Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

STUDI KASUS 1

Kelompok 4
Nama Anggota
1. Putri dinie Kamilah (200210303008)
2. Putri Anggraini (200210303015)
3. Cindy Nurul Amalia (200210303018)
4. Alfin Mufti Amin (200210303019)
5. Saffina Eka Rahma Wati (200210303021)
6. Tri Wisnu Hadi Wijaya (200210303028)
7. Moch. Ali Riski Ardiansyah (200210303029)
8. Ida Khodijjah (200210303027)
9. Ilham Abdillah Akbar (200210303033)
10. Sherila Destia Dermawan (200210303034)
11. Amanda Maulida Maghfiroh (200210303038)

Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo

Desa Wadas terletak di bagian tengah Kecamatan Bener dan berbatasan langsung dengan
Desa Kaliurip, Kaliwader, Kedungloteng, Bleber, Pekacangan, Cacabankidul serta Cacabanlor.
Desa Wadas memiliki wilayah seluas 405.820 ha dengan sebagian besar berupa tanah kering.
Topografi desa ini berupa dataran perbukitan dan lembah dengan ketinggian 213-258 mdpl.
Wilayah administratif desa ini sendiri terbagi atas 4 RW dengan 11 RT yang mana uniknya RT
di desa ini disetarakan dengan dusun atau dukuh. Walau begitu, kesebelas dukuh/RT ini hanya
dipimpin oleh 4 Kepala Dukuh saja.
Sedangkan untuk Keadaan rupa bumi (topografi) daerah Kabupaten Purworejo secara
umum dapat diuraikan sebagai berikut :
 Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-25 meter di
atas permukaan air laut.
 Bagian antara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25-
1050 meter di atas permukaan air laut.
Kondisi kemiringan lereng atau kelerengan Kabupaten Purworejo dapat dibedakan
menjadi empat (4) kategori yaitu:
 Kemiringan 0 – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo,
 Kemiringan 2 – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan
Bagelen,
 Kemiringan 15 – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo,
 Kemiringan > 40% meliputi Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno,
Kemiri, dan Pituruh.
Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai dengan 1.064
meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi Kabupaten Purworejo secara umum adalah
sebagai berikut : Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian
antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut. Bagian utara dan timur merupakan daerah
berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 – 1064 meter di atas permukaan air laut.
No Kecamatan Ketinggian (mdpl)
1. Grabag 2,5
2. Ngombol 12
3. Purwodadi 12
4. Bagelen 17
5. Kaligesing 200
6. Purworejo 63
7. Banyuurip 12
8. Bayan 19
9. Kutoarjo 26
10. Butuh 10
11. Pituruh 18
12. Kemiri 20
13 Bruno 325
14. Gebang 85
15. Loano 78
16. Bener 150
Sumber BPS Kab. Purworejo
Batuan andesit sendiri adalah batuan yang berasal magma yang keluar dan membeku di
luar permukaan. Batu ini memiliki komposisi silika dan oksida sebanyak 57-68 persen. Batuan
andesit sendiri terbagi menjadi dua macam, yakni yang terbentuk dari pembekuan magma (tanpa
letusan gunung berapi) dan yang terbentuk bersama dengan letusan gunung berapi. andesit di
desa Purworejo ini termasuk dalam batuan vulkanik yang bukan merupakan hasil erupsi gunung
berapi. Batuan andesit merupakan material yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan, terutama untuk kebutuhan konstruksi.
Kabupaten Purworejo yang berdasarkan peta fisiografi daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur termasuk dalam Zona Kubah dan Perbukitan dalam Depresi Sentral, rangkaian
Pegunungan Serayu Selatan. Daerah Kabupaten Purworejo dibagi menjadi tiga satuan bentang
alam, yakni Pegunungan Kulonprogo, Pegunungan Serayu Selatan, dan Dataran Purworejo. Hasil
analisis petrografi batuan beku di daerah Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah berupa batuan
Andesit. Secara petrografi batuan beku andesit memiliki tekstur Profiro afanitik dengan fase
fenokris di dominasi oleh mineral Plagioklas, Hornblenda, Piroksin dan opak dengan proporsi
yang berbeda dalam setiap batuan, sedangkan fase masadasarnya didominasi oleh mikro-
mikrokristalin plagioklas, piroksen, hornblenda dan mineral opak. Komposisi batuan andesit
yang dianalisa melalui metode petrografi menandakan bahwa di daerah tersebut diperkirakan
berhubungan dengan hasil proses adanya aktivitas gunung api yang pernah ada sebelumnya.
Di daerah Purworejo juga terdapat kejadian gerakan tanah atau batuan dimana kejadian
gerak tanah atau batuan tersebut secara umum dikategorikan jenis longsoran tanah/soil (soil
slide/lanslide. Sedangkan di daerah Wadas sendiri memiliki litologi penyusun berupa soil lava-
andesit, memiliki kondisi topografi (kemiringan lereng) curam yakni 21%-55%, memiliki
morfologi berupa perbukitan lava, memiliki tipe longsor debris slide rotational, (Indriani dkk,
2017).
Batu andesit dari Desa Wadas dikabarkan untuk membuat pondasi bendungan.
Penggunaan batu andesit yang terbentuk dari Magma disebut Yunia memiliki tekstur yang lebih
seragam baik ukuran maupun massa dasarnya, materialnya juga lebih kokoh untuk dijadikan
bahan bangunan. Sebelumnya Desa Wadas ramai diperbincangkan setelah kedatangan ratusan
aparat kepolisian memasuki wilayah tersebut terkait pengukuran tambang batu andesit.
Pembangunan tambang batu andesit di wilayah itu memicu kontra dari warga yang merasa
tambang akan memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan.
Daerah aliran Sungai (DAS) ialah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai serta anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat adalah pemisah topografis serta batas pada laut sampai dengan wilayah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan. Kawasan Desa Wadas sendiri terbelah Sungai Juweh
dengan pemukiman penduduk yang mengikuti aliran sungai ini, selain itu di kabupaten
purworejo sendiri memiliki sungai yang cukup besar yakni sungai bogowonto, Daerah Aliran
Sungai Bogowonto seluas 587 km2 terletak di antara 7° 23’ dan 7°54’ LS dan 109° 56’ dan 110°
10’ BT. Sungai Bogowonto dan anak sungainya, sungai Kodil, mengalir dari lereng Gunung
Sumbing (3.375 mdpl) yang membatasi dua wilayah sungai, yaitu Serayu dan Progo. Potensi
alam yang dimiliki oleh Desa Wadas sangat besar. Desa Wadas merupakan salah satu desa yang
bertanah subur. Desa ini sering disebut dengan desa surga durian. Desa wadas berada di dataran
perbukitan dan lembah dengan ketinggian sekitar 213-258 mdpl. Sehingga di desa ini banyak di
tumbuhi pohon seperti pohon durian, aren, kemukus, jati, cengkeh, akasia, mahoni, kelapa, kopi,
petai dan lain sebagainya. Kanopi di desa wadas ini rapat dan menyerupai hutan tropis lebat yang
menyisakan ruang kecil seperti celah-celah untuk masuknya sinar matahari. Batang pohon jenis
palem yakni merambat tanaman kemukus dan vanili. Pada lantai hutan dijadikan sebagai tempat
tumbuh semak belukar, sayur, dan tanaman rempah yakni seperti jahe dan kencur. Seluruh warga
desa wadas menjalankan pertanian multikultur di lahan tanah subur. Dengan keberagaman
kondisi alam yang terjadi di Desa Wadas tentu juga memiliki permasalahan baik dalam aspek
manusia maupun lingkungan. Ada pun beberapa permasalahan yang terjadi di Desa Wadas yakni
Permasalahan yang terjadi di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang terkait
dengan bentang lahan adalah, permasalahan mengenai penambangan batu andesit. Dalam
kegiatan penambangan batu andesit yang terjadi di Desa Wadas ini menjadi suatu permasalahan
dikarenakan, penambangan batu andesit yang dilakukan ini berada diatas lahan milik warga Desa
Wadas.
Selain itu, sebab dari penambangan tersebut mengakibatkan beberapa sumber mata air
menjadi terancam. Hal ini dapat terjadi karena, dalam penambangan batu andesit tersebut
pasokannya akan digunakan sebagai material dalam pembangunan suatu bendungan yang
bernama Bendungan Bener. Bendungan Bener ini juga merupakan suatu proyek strategis
nasional. Menurut Hidajat (2021) mengatakan bahwa pembangunan Bendungan Bener di Desa
Wadas telah berjalan mulai bulan Maret 2018, sesuai dengan ketetapan Gubernur Jawa Tengah
nomor 590/41 tahun 2018. Dalam pembangunan Bendungan Bener ini sendiri berkaitan dengan
pelestarian alam dan juga perekonomian warga desa Wadas, seperti pertanian, perkebunan, dan
juga kehutanan. Proyek bendungan bener di Kabupaten Purworejo merupakan proyek nasional
dan akan menjadi bangunan bendungan yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian waduk
sekitar 150 meter dan lebar bawah sekitar 290 meter. Air dalam bendungan nantinya akan
digunakan untuk melayani area irigasi seluas 15.519 hektare serta suplai air baku sebesar 1500
liter/detik untuk Kabupaten Purworejo, Kebumen, dan Kulonprogo. Selain itu juga akan
difungsikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk menyuplai energi listrik sebesar 6
MW. Potensi dan manfaat Bendungan Bener juga akan menjadi lokasi wisata, area perikanan dan
konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto bagian hulu. Desa Wadas sendiri adalah
salah satu dari 11 desa yang terpengaruh oleh pembangunan Bendungan Bener ini. Berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 590/41 Tahun 2018 tentang Persetujuan Penetapan
Lokasi Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bendungan Bener, total tanah yang dibutuhkan
mencapai 592,08 hektare. Lahan tersebut berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Purworejo
