Anda di halaman 1dari 8

Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171

Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

KAJIAN TEKNOLOGI PENGEMASAN


BUBUK DAN PERMEN COKELAT DI TTP
NGLANGGERAN YOGYAKARTA

Tri Marwati1, Aulia Lesmaningsih2 dan Titiek Farianti Djaafar1


1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
2
Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Email : watipasca2@gmail.com

ABSTRAK

Kakao (Theobroma cacao) merupakan komoditas strategis yang penting bagi perekonomian
nasional. Salah satu sentra produksi kakao di Yogyakarta yaitu di Kecamatan Patuk kabupaten Gunung
Kidul dimana Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran didirikan. Di TTP Nglanggeran terdapat mini
pabrik dengan seperangkat peralatan untuk mengolah biji kakao menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi
yaitu bubuk dan permen cokelat. Kajian teknologi pengemasan kedua produk olahan tersebut perlu dilakukan
terkait fungsinya dalam melindungi produk dari kerusakan, menjaga kualitas, mempermudah transportasi dan
menarik konsumen untuk membeli. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pengkajian ini yaitu
wawancara, dokumentasi, observasi dan studi pustaka. Kemasan primer yang digunakan untuk bubuk cokelat
adalah retort pouch, yaitu kombinasi antara aluminium foil dengan plastic polyethylene. Bahan yang
digunakan untuk pengemasan primer permen cokelat adalah aluminium foil dengan ketebalan 0,2 mm dan
pengemasan sekunder menggunakan kertas metalik foil. Dikaji dari fungsinya, maka teknologi pengemasan
yang digunakan untuk bubuk dan permen cokelat di Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran sudah
memenuhi standar pengemasan.

Kata-kata kunci: teknologi pengemasan, bubuk cokelat, permen cokelat, TTP Nglanggeran

ABSTRACT

Cocoa (Theobroma cacao) is a strategic commodity that is important for the national economy. One
of the cocoa production centers in Yogyakarta is in Patuk Subdistrict, Gunung Kidul district where
Agricultural Technology Park (ATP) Nglanggeran is located. In ATP Nglanggeran there is a mini factory
with a set of equipment to process cocoa beans into products of high economic value, namely powder and
chocolate candy. The packaging technology study of the two processed products needs to be carried out
related to its function in protecting products from damage, maintaining quality, facilitating transportation
and attracting consumers to buy. Data collection methods used in this study are interviews, documentation,
observation and literature. The primary packaging used for chocolate powder is retort pouch, which is a
combination of aluminum foil and polyethylene plastic. The material used for the primary packaging of
chocolate candy is aluminum foil with a thickness of 0.2 mm and secondary packaging using metallic foil
paper. From its function, the packaging technology used for chocolate powder and candy in the Nglanggeran
Agricultural Technology Park (ATP) has met the packaging standard.

Keywords: packaging technology, chocolate powder, chocolate candy, ATP Nglanggeran

