuk semua pekerja
4. Tersedia tempat penyimpanan APD
yang baik dan benar
5. Jenis APD yang tersedia :
a. Alat pelindung kepala

b. Alat pelindung telinga

c. Alat pelindung pernapasan

d. Alat pelindung mata atau wajah

e. Alat pelindung tangan

f. Alat pelindung badan

g. Alat pelindung kaki

Pelatihan

6. Terdapat program pelatihan


prosedur kerja
7. Terdapat pembinaan dalam
penggunaan APD
8. Terdapat pengarahan
dalam penggunaan APD
9. Terdapat penjelasan cara
penggunaan APD yang tepat
Kebijakan

28
10. Terdapat sanki terdapat pekerja
yang tidak menggunakan APD
11. Perusahaan memberikan
penghargaan terhadap pekerja
yang taat menggunakan APD
12. APD yang tidak layak (rusak,retak
dan habis masa pakai ) langsung
diganti
13.. Wajib menggunakan APD
dilingkungan tempat kerja sesuai
kebutuhan
14. Ada pegaturan jadwal kerja yang baik

15. APD diberikan secara Cuma-Cuma

Pengawasan

16. Adanya pengawasan selama bekerja


terhadap penggunaan APD
17. Pengawasan dilakukan setiap hari

18. Adanya teguran pada pekerja yang


tidak menggunakan APD
19. Adanya identifikasi kebutuhan dan
syarat APD
Kondisi APD

20. APD yang digunakan dapat


memberikan perlindungan terhadap
bahaya ditempat kerja
21. APD dalam keadaan baik dan layak
dipakai saat kerja
22. APD nyaman saat digunakan dan
tidak mengganggu kerja
23. Adanya perawatan APD

29
24. APD sesuai dengan standar Nasional
Indonesia (SNI)
Rambu-rambu APD

25. Terdapat peraturan pengggunaan


APD secara tertulis
26. Terdapat media mengenai kewajiban
penggunaan APD

30
31

Anda mungkin juga menyukai