Anda di halaman 1dari 10

MODUL

PENGEMBANGAN DIRI

CHARACTER BUILDING

Oleh :

1. Suntirah (126308201025)

2. Bunga Diva ACR (126308201034)

3. Rohani Macmudah (126308201036)

4. Fitratul Khairat (126308201043)

4A

PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG 2022


Character Building
A. Konsep Pengembangan karakter
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia" karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain baik tabiat maupun watak. Secara
etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein
yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan. Karakter berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi
orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Sedangkan menurut
Imam Ghazali karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Karakter dikembangkan melalui
tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas
pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak
sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan
tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan
tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu
1. Moral knowing (pengetahuan tentang moral), Moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif
yang berupa kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning),
keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge).
2. Moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, Moral feeling merupakan
penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini
berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran
akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain
(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati
(humility).
3. Moral action atau perbuatan bermoral, Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral
yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa
yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga
aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem
pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan
(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral). Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa
manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing).
Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan
karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu
dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai
nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan
(domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring
the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan.
Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan
terbentuknya karakter. Unsur-unsur tersebut yaitu :
1. Sikap, sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada di hadapannya, biasanya menunjukan
bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin baiksikapseseorang maka akan dikatakan orang
dengan karakter baik. Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan
orang dengan karakter yang tidak baik.

2
2. Emosi, Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai
dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis.
3. Kepercayaan, Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari factor sosio-psikologis.
4. Kebiasaan dan kemauan, Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali.
Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang karena
kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.
5. Konsep diri ( self- conception), konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak
sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran yang di dalamnya
terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya.
Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola
berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam.
Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program
tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan
menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu pikiran harus mendapatkan perhatian serius. Adapun
manfaat dari pengembangan karakter, yaitu:
a. Membentuk karakter diri
b. Mengtahui peluang dah bahaya lingkungan
c. Melatih mental dan moral
d. Baik dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab
e. Disiplin

B. Macam-Macam Karakter
Menurut G. Ewald “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi
jasmani.” Ada empat jenis karakter :
1. Sanguinis.
Ditandai dengan sifat: hangat, meluap-luap, lincah, bersemangat dan pribadi yang
“menyenangkan”. Pada dasarnya mau menerima. Pengaruh/kejadian luar dengan gampang masuk
ke pikiran dan perasaan, yang membangkitkan respons yang meledak-ledak. Perasaan lebih
berperan dari pada pikiran refleksif dalam membentuk keputusan. Orang sanguinis sangat ramah
kepada orang lain, sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat ekstrovert.

Kekuatan :

Emosi: kepribadian yang menarik, suka berbicara, menghidupkan situasi, rasa humor yang hebat,
emosional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa
ingin tahu, baik dipanggung, lugu dan polos, hidup dimasa sekarang, mudah diubah, berhati tulus,
selalu ceria.

Di pekerjaan: sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di permukaan,
kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mengilhami orang lain untuk ikut, mempesona
orang lain untuk bekerja.

3
Sebagai teman: mudah berteman, mencitai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan,
dicemburui orang lain, bukan pendendam, cepat minta maaf, mencegah saat membosankan, suka
kegiatan spontan.

Sebagai orang tua: membuat rumah menyenangkan, menjadi teman bagi anakanak, mengubah
bencana menjadi humor, merupakan pemimpin sirkus.

Kelemahan: Tidak ada tindak lanjut, orang tanpa kesalahan (mereka tidak benar-benar percaya
bahwa mereka punya kesalahan besar), mereka tidak benar-benar menerima diri secara serius,
suka bicara banyak, mementingkan diri sendiri, punya ingatan yang belum dikembangkan, tidak
tetap pikiran dan pelupa, menyela dan menjawab untuk orang lain, tidak tertib dan tampak
dewasa.

2. Koleris
Seorang choleris tampil hangat, serba cepat, aktif, praktis, berkemauan keras, sanggup
mencukupi keperluannya sendiri, dan sangat independen. Dia cenderung tegas dan berpendirian
keras, dengan gampang dapat membuat keputusan bagi dirimya dan bagi orang lain. Seperti
seorang sanguinis, seorang choleris adalah seorang ektrovertnya seorang sanguinis. Seorang
choleris hidup dengan aktif. Dia tidak butuh digerakkan dari luar, malah mempengaruhi
lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan, dan ambisi-ambisinya yang tak
pernah surut.

Kekuatan:

Emosi: berbakat memimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus
memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, tidak emosional dalam bertindak, tidak
mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja.

Dipekerjaan: berorientasi target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari
pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan
hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.

Sebagai teman: tidak terlalu perlu teman, mau bekerja untuk kegiatan, mau memimpin dan
mengorganisir, biasanya selalu benar, unggul dalam keadaan darurat.

Sebagai orang tua: memberikan kepemimpinan kuat, menetapkan tujuan, memotivasi keluarga
sebagai kelompok, tahu jawaban yang benar, mengorganisir rumah tangga.

Kelemahannya: Tuan tanpa salah (orang lain yang salah), pekerja keras (terlalu), harus
terkendali, tidak ahu bagaimana cara menangani orang lain.

3. Melankolis
Si melankolis adalah seorang yang paling “kaya” diantara semua temperamen. Dia seorang
analisis, suka berkorban, bertipe perfeksionis dengan sifat emosi yang sangat sensitif. Tidak
seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni melebihi seorang melankolis.
Sebenarnya dia mudah menjadi introvert, tetapi ketika perasaannya lebih dominan, dia masuk ke

4
dalam bermacam-macam keadaan jiwa. Kadang-kadang mengangkatnya pada kegembiraan yang
tinggi yang membuatnya bertindak lebih ektrovert. Akan tetapi pada saat lain dia akan murung
dan depresi, dan selama periode ini dia menarik diri (withdrawn), dan bisa menjadi seorang yang
begitu antagonistis (bersifat bermusuhan).

Kekuatan :
Emosi: mendalam dan penuh pikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan
kreatif, artistik atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang
lain, suka berkorban, penuh keasadaran, idealis.

Dipekerjaan: berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat,
tertib dan terorganisasi, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan
kreatif, perlu menyesuaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik, bagan, dan daftar.

Sebagai teman: hati-hati dalam berteman, puas tinggal dilatar belakang, menghindari perhatian,
setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat
memperhatikan orang lain, terharu oleh air mata belaskasihan, mencari teman hidup ideal.

Sebagai orang tua: menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, menjaga
rumah selalu rapi, merapikan barang anak-anak, mengorbankan keinginan sendiri untuk yang lain,
mendorong inteligensi dan bakat.

Kelemahan: Mudah tertekan, punya citra diri rendah, suka menunda-nunda, mengajukan tuntutan
yang tidak realistis kepada orang lain.

4. Phlegmantis
Si phlegmatis adalah seorang yang hidupnya tenang, gampangan, tak pernah merasa
terganggu dengan suatu titik didih yang sedemikian tinggi sehingga dia hampir tak pernah marah.
Dia adalah seorang dengan tipe yang mudah bergaul, dan paling menyenangkan diantara semua
temperamen. Phlegmantis berkaitan dengan apa yang dipikirkan oleh Hippocrates mengenai
cairan dalam badan yang menghasilkan yang “tenang.” “dingin,” “pelan,” temperamen yang
memiliki keseimbangan yang baik. Baginya hidup adalah suatu kegembiraan, dan kadang
menjauh dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Dia begitu tenang dan agak diam, sehingga tak
pernah kelihatan terhasut, bagaimana pun keadaan sekitarnya.

Kekuatan:
Emosi: rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang, sabar, seimbang, konsisten, cerdas,
simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna.

Di pekerjaan: cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif,
menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara yang
mudah.

Sebagai teman: mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar yang
baik, selera humor yang menggigit, suka mengawasi orang, punya banyak teman, punya
belaskasihan dan perhatian.

5
Sebagai orang tua: menjadi orang tua yang baik, menyediakan waktu bagi anakanak, tidak
tergesa-gesa, bisa mengambil yang baik dari yang buruk, tidak mudah marah.

Kelemahan: Seperti tidak ada masalah, melawan perubahan, tampaknya malas, punya kemauan
baja yang tenang, tampaknya tidak berpendirian.

C. Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter secara alami sejak lahir sampai berusia 3 tahun atau mungkin
hingga sekitar 5 tahun , seorang anak belum tumbuh hingga pikiran bawah sadar masih
terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa
ada penyeleksian , mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga, dari mereka itulah potensi
awal pembentukan karakter sudah terbangun, selanjutnya semua pengalaman hidup yang
berasal dari lingkungan sekolah dan yang lain-lain dapat menambah pengetahuan yang akan
mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis
dan menalar objek luar, mulai dari sinilah peran pikiran sadar menjadi semakin dominan ,
Seiring berjalannya waktu maka penyaringan terhadap informasi yang melalui panca indra
dapat mudah dan langsung diterima oleh pikiran, semakin banyak informasi yang diterima
dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk , maka semakin jelas
tindakan kebiasaan dan karakter unik dari masing-masing individu , dengan kata lain setiap
individu akhirnya memiliki sistem kepercayaan sistem , Citra Diri dan kebiasaan yang unik.
jika sistem kepercayaan benar dan Selaras, karakternya baik dan konsep dirinya bagus maka
kehidupan akan terus baik dan semakin membahagiakan, sebaliknya jika sistem kepercayaan
diri tidak Selaras karakternya tidak baik dan konsep dirinya buruk maka Hidupnya akan
dipenuhi Banyak permasalahan.
Menurut Ryan dan licona seperti yang dikutip Sri Lestari mengungkapkan bahwa nilai
dasar yang menjadi landasan dalam membangun karakter adalah hormat atau respect yang
mencakup aspek pada diri sendiri ,orang lain dan semua bentuk kehidupan maupun
lingkungan yang mempertahankannya, dengan memiliki hormat maka individu memandang
dirinya maupun orang lain sebagai sesuatu yang berharga dan memiliki hak yang sederajat ,
karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita , kebiasaan kita saat anak-anak biasanya bertahan
sampai masa remaja , dan orang tua bisa mempengaruhi baik atau buruk pembentukan
kebiasaan anak-anak, unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena
pikiran yang didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya
merupakan pelopor segalanya, program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang
akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya, jika program
yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal maka perilakunya
berjalan selaras dengan hukum alam, hasilnya perilaku tersebut membawa ketenangan dan
kebahagiaan begitupun sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
universal maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan Oleh karena
itu pikiran harus mendapatkan perhatian yang serius, proses Pembentukan karakter
diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang berurutan dan sesuai usia, yaitu:

6
Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6 tahun. Tahapan ini
meliputi jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah, mengenal antara yang baik dan
yang buruk serta mengenal mana yang diperintahkan, misalnya dalam agama.
Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri antara usia 7 sampai 8 tahun.
Tahapan ini meliputi perintah menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta dididik untuk selalu tertib dan
disiplin sebagaimana yang telah tercermin dalam pelaksanaan shalat mereka.
Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian antara usia 9sampai 10 tahun.
Tahapan ini meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-teman
sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak orang lain, mampu bekerjasama serta
mau membantu orang lain.
Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11 sampai 12 tahun.
Tahapan ini melatih anak untuk belajar menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi bila
tidak mematuhi perintah, dididik untuk membedakan yang baik dan yang buruk.
Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia 13 tahun ke atas.
Tahapan ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal pada pengalaman sebelumnya.
Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia yang selanjutnya hanya diperlukan 2
penyempurnaan dan pengembangan secukupnya. (Miya Nur Andina dalam Chacha.blog:
2013): untuk merubah atau membentuk karakter yang baik pada anak membutuhkan waktu
yang tidak sebentar, tetapi ada melalui tahapan;
a) Pengenalan ,Pengenalan merupakam tahap pertama dalam proses pembentukan karakter.
Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan
keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan
membentuk kepribadiannya sejak kecil.
b) Pemahaman, Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak
mengenal dan melihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul
lima, selalu sarapan setiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang
sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang tepat dan
sebagainya, maka anak akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus
melakukan semuanya dengan baik dan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai
kebiasaan orang tuanya, kemudian orang tuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan
sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita menghargai waktu yang kita miliki, kita akan
diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang
lain.
c) Penerapan ,Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak
akan mencoba menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh
orang tuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru kebiasaan
orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter apa yang ia
terapkan.
d) Pengulangan/Pembiasaan, Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap
ia lakukan, maka secara tidak langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang
diajarkan oleh orang tuanya..Setelah setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan
menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti. Pembiasaan ini

7
juga harus diimbangi dengan konsistensi kebiasaan orang tua. Apabila orang tua tidak
konsisten dalam mengajarkan pembiasaan, maka anak juga akan melakukannya dengan
setengah-setengah. Apabila anak sudah tebiasa, maka hal apapun jika tidak ia lakukan
dengan tepat waktu maka dalam hatinya ia akan merasakan kegelisahan.
e) Pembudayaan, Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini
akan membudaya menjadi karakter. Terminologi pembudayaan menunjukkan ikut sertanya
lingkungan dalam melakukan hal yang sama. Kedisiplinan seakan sudah menjadi
kesepakatan yang hidup di lingkungan masyarakat, apalagi di lingkungan sekolah.
f) Internalisasi, Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk
melakukan respon adalah dari dalah hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila
didukung oleh suatu ideology atau believe. Si anak percaya bahwa hal yang ia lakukan
adalah baik. Apabila ia tidak disiplin maka ia akan menjadi anak yang tidak bisa
menghargai waktu dan susah di kontrol.
Faktor-faktor pembentukan karakter Menurut Gunawan, faktor-faktor pembentuk karakter
dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor intern
Terdapat 5 hal yang termasuk dalam faktor intern yang dapat mempengaruhi karakter,
yaitu:
1) Insting atau naluri Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tidak
didahului latihan perbuatan itu. Sedangkan naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak
lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli.Maka perbuatan seseorang dapar
bersumber dari latihan-latihan ataupun pembawaan.
2) Adat atau kebiasaan ,Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
dilulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Maka dapat dipahami bahwa dengan
melakukan pengulangan secara terus-menerus suatu perilaku maka perilaku tersebut
bisa menjadi bagian atau kebiasaan dirinya.
3) Kehendak/kemuan, Kemauan adalah kemauan untuk melangsungkn segala ide dan
segala yang dimaksud, walau disertai berbagai rintangan dan kesukaran-kesukaran,
namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan tersebut.8 Manfaat dari
sebuah kehendak atau kemauan yaitu dapat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
sesuatu, terutama dalam keinginan untuk berprilaku baik, perlu didorong agar
terwujud.
4) Suara batin atau suara hati Suara hati berfungsi memperingatkan bahaya berbuat buruk
dan berusaha mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal baik. Dalam
diri manusia terhadap suara batin yang dapat membuat keputusan untuk melekukan
kebaikan, dan menghindari perbuatan yang buruk.
5) Keturunan, Keturunan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan
manusia. Dalam keturunan terdapat dua jenis hal yang dapat diturunkan orang tua
kepada kedua anaknya, yaitu sifat jasmaniyah yaitu kekuatan dan kelemahan otot-otot
dan urat saraf orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya dan 8 Ibid. 15

8
selanjutnya sifat ruhaniyah yaitu lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula
oleh orang tua yang kelak mempengaruhi perilaku anak cucunya.
b. Faktor ekstern
1) Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan
karakter.Pendidikan untuk mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah
lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh orang baik pendidikan
formal, informal maupun nonformal.Pendidikan digunakan sebagai sarana atau tempat
latihan dan memperoleh informasi mengenai karakter, sehingga dianggap penting jika
pendidikan dijadikan sara pembentuk karakter.
2) Lingkungan ,Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup,
seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan hidup manusia yang
selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Kemudian
lingkungan dibagi menjadi dua bagian.Pertama, lingkungan yang bersifat kebendaan.
Pertama, Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku manusia. misalnyalingkungan fisik sekitar seperti
lingkungan alam yaitu unsur abiotik dan biotik, yang kecuali manusia. Kedua,
lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian.Seseorang yang hidup dalam
lingkungan yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat membentuk
kepribadiannya menajdi baik.Jadi dapat dipahami bahwa dengan menentukan secara
benar tempat atau lingkungan hidup dapat menentukan kepribadian atau karakter yang
akan dimunculkan.

9
Daftar Pustaka
BPK Panabur. 2019. 5 Manfaat Pendidikan Karakter yang Penting untuk Anak.
https://bpkpenabur.or.id/news/blog/5-manfaat-pendidikan-karakter-yang-penting-untuk-anak ,
diakses pada 12 maret 2022
Dalmeri. 2014. " Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona
dalam Edicating gor Character) " . Jurnal Al Ulum , 14(1) hlm 269- 288 .
Media Ilmu. 2019. Tahapan Perkembangan Karakter, https://www.ilmiahku.com/2019/12/tahapan-
pengembangan-karakter-di-indonesia.html , diakses pada 12 maret 2022
Nurmalasari. 2016. Mengenal Diri Sendiri Dan Cara Mengembangkan Diri. BSI Pontianak.
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/236952/MODUL-CHARACTER-BUILDING-
1-FIX.pdf
Yuanabhakti. 2020. Pengertian, Unsur, dan Pembentukan Karakter,
https://kalpata.co.id/2019/04/28/pengertian-unsur-dan-pembentukan-karakter/ , diakses pada 12
maret 2022

10

Anda mungkin juga menyukai