Anda di halaman 1dari 15

Laporan kasus: Urolithiasis Struvit Pada Kucing Betina

(CASE REPORT: UROLITHIASIS STRUVIT IN FEMALE CAT)


Komang Trisno1, I Gede Soma2, I Wayan Batan2

1
Pendidikan Profesi Dokter Hewan
2
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali
Telp/fax (0363) 223791
Email: kmtrisno@gmail.com

ABSTRAK
Seekor kucing betina bernama Skiwi, ras campuran antara kucing lokal dan Persia,
berumur 2 tahun dengan berat badan 3,2 kg menunjukan tanda klinis berupa hematuria,
pollakiuria, dan stranguria yang terjadi selama seminggu. Pemeriksaan urinalisis diperoleh pH
urin 7.0, hasil pemeriksaan mikroskopis sedimentasi urin menunjukkan adanya kristal struvit dan
eritrosit. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya bentukan pasir (sand-like) yang
teramati didalam vesika urinaria yang ditandai dengan adanya gambaran hiperekoik. Kucing
kasus didiagnosa mengalami urolithiasis struvit. Penanganan kucing kasus dilakukan dengan
flushing menggunakan larutan NaCL fisiologis. Tindakan flushing bertujuan untuk mengeluarkan
kristal yang ada di dalam vesica urinaria. Pemberian herbal kejibeling 2 kali sehari selama 5 hari.
Pakan yang di berikan diganti menggunakan pakan khusus Hill's Prescription Diet c/d Multicare
diberikan 2 kali sehari selama 2 bulan. Observasi dilakukan selama 7 hari dengan mengevaluasi
gejala yang muncul. Setelah 7 hari hewan kasus menunjukkan adanya perkembangan yang
ditandai dengan hilangnya gejala klinis berupa hematuria, polakiuria, dan stranguria. Evaluasi
selanjutnya dilakukan dua bulan pasca terapi dengan melakukan urinalisis. Hasil evaluasi
urinalisis menunjukkan adanya pengikatan pH pada urin. Evaluasi terhadap adanya indikasi
kelainan ginjal dan diabetes militus (DM) dilakukan dengan pemeriksaan biokimia darah. Hasil
yang diperoleh nilai BUN dan glukosa di dalam darah normal.
Kata kunci: kucing betina, urolithiasis struvit, flushing, diet pakan,

ABSTRACT
A female cat named Skiwi, a mixed breed between local and Persian cats, is 2 years old
and weighs 3.2 kg showing clinical signs of hematuria, pollakiuria, and stranguria that occur
during the week. Urinalysis examination obtained a urine pH of 7.0, microscopic examination of
urine sedimentation showed the presence of struvite and erythrocyte crystals. Ultrasound
examination showed the presence of sand-like formation observed in the bladder which was
characterized by a hyperechoic appearance. The case cat was diagnosed with struvite urolithiasis.
Treatment of cat cases was carried out by flushing with physiological NaCL solution. Flushing
action aims to remove the crystals in the bladder. Giving Kejibeling herbs 2 times a day for 5
days. The feed that was given was replaced using a special feed from Hill's Prescription Diet c /
d Multicare was given 2 times a day for 2 months. Observation was carried out for 7 days by
evaluating the symptoms that appeared. After 7 days, the cases showed a progression which was
marked by the disappearance of clinical symptoms in the form of hematuria, polyachuria, and
stranguria. Subsequent evaluation was carried out two months post therapy by performing
urinalysis. The results of the urinalysis evaluation indicate a binding to the pH of the urine.
Evaluation for indications of kidney disorders and diabetes militus (DM) was carried out by
examining blood biochemistry. The results obtained were BUN values and glucose in normal
blood.
Key words: Female cat, struvite urolithiasis, flushing, diet.

PENDAHULUAN
Urolithiasis merupakan salah satu kelainan yang umum terjadi pada kucing. Berdasarkan
data analisis yang diserahkan kepada Minnesota Urolith Center sejak tahun 1981 hingga 2007
kejadian urolithiasis pada kucing mencapai 94.778 kasus (Osborne et al, 2009). Kejadian
urolithiasis sampai saat ini masih menjadi masalah yang sering timbul pada kucing sehingga
perlu mendapat perhatian khusus. Urolithiasis merupakan suatu kondisi terbentuknya urolith
pada saluran perkencingan, seperti pada vesika urinaria, ginjal, ureter, dan uretra (Smith et al.,
2004). Urolithiasis merupakan salah satu penyebab terjadinya kelainan sistem perkencingan
bagian bawah pada kucing. Penelitian Kojrys et al. (2017), pada 385 ekor kucing yang
mengalami gangguan pada saluran perkencingan bagian bawah ditemukan 13% menunjukkan
adanya urolith. Hasil studi Mihardi et al. (2018), dari 13 sampel urin yang diperoleh dari kucing
yang mengalami gangguan saluran perkencingan bagian bawah terdapat 76.92% sampel urin
yang mengandung kristal.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kejadian urolithiasis diantaranya jenis kelamin,
umur, ras, jenis makanan, serta letak geografis (Cannon et al., 2007). Faktor lain yang dapat
memengaruhi terbentuknya kristal pada saluran kemih yaitu asupan air yang kurang serta
tingginya mineral kalsium, selain itu hewan yang diet tinggi purin dan oksalat mempermudah
terjadinya kristal di saluran kemih (Bartges & Kirk 2006).
Struvite adalah mineral utama yang ditemukan dalam analisis urolith pada kucing pada
tahun 1980-an (Cannon et al. 2007; Houston et al. 2009; Osborne et al. 2009). Prevalensi urolith
struvit pada kucing berdasarkan data yang diserahkan kepada Minnesota Urolith Center
menunjukkan terjadi penurunan insiden dari 78% pada tahun 1981 menjadi 33% pada tahun
2002, tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2005 menjadi 48%, dan pada tahun 2013 urolith
struvit merupakan 46% urolith yang ditemukan pada kucing (Tilley, L. P et al.,2016). Pada kasus
struvit urolithiasis, konsentrasi mineral dalam urin yang secara bebas terkristalisasi dalam bentuk
solution disebut struvite activity product atau SAP (Stevenson et al., 2002). Proses SAP inilah
yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kalkuli (Osborne et al., 2000; Westropp et al.,
2005).
Diagnosa urolithiasis secara umum dapat dilakukan berdasarkan temuan yang khas yang
diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan fisik, urinalisis, kultur urin, radiografi, serta
ultrasonografi untuk membedakan urolit yang disebabkan oleh penyebab yang lain seperti
penyakit idiopatik, infeksi saluran kemih, dan neoplasia (Osborne et al., 1996). Diagnostik
laboratorium menggunakan analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan jenis atau tipe
urolith yang spesifik (Hostutler et al., 2005).
Berdasarkan latar belakang tersebut pemahaman mengenai kelainan pada sistem
perkencingan khususnya kejadian urolithiasis sangat penting bagi pemilik hewan agar kejadian
urolithiasis pada kucing dapat dicegah. Penulisan laporan ini bertujuan untuk membahas kejadian
urolithiasis yang terjadi pada kucing, tindakan diagnosa serta terapi yang tepat untuk diberikan
kepada pasien.

REKAM MEDIK
Sinyalemen
Kucing kasus bernama Skiwi, ras campuran antara kucing lokal dan ras Persia, berjenis
kelamin betina, berumur 2 tahun, berat badan 3,2 kg, diperiksa pada tanggal 16 November 2020.
Skiwi memiliki rambut berwana abu-abu. Pemilik kucing bernama Yesha yang beralamat di
Jalan Gunung Paras No II, Gang Dampung sari. Padangsambian klod, Kec. Denpasar Barat, Kota
Denpasar, Bali

Anamnesa
Kucing kasus diperiksa pada tanggal 16 November 2020 di Rumah Sakit Hewan
Pendidikan Universitas Udayana dengan keluhan mengalami penurunan nafsu makan selama
seminggu, kesulitan ketika urinasi yang disertai dengan adanya kesakitan (stranguria) yang
ditunjukkan dengan adanya erangan ketika melakukan urinasi dengan frekuensi urinasi yang
tinggi, volume urin yang sedikit (pollakiuria) dan disertai darah pada urin (hematuria). Gejala
klinis muncul seminggu sebelum kucing di bawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas
Udayana tepatnya pada tanggal 9 November 2020. Kucing dipelihara dengan cara di lepas di
dalam rumah dan pemilik hanya memelihara satu ekor kucing. Pakan diberikan secara tidak
teratur dan pemilik melakukan pergantian pakan sejak tiga bulan yang lalu. Pakan yang diberikan
berupa dry food dengan kandungan protein kasar 28%, lemak 9 %, serat 4% dan kadar air 10%.
Pemberian air minum berasal dari air kemasan yang tersedia secara adlibitum, namun menurut
keterangan pemilik kucing kasus jarang minum, pemberian air minum kadang harus di berikan
menggunkan spuit oleh owner agar kucing kasus mau minum air.
Pemeriksaan fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik, kondisi umum Skiwi menunjukkan postur tubuh yang
normal, behavior jinak, habitous aktif, seperti gambar 1 dan diperoleh status preasens seperti
tabel 1.

Gambar 1. Kondisi kucing Kasus


Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Status Preasens Skiwi Kucing Kasus.
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
1. Jantung (x/menit) 118 76-148 Normal
2. Pulsus (x/menit) 116 76-148 Normal
3. CRT (detik) <2 <2 Normal
4. Respirasi (x/menit) 36 24 – 42 Normal
5. Suhu ( C)
o
38,2 37,8 – 39,5 Normal
Pemeriksaan klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Klinis Skiwi Kucing Kasus.
No Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Kulit dan Kuku Tidak Normal
2. Anggota Gerak Normal
3. Muskuloskeletal Normal
4. Syaraf Normal
5. Sirkulasi Normal
6. Urogenital Tidak Normal
7. Respirasi Normal
8. Pencernaan Normal
9. Mukosa Normal
10. Limfonodus Normal

Pemeriksaan laboratorium
Untuk menunjang diagnosa dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya
pemeriksaan hematologi rutin, urinalisis, uji sedimentasi urin, dan ultrasonografi.
1. Pemeriksaan Hematologi Rutin
Hasil pemeriksaan hematologi disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Skiwi Kucing Kasus
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
WBC 19,2 5,5 – 19,6 x10^9/L Normal
RBC 5,83 5.00 – 10,00 x10^12/L Normal
HGB 10,3 8.0 – 15.0 g/dL Normal
Gran# 8,3 8,7 – 19,1 x10^9/L Menurun
Lymph# 9,0 3,0 – 9,0 x10^9/L Normal
Mid# 1,9 0,1 – 1,4 x10^9/L Meningkat
Lymph% 46,8 20,0 – 55,0 % Normal
Gran% 43,3 55,3 – 89,3 % Menurun
Mid% 9,9 0,0 – 4,0 % Meningkat
MCV 44,2 39.0 – 55.0 fL Normal
MCH 17,7 13,0 – 17,0 Pg Meningkat
MCHC 40,2 30.0 – 36.0 g/dL Meningkat
HCT 25,7 30,0 – 45,0 % Menurun
PDW 10,4 10.0 – 18.0 g/dL Normal
PLT 0,20 0,10 – 0,32 % Normal
Keterangan: WBC= White Blood Cells, RBC= Red Blood Cells, HGB= Hemoglobin, PCV= Packed
Cell Volume, MCV= Mean Corpuscular Volume, MCH= Mean Corpuscular Haemoglobin, MCHC=
Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration, HCT = Haematocrit
Hasil hematologi rutin menunjukan kucing kasus mengalami anemia normositik
hiperkromik. Anemia dapat dilihat dari penurunan nilai hematokrit. Serta terjadi
granulositopenia.

2. Pemeriksaan Sampel Urin


Sampel urin segar kucing kasus dikoleksi menggunakan kateter urin dan dikirim di
Kedonganan veteriner. Selang waktu pengambilan sampel urin hingga pemeriksaan kurang
dari 1 jam. Hasil urinalisis dan pemeriksaan sedimen urin disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Hasil pemeriksaan urinalisis Skiwi Kucing Kasus.


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Urine protein Creatinin 0,75 <0,4 Tidak Normal
(UPC)
Glukose 50 mg/Dl Negatif Tidak Normal
Protein 300 mg/Dl Negatif to Trace Tidak Normal
Albumin 10 mg/dL Negatif Tidak Normal
Bilirubine - Trace to +1 Normal
Creatinine 300 mg/dL 100 – 500 Normal
Ph 7,0 6,0 – 7,0 Normal
Blood - Negatif Normal
Ketone 15 mg/dL Negatif Tidak Normal
Nitrit Negatif Tidak Normal
Positif sedang (++)
Leukosit Negatif Normal
-

3. Hasil Sedimentasi Urin

Gambar 2. Temuan Kristal struvit dari pemeriksaan sedimentasi urin kucing kasus, adanya
eritrosit pada urin (panah merah)
4. Hasil Pemeriksaan Ultrasonografi

Gambar 3. Hasil pemeriksaan ultrasnogram organ vesica urinaria posisi dorsal recumbensi.
Urolith sand-like teramati didalam VU (panah merah).

Diagnosa Banding
Berdasarkan anamnesa, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
diperoleh beberapa diagnosa banding pada kucing kasus. Diagnosa banding pada kucing kasus
adalah urolithiasis struvit, urolithiasis kalsium oksalat dan urolithiasis urat.
Diagnosa definitif
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang menunjukkan kucing kasus
mengalami hematuria, pollakiuria, stranguria, serta didukung dengan pemeriksaan ultrasonografi,
urinalisis, serta uji sedimentasi urin. Maka kucing skiwi didiagnosa menderita urolithiasis struvit.
Prognosa
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan uji laboratorium maka prognosa yang dapat di
ambil adalah fausta.
Terapi
Penanganan kasus yang dilakukan yaitu flushing menggunakan larutan NaCL fisiologis.
Tindakan flushing bertujuan untuk mengeluarkan kristal yang ada di dalam vesica urinaria.
Selain itu pemberian obat herbal Kejibeling® diberikan dua kali sehari selama 5 hari yang
bertujuan untuk pelarutan kristal-kristal di urin agar mudah dikeluarkan saat urinasi (medical
dissolution) (Tion et al. 2015). Pakan yang diberikan diganti menggunakan pakan khusus Hill's
Prescription Diet c/d Multicare. Pemberian dilakukan 2 kali sehari selama 2 bulan. Pemberian
air minum yang cukup dan selalu tersedia secara adlibitum. Dilakukan evaluasi gejala pada
saluran perkencingan setelah 7 hari pasca terapi dan dilanjutkan 2 bulan kemudian.
Evaluasi dilakukan terhadap tanda klinis setelah 7 hari pasca terapi. Hasil yang diperoleh
tanda-tanda klinis yang muncul seperti hematuria, stranguria, dan pollakiuria sudah mulai
membaik. Evaluasi selanjutnya dilakukan setelah dua bulan pasca terapi, evaluasi urin dilakukan
dengan uji urinalisis seperti tabel 5 dan terhadap indikasi adanya gangguan ginjal dan diabetes
militus (DM) dilakukan dengan pemeriksaan biokimia darah hasil yang diperoleh seperti tabel 6.
Tabel 5. Hasil pemeriksaan urinalisis Skiwi kucing kasus 2 bulan pasca terapi.

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Glukose Negatif Negatif
Protein 0,3 Negatif to Trace
Urobilinogen Negatif Negatif
Bilirubine Negative Trace to +1
Ph 8,0 6,0 – 7,0
Blood Negatif Negatif
Ketone Negatif Negatif
Nitrit Negatif
Negatif
Leukosit Negatif
15
Tabel 6. Hasil biokimia darah Skiwi kucing kasus 2 bulan pasca terapi.
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Alanine aminotransferase (ALT) 35 10-90 U/L
Alkaline phosphatase (ALP) 54 20-100 U/L
Creatinine (CRE) 19 10-30 mg/dL
Glukosa (GLU) 1.0 0.3-2.1 mg/dL
Total protein (TP) 85 70-150 mg/dL
Urea nitrogen (BUN) 7.3 5.4-8.2 g/dL
PEMBAHASAN
Menurut Birchard dan Sherding (2000), urolithiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya
urolith di dalam sistem urinaria sampai saluran ekskretori dan biasanya diklasifikasikan menurut
komposisi mineralnya. Urolit dapat didefinisikan sebagai agregasi bahan kristal dan matriks yang
terbentuk di satu atau lebih lokasi di dalam saluran kemih ketika urin menjadi terlalu jenuh
dengan zat kristalogenik, dan dapat terdiri dari satu atau lebih jenis mineral (Ulrich et al., 1996).
Ukuran Urolith bervariasi dari material seperti pasir hingga batu besar yang dapat tumbuh dan
mengisi seluruh rongga tempat mereka terbentuk (Tion et al., 2015).Pemeriksaan yang dilakukan
untuk menunjang diagnosa diantaranya pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, USG, dan
biokimia darah.
Berdasarkan anamnesa dan tanda klinis diketahui kucing kasus mengalami hematuria,
straguria dan polakiuria. Hematuria diartikan sebagai adanya darah pada urin yang tampak secara
makroskopis dan/atau mikroskopis (Forrester, 2004). Hematuria dapat terjadi pada kucing dan
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya akibat adaanya peradangan, urolithiasis, neoplasia,
koagulopati, dan infeksi pada saluran perkencingan (Galgut, 2013). Stranguria dapat terjadi
akibat adanya obstruksi pada saluran perkencingan oleh kalkuli, neoplasia serta kelainan pada
kelenjar prostat pada hewan jantan (misalnya hipertropi kelenjar prostat dan neoplasia pada
kelenjar prostat). Stranguria non-obstruksi terjadi diakibatkan oleh adanya peradangan pada
mukosa vesika urinaria. Polakiuria adalah istilah yang menunjukan peningkatan frekuensi
urinasi, namun volume urin tidak meningkat (Bartges, J & Polzin, D. 2011)
Untuk mengetahui adanya gangguan pada sistem perkencingan juga dapat dilakukan dengan
cara uji urinalisis (Tion et al., 2015). Urinalisis pada kasus ini dilakukan dengan metode uji
laboratorium, sedimentasi urin. Hasil pemeriksaan diperoleh kucing kasus mengalami proteinuria
yakni 300 mg/dL, Proteinuria berdasarkan hasil urinalisis dapat diindikasikan terjadinya infeksi
dan hematuria (Jin dan Lin, 2005; Parrah et al., 2013). Selain itu protein yang muncul karena
adanya sel-sel, dimana sel memiliki kandungan protein di dalamnya. Hasil uji nitrit pada urin
kucing kasus diperoleh hasil 15 mg/dL. Chew dan DiBartola (2004) menyatakan bahwa nitrit
merupakan hasil konversi dari nitrat akibat adanya infeksi bakteri.
Indikasi adanya kelainan pada ginjal diperoleh dari hasil pemeriksaan Urine Protein
Creatinine pada kucing kasus. Hasil pemeriksaan terhadap Urine protein Creatinin (UPC)
diperoleh hasil yang lebih tinggi dari normal yakni 0,75. Protein urin kreatinin merupakan gold
standard untuk uji proteinuria pada anjing dan kucing. Hasil penelitian (Syme et al.,2006)
menunjukkan bahwa nilai UPC antara 0,5 – 1,2 memiliki kaitan klinis dengan penyakit ginjal
kronis. Sedangkan nilai UPC 1,0 sampai 2 kadang-kadang menunjukkan stadium akhir penyakit
ginjal kronis pada kucing (Lees et al., 2005). Pemeriksaan terhadap indikasi kelainan ginjal tidak
dilakukan hal ini dikarenakan kucing kasus belum menunjukan adanya gejala kelainan pada
ginjal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap keton diperoleh hasil positif yakni 15 mg/dL,
adanya keton dalam urin menandakan adanya perombakan lemak yang berlebihan akibat
kurangnya karbohidrat dalam memenuhi metabolisme tubuh. Hasil tersebut juga dapat
memungkinkan terjadinya diabetes mellitus (DM) pada hewan kasus dan didukung dengan
ditemukannya glukosa di dalam urine (Purbantoro et al., 2019). Albumin dalam urin
mengindikasikan adanya gangguan pada membran glomerulus, sehingga dapat meloloskan
molekul protein di dalam urin (Kusumawati & Sardjana 2006).
Pemeriksaan mikroskopis sedimentasi urin pada kucing kasus diperoleh hasil yang
menunjukan adanya kristal struvit dan eritrosit pada endapan urin. Kristal struvit yang ditemukan
tidak berwarna, berbentuk seperti prisma, dengan ukuran yang bervariasi. Hasil pemeriksaan
yang diperoleh sejalan dengan literatur dari Rizzi, (2014) yang menyatakan kristal (struvit) yang
ditemukan tidak berwarna, berbentuk seperti prisma, ukuran kristal yang bervariasi, memiliki
antara 3 sampai 8 sisi, tergantung pada keadaan degradasi atau pembentukannya. Kondisi
hematuria dikonfirmasi dari hasil pemeriksaan mikroskopis sedimentasi urin yang menunjukkan
adanya sel eritrosit namun negatif pada pemeriksaan urinalisis. Hal tersebut dapat diakibatkan
karena kesalahan pemeriksaan maupun kesalahan handling sampel sehingga eritrosit mengalami
lisis.
Kristal struvit atau yang biasa disebut dengan magnesium amonium fosfat, merupakan hasil
supersaturasi mineral magnesium, amonium, dan fosfor dalam keadaan pH urin lebih dari 6,5
(Tion et al., 2015). Pada kasus ini pH yang diperoleh yakni 7,0 pH urin dapat dipengaruhi oleh
makanan, faktor intrinsik (asidosis tubulus ginjal), dan stresor eksternal (sindrom hiperventilasi).
Lekcharoensuk et al. (2001) mendeskripsikan bahwa peningkatan risiko terbentuknya kristal
struvit dapat terjadi karena pemberian diet tinggi magnesium, fosfor, kalsium, klorida, dan serat,
protein yang sedang, dan lemak yang sedikit.
Ultrasonografi (USG) merupakan pilihan yang dapat memvisualisasikan adanya urolith di
dalam saluran perkencingan (Tion et al., 2015). Pemeriksaan ultrasonografi pada kucing kasus
diperoleh hasil yang menunjukan adanya urolith dalam bentuk seperti pasir (sand-like) didalam
vesika urinaria. Gambaran hyperechoic di dalam vesika urinaria yang terlihat seperti pasir/bintik-
bintik menggambarkan bahwa di dalam vesika urinaria terdapat kristal dan tanpa adanya batuan
individu yang mengobstruksi saluran.
Penanganan yang dipilih pada kasus ini yakni flushing menggunakan larutan NaCL
fisiologis yang bertujuan untuk mengeluarkan kristal yang ada di dalam vesika urinaria.
Pemberian obat herbal Kejibeling® diberikan 2 kali sehari secara PO selama 5 hari. Pakan yang
diberikan diganti menggunakan pakan khusus urinary (Hill's Prescription Diet c/d Multicare).
Diet pakan yang rendah protein, magnesium, dan fosfor. Hill's Prescription Diet c/d Multicare
dipilih karena dapat diberikan jangka panjang. Hasil studi Lecharoensuk et al. (2001)
menyatakan bahwa pada kucing yang diberi pakan dengan diet tinggi lemak, diet rendah protein
dan potasium dan meningkatkan keasaman urin berpotensi meminimalisasi pembentukan kristal
struvit. Pemberian pakan kering harus diimbangin dengan pemberian air minum yang cukup agar
membantu dalam proses pelarutan kristal.
Pemberian herbal Kejibeling dipilih karena Kejibeling merupakan salah satu tanaman yang
dapat meluruhkan batu ginjal maupun batu di kandung kemih. Kandungan dari keji beling adalah
alkaloid, saponin, flavonoid, kalium dan polifenol. Kalium yang ada di dalam tanaman kejibeling
bersifat sebagai diuretik yang kuat serta dapat melarutkan batu dari garam kalsium, sehingga
kejibeling dapat digunakan sebagai peluruh batu (Mursito, 2005). Fungsi lain dari Kejibeling
yaitu sebagai analgesik karena adanya kandungan senyawa glikosidik ester dari asam caffeic
(Soediro et al.,1983). Kandungan senyawa flavonoid pada Kejibeling juga memiliki efek
analgesik, menurut Christiana et al, (2012), senyawa flavonoid berperan sebagai analgesik
dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase dengan mengurangi produksi
prostaglandin oleh asam arakidonat sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Evaluasi 7 hari pasca terapi hewan kasus menunjukkan adanya perkembangan yang ditandai
dengan hilangnya gejala klinis berupa hematuria, polakiuria, dan stranguria. Evaluasi selanjutnya
dilakukan dua bulan pasca terapi dengan melakukan urinalisis. Hasil evaluasi urinalisis
menunjukkan adanya pengikatan pH urin. Pemulihan kasus ini tidak maksimal hal ini dapat
diakibatkan salah satunya karena pergantian pakan dari pakan diet yang di gunakan pada saat
terapi diganti menggunakan dry food komersil biasa untuk kucing.

KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan kucing kasus mengalami urolithiasis struvit. Penanganan yang dipilih yaitu tindakan
flushing untuk mengeluarkan kristal yang ada di dalam vesica urinaria. Pemberian obat herbal
Kejibeling® 2 kali sehari secara PO selama 5 hari. Pakan yang di berikan di ganti menggunakan
pakan khusus urinari Hill's Prescription Diet c/d Multicare selama 2 bulan. Pemberian air
minum secukupnya dan tersedia secara adlibitum. Setelah mendapatkan terapi berupa
penggantian pakan dan flushing dilakukan observasi selama 7 hari. Hasil evaluasi setelah 7 hari
menunjukan adanya perkembangan kucing kasus yang ditandai dengan hilangnya gejala klinis
berupa hematuria, stranguria, dan polakiuria. Observasi dilanjutkan selama dua bulan. Pada uji
urinalisis menunjukkan adanya peningkatan pH urin menjadi 8.0 hal ini dapat diakibatkan karena
adanya pergantian pakan yang semula menggunakan pakan khusus urinary menjadi pakan
komersil biasa untuk kucing. Evaluasi terhadap adanya indikasi gangguan ginjal dan diabetes
militus (DM) dilakukan dengan uji biokimia darah. Hasil yang diperoleh nilai BUN dan glukosa
darah yang diperoleh menunjukan hasil yang normal.
SARAN
Pemilihan pakan dan ketersediaan air untuk kucing harus selalu diperhatikan, pemberian
pakan kering atau dry food harus diimbangin dengan konsumsi air yang cukup hal ini
dikarenakan kandungan air pada pakan kering relatif rendah sehingga asupan air harus
diperhatikan untuk menghindari terjadinya kekambuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Bartges, J. W., & Kirk, C. A. (2006). Nutrition and lower urinary tract disease in cats. Veterinary
Clinics: Small Animal Practice, 36(6), 1361-1376.
Bartges, J., & Polzin, D. (Eds.). (2011). Nephrology and urology of small animals. John Wiley &
Sons.
Birchard SJ dan Sherding RG. (2000). Saunders Manual of Small Animal Practice. Edisi ke-2.
Pennsylvania: W. B. Saunders Company. Hlm. 913-957.
Cannon AB, Westropp JL, Ruby AL. 2007. Evaluation of trends urolith composition in cats:
5.,230 cases (1985-2004). JAVMA 231(4): 570-576.
Chew DJ, DiBartola SP. 2004. Interpretation of Canine and Feline Urinalysis. Delaware: Nestle
Purina.
Christiana, I., Evacuasiany, E., Hidayat, M. 2012. The Analgenic Effect Of Kayu Rapat Bark
Infusion (Parameria laevigata (Juss) Moldenke) On Male Mice Treated With Termal
Inducation. Jurnal Medika Planta. 02 (01).
Forrester, S. D. 2004. Diagnostic approach to hematuria in dogs and cats. Veterinary Clinics of
North America: Small Animal Practice, 34: 849–66.
Galgut B. 2013. SA34-Urinalysis-A Review. The Dr. Jack Walther 85th Annual Western
Veterinary Conference. Mandalay Bay Convention Center, Las Vegas, Nevada, February
17–21, 2013.
Hostutler RA, Chew DJ, DiBartola SP. 2005. Recent Concepts In Feline Lower Urinary Tract
Disease. Veterinary Clinics Small Animal. 35:147-170.
Houston, D. M.,Moore, A. E. (2009). Canine and feline urolithiasis: examination of over 50 000
urolith submissions to the Canadian veterinary urolith centre from 1998 to 2008. The
Canadian veterinary journal, 50(12), 1263.
Jin Y, Lin D. 2005. Fungal Urinary Tract Infection in the Dog and Cat: A Retrospective Study
(2001-2004). Journal of the American Animal Hospital Association 41: 373-381.
Kojrys SL, Skupien EM, Snarska A, Krystkiewicz W, Pomianowski A. 2017. Evaluation of
clinical signs and causes of lower urinary tract disease in polish cats. Vet. Med. 62
(7):386- 393.
Kusumawati D, Sadjana IKW. 2006. Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH
urin, albuminuria dan bilirubiunuria kucing. Media Kedokteran Hewan. 22(2): 131-135.
Lees, G.E., Brown, S.A., Elliott, J., Grauer, G.E. and Vaden, S.L. (2005). Assessment and
management of proteinuria in dogs and cats: 2004 ACVIM Forum Consensus Statement
(small animal). J Vet Intern Med. 19 (3) :377-385.
Lekcharoensuk, C., Osborne, C. A., Lulich, J. P., Pusoonthornthum, R., Kirk, C. A., Ulrich, L.
K.,Swanson, L. L. (2001). Association between dietary factors and calcium oxalate and
magnesium ammonium phosphate urolithiasis in cats. Journal of the American
Veterinary Medical Association, 219(9), 1228-1237.
Mihardi, A. P., Paramita, I. M., Pakpahan, S. N., & Widodo, S. (2018). KIVSA-4 Identifikasi
klinis kristaluria pada kasus feline lower urinary track disease (FLUTD) di Klinik Hewan
Maximus Pet Care. Hemera Zoa.
Mursito, Bambang., 2005, Ramuan Tradisional Untuk Gangguan Ginjal, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Osborne CA., Kruger MJ., Lulich PJ., Polzin DJ., Leckharoensuk C., (2000). Feline lower
urinary tract diseases. In “Textbook of Veterinary Internal Medicine”, Ed, Ettinger SJ
1710-47, W.B. Sounders Company, Philadelphia.
Osborne, C. A., Lulich, J. P., Kruger, J. M., Ulrich, L. K.,Koehler, L. A. (2009). Analysis of
451,891 canine uroliths, feline uroliths, and feline urethral plugs from 1981 to 2007:
perspectives from the Minnesota Urolith Center. Veterinary Clinics of North America:
Small Animal Practice, 39(1), 183-197.
Osborne, C. A., Lulich, J. P., Thumchai, R., Ulrich, L. K., Koehler, L. A., Bird, K. A., &
Bartges, J. W. (1996). Feline urolithiasis. Etiology and pathophysiology. The Veterinary
clinics of North America. Small animal practice, 26(2), 217.
Parrah JD, Moulvi BA, Gazi MA, Makhdoomi DM, Athar H, Din MU, Dar S, Mir AQ. 2013.
Importance of urinalysis in veterinary practice – A review. Veterinary World 6(11): 640-
646.
Purbantoro SD, Wardhita AAGJ, Wirata IW, Gunawan IWNF. 2019. Studi kasus: Cystolithiasis
akibat infeksi pada anjing. Manuscript submitted for publication.
Rizzi TE. 2014. Urinalisis in companion animals part 2: evaluation of urine chemistry and
sediment. J. Tod. Vet. Prac. 86-91.
Smith BHE, Stevenson AE, Markwell PJ. 2004. Dietary sodium promotes increased water intake
and urine volume in cats. The Journal of Nutrition 134: 2128S–2129S.
Stevenson A. 2002. The Incidence of Urolithiasis in Cats and Dogs and the Influence of Diet in
Formation and Prevention of Recurrence. London. Institute of Urology and Nephrology,
University College London.
Soediro, L., Pellecuer, J., Andary, C., and Privat, G. (1983). Strobilanthes crispus (L.) Bl. I:
Pemeriksaan senyawa turunan asam kafeat verbaskosid. Acta Pharm. Indones., VIII(I),
1–10.
Syme, H.M., Markwell, P.J., Pfeiffer, D. and Elliott, J. (2006). Survival of cats with naturally
occurring chronic renal failure is related to severity of proteinuria. J Vet Intern Med.
20 :528–535.
Tilley, L. P., & Smith Jr, F. W. (Eds.). (2016). Blackwell's five-minute Veterinary consult:
canine and feline. John Wiley & Sons. USA.
Tion MT, Dvorska J, Saganuwan SA. 2015. A review on urolithiasis in dogs and cats. Bulg J
Vet Med. 18:1-18. doi: 10.15547/ bjvm.806.
Ulrich LK, Bird KA, Koehler LA, Swanson L. 1996. Urolith analysis, submission, methods and
interpretation. Vet. Clin. Nort. Am: Small. Anim. Pract. 26: 393-400.
Westropp JL, Buffington CA, Chew D. 2005. Feline lower urinary tract disease. Dalam:
Textbook of Veterinary Internal Medicine. Ettinger SJ & Feldman EC (Eds). Saunders.
Minnesota chapter 2.

Anda mungkin juga menyukai