663
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

PENDAHULUAN sehingga terbentuk tepung berwarna cokelat (Pusat


Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2017).
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan Permen cokelat merupakan salah satu produk
perkebunan yang memegang peranan cukup kakao yang paling istimewa dibanding produk-
penting dalam bidang perekonomian yakni sebagai produk lainnya. Padatan cokelat berperan sebagai
penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja pemberi citarasa dan warna, sedangkan lemak
serta mendorong pengembangan agribisnis dan dalam cokelat berperan dalam mengendalikan
agroindustri. Indonesia merupakan produsen tekstur produk. Kompleksitas citarasa cokelat
utama kakao di dunia nomor 3 setelah Pantai terdiri dari ratusan komponen yang yang sangat
Gading dan Ghana, dengan luas areal perkebunan spesifik dan tidak bisa digantikan oleh sumber
kakao pada tahun 2017 tercatat 1.691.334 ha lain. Rasa khas cokelat tidak lain adalah suatu
dengan jumlah produksi 688.345 ton per tahun kombinasi yang seimbang dari rasa dasar pahit,
(Statistik Perkebunan Indonesia, 2016). asam, dan manis yang tersusun dari komponen-
komponen unik dalam cokelat (Misnawi, 2008).
Salah satu sentra produksi kakao di Yogyakarta
yaitu di Kecamatan Patuk kabupaten Gunung
Kidul dimana Taman Teknologi Pertanian (TTP) Bubuk dan permen cokelat memerlukan kemasan.
Nglanggeran didirikan. Menurut Biji kakao yang Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah
berasal dari Gunung Kidul memungkinkan untuk untuk mewadahi dan melindungi produk dari
diolah menjadi permen cokelat susu dengan nilai kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah
kesukaan (warna, aroma, rasa dan tekstur) antara disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum
netral dan agak suka (Achadijah dan Partha, fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah : (1)
2015). Hasil hasil produksi cokelat di Indonesia mewadahi produk selama distribusi dari produsen
yaitu pada bubuk cokelat tidak manis mencapai hingga kekonsumen (2) melindungi dan
11.039.647 kg, produk cokelat batangan mencapai mengawetkan produk (3) sebagai identitas produk
3.106.336 kg, produk cokelat butiran 5.648.891kg, (4) meningkatkan efisiensi (5) memperluas
produk bubuk cokelat manis mencapai 26.011.959 pemakaian dan pemasaran produk (6) menambah
kg, produk cokelat cair 415.320 kg, produk daya tarik calon pembeli (7) sebagai sarana
permen cokelat 2.453.306 kg, dan produk olahan informasi dan iklan dan (8) memberi kenyamanan
cokelat lainnya sebanyak 29.396.527 kg (Badan bagi pemakai.
Pusat Statistik, 2007)
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem
Di TTP Nglanggeran terdapat mini pabrik untuk kemas (1) kemasan primer yaitu kemasan yang
mengolah biji kakao menjadi produk yang yang langsung berhubungan dengan produk yang
dapat memberikan nilai tambah yaitu bubuk dan dibungkus (2) kemasan sekunder, yang tidak
permen cokelat. Menurut Suharyanto (2014) bersentuhan langsung dengan produknya akan
sebagai gambaran, dari 1 kg biji kakao kering tetapi membungkus produk yang telah dikemas
apabila dihasilkan 0,45 kg bubuk kakao dan 0,35 dengan kemasan primer (3) kemasan tersier dan
kg lemak kakao, maka nilai tambah yang diperoleh kuartener yaitu kemasan yang digunakan untuk
dari proses pengolahan kakao tersebut sekitar Rp menggabungkan seluruh kemasan sekunder untuk
32.000,00 dengan harga biji kakao kering Rp memudahkan proses transportasi dan mencegah
30.000,00 per kg. kerusakan produk (Agustina, 2011).

Kemasan primer harus bersifat tahan terhadap


Bubuk kakao merupakan produk dari bungkil perubahan warna, flavour, rasa dan perubahan-
kakao yang diubah bentuknya menjadi bubuk. perubahan produk lainnya. Disamping itu kemasan
Bubuk tersebut diperoleh dengan cara primer harus bisa melindungi makanan dari
mengeringkan bungkil kakao kemudian dihaluskan kontaminasi, melindungi kandungan air dan
664
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

