Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RINGKASAN ANASTESI

OLEH
FEDERIKA PINGKAN E.LASUT
2009612024
18 A

LABORATORIUM ILMU BEDAH VETERINER

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNVERSITAS UDAYANA

2021
Judul : Anesthesia Case of the Month

Metode :

Jenis Anastesi yang digunakan : Anjing diberikan sedasi menggunakan


dexmedetomidine (4,0 g/kg [1,8 g/lb], IM). Selanjutnya anjing tersebut diberikan
anestesi dengan ketamin hidroklorida (2,0 mg/kg [0,9 mg/lb]) dan propofol (3,6
mg/kg [1,6 mg/lb]) secara intravena. Anestesi umum dipertahankan dengan isofluran.
Sebelum menuju ruang operasi pada anjing tersebut diberikan preservative-free
morphine sulfate secara evidural (0,10 mg/kg [0,05 mg/lb]) diberikan melalui
epidural dengan jarum ukuran 20, 3,5 inci yang dimasukkan antara L7 dan S1 dan ke
dalam ruang epidural. Selain itu juga diberikan anastesi isoflurane yang ditingkatkan
dari 2% menjadi 2,5%.
Hewan yang digunakan : Seekor anjing ras campuran betina berusia 7,5 tahun
dengan berat 28,0 kg (61,6 lb) dirujuk ke Henry and Lois Foster Hospital for Small
Animals di Tufts University untuk evaluasi kepincangan tungkai panggul kanan.

Perlakuan atau bedah : dilakukan proses pembedahan berupa arthrotomy dan


osteotomy

Hasil dan Pembahasan

Tujuan anestesi multimodal adalah untuk mengurangi dosis dari setiap


komponen untuk meminimalkan efek samping dari setiap obat dan mempertahankan
anestesi yang memadai. Anjing dalam laporan ini hanya dibius ringan setelah diberi
premedikasi dengan dexmedetomidine, dan epidural dilakukan 20 menit sebelum
dimulainya operasi; oleh karena itu, konsentrasi tinggi isofluran dalam oksigen
diperlukan untuk memastikan kedalaman anestesi yang memadai. Lebih lanjut,
epidural morfin mungkin memerlukan waktu 1 jam untuk menjadi sepenuhnya efektif
dan mengurangi konsentrasi alveolar minimum (MAC) dari agen anestesi inhalansia
yang seharusnya diperlukan untuk pembedahan pada anjing.14 Empat puluh menit
setelah pemberian epidural morfin pada anjing di laporan ini, efek MAC-sparing telah
berlaku, dan anjing telah mencapai kedalaman anestesi yang memadai pada saat
perdarahan terjadi.

Anestesi diinduksi dengan ketamin dan propofol, ketamin diberikan sebagai


infus dengan kecepatan konstan. Efek simpatomimetik ketamin dapat berkontribusi
pada HR yang stabil selama perdarahan. Efek spesifik infus ketamin pada HR selama
hipovolemia belum dipelajari pada anjing yang dibius dengan isofluran, dan
penelitian yang mengevaluasi efek simpatomimetik dosis subanestetik ketamin harus
dilakukan. Selanjutnya, pemberian morfin yang bekerja secara sentral dikaitkan
dengan penurunanan aktivitas saraf simpatis, menyebabkan bradikardia dan hipotensi,
pada anjing.

Dexmedetomidine, agonis reseptor 2-adrenergik, mungkin merupakan faktor


utama yang menyebabkan barorefleks jantung pada anjing ini. Efek kardiovaskular
dari dexmedetomidine (misalnya, vasokonstriksi dan bradikardia) memperpanjang
waktu paruh obat, dan efek sentral (misalnya, efek sedasi dan simpatolitik)
bergantung pada dosis Oleh karena itu, dexmedetomidine dapat diberikan kepada
anjing selama 2 jam. sebelum hemoragik mungkin masih memberikan efek.

