TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daging
Daging berperan cukup besar dalam konteks ketahanan pangan nasional karena
merupakan salah satu komoditas dengan kandungan gizi yang cