Anda di halaman 1dari 10

JURNAL READING

INTRAVENOUS LIDOCAINE AS ADJUVANT TO GENERAL


ANESTHESIA IN RENAL SURGERY

Disusun oleh:

Qattrunada Nadhifah // 1102015184

Pembimbing:

dr. Rizki Ramadhana, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI


RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2020
Lidokain Inravena Sebagai Tambahan Untuk Anestesi Umum dalam
Pembedahan Ginjal

Abstrak
Peran infus intravena lidokain intraoperatif sebagai pereda nyeri, respon inflamasi,
dan pemulihan pasca operasi, terutama operasi pada bagian sekitar abdomen.
Penelitian ini menggunakan metode randomized double-blinded trial di mana
mengevaluasi apakah infus lidokain IV mengurangi kebutuhan untuk mengonsusmdi
isoflurane, remifentanil intraoperatif konsumsi dan waktu pemulihan pasca operasi
pada operasi ginjal non-laparoskopi. Enam puluh pasien dijadwalkan untuk menjalani
operasi ginjal elektif non-laparoskopi didaftarkan untuk menerima infus lidokain
sistemik (kelompok L: bolus 1,5 mg / kg diikuti lanjut dengan laju 2 mg / kg / jam
sampai kulit tertutup) atau saline normal (0,9% larutan NaCl) (kelompok C).
Kedalaman anestesi dipantau menggunakan Skala Indeks Bispectral (BIS), yang
didasarkan aktivitas listrik pada otak pasien. Hasil utama dari penelitian ini adalah
naik turunnya konsentrasi isoflurane (Et- Iso) dengan nilai BIS 40-60. Hasil sekunder
termasuk konsumsi remifentanil selama operasi dan waktu untuk ekstubasi. Et-Iso
secara signifikan lebih rendah pada kelompok L daripada di kelompok C (0,63% ±
0,10% vs 0,92% ± 0,11%, p <10-3). Konsumsi remifentanil secara signifikan lebih
rendah pada kelompok L daripada di kelompok C (0,13 ± 0,04 μg / kg / menit vs 0,18
± 0,04 μg / kg / min, p <10–3). Dengan demikian, infus lidokain IV memungkinkan
pengurangan 31% konsentrasi isofluran dan 27% dalam kebutuhan remifentanil
intraoperatif. Selain itu, pemulihan dari waktu anestesi dan ekstubasi lebih pendek
pada kelompok L (5,8 ± 1,8 menit vs 7,9 ± 2,0 menit, p <10–3). Dengan mengurangi
secara signifikan persyaratan isofluran dan remifentanil selama operasi ginjal,
lidokain intravena dapat memberikan strategi yang efektif untuk membatasi agen
volatil dan konsumsi opioid terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah.

2
PENDAHULUAN

Mual atau muntah dan rasa sakit pasca operasi adalah penyebab utama
ketidaknyamanan dan ketidakpuasan pasien yang mengikuti anestesi umum. Karena
penggunaan volatil dan opioid dosis tinggi. Dengan mengurangi kebutuhan agen
anestesi dapat mengurangi efek samping, waktu pemulihan lebih cepat dan
mengurangi biaya prosedur anastesi. Beberapa pendekatan kemudian diusulkan,
seperti infus lidokain sistemik intraoperatif. Efek perioperatif dari infus lidokain
intravena dievaluasi dalam beberapa penelitian pada hewan menunjukkan
pengurangan Minimum Alveolar Concentration (MAC) anestesi volatil dan
intraoperatif konsumsi opioid. Mekanisme aksi lidocaine melibatkan pengikatannya
ke saluran natrium dan
interaksinya dengan agen anestesi umum menghasilkan efek sinergis. Lidocaine juga
terbukti memiliki tindakan anti-inflamasi, dan untuk mencegah hiperalgesia sentral.

Pada manusia, peran infus lidokain sistemik [AQ] intraoperatif


dievaluasi dalam penghilang rasa sakit, respon sitokin, pemulihan fungsi usus, mual
dan muntah pasca operasi, dan lama tinggal di rumah sakit, terutama operasi
abdomen. Namun, manfaat sistemik Infus lidokain masih kontroversial saat
digunakan dalam
bidang lain seperti operasi ortopedi dan kardiovaskular yang mencerminkan efek
yang tergantung pada organ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
efek intravena lidocaine pada persyaratan isoflurane dan remifentanil selama anestesi
umum untuk pembedahan ginjal dengan lumbotomi seperti yang dipantau oleh Skala
Indeks Bispectral (BIS).

Metode

Enam puluh pasien berusia 18–80 tahun (Tabel 1) dengan American society
of anaesthesiologists (ASA) status fisik 1 dan 2 dijadwalkan untuk lumbotomi elektif

3
oleh anastesi dengan menggunakan metode pengambilan randomized double-blinded
yang dilakukan antara November 2015 dan Desember 2016. Kriteria eksklusi: status
fisik ASA ≥ 3, riwayat gagal hati, ginjal atau jantung, lumbotomi sebelumnya,
obesitas morbid (BMI> 40), kehamilan, penggunaan opioid atau benzodiazepin atau
obat-obatan antiinflamasi, alergi terhadap anestesi lokal dan nephrectomy untuk
transplantasi ginjal. Pasien dengan riwayat gangguan kejiwaan, aritmia atau kejang
juga pengecualian. Semua prosedur dilakukan oleh tim yang sama dari ahli anestesi
dan ahli bedah. Penelitian dilakukan di ruang operasi urologi di rumah sakit
pendidikan Sahloul (Sousse, Tunisia).

Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok untuk menerima baik
infus lidokain sistemik intraoperatif (kelompok L) atau infus saline normal (0,9%
NaCl) (kelompok C). Sekitar 30 menit sebelum sayatan kulit,pasien dalam kelompok
L (n = 30) menerima bolus IV (1,5 mg / kg) HCl 1% lidokain tanpa melebihi 100 mg,
ini kemudian diikuti infus lidokain kontinu 2 mg/kg/jam sampai penutupan kulit.
Kelompok kontrol (n = 30) menerima volume bolus yang sama dan infus terus
menerus saline normal. Monitor standar digunakan termasuk EKG, tingkat karbon
dioksida pasut pasang surut (EtCO2), non-invasif tekanan arteri dan oksimetri . BIS
(BIS Vista®, USA) juga digunakan untuk menilai kedalaman narkosis. konsentrasi
isoflurane (Et-Iso) dipantau terus menerus setiap 10 menit sampai akhir prosedur
operasi menggunakan Monitor Draeger Primus (Draeger Primus, Draeger Medis

4
Austria GmbH, Wina, Austria). Blind dilakukan pada ahli anestesi yang bertanggung
jawab atas pasien dalam operasi kamar itu. Semua pasien menerima protokol anestesi
yang sama tanpa premedikasi. Anestesi diinduksi dengan remifentanil intravena 1
μg/kg selama satu menit, propofol 3 mg/kg dan cisatracurium 0,15 mg/kg. Setelah
intubasi trakea, anestesi bertujuan menyeimbangkan isofluran dalam campuran
oksigen

Hasil

Enam puluh pasien dibagi menjadi dua kelompok secara acak: Kelompok
Lidocaine (L) (n = 30) dan kelompok kontrol (C) (n = 30). Semua pasien berhasil
mengikuti follow up hingga akhir tanpa hambatan. Tidak ada perbedaan signifikan
dalam karakteristik pasien. Jumlah pasien yang melakukan operasi pielotomi dan
operasi nephrectomy serupa, operasi dan durasi anestesi dibandingkan (Tabel 1).
Tidak
ada pasien mengalami efek samping yang serius terkait bolus atau perfusi terus
menerus dari lidokain, kecuali adanya ekstrasistol ventrikel sesekali tanpa
perubahan tanda-tanda vital. Tidak ada pasien yang melaporkan tanda-tanda
toksisitas lidokain (rasa seperti metalik, parestesia, pusing, penglihatan kabur, tinitus,
mati rasa pada bagian perioral, kantuk, gelisah). BIS diukur setiap 10 menit, nilainya
sebanding di kedua kelompok pada titik pengukuran yang berbeda, p> 0,05 (Gambar
1). Tekanan darah rata-rata serupa di seluruh anestesi antara kelompok C dan L,
dengan p> 0,05. Namun, denyut jantung secara signifikan lebih rendah pada
kelompok L, p <0,05 (gambar 2 dan 3). Dalam kelompok lidokain, itu mungkin untuk
menurunkan minimum konsentrasi isoflurane alveolar (Et-Iso dan MAC, masing-
masing). Rata-rata Et-konsentrasi Iso adalah 0,63% ± 0,10% dan 0,92% ± 0,11%
masing-masing pada kelompok L dan C (p <10–3). Perbedaan rata-rata antara
konsentrasi Et-Iso pada kelompok lidokain dan kelompok kontrol adalah 0,29%, yang

5
berkurang 31%. Dosis total remifentanil diberikan kepada pasien dalam kelompok L
lebih rendah dari yang diberikan untuk kelompok C: 0,13 ± 0,04 μg/kg/menit vs 0,18
± 0,04 μg/kg/menit (p <10–3). Jadi, lidokain IV mengalami pengurangan 27% dalam
dosis total remifentanil yang digunakan selama operasi. Di akhir operasi, waktu untuk
ekstubasi adalah 5,8 ± 1,8 menit untuk kelompok L dan 7,9 ± 2,0 menit untuk grup C
(p <10–3), 26% pengurangan waktu pemulihan. Pada akhir prosedur pembedahan,
tidak ada perbedaan dalam penggunaan efedrin dan atropin antara kelompok.