Judul : Comparison of analgesic and cardiopulmonary effects in epidural


injection of lidocaine, bupivacaine and dexmedetomidine following
ovariohysterectomy in the dog

Metode :

Jenis Anastesi yang digunakan : Anjing yang digunakan pada penilitian ini secara
acak dibagi menjadi tiga kelompok (n=5). Kelompok pertama mendapat lidokain 2%
(LIGNODIC 2%, Caspian Tamin Co., Iran) 2,5 mg/kg BB (LID) dan kelompok
kedua, bupivakain 0,5% (MARCAINE SPINAL 0,5%, AstraZeneca, Irlandia) 0,5
mg/kg BB (BUP) dan kelompok ketiga dexmedetomidine (MEDONEX 200, Exir
Co., Iran) 10 g/kg BB (DEX). Pada semua kelompok, obat diencerkan dengan larutan
garam 0,9% hingga volume akhir 0,36 mL/kg dan kemudian disuntikkan secara
epidural ke dalam ruang lumbosakral. Anjing-anjing dipindahkan ke ruang operasi 30
menit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kemudian, 30 menit sebelum
injeksi epidural, acepromazine 0,1 mg/kg diberikan secara intramuskular. Kemudian
anestesi diinduksi menggunakan ketamin 10 mg/kg BB dan diazepam 0,2 mg/kg BB
dan dipertahankan dengan 1,5% isoflurane (Baxter, USA) dan oksigen 100% pada
laju aliran 50 mL/kg/menit (Mann et al., 1992).

Hewan yang digunakan : pada jurnal ini menggunakan menggunakan lima belas
anjing betina dewasa sehat yang terdiri dari ras anjing campuran dan dipilih untuk
dilakukan ovariohisterektomi dengan berat rata-rata 12,76±1,41 kg. Untuk penilaian
kesehatan hewan, paraklinis (CBC, TP) dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk setiap
anjing setidaknya dua minggu sebelum operasi. Semua prosedur dilakukan mengikuti
kode etika serta penggunaan hewan laboratorium dan telah disetujui oleh Komite
Hewan Eksperimental Shahid Chamran University of Ahvaz, Iran

Perlakukan atau bedah : Ovariohisterektomi

Hasil dan Pembahasan : Setelah operasi, tidak ada komplikasi yang terlihat pada
lokasi sayatan dan hewan yang digunakan kembali pulih. Tidak ada perbedaan
signifikan yang diamati pada usia, berat badan, durasi operasi dan panjang sayatan
antara tiga kelompok.

Parameter Age (month) Weight (kg) incision length surgery


Group (a) (b) (cm) duration (min)
(c) (d)
LID 20.20±5.54 11.90±1.14 5.40 ±1.51 31.4 ±1.34
BUP 19.40± 3.13 12.94±1.61 58.1 ±5 39.2 ±7.85
DEX 19.20±5.01 13.46±2.69 5.4±1.14 31.6 ±9.06
Parameter Age (month) Weight (kg) incision length surgery
Group (a) (b) (cm) duration (min)
(c) (d)
Tabel 1. Table 1. Mean ± Standard deviation of age, weight, incision length and
duration of surgery. Bupivacaine at a dose of 1 mg/kg (BUP), dexmedetomidine
(DEX) at a dose of 10 μg/kg and lidocaine (LID) at a dose of dose 2.5 mg/kg
Denyut jantung pada 2 dan 3 jam setelah operasi lebih rendah pada kelompok
DEX dibandingkan dengan dua kelompok lainnya yang signifikan secara statistik
(p<0,05). Juga, denyut jantung pada kelompok Dex pada 5 dan 6 jam lebih rendah
dari kelompok lidokain (Tabel 2). Dibandingkan antara ketiga kelompok, tingkat
pernapasan pada kelompok DEX secara signifikan (p<0,05) lebih rendah pada 1, 3, 4
dan 5 jam dibandingkan kelompok BUP (Tabel 2). Juga, pada kelompok BUP setelah
2 jam terjadi peningkatan frekuensi pernapasan dibandingkan dengan baseline, yang
signifikan secara statistik (p<0,05). Hanya sedikit perubahan suhu dan MAP yang
terlihat pada semua kelompok (Tabel 2).

