dimasa Pandemi”
“(KAK PANJI : PENDAPAT DAN SUPORT UNTUK REMAJA DIMASA PANDEMI UNTUK
TERHINDAR DARI SEKS BEBAS DAN PERNIKAHAN DINI)”
A.SEKS BEBAS
Menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan
dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti
berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai
tidak sesuai dengan norma karena dilakukan di luar hubungan pernikahan dan bertentangan
dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara
umum..
Pandangan remaja terhadap seks kian berubah. Remaja dengan sikap keserba bolehan,
sebagian menganggap hubungan seks pranikah tidak perlu dipersoalkan. Hubungan seks
pranikah umumnya berawal dari masa pacaran. Ironis memang, saat pacaran ini, pemuda
(sang pacar) mulai mengarahkan rayuan gombal berhubungan seks dengan coba-coba. Inilah
yang seringkali di salah artikan kalangan remaja. Bukti cinta diukur dengan sebatas hubungan
seks.
Menurut Bukhari (2006: 6), ada beberapa sebab yang menjadikan remaja sangat
mudah terjebak dalam perzinahan, di antaranya:
1). Tidak memiliki pemikiran yang panjang remaja lebih memilih melampiaskan hasratnya
ketimbang memikirkan dampak negatifnya.
2). Tidak merasa diawasi ketika sedang berduaan dengan sang kekasih biasanya remaja
merasa seakan dunia ini hanya milik berdua. (AMILIA)
3). Pergaulan bebas pergaulan bebas antara remaja yang berlawanan jenis sangat memicu
terjadinya perzinahan. (dalam Bukhori, 2006: 8) (ZAHRO’)
4. Dampak Seks Bebas Bagi Kesehatan Psikologis atau Mental Anak (BASUNI)
Selain dampak seks secara fisik, dampak negatif juga dirasakan secara psikologis atau mental
anak. Berikut adalah bahaya seks bebas pada psikologis anak, yang meliputi:
a. Munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual
b. Merasa menyesal dan bersalah (ROKUL)
c. Sulit memiliki hubungan yang serius (ROKUL)
d. Depresi (BAGAS)
e. Pernikahan dini (BAGAS)
f. Kehamilan di usia muda (BAGAS).
Salah satu cara agar remaja tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas ialah
membangun hubungan baik dengan orang tua:
Contohnya:
Anggap anak layaknya seorang teman (ROSIKHOTUL)
Bekali anak dengan pendidikan moral, budi pekerti, dan agama yang kuat
Berikan anak informasi yang benar dan masuk akal, (AISAH)
Hindari melarang atau memarahi anak tanpa alasan yang jelas
Jangan menunggu anak bertanya terlebih dahulu
Perlakukan anak sesuai dengan usianya (NURUL BADIAH)
Berikan peran dan kepercayaan pada anak untuk berkontribusi positif dalam
keluarga
Orangtua tak perlu panik, tetap tenang, dan bijaksana saat anak pubertas dan
ketika menghadapi tingkah laku anak yang tengah bereksperimen dengan hal-hal baru.
(LAILI OKTA)
Hargai pendapat anak dengan berusaha menjadi pendengar yang baik.
Kenali lingkungan anak dengan perlu mengetahui siapa teman dekatnya (IKE
FITRI)
4.Usaha Pencegahan Dalam Menanggulangi Problema Seksualitas Remaja
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk penanggulangan dampak seks bebas, yaitu:
a. Aspek Pendidikan
Melalui saluran informal yaitu pendidikan seks di sekolah dengan mencapai remaja
sebagai target populasi maka perlu diperhatikan persyaratan yang diperlukan untuk suatu
program pendidikan seks yang komprehensif. (ADE FAIZ)
b. Aspek Pelayanan
B.PERNIKAHAN DINI
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan
oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang
berusia dibawah usia 19 tahun. Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menyatakan bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi
atau tidak resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun.
Bagi seorang wanita ia harus sudah siap menjadi ibu rumah tangga yang bertugas
mengendalikan rumah tangga, melahirkan, mendidik, dan mengasuh anak-anak. Dalam
undang-undang perkawinan N0. Tahun 1974 disebutkan bahwa: (RISQIATUL)
Pasal 6 (ARIKATUL)
(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (duapuluh
satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
Pasal 7
1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. (NAFILAH)
(2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada
Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak
wanita. (EKA EMA)
1. Faktor ekonomi
Kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan dini,.
Pernikahan ini diharapkan menjadi solusi bagi kesulitan ekonomi keluarga, dengan menikah
diharapkan akan mengurangi beban ekonomi keluarga, sehingga akan sedikit dapat mengatasi
kesulitan ekonomi.
Beberapa penilitian menyatakan rata-rata orang tua yang menikahkan anaknya usia
mudah berpendidikan SMP ke bawah. Ada beberapa alasan orang tua menikahkan anaknya
secara dini, karena kuatir anaknya terjerumus kedalam pergaulan bebas dan berakibat negatif;
karena ingin melanggengkan hubungan dengan relasinya dengan cara menjodohkan anaknya
dengan relasi atau anaknya relasinya; menjodohkan anaknya dengan anaknya saudara dengan
alasan agar harta yang dimiliki tidak jatuh ke orang lain, tetapi tetep dipegang oleh keluarga.
Pernikahan dini pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi fisik maupun
biologis remaja, yaitu :
1. Remaja yang hamil akan lebih mudah menderita anemia selagi hamil dan melahirkan,
salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi. (NILA)
1). Resiko lebih tinggi terjangkit HPV (human papiloma virus) penyebab kanker serviks
2). Penyakit kelamin seperti: Klamidia, Sifilis atau raja singa, Gangguan Gonore, Infeksi
jamur (Candida), Kutil kelamin, Herpes simplex, Hepatitis B, Kutu kelamin, HIV/AIDS
7. Kekerasan dalam rumah tangga: dominasi pasangan akibat kondisi psikis yang masih
labil menyebabkan emosi sehingga bias berdampak pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT). (ALFIA .F.)
- Dampak bagi sang anak :
1. Lahir dengan berat rendah, sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan
bayi (PUTRI)
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penyumbang angka perkawinan bawah umur
tertinggi di Indonesia berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional tahun
2020.
“Para pekerja yang juga orang tua tersebut sering kali mengambil alternatif jalan pintas
dengan menikahkan anaknya pada usia dini karena dianggap dapat meringankan beban
keluarga,” papar Susilowati dalam Webinar “Dispensasi Nikah pada Masa Pandemi Covid-
19: Tantangan Terhadap Upaya Meminimalisir Perkawinan Anak di Indonesia” yang digelar
FH Unpad, Jumat (3/7/2020), seperti dilansir dari laman Unpad.
“Tidak dapat dihindari terjadinya pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar
nikah dan menyebabkan angka dispensasi meningkat di masa pandemi ini,” tambahnya.