PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Di dalamnya ada
dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama
seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis,
efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan
aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal
dan pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang
mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam
pengajaran. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang
terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak
bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan teratur,
saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan
pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik
harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus
mempertimbangkan segi dan strategi pengajaran, dirancang secara sistematis,
bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik yang menyangkut
masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian
pengajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara
guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai
dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif
yang terjadi antara guru dan murid. Adapun materi yang akan kami bahas
dalam makalah pengelolaan pembelajaran yakni pengertian dan hakikat
pengelolaan pembelajaran serta pendekatan belajar-mengajar.Untuk
melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan
proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah
terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar
mengajar disekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik,
1
2
mengajar dan melatih tapi juga bagaimana guru dapat mebaca situasi kelas dan
kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Untuk meningkatkan peran guru dalam proses belajar mengajar dan hasil
belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan mampu mengelola kelas dengan baik. Adapun tujuan yang
diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifaatnya
instruksional maupun tujuan peniring akan dapat dicapai secara optimal apabila
dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungka bagi
peserta didik. Dalam setiap proses pembelakjaran kondisi inni harus
direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari
kondisi yang merugikan. Dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila
terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik
didalam kelas.
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif
apabila : Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang
terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan
dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai
pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan (Ahmad Rohani, 2004:122). Suatu
kondisi belajar optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan
dalam mencapai tujuan pengajaran.
Proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan yang perlu
direncanakan dengan matang. Perencanaan tersebut meliputi kegiatan belajar
mengajar, pengelolaan kelas maupun hasil belajar di kelas. Oleh karena itu,
perencanaan pembelajaran yang kita kenal dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menjadi suatu hal yang sangat penting. Penyususnan
rencana pelaksanaan pembelajaran berguna untuk membantu dan memudahkan
guru agar program pembelajaran yang dilaksanakan benar benar terfokus pada
kegiatan peserta didik, sehingga perlu disusun suatu perangkat rencana
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Strategi sosialisasi dan strategi bimbingan supervisi akademik yang telah
dilaksanakan selama ini ternyata masih belum memadai, sehingga identitas
dan penguasaan materi kurang,
6
D. Perumusan Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian tindakan sekolah ini, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SDN
.................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM melalui
pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN
.................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengetahui pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SDN
.................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM melalui
pelaksanaan supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif di SDN
.................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti sebagai
sumbangan pemikiran terhadap beberapa pihak diantaranya :
1. Secara teoritis
7
2. Secara Praktis
Hasil pelaksanaan penelitian penelitian tindakan sekolah diharapkan
dapat memberikan manfaat:
a. Bagi guru
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pengetahuan baru
sekaligus sebagai alat untuk merefleksi dirinya sendiri. Manfaat lain yang
diharapkan agar guru menyadari pentingnya bekerjasama dengan kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya dengan
pelaksanaan supervisi akademik.
b. Bagi Kepala Sekolah
Bahan informasi, pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru yaitu
prestasi peserta didik, kesempatan pendidikan lebih tinggi dan
pengembangan diri.
Sebagai bahan masukan tentang pentingnya peran kepala sekolah
dalam melaksanakan fungsi supervisi. Bagi guru, sebagai bahan masukan
kepada para guru bahwa implementasi supervisi berada di tangan guru,
bagaimana ia mengemas, mengelola, dan melaksanakan sehingga tercipta
kinerja guru yang optimal.
c. Bagi Pengawas Sekolah
Sebagai bahan evaluasi agar dapat menerapkan supervisi
akademik sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
pembelajaran khususnya dalam pengelolaan PBM
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
C. Kajian Teori
1. Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:
552-553). Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins &
Timonthy A. Judge, 2009: 57).
Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses
belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta
didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi
dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran (Subroto, 2002:91).
8
9
b. Perencanaan Pembelajaran
Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosis kebutuhan
para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses
pembelajaran dan menetapkan strategi pembelajaran yang ditempuh
10
1) Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit
memuat hal berikut: (1)Identitas matapelajaran (khusus
11
2) RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
12
3) Media Pembelajaran
13
c. Pelaksanaan Pembelajaran
Sebagai pengimplementasi/pelaksana rencana pembelajaran yang
telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi
yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi
situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Semua itu memerlukan keterampilan profesional secara memadai (Abdul
Majid, 2012 : 246).
14
(1) Mengamati
(a) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca, (b) Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
paling penting dari suatu benda atau objek, dan (c)
Kegiatan Mengamati dan Mendeskripsikan
(2) Menanya
(a) Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan
secara luas untuk bertanya apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca, dan seterusnya. (b) Guru membimbing mereka untuk
dapat mengajukan pertanyaan (hasil pengamatan objek yang
konkret sampai yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak). (c) Pertanyaan
bersifat faktual sampai ke yang bersifat hipotetik. (d) Guru
perlu membantu peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
16
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.
c) Memberikan umpan balik.
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut (remedi, pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas).
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
d. Penilaian Pembelajaran
17
2) Metode Penilaian
Penilaian dapat dilakukan melalui tes mapupun nontes. Metode
tes dipilih bila respons yang dibutuhkan dapat dikategorikan benar
atau salah (KD-KD pada KI-3 dan KI-4). Bila respons yang
dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah, digunakan
metode nontes (KD-KD pada KI-1 dan KI-2). Metode tes dapat
berupa tes tulis aupun tes kinerja (Hosnan, 2014 : 417).
4. Pendekatan Kolaboratif
a. Hakikat Pendekatan Kolaboratif
Jika diperhatikan secara seksama, pendekatan kolaboratif adalah
perpaduan antara pendekatan Supervisi direktif dan non direktif. Dugaan
itu benar, jika diperhatikan dari aspek tanggung jawab terlaksananya
kegiatan Supervisi. Artinya supervisor dan guru berbagi tanggung jawab.
Tugas Supervisi dalam hal ini adalah mendengarkan dan memperhatikan
secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan dan
pengembangan pengajarannya, dan sekaligus memperhatikan pula
gagasan-gagasan guru untuk mengatasi masalah itu selanjutnya.
Supervisor dapat meminta penjelasan terhadap hal-hal yang diungkapkan
guru yang kurang dipahami. Selanjutnya ia mendorong guru
28
D. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada
masalah penelitian yang menggambarkan bahwa pelaksanaan supervisi
akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Peran
kepala sekolah sebagai supervisor menjadi sangat penting, karena tujuan
supervisi itu sendiri secara garis besar adalah sebagai alat kendali mutu.
Supervisi juga memiliki tujuan sebagai bantuan, perbaikan, dan
pembinaan kepada para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
sekolah agar dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan. Dalam
pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah sering menemui kendala
diantaranya adalah kurangnya kesadaran pada guru mengenai pentingnya
pelaksanaan supervisi akademik. Anggapan yang masih melekat dari para guru
bahwa kegiatan supervisi hanyalah untuk mencari-cari kesalahan, serta kendala
yang muncul dari dalam diri kepala sekolah itu sendiri misalnya kurang
mampu melaksanakan supervisi secara priodik dan kontinyu. Justru itu kepala
sekolah harus berusaha keluar dari anggapan guru tersebut, tentunya diperlukan
suatukemauan dan kemampuan untuk berubah dan membekali diri dengan ilmu
pengetahuan, wawasan tentang kependidikan dan teknologi. Bila hal ini dapat
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh kepala sekolah, maka perubahan
paradigma berpikir guru akan terjadi.
Namun berbagai kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik dapat
diatasi dengan baik, apabila kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan
supervisi akademik senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip dan teknik-
teknik supervisi yang tepat sesuai kondisi yang ada. Dengan demikian dapat
ditemukan berbagai kelemahan atau kekurangan guru-guru dalam
36
E. Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka
hipotesis tindakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini
adalah jika pelaksanaan supervisi akademik dilaksanakan dengan pendekatan
kolaboratif maka kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SDN
.................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah Sekolah
Dasar Negeri .................. yang beralamat di Jalan ………… Desa ……
Kecamatan .................. Kabupaten ………….
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Juli 2016
s.d. Oktober 2016. Penjelasan secara rinci mengenai waktu pelaksanaan penelitian
dapat dilihat pada bagian lampiran 2 penelitian tindakan sekolah ini.
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah
(School Action Research) karena peneliti bertindak secara langsung dalam
penelitian, mulai dari awal sampai akhir tindakan. Penelitian adalah kegiatan
mencermati suatu obyek, mengguanakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang orang
yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Pada
penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi fokus penelitian adalah peningkatan
kemampuan guru dalam pengelolaan PBM dengan pendekatan kolaboratif di SDN
.................. Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
37
38
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Sekolah (di modifikasi dari Model
Kemmis & Mc. Taggart
1. Perencanaan
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari
segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana bersifat fleksibel karena tindakan
sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Rencana disusun berdasarkan
hasil pengamatan awal yang reflektif.
2. Tindakan
Tindakan pertama yang dilakukan peneliti adalah menjelaskan cara
pengelolaan PBM yang benar sesuai dengan petunjuk teknik dan petunjuk
pelaksanaan pengelolaan PBM. Setelah itu para guru diminta menunjukkan
perangkat pembelajaran pembelajaran yang dimilikinya. Peneliti kemudian
memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran tersebut, dilanjutkan
39
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung menggunakan
instrumen antara lain lembar observasi yang dilengkapi dengan catatan lapangan.
Hasil observasi digunakan sebagai data yang bersifat kualitatif untuk menilai
keberhasilan penelitian secara proses yaitu peningkatan kemampuan kepala
sekolah dalam pengelolaan PBM.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara mengumpulkan semua catatan dan data
yang diperlukan selama pembelajaran. Kemudian semua catatan dan data tersebut
dianalisis dan hasilnya didiskusikan untuk mengetahui kebenaran data tersebut.
Selain itu hasil refleksi tersebut juga unutk mengetahui kekurangan-kekurangan
yang masih terjadi selama pembelajaran. Dengan demikian peneliti dan guru
kelas menentukan tindakan ulang untuk memperbaiki kekurangan tersebut.
Tindakan ulang tersebut berupa siklus-siklus lanjutan dari siklus I. Kemudian
diadakan refleksi dari data yang diperoleh dari lembar observasi untuk
mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan PBM setelah
tindakan yang telah dilakukan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan
kelas VI, dan guru Penjaskes sebanyak 7 guru di SDN .................. pada Semester 1
Tahun Pelajaran 2016/2017.
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematis dari gejala-gejala yang diselidiki. Suprapto (2003: 88) Observasi
dilakukan peneliti untuk melihat yang ada di lapangan sehingga dengan observasi
bisa mengumpulkan data secara mekanis. Observasi dilaksanakan dengan
mengamati kelengkapan pembelajaran pembelajaran, dan kegiatan guru yang
dilakukan di kelas. Alat yang digunakan dalam observasi adalah lembar
pengamatan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan supervisi akademik
dengan pendekatan kolaboratif oleh kepala sekolah. Lembar observasi digunakan
agar lebih efektif dalam melakukan observasi sehingga pengamatan akan lebih
mendalam.
E. Validasi Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya
agar data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dijadikan dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam
penelitian adalah teknik triangulasi. Menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan
Supardi (2008: 129) ”Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (geeting a
fix) dari berbagai sudut pandang”. Sedangkan Moleong (2007: 330) mengemukakan
bahwa ”Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu”. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah
triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
x
X
N
Keterangan :
42
x = Mean (rata-rata)
∑x = Jumlah nilai
Berdasarkan pendapat di atas agar diperoleh hasil analisis kualitatif maka dari
perhitungan persentase kemudian dimasukkan ke dalam empat kategori predikat. Di
adaptasi dari Suharsimi Arikunto (2010:269) empat kategori predikat tersebut yaitu
seperti pada tabel berikut:
G. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
Proses pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah pada siklus I
menempuh empat tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi,
dan (4) refleksi. Adapun deskripsi masing-masing tahapan tersebut, sebagai
berikut.
a. Perencanaan
43
2. Siklus II
Seperti halnya proses pelaksanaan siklus I, pada siklus II pun menempuh
beberapa tahapan berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)
refleksi. Untuk menggambarkan aktivitas pelaksana tindakan dan subjek, serta
aktivitas pengamat untuk mendapatkan data yang diharapkan. Adapun penjelasan
pada siklus kedua sebagaimana diuraikan di bawah ini.
45
a. Perencanaan
Dalam merencanakan tindakan siklus II, peneliti, guru, didasarkan
pada hasil refleksi siklus I. Adapun hasilnya, meliputi supervisi akademik
dengan pendekatan kolaboratif guru kelas pada siklus II harus ditujukan pada
upaya pemulihan pemahaman guru SDN .................. terhadap hal-hal yang
kurang mampu dipenuhi, baik terkait dengan beberapa komponen perencanaan
pembelajaran maupun tahapan-tahapan penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang dalam pengelolaan PBM.
b. Pelaksanaan
Memasuki kegiatan inti pelaksanaan supervisi akademik dengan
pendekatan kolaboratif guru kelas siklus II, baik peneliti maupun guru saling
berusaha membangun karakter yang diinginkan. Sejak awal hingga akhir
kegiatan ini berlangsung, baik peneliti maupun guru tidak lagi menghadapi
hambatan seperti pada siklus sebelumnya.
Pada awal kegiatan penelitian pada siklus II, peneliti mengumpulkan
guru pada salah satu ruangan kelas, yaitu ruang kelas VI. Kegiatan ini
dilaksanakan setelah jam efektif pembelajaran, tujuannya adalah agar tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Pada tahapan ini, peneliti
memberikan penjelasan tentang tata cara penilaian terhadap pembelajaran
kelas yang telah dikumpulkan oleh guru-guru. Kegiatan ini dimaksudkan
agar guru-guru semakin memahami tentang standar pengelolaan PBM yang
baku dan benar.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah
ini didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan terhadap kelengkapan
pembelajaran yang dimiliki oleh masing-masing guru kelas. Guru secara individual
dan klasikal dinyatakan telah meningkat kemampuan guru dalam pengelolaan PBM
bila minimal memperoleh nilaa dalam 70-89 dan dengan predikat minimal BAIK dan
secara klasikal minimal 85% dari jumlah guru meningkat kemampuannya dalam
pengelolaan PBM.
DAFTAR PUSTAKA
Asf, Jasmani & Mustafa, S., 2013, Supervisi Pendidikan: Terobosan baru dalam
Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta: Arr –
Ruzz Media.
Bafadal, I & Imron, A. 2004 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Malang: Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen
Davis, B Gordon, et.al 1984, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen,. Jakarta
Pustaka Bina Presindo.
73
74