Vital sign Time Before One hour Two hours Three Four Five Six hours
Groups surgery after after hours after hours hours after
(a)* surgery surgery surgery after after surgery
(b) (c) (d) surger surgery (g)
y (f)
(e)
Heart rate LID 100 ± 6 101 ± 14 104 ± 16 112 ± 16 107± 105± 111 ± 18
(beats/ minute) (A)** C C 17 14 BC
C
BUP 91 ± 9 eg 94± 10 e 97 ± 12 C 99 ± 17 C 102 ± 98 ±10 100± 10
(B) 10 ab A
DEX 84 ± 14 84 ± 12 64 ± 12 64 ± 11 85 ± 78± 17 88 ± 12
(C) cd cd ABabefg ABabefg 16 Acde Ad
cdf
Respiratory LID 22 ± 6 g 21 ± 4 C 21 ± 5 22 ± 4 C 19 ± 2 19 ± 3 20 ± 5
BUP 23 ± 60 26 ± 8 C 27 ± 9 D 21 ± 9 Cc 25 ± 7 25 ± 7 25 ± 8
Rate
C C
(bets/minute) DEX 15 ± 2 15 ± 16 ± 5 15 ± 1 AB 15 ± 3 15 ± 2 16 ± 2
2AB B B
Rectal LID 38 ± 1 37 ± 0.8 37.1 ± 0.7 36.9 ± 1.1 37.1 ± 39.6 ± 37.1 ±
0.7 5.2 0.6
Temprature
BUP 37.6 ± 0.2 37.5 37.5 ± 0.2 37.3 ± 0.4 37.5 ± 37.5 ± 37.4 ±
±0.1 0.1 0.4 0.9
DEX 38.2 ± 1.3 37.5± 37.5 ± 0.2 37.3 ±1 37.3 ± 37.3 ± 37.4 ±
0.1 1.1 0.9 0.9
MAP (mmHg) LID 103.4±17.7 118.2±3 104.2±16.7 103.6± 99.8 ± 95.6 ± 92.8±
1 16.8 41.3 16.3 17.7
BUP 117.6±17.7 123.2±2 118.2±22.5 115.2± 111.6 111.6 111.6±
0 21.1 ± 5.9 ±5.9 6.0
DEX 102.8±18.5 133±22. 122.4±27.1 121.4±15.7 111.6 111.6 111.6 ± 6
dg 6 a ±5.9 ± 5.9 a
Tabel 2. Mean ± Standard deviation of heart rate, respiratory rate, rectal temperature
and mean arterial blood pressure at different times. Bupivacaine at a dose of 1 mg/kg
(BUP), dexmedetomidine (DEX) at a dose of 10 μg/kg and lidocaine (LID) dose 2.5
mg/kg.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok dalam 2 jam
pertama setelah operasi dalam hal penilaian nyeri dengan metode SDS, VAS dan
UMPS (Tabel 3). Pada metode SDS pada 3, 4, 5 dan 6 jam setelah operasi, skor
kelompok DEX lebih rendah dari kelompok BUP, yang secara statistik signifikan (P
<0,05). Juga, BUP pada 4 jam setelah operasi berbeda secara signifikan dari
kelompok LID dan skor kelompok BUP lebih rendah (P <0,05). Pada metode VAS
pada 3, 4 dan 5 jam setelah operasi, skor kelompok DEX lebih rendah dibandingkan
kelompok lidokain, yang secara statistik signifikan (P<0,05). Juga, pada 5 dan 6 jam
setelah operasi, skor kelompok BUP lebih tinggi daripada kelompok DEX. Pada
metode UMPS, pada 3, 4 dan 5 jam setelah operasi, kelompok BUP dan DEX
mendapat skor lebih rendah daripada kelompok LID. Juga, pada 6 jam setelah
operasi, skor kelompok DEX lebih rendah dari BUP (P <0,05).