6
7
Diskusi

Dalam penelitian ini menilai efek analgesik dari infus intraoperatif lidokain
selama lumbotomi pada pasien dewasa. Pada operasi urologis anastesi infus lidokain
IV mengurangi kebutuhan isoflurane, mengurangi dosis remifentanil intraoperatif,
dan mempersingkat waktu untuk ekstubasi. Meskipun efek analgesik sistemik
lidocaine ditunjukkan untuk nyeri kronis terutama tipe neuropatik, efek untuk
rasa sakit yang bersifat akut masih kontradiktif. Meta analisis terbaru telah
menemukan perbedaan yang signifikan dalam pengendalian nyeri saat istirahat,
selama batuk, atau selama gerakan dengan penggunaan infus lidokain intravena pada
pasien bedah di bawah anestesi umum. Perbedaan terlihat terutama pada operasi
bagian sekitar abdomen. Gourdine et al, menegaskan manfaat dari penggunaan dosis
kecil infus lidokain selama prostatektomi retropubik radikal. Gerakan usus pertama
dan flatus terjadi lebih cepat pada kelompok lidokain daripada kelompok kontrol
(17% vs 33%). Pasien yang diberi lidokain mengalami penurunan dua pertiga skor
nyeri total dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tetapi dalam penelitian ini,
penulis tidak mempelajari efek lidocaine terhadap konsumsi agen anestesi dan opioid
yang mudah menguap. Lauwick et al, menilai efek infus lidokain sistemik dinilai
pasca operasi sebagai ukuran pemulihan pasca bedah setelah diakukan laparoskopi

8
pada prostatectomy. Empat puluh pasien terdaftar untuk menerima infus lidokain
(bolus dari 1,5 mg/kg diikuti dengan infus kontinu 2 mg/kg/jam selama operasi dan 1
mg/kg/jam di PACU selama 24 jam) atau volume salin normal yang sama (0,9%
NaCl). Dalam kelompok lidokain, pasien bisa berjalan dengan jarak yang lebih jauh
dalam waktu singkat (56 vs 43,5 m). Penulis menghubungkan hasil ini dengan efek
antiinflamasi lidokain dan efek opioid-sparing diperiode pasca operasi. Dalam studi
yang sama ini, konsumsi intraoperatif desflurane turun 12% (5,6 vs 6.3) pada
kelompok lidocaine sedangkan nilai BIS serupa di kedua kelompok. Namun,
penggunaan intraoperatif fentanil tidak berkurang pada kelompok lidokain (250 ug vs
254 ug). Penulis tidak menemukan pengaruh signifikan dari lidokain pada lama
tinggal di rumah sakit, nyeri pasca operasi, kembalinya fungsi usus, atau stres. Juga,
dosis fentanyl tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok (kelompok
lidokain: 810 μg
vs kelompok kontrol: 680 μg, p = 0,47). Demikian pula, ada tidak ada efek hemat
agen volatil yang dinilai oleh isoflurane MAC (kelompok lidokain: 0,86% vs
kelompok kontrol:0,93%). Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan
pendekatan transperitoneal untuk laparoskopi operasi ginjal, dengan mobilisasi usus
besar untuk mengakses ruang retroperitoneal. Dalam penelitian ini, para pasien
dipasang pada posisi lumbotomi dan retroperitoneal. Pendekatan ini digunakan secara
eksklusif untuk mencapai ginjal, ahli bedah harus membelokkan latissimus dorsi,
oblique eksternal besar, oblique internal yang besar dan otot perut transversal.

Kesimpulan

Infus lidokain intravena menurut ahli anestesi umum yang digunakkan pada
pembedahan ginjal mengurangi penggunaan isofluran dan remifentanil, yang dipantau
dengan skala BIS. Biaya yang rendah dan minimal efek samping dapat memberikan

9
strategi yang efektif untuk membatasi penggunaan agen volatile dan opioid intra-
operasi, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

10

Anda mungkin juga menyukai