(8 Desa) dan Kabupaten Wonosobo (3 Desa). Selain berdampak positif, kegiatan penambangan
juga telah memberikan tekanan negatif terhadap lingkungan (Hidayat et al., 2012). Dan yang
menjadi permasalahan ialah bahwa warga desa wadas tidak setuju jika tanah desa mereka digali
dan menjadi tambang andesit mengingat kerugian yang dialami oleh warga desa wadas adalah
memiliki dampak buruk terhadap lingkungan yang sangat besar terutama pada kelangsungan
ingkungan hidup, pertanian, perkebunan, hutan dan penambangan (quarry) dari material
pembangunan bendungan bener seperti batuan andesit oleh warga dan masyarakat luas.
Pelestarian flora dan fauna seperti burung Elang yang masih banyak di daerah perbukitan desa
Wadas. Mengenai permasalahan tersebut, kami memiliki solusi yang mungkin dapat membantu
atau menengahi permasalahan tersebut. Solusi yang kami tawarkan ini sendiri terkait dengan
konservasi lahan yang terjadi di Desa Wadas. Solusi tersebut adalah, pemerintah harus
menetapkan amdal terkait penambangan yang dilakukan di Desa Wadas. Amdal sendiri
digunakan sebagai syarat untuk membuktikan bahwa kegiatan penambangan batu andesit yang
terjadi di Desa Wadas ini tidak memiliki suatu dampak yang negatif dengan lingkungan sekitar.
Di samping menetapkan amdal, pemerintah juga harus mengganti lahan milik warga Desa
Wadas agar tidak terjadi konflik di antara pihak pemerintah dan juga warga Desa Wadas. Selain
itu dengan melihat kondisi di lapangan atau di lokasi penambangan andesit, terlihat bahwa di
sekitar lokasi penambangan masih dikelilingi dengan tanaman hijau berupa pepohonan dan
lainnya. Konservasi yang bisa dilakukan salah satunya yaitu teknik konservasi tanah secara
vegetatif dengan memanfaatkan tanaman atau sisa-siasa tanaman disekitar lokasi untuk
mengurangi erosi. Sisa-sisa tanaman tadi akan melindungi tanah terhadap daya pukulan butir air
hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), serta meningkatkan infiltrasi
air ke dalam tanah. Jika dilihat dengan adanya beberapa pepohonan disekitar lokasi, ini
menunjukkan bahwa tanah dilokasi tersebut termasuk jenis tanah yang baik untuk perakaran
tanaman atau pepohonan. Salah satu jenis konservasi lahan yang mungkin cocok yaitu
penghutanan kembali (reforestation) untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi
dan hidrologi lokasi penambangan dengan tanaman pohon-pohonan serta untuk meningkatkan
kadar bahan organik tanah dari serasah yang ada dipermukaan tanah dan mendukung kesuburan
tanah. Penghutanan kembali ini merupakan upaya konservasi yang sering digunakan pada lahan-
lahan kritis seperti lahan setelah terjadi kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, aktivitas
pertambangan, dan penebangan hutan. Selain dengan penghutanan kembali, konservasi yang
mungkin bisa dilakukan yaitu dengan tanaman penutup tanah (cover crop) yaitu tanaman yang
biasa ditanam pada lahan kering dan dapat menutup seluruh permukaan tanah dari jenis tanaman
legume yang mampu tumbuh dengan cepat, tahan kekeringan, dapat memperbaiki sifat tanah
(fisik, kimia, dan biologi), dan menghasilkan umbi, buah, dan daun. Tanaman penutup tanah juga
mampu meningkatkan laju infiltrasi. Konservasi di lokasi penambangan andesit di Desa Wadas
juga bisa dilakukan dengan teknik konservasi secara kimiawi dimana dibutuhkan bahan-bahan
kimia baik organic maupun anorganik untuk memperbaiki sifat tanah dan menekan laju erosi
pada lahan tersebut. Bahan kimiawi yang dapat digunakan yaitu pembenah tanah (soil
conditioner) seperti polyvinil alcohol (PVA), urethanised (PVAu), sodium polyacrylate (SPA),
polyacrilamide (PAM), vinylacetate maleic acid (VAMA) copolymer, polyurethane,
polybutadiene (BUT), polysiloxane, natural rubber latex, dan asphalt (bitumen). Bahan-bahan ini
diaplikasikan ke tanah dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan
stabilitas agregat tanah, sehingga tahan terhadap erosi.

REFERENSI
Nurhaci, D. S. (2018). Studi Petrografi Daerah Bagelen Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Sains Dasar, 7(1), 5-11.
Indriani, Y. N., Kusumayudha, S. B., & Purwanto, H. S. (2017). ANALISIS GERAKAN
MASSA BERDASARKAN SIFAT FISIK MEKANIK TANAH DAERAH
KALIJAMBE, KECAMATAN BENER, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH. Jurnal Mineral, Energi, dan Lingkungan, 1(2), 39-49.
Hidajat, K. (2021). Kasus Desa Wadas Pembangunan Bendungan Bener Perspektif Sdg’s Desa.
Jurnal Pemberdayaan Nusantara, 1(1), 1-8.
Subagyono, K., Marwanto, S., & Kurnia, U. (2003). Teknik konservasi tanah secara vegetatif.

Anda mungkin juga menyukai