Pain Time one two three four five six


Assessment Group hour hours hours hours hours hours
Scale after after after after after after
surgery surgery surgery surgery surgery surgery
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
SDS LID 0(0-0) 1(1-1) 1(1-1) 2(1-2) 2(1-2) 2(2-2)
(A)** def ef Cef BCa Cabc abc
BUP 0(0-1) 0(0-1) 0(0-2) 0(0-1) 1(2-1) 2(1-2)
(B)** ef ef f Af Cab abcd
DEX 0(0-0) 0(0-0) 0(0-0) 0(0-0 0(1-0) 1(1-1)
(C)** f f Af Af ABf A abcd
VAS LID 1(1-1) 1(1-2) 2(2-3) 2(2-3) 3(3-4) 4(3-4)
cdef cdef BCabf Cabf Cab abcd
BUP 0(0-1) 0(0-2) 1(0-2) 2(0-2) 2(1-4) 5(3-5)
def ef Af af Cabf Cabcde
DEX 0(0-0) 0(0-0) 0(0-1) 1(1-0) 1(1-1) 3(2-4)
df cdf Ae Aabf ABcf Babde
UMPS LID 2(1-2) 3(2-5) 4(5-3) 5(5-7) 7(6-7) 7(7-7)
cdef def BCaef BCabef BCabcd abcd
BUP 1(0-1) 1(1-4) 1(1-4) 2(2-4) 3(3-7) 8(3-8)
cdef f Aadf Aacf Aa Cabcd
DEX 1(2-1) 2(2-1) 2(2-1) 2(3-2) 2(2-3) 6(6-8)
cdef def Aaf Aabef Aabdf Babcde
Tabel 3. Mean (minimum-maximum) pain assessment using the simple description
scale (SDS), visual analogue scale (VAS) and university of Melbourne pain scale
(UMPS) methods at different times. Bupivacaine at a dose of 1 mg / kg,
dexmedetomidine at a dose of 10 μg / kg and lidocaine dose 2.5 mg/kg
Dalam perbandingan statistik kadar glukosa plasma, tidak ada perbedaan
signifikan yang diamati antara 3 kelompok, kecuali pada menit ke 120 kadar glukosa
pada kelompok BUP lebih tinggi daripada kelompok LID. Meskipun terjadi
peningkatan kadar glukosa plasma pada ketiga kelompok, hanya 60 menit setelah
injeksi epidural, perbedaan yang signifikan diamati dengan kadar glukosa basal pada
kelompok BUP dan DEX dan 30 menit setelah injeksi epidural perbedaan yang
signifikan diamati pada kelompok LID. (p<0,05). Dalam evaluasi statistik dan
perbandingan kadar kortisol plasma, ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
DEX dan LID dalam 30, 60 dan 120 menit dan kadar kortisol lebih tinggi pada
kelompok LID (p<0,05). Dibandingkan antara kadar kortisol plasma antara kelompok
BUP dan LID, kadar kortisol lebih tinggi pada kelompok BUP setelah injeksi
epidural pada menit ke 120 dan 180 (p<0,05) (Tabel 4).

Biochemistory Time Before 30 min 60 min 120 min 180 min


parameter Group surgery after after after after
(a)* epidural epidural epidural epidural
injection injection injection injection
(b) (c) (d) (e)
Glucose LID(A)** 77.6 100.2 ± 87.6 ± 85 ± 1.2 80.4 ±1.5
(mg/dl) ±2.9 3.4 1.5 Babce bcd
bcd acde abde
BUP(B) 84.2 ± 88 ±5.2 102 ± 4 92.6 ± 7 89.4 ±
5.1 c abe Ace 6.8
c cd
DEX(C) 78.6 94.2 ±5.8 93.4 ±3.5 87.2 ± 82.2 ±
±2.7 ce abe 2.5 1.3
c c
Cortisol LID(A) 2.2 ±0.2 8.64 ±0.7 11.18 14.4 ± 12.1 ±
(μg/dl) bcde Cacde ±0.8 0.4 0.6
Cabd Cabce Babd
BUP(B) 2.06 ± 8.1 ± 0.811.2 ±0.8 15.3 ±0.5 14.6 ±0.5
0.1 C AC
DEX(C) 2.4 ±0.2 7.5 ±1.5 10.5 ± 13.7 ±1.9 12.1 ±2.1
bcde Aacde 1.9 ABabce Babd
Aabd
Tabel 4. Mean ± Standard deviation of plasma concentrations of glucose and cortisol
at different times. Bupivacaine 1 mg/kg (BUP), dexmedetomidine (DEX) 10 μg/kg
and lidocaine (LID) 2.5 mg/kg

Pembahasan

Pemberian anestesi lokal epidural dapat efektif untuk berbagai prosedur bedah
seperti operasi caesar (Luna et al., 2004), prosedur ortopedi tungkai belakang, dan
operasi jaringan lunak (Hendrix et al., 1996, Hewitt et al. , 2007). Dalam beberapa
makalah, potensi keuntungan dan kerugian dari masing-masing kelas obat dan
kombinasinya yang digunakan untuk anestesi epidural dan analgesia pada anjing
dilaporkan (Torske & Dyson, 2000, Valverde 2008). Obat-obatan ini termasuk
anestesi lokal, opioid, agonis alfa 2 atau kombinasi obat-obatan. Lidokain adalah
anestesi lokal tipe amida yang dapat diberikan ke dalam ruang epidural lumbosakral
untuk menghasilkan desensitisasi yang cepat dengan relaksasi otot yang baik (Cruz et
al., 1997). Bupivacaine adalah anestesi lokal jenis amida lain dengan durasi efek yang
lebih lama dibandingkan dengan lidokain (Lawal dan Adetunji, 2009). Alpha 2 agonis
adalah obat penenang dan analgesik kuat yang mengikat reseptor noradrenergik dari
sumsum tulang belakang, menghambat transmisi sentral impuls nosiseptif aferen,
dengan hiperpolarisasi membran pra dan pasca sinaptik dan penghambatan pelepasan
norepinefrin dan substansi P (Vesal et al., 1996). , Branson et al., 1993). Dosis yang
berbeda telah digunakan dalam penelitian yang berbeda dan dosis yang dipilih dalam
penelitian ini telah efektif untuk ovariohisterektomi pada anjing jalanan menurut
penelitian sebelumnya (Pohl et al., 2012, Odette & Smith 2013, Shah et al., 2017).

Pada penelitian denyut jantung antara ketiga kelompok, hanya pada kelompok
DEX, terjadi penurunan yang signifikan pada 2 dan 3 jam setelah operasi. Namun,
pada kelompok lain, meskipun denyut jantung meningkat, perbedaannya tidak
signifikan secara statistik. Studi lain menemukan penurunan denyut jantung setelah
mengonsumsi dexmedetomidine secara epidural hingga 60 menit setelah operasi
(Pohl et al., 2012). Efek hemodinamik dari dexmedetomidine, yang meliputi
hipertensi transien, bradikardia, dan hipotensi, dihasilkan dari vasokonstriksi perifer
dan sifat simpatolitik obat (Weerink et al., 2017). Dibandingkan antara ketiga
kelompok, tingkat pernapasan pada kelompok DEX secara signifikan (p<0,05) lebih
rendah pada 1, 3, 4 dan 5 jam dibandingkan kelompok BUP. Literatur menyebutkan
bahwa agonis adrenergik alfa-2 menyebabkan penurunan frekuensi pernapasan;
namun, ventilasi alveolar dipertahankan karena peningkatan volume tidal (Pohl et al.,
2012).

Dalam penelitian ini, analgesia pascaoperasi dievaluasi dengan tiga metode


SDS, VAS dan UMPS. Setiap metode pengukuran rasa sakit didasarkan pada kriteria
yang berbeda dan masing-masing memiliki kemampuan untuk mendeteksi rasa sakit
sampai batas tertentu. Misalnya, SDS sebagai yang paling sederhana dari tiga skala
biasanya terdiri dari empat atau lima ekspresi yang digunakan untuk menggambarkan
berbagai nilai intensitas nyeri, mis. tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, atau berat.
Setiap ekspresi diberi nomor, yang menjadi skor rasa sakit untuk hewan itu (Leonardi
et al., 2006). Metode UMPS adalah skala berdasarkan respons perilaku dan fisiologis
spesifik dan mencakup beberapa deskriptor dalam enam kategori parameter atau
perilaku yang terkait dengan nyeri (Matičić et al., 2010). Dalam ketiga metode, tidak
ada perbedaan antara kelompok dalam 2 jam pertama analgesia pasca operasi tetapi
setelah 3 jam BUP dan DEX memiliki analgesia yang lebih baik daripada LID.