lemak, mencegah masuknya gas, melindungi dari berhubungan dengan pengemasan bubuk dan
sinar matahari, serta tahan terhadap tekanan dan permen cokelat.
benturan (Nugroho, 2013). Bahan kemasan yang
biasa digunakan untuk produk pangan : kertas,
plastik PETE atau PET (Poly Ethylene HASIL DAN DISKUSI
Terephthalate), HDPE (High Density
Polythylene), PVC (Polyvinyl Chloride) dan Karakteristik bubuk cokelat dan teknologi
LDPE (Low Density Polyethylene), PP pengemasannya di TTP Nglanggeran
(Polypropylene) (Krisnadwi, 2013) dan kemasan
aluminium foil. Bubuk cokelat di TTP Nglanggeran sesuai
dengan definisi yang tercantum dalam SNI
Menurut SNI 3747:2013 tentang bubuk cokelat, :2013 yaitu merupakan produk yang diperoleh
karakteristik bubuk cokelat diantaranya berupa dari bungkil kakao yang diubah bentuknya
bubuk halus dengan minimal 99, 5 persen lolos
menjadi bubuk. Bungkil kakao diperoleh dari
ayakan 200 mesh, dengan kadar air maksimal 5
pemisahan sebagian lemak dari kakao massa.
persen dan kaar lemak minimal 10 % (BSN,
2013). Sedangkan permen cokelat susu menurut Kakao massa berupa pasta yang diperoleh dari
BSN (2014) memiliki karakteristik mengandung biji kakao yang telah dihilangkan kulit arinya
tidak kurang dari 25% padatan kakao, tidak kurang (nibs) melalui penggilingan.
dari 15% lemak kakao, tidak kurang dari 2,5%
padatan kakao tanpa lemak, dan tidak kurang dari Dari hasil kajian diketahui bahwa kemasan
12% padatan susu dan tidak kurang dari 31% total primer yang digunakan untuk bubuk cokelat di
lemak. Berdasar karakteristik bubuk dan permen TTP Ngalnggeran adalah retort pouch, yaitu
cokelat tersebut maka kajian teknologi kombinasi antara aluminium foil dengan plastik
pengemasan kedua produk olahan tersebut perlu polyethylene (Julianti E dan Nurminah, 2007).
dilakukan terkait fungsinya dalam melindungi Aluminium foil pada bagian belakang dan
produk dari kerusakan, menjaga kualitas, plastik tebal polyethylene pada bagian depan
mempermudah transportasi dan menarik kemudian di tutup menggunakan alat sealer agar
konsumen untuk membeli. udara tidak masuk kedalam kemasan.

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengemasan


BAHAN DAN METODE bubuk cokelat dengan retort pouch tersebut
sesuai dengan yang dilaporkan Fadamiro dan
Kajian dilakukan di mini pabrik cokelat Taman Odeyemi (1998); Julianti E dan Nurminah
Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran Patuk (2007) dan Sabarisman et al. (2017). Fadamiro
Gunung Kidul Yogyakarta pada bulan Januari- dan Odeyemi (1998) melakukan pengemasan
Februari 2018. Metode pengumpulan data yang cokelat bubuk kering dengan menggunakan
digunakan dalam pengkajian ini yaitu
plastik polyethylene dimasukkan kedalam
wawancara, dokumentasi, observasi dan studi plastik polyethylene, plastik polyethylene dalam
pustaka. Wawancara dilakukan dengan cara karung goni, dan plastik polyethylene dalam
tanya jawab langsung kepada ketua dan kotak kertas pada suhu penyimpanan 15, 28, dan
anggota pengolah cokelat. Dokumentasi 40oC selama tiga bulan. Pengamatan dilakukan
melalui pemotretan untuk mendapatkan foto terhadap kadar kelembabannya, kadar abu, total
proses pengolahan bubuk dan permen cokelat. asam lemak, dan nilai yodium. Dilaporkan
Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan bahwa, kombinasi terbaik perlakuan jenis
langsung dan ikut serta kegiatan pengemasan pengemasan dan suhu adalah pada perlakuan
bubuk dan permen cokelat. Untuk verifikasi data cokelat bubuk ang dikemas menggunakan
dilakukan studi pustaka memanfaatkan data plastik polyethylene. dalam polyethylene. pada
yang tersedia dari buku, jurnal atau laporan yang
665
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

