Anda di halaman 1dari 2

PICO

P = POPULASI
Rancangan studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada pasien Gastroesophageal Reflux Disase (GERD) dengan pemenuhan
kebutuhan aman nyaman ; Nyeri. Fokus studi kebutuhan aman nyaman nyeri
pada pasien GERD. Sebelum dilakukan adalah untuk pemenuhan tindakan subjek
dilakukan pengukuran awal skala nyeri kemudian dilakukan intervensi relaksasi
nafas dalam dan posisi nyaman setelah itu kembali dilakukan pengukuran skala
nyeri. Keefektifan dari tindakan terapi relaksasi nafas dalam dapat dilihat dari
skala nyeri yang turun dari 4 setelah diberikan terapi, pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13 Mei 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi.
I = INTERVENSI
Menurut Iswatun et al, (2021) Penatalaksanaan pada pasien GERD salah
satunya adalah Penanganan nyeri yaitu dengan melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen
dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman.
Teknik relaksasi nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan
dan dada mengembang penuh. Dalam teknik ini merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, bagaimana perawat mengajarkan cara melakukan teknik relaksasi
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri.
C = COMPARATION
Prevalensi gastroesophageal reflux disease (GERD) di Amerika Utara sebesar
18,1-27,8%, di Eropa sebesar 8,8-25,9%, di Asia Timur sebesar 2,5-7,8%, di
Australia sebesar 11,6% dan di Amerika Selatan sebesar 23,0%.6 Di Indonesia,
gastroesophageal reflux disease masih belum memiliki data epidemiologi yang
lengkap, namun berdasarkan hasil statistik ekstrapolasi yang dilakukan oleh
Marcellus Simadibrata dalam jurnalnya yang berjudul “Gastroesophageal Reflux
Disease In Indonesia” pada tahun 2009, prevalensi gastroesophageal reflux
disease di Indonesia diperkirakan mencapai 3% dari total populasi di seluruh
Indonesia.5,7 Gastroesophageal reflux disease (GERD) dahulu dianggap sebagai
penyakit yang hanya dialami pada usia tua, namun pada studi yang berjudul ‘The
Changing Epidemiology of Gastroesophageal Reflux Disease: Are Patients
Getting Younger?’ menunjukan adanya peningkatan prevalensi penyakit refluks
esofageal pada usia dewasa muda dengan peningkatan prevalensi paling tinggi
terjadi pada grup usia 30 – 39 tahun.
O = OUTCOME
Hasil pengkajian didapatkan data dari pasien langsung pada hari Senin
15 Mei 2021 pasien dibawa ke IGD RSUD dengan kondisi pasien mengeluh
nyeri pada ulu hati, hasil vital sign Tekanan Darah : 130/80 mmHg, Nadi: 80
x/menit, Suhu : 36.6OC, R: 20x/menit. Hasil pengkajian PQRST P: Perut terasa
nyeri saat bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri perut sebelah kiri, S:
skala nyeri 5, T: nyeri dirasakan hilang timbul. Salah satu karakteristik nyeri
skala 4 atau sedang.
Bahwa karakteristik nyeri pada skala 5 atau skala sedang yaitu nyeri terus
menerus, aktivitasnya terganggu, nyeri hanya hilang apabila penderita tidur.
Terdapat beberapa kesamaan keluhan pada nyeri skala 5 atau sedang namun pada
dasarnya semua tetap bergantung prespektif masing masing pasien mengenai
nyeri yang dirasakan. Implementasi dilakukan pada hari senin 15 Mei 2021 pukul
12.00 WIB yaitu melakukan pengkajian nyeri, pukul 12.10 WIB memberikan
teknik non farmakologi yaitu relaksasi nafas dalam selama 15 menit. Pukul
10.30 Mengidentifikasi ulang nyeri nya meliputi lokasi, durasi, kualitas,
karakteristik dan intensitas nyeri sehinga pada pasien GERD dengan masalah
Gangguan Pemenuha Kebutuhan Aman Nyaman: Nyeri terdapat penurunan
skala nyeri dari 4 setelah diberi terapi.

Anda mungkin juga menyukai