Bupivacaine dan dexmedetomidine yang diberikan secara epidural memiliki


mekanisme aksi yang berbeda untuk memberikan analgesia. Bupivakain adalah
anestesi lokal yang bekerja pada saluran natrium membran sel dengan menghambat
pemulihan setelah repolarisasi sehingga menghambat transmisi rangsangan
berbahaya. Dexmedetomidine diklasifikasikan sebagai agonis adrenergik alfa-2.
Analgesia dimediasi oleh obat ini pada tingkat tanduk dorsal sumsum tulang belakang
melalui aktivitas termodulasi protein G pada saluran ion trans-membran, dan pada
tingkat batang otak melalui perubahan pelepasan norepinefrin, (Giovannitti et al.,
2015) Orang lain telah berhipotesis bahwa dexmedetomidine epidural memberikan
analgesia melalui efek modulasi pada jalur nosiseptif dengan mengubah konduktansi
ion secara terpusat di lokus coeruleus dan dengan menghambat pelepasan substansi P
di neuron akar dorsal, (Odette & Smith 2013).

Judul : CLINICAL EFFICACY OF KETOFOL AND PROPOFOL IN DOG

Metode :

Jenis Anastesi yang digunakan : Semua anjing diberi pramedikasi dengan Inj.
Meloxicam @ 0,3 mg/kg b.wt. I/M, Inj.Xylazine + inj. Butorphanol dalam spuit yang
sama @ 2 mg/kg dan 0.2 mg/kg b.wt I/M masing-masing dan Inj. Atropin sulfat @
0,04 mg/kg bb I/M. Setelah premedikasi, Anjing kelompok 1 dibius dengan propofol
@4 mg/kg secara intravena sedangkan anjing di Kelompok 2 dibius dengan ketofol
(1:1) @4 mg/kg secara intravena.

Hewan yang digunakan : pada jurnal ini menggunakan 12 ekor anjing tanpa
melihat umur, jenis kelamin, ras dan intervensi bedah dibagi menjadi dua kelompok
yang sama.

Perlakuan atau bedah : Kastrasi, ovariohystrectomy, cysytotomy, excision of tumor


and amputation of limb.

Hasil dan Pembahasan :

Hasil

Pada geoup 2 waktu induksi secara signifikan lebih sedikit dan kualitas
induksi adalah luar biasa, cepat tanpa stres. Variasi yang tercatat pada kedua
kelompok secara statistik tidak signifikan. Durasi waktu untuk kelompok propofol
berkisar antara 70 hingga 100 menit dengan durasi rata-rata 68,33±7,27 menit
sedangkan untuk kelompok ketofol berlangsung dari 96 hingga 164 menit dengan
rata-rata durasi 109,17±16,11 per menit. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai
jenis operasi yang dilakukan selama penelitian. Pemulihannya cepat dan lancar di
kedua grup tapi lebih cepat pada grup ketofol

Groups Induction Groups Induction time Groups Induction time


Groups Induction time time Duration time Duration time Recovery Duration time Recovery
Duration time Recovery Recovery
time Time time time
Group I 22.83±5.92 Group I 22.83±5.92 Group I 22.83±5.92 Group I 22.83±5.92
68.33±7.27 5.76±1.68 68.33±7.27 5.76±1.68 68.33±7.27 5.76±1.68 68.33±7.27 5.76±1.68

Pengamatan klinis-fisiologis:

Anjing Grup 1 menunjukkan penurunan suhu rektal yang tidak signifikan jika
dibandingkan dengan group 2, hal ini mungkin karena aksi hipotensi propofol yang
menyebabkan penurunan tekanan darah perifer yang menimbulkan stres selama
intervensi bedah. Sedangkan komponen ketamin dan ketofol menyebabkan aksi
stimulasi pada sistem kardiovaskular sehingga membatalkan efek hipotensi yang
disebabkan oleh propofol yang mengakibatkan pemeliharaan suhu tubuh pada seluruh
anestesi dalam kelompok ketofol. Denyut jantung meningkat secara signifikan di
kedua kelompok dari 0 hingga 15 menit yang mungkin disebabkan oleh premedikasi
dengan atropin sulfat. Setelah 15 menit detak jantung berfluktuasi di Grup 1
sedangkan di Grup 2 detak jantung tetap stabil setelah 15 menit pertama. Depresi
pernafasan diamati antara interval Grup 1 sedangkan di Grup 2 laju pernapasan yang
sangat baik.

Group Interval (MIN) Rectal Temperature (F) Heart Rate Respiration rate
Group I 0 100.55±0.60 75.83±6.87 15.00±2.37
15 100.20±0.63 103.33±9.30 15.17±1.56
30 99.80±0.63 105.00±8.52 14.00±1.37
45 99.40±0.59 117.66±6.64 13.17±1.11
60 98.97±0.68 112.67±6.36 12.83±1.17
Group II 0 100.87±0.44 67.00±15.19 16.00±2.70
15 100.51±0.41 105.17±11.70 16.50±2.19
30 100.32±0.42 105.00±13.04 15.00±1.00
45 100.12±0.37 110.50±11.12 15.33±0.72
60 99.73±0.35 114.33±6.54 16.00±2.70
Hematologi

Hematologi menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antar kelompok.

Group Interval in Hb PCV TEC


minutes
Group I 0 0 9.80±0.70 35.33±2.87 5.38±0.50
45 45 9.53±0.42 32.83±2.15 4.97±0.23
After 9.50±0.58 38.17±5.72 5.13±0.39
Recovery
Group II 0 9.25±0.68 30.00±4.21 4.95±0.24
45 9.55±1.36 29.33±4.33 4.81±0.70
After 8.63±1.10 29.17±3.66 4.50±0.46
Recovery

Biokimia

Hasil pemeriksaan biokimia menunjukkan terjadi fluktuasi kadar AST dan


ALT di Grup 1 sedangkan penurunan komparatif tingkat AST dan ALT diamati pada
Grup 2. BUN meningkat pada kelompok 1 sedangkan menurun pada kelompok 2.
Kreatinin serum tidak menunjukkan perubahan pada kedua kelompok. Semua
perubahan biokimia secara statistik tidak signifikan dan muncul dalam batas
fisiologis normal

Group Interval min AST ALT BUN Creatinine


Group I 0 51.01±10.53 50.21±4.17 41.81±6.37 1.15±0.11
45 52.77±9.69 51.93±5.05 39.62±6.98 1.21±0.10
After 51.78±9.43 55.08±10.57 48.05±5.80 1.09±0.13
Recovery
Group II 0 61.68±16.17 60.27±3.89 53.17±17.5 1.34±0.31
0
45 52.68±12.65 54.05±1.97 52.33±17.4 1.21±0.25
5
After 52.30±12.03 52.08±4.98 50.40±14.2 1.24±0.22
Recovery 9
DAFATAR PUSTAKA

Ali Baniadam, Peyman Masoumi, Masoumeh Ezzati Givi and Mohammad Razi
Jalali. 2020. Comparison of analgesic and cardiopulmonary effects in epidural
injection of lidocaine, bupivacaine and dexmedetomidine following
ovariohysterectomy in the dog. Vol. ???, No. ???, ?????, ????, PP-PP
Original Article DOI: 10.22055/IVJ.2021.253465.2313 Journal Homepage:
http://www.ivj.ir/

Michael J. Sahagian; Renata S. Costa and Amanda L. Abelson. 2019. Anesthesia


Case of the Month. JAVMA | AUG 1, 2019 | VOL 255 | NO. 3

P.R. Shinde1, S.D. Chepte, M.G. Thorat, R.V. Raulkar, S. Sajid Ali, F.A. Fani, A.D.
Anam, N.P. Bhave and S.R. Vaidya. 2018. Clinical Efficacy Of Ketofol And
Propofol In Dog. International Journal of Science, Environment and
Technology, Vol. 7, No 6, 2018, 1949 – 1953

Anda mungkin juga menyukai