suhu penyimpanan 15oC. Kemudian senyawa tersebut berubah menjadi


aldehid, keton, dan asam lemak bebas. Aroma
Bubuk cokelat mengandung lemak minimal 10 tengik muncul karena terbentuknya aldehid,
% sehingga bahan kemasan yang digunakan bukan oleh adanya peroksida.
untuk harus mampu melindungi produk dari
oksigen. Kombinasi alumunium foil dengan
bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis Karakteristik permen cokelat dan
kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. pengemasannya di TTP Nglanggeran
Menurut Julianti dan Nurminah (2007),
pengemasan bubuk cokelat sesuai dengan retort Dari hasil observasi diketahui bahwa proses
pouch antara lain karena keungglannya yaitu pengolahan permen cokelat di TTP Nglanggeran
memiliki daya simpan tinggi, memerlukan dimulai dari Ruang 1 (satu) yaitu pengambilan
teknik penutupan mudah, kuat dengan panas dan bahan baku berupa biji kakao kering dan
proses pemanasan sterilisasi, tahan terhadap dimasukkan ke dalam mesin steamer yang
UV, tidak mudah sobek/ tertusuk, resisten dilanjutkan menuju mesin roaster dan desheller
terhadap penetrasi lemak, minyak atau yang kemudian dihasilkan nib kakao. Nib kakao
komponen makanan lainnya. Aluminium foil kemudian dibawa ke Ruang 2 (dua) untuk
adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya dijadikan pasta. Setelah dari mesin pemasta,
sehingga dapat digunakan untuk mengemas pasta kakao langsung dimasukkan ke dalam
bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan mesin ballmill dan dicampur bahan-bahan lain
yang peka terhadap cahaya. seperti lemak kakao, gula, susu bubuk
fullcream, lesitin, soda kue dan vanili.
Sabarisman et al. (2017) melaporkan bahwa Kemudian campuran dimasukkan kedalam
bubuk cokelat hasil produksi kelompok tani di mesin concher. Setelah selesai chonching,
Desa Banjaroya memiliki umur simpan 406 hari dilakukan pengaturan suhu dan pencetakan
(13,5 bulan) apabila disimpan pada suhu ruang permen cokelat. Setelah pencetakan, dilakukan
menggunakan kemasan plastik standing/retort tempering dan pengemasan di Ruang 3 (tiga).
pouch dengan zipper. Menurut Sabarisman et al.
(2017) angka proksida bubuk cokelat yang Bahan yang digunakan pada pembuatan permen
dikemas dengan plastik retort pouch dengan cokelat memiliki fungsi yang berbeda beda dan
zipper menunjukkan tren peningkatan angka berpengaruh terhadap karakteristik produk yang
peroksida dari awal hingga akhir penyimpanan dihasilkan. Pasta kakao menciptakan cita rasa
dan semakin tinggi suhu penyimpanan maka danaroma dasar (khas) cokelat, lemak kakao
angka peroksida bubuk cokelat juga semakin sebagai pengikat dan pelapis, gula untuk
besar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan menimbulkan cita rasa manis dan aroma, susu
oleh Montesqrit dan Ovianti (2013) bahwa sebagai citarasa, nutrisi tambahan, pewarna dan
selama penyimpanan ikatan rangkap pada asam tekstur dan lesitin sebagai pengemulsi (Mulato
lemak akan terurai atau teroksidasi menjadi dan Suharyanto, 2011)
senyawa peroksida. Semakin lama
penyimpanan, maka semakin banyak lemak Karakteristik permen cokelat yang perlu
yang teroksidasi atau terhidrolisis. Angka diperhatikan terkait dengan pengemasan yaitu
peroksida pada batasan tertentu akan kadar air dan aktivitas air. Marwati et al (2018)
memberikan aroma maupun rasa yang tidak melaporkan bahwa kadar air pada permen
dikehendaki atau produk sudah mengalami cokelat sebesar 1,87 % dan aktivitas air 0,68.
penyimpangan organoleptik (Ayu, 2016). Reaksi Menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan
oksidasi pada minyak pada awalnya akan Makanan Republik Indonesia tahun 2006
membentuk peroksida dan hidroperoksida. tentang Kategori Pangan, kadar air permen

666
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

cokelat dengan tambahan susu maksimal 1,5%. Menurut Tony (2001), produk cokelat mampu
Lebih rinci menurut Haryadi dan Supriyanto menyerap bau dengan mudah, sehingga
(2017) permen cokelat mengandung air dipelukan kemasan aluminium foil. Produk
sebanyak 0,5 – 1,5%. Selain kadar air, permen cokelat dibungkus menggunakan aluminium foil
cokelat juga memiliki aktivitas air (aw) yang sehingga tidak menyerap pewarna, rasa, atau
rendah yaitu 0,3 – 0,5 (Nascimento, 2014). bau dari karton atau dari lingkungan dan
Aktivitas air yang rendah membuat permen mempertahankan stabilitas rasa. Menurut
cokelat tidak ditumbuhi jamur dan bakteri dan Wicaksono (2017), penggunaan aluminium foil
aman dikonsumsi. Nilai kadar air dan aktivitas ditujukan untuk mencegah lemak cokelat yang
air permen cokelat di TTP Nglanggeran lebih berminyak, berpindah tempat dari dalam
tinggi dari nilai rujukan, dengan demikian maka, kemasan kemudian bocor ke luar. Namun
untuk pengemasan permen cokelat yang sebelum digunakan, aluminium foil telah
diproduksi di TTP Nglanggeran sangat dilaminasi dengan lilin pada substrat kertas. Hal
diperlukan bahan kemasan yang sesuai untuk ini bertujuan untuk memudahkan dalam
mempertahankan kadar air dan aktivitas air tidak penggunaan dan mengurangi jumlah serta biaya
semakin meningkat, selain memperbaiki proses dari logam yang dibutuhkan untuk memproduksi
pengolahan untuk mendapatkan kadar air dan kemasan yang tidak akan sobek dalam proses
aktivitas air permen cokelat yang sesuai rujukan pembungkusan permen cokelat. Selain itu
sehingga aman dikonsumsi dan memiliki umur aluminium foil memiliki keunggulan lain seperti
simpan yang panjang. bisa didaur ulang, harga metarial murah,
pengoperasian lebih cepat, lebih rapat, kedap,
Menurut Nattress et al., (2004), bahan kemasan tahan cuaca, dan mudah dibentuk.
terkait langsung dengan umur simpan permen
cokelat, selain suhu penyimpanan, kelembaban, Selanjutnya, permen cokelat produksi pabrik
ketersediaan oksigen di ingkungan, serta bahan mini TTP Nglanggeran dikemas menggunakan
tambahan lain seperti lemak. Ditambahkan kemasan sekunder kertas metalik foil. Menurut
bahwa bahan kemasan untuk permen cokelat
Alibaba (2018) kertas metalik foil adalah kertas
harus mampu melindungi produk dari oksigen,
Menurut Dewi (2012) oksigen berpengaruh biasa yang dilapisi dengan hot stamping foil
terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan material. Sehingga seperti glossy, tapi lebih
reaksi reaksi kimia yang terjadi dalam bahan mengkilap lagi, ada sedikit warna keemasan
pangan, seperti reaksi oksidasi lemak pada /metalik. Kertas metalik mempunyai permukaan
permen Apabila lemak terkena panas atau halus dan terlihat agak mengkilat. Karakteristik
cahaya matahari, maka reaksi oksidasi akan dari hot stamping foil adalah terbuat dari bahan
berlangsung lebih cepat akibat adanya
dasar Poly Ethilene Terepthalate (PET),
katalisator dari panas matahari, sehingga produk
pangan akan lebih cepat mengalami kerusakan ketebalan 12 mikron dan berbagai macam warna
dan daya simpan yang lebih cepat. seperti: emas, perak, merah, biru, hijau, hitam,
perunggu, matt emas, dan matt perak laser.
Hasil kajian menunjukkan bahwa permen
cokelat produksi pabrik mini TTP Nglanggeran Di mini pabrik cokelat TTP Nglanggeran,
dikemas menggunakan kemasan primer warna kertas yang digunakan sebagai
aluminium foil roll dengan ketebalan 0,04 mm. pengemas sekunder menunjukkan perbedaan
Pemilihan jenis kemasan primer aluminium foil varian rasa permen cokelat. Warna hijau
ini sesuai yang dilaporkan Tony (2001) dan menandakan permen cokelat original, warna
Wicaksono (2017). merah menandakan permen cokelat isi mete,
dan warna kuning menandakan permen
667
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

cokelat isi selai strawberi. Menurut Haller pelabelan-kemasan-produk-makanan/.


(2013) warna kemasan merupakan atribut Diakses 17 Februari 2018.
pertama yang diingat oleh otak konsumen Alibaba, 2018. Warna metalik Warna Hot Foil
ketika melihat suatu produk. Beneke et al., Untuk Kertas dan Plastik.
(2015) menyimpulkan hasil penelitiannya https://indonesian.alibaba.com/product-
detail/metallic-colors-color-hot-foilfor-
bahwa warna memegang potensi untuk
paper-and-plastic-1047484955.html.
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen Diakses 1 Maret 2018
cokelat. Ungu menduduki peringkat pertama Ayu, S.P. 2016. Pendugaan Umur Simpan Dodol
sebagai warna yang paling berpengaruh dalam Nanas (Ananas comosus L.) dengan
merangsang pembelian produk cokelat, diikuti Pengemas Edible Film Tapioka.
oleh warna merah, biru dan orange. Bandung: Program Studi Teknologi
Pangan Universitas Pasundan.
Setelah pengemasan sekunder menggunakan Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI
kertas metalik foil, permen dibungkus kembali 3747:2013. Kakao Bubuk. BSN. Jakarta
menggunakan kemasan plastik mika atau Badan Standardisasi Nasional. 2014. Standar
biasanya disebut dengan plastik PVC sebagai Nasional Indonesia SNI 7934:2014
Coklat dan Produk Coklat. BSN. Jakarta
kemasan tersier. Tujuan pengemasan ini Beneke, J., Floyd V., Rono, C. & Sherwood, K.
adalah untuk melindungi kemasan sekunder. 2015. Chocolate, Colour and
Consideration: An Exploratory Study of
KESIMPULAN Consumer Response to Packaging
Variation in the South African
Kemasan primer yang digunakan untuk bubuk Confectionery Sector. International
cokelat di TTP Ngalnggeran adalah retort Journal of Marketing Studies, 7 (1):55-
pouch. Pengemasan permen cokelat yang 65
dilakukan di pabrik mini TTP Nglanggeran Dewi, P.C. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan
menggunakan kemasan aluminium foil roll Lama Penyimpanan Tehadap Sifat
dengan ketebalan 0,04 mm sebagai kemasan Kimia, Mikrobiologi, dan Organoleptik
primer, kertas metalik foil sebagai kemasan Permen. Skripsi Lampung: Universitas
Lampung.
sekunder dan plastik PVC sebagai kemasan
Fadamiro, H.Y. & Odeyemi,O.O.1998. Effect of
tersier. Faktor faktor kemasan bubuk dan Temperatur and Packaging Materials on
permen cokelat yang telah diterapkan oleh mini Storage of Cocoa, Theobroma Cacao
pabrik cokelat TTP Nglanggeran antara lain: (L.). Appl. Trop. Agric. Vol. 3. No.2. 99-
faktor pengamanan, pendistribusian, 103.
komunikasi, estetika dan identitas. Haller, K. 2013. Business Branding… does colour
really matter? Retrieved from
DAFTAR PUSTAKA/RUJUKAN http://karenhaller.co.uk/blog/business-
branding-does-colour-really-matter/
Achdijah, S. & Partha, IBB. 2015. Mempelajari Haryadi & Supriyanto, 2017. Teknologi Cokelat.
kualitas biji kakao kering yang beredar Yogyakarta: Gadjah Mada University
di pasaran Daerah Istimewa Yogyakarta Press.
dan kemungkinan pengolahan lanjutan. Julianti, E & Nurminah, M. 2007. Buku Ajar
Agroteknose VI(2): 31-45 Teknologi Pengemasan. Medan. 163 hal.
Agustina, W. 2011. Teknologi Pengemasan, Marwati, T., Hendrawanto PP, Widodo, S, Djaafar
Desain dan Pelabelan Kemasan Produk T.F, Utami, T & Rahayu, ES. 2018.
Makanan. Assessment of good manufacturing
https://wanwa03.wordpress.com/2011/07 practices application and critical control
/07/teknologipengemasan- desain-dan- point determination of chocolate candy
668
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

processing in Agricultural Techno Park Pangan dan Gizi.Universitas Lampung.


Nglanggeran, Yogyakarta. Makalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2017.
disampaikan pada seminar pada 2nd Pengolahan kakao (online).
International Conference on Agricultural http://iccri.net/pengolahan-kakao/
Postharvest Handling and Processing Diakses 11 Desember 2017.
tanggal 29-31 Agustus 2018 di Bali Sabarisman I., Anoraga, S.B. & Revulaningtyas,
Indonesia. I.K. 2017. Analisis umur simpan bubuk
Montesqrit & Ovianti, R. 2013. Pengaruh Suhu kakao dalam kemasan plastik standing
dan Lama Penyimpanan terhadap pouch menggunakan pendekatan model
Stabilitas Minyak Ikan dan Mikrokapsul Arrhenius. Jurnal Nasional Teknologi
Minyak Ikan . Jurnal Peternakan Terapan. 1(1): 43-49
Indonesia, 62-68. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017. 2016.
Mulato, S. & Suharyanto, E. 2011. Kakao, Cokelat Kakao (Cocoa). Sekretariat Direktor
dan Kesehatan. Pusat Penelitian Kopi Jenderal Perkebunan Kementrian
dan Kakao Indonesia, Jember. Pertanian. Jakarta
Nascimento, M.S. 2014. Enterobacteriaceae Suharyanto, E. 2014. Diversifikasi produk olahan
contamination in chocolate processing. kakao. Materi Pelatihan Fasilitator
Food Control 47, 291-297. Utama di Jember. Pusat Penelitian Kopi
Nattress, L.A., Ziegler, G. R., Hollender, R., & dan Kakao Indonesia.
Peterson, D. G. 2004. Influence of Wicaksono, B. D., 2017.
hazelnut paste on the sensory properties https://science.idntimes.com/experiment/
and shelf-life of dark chocolate. Journal bayu/mengapacoklat-kemasan-
of Sensory Studies, 19(2) :133–148. dibungkus-alumunium-foil-berlapis-
Nugroho, R.A. 2013. Teknologi Pengemasan kertas-inijawabannya/full. Diakses 26
Pangan. Laboratorium Pertanian.PAU Februari 2018.

A. Gambar kemasan bubuk cokelat TTP


Nglanggeran

C. Kemasan sekunder permen cokelat TTP


B. Kemasan primer permen cokelat TTP Nglanggeran
Nglanggeran

669
Research Fair Unisri 2019 P- ISSN: 2550-0171
Vol 3, Number 1, Januari 2019 E- ISSN: 2580-5819

D. Kemasan tersier permen cokelat TTP


Nglanggeran

670

Anda mungkin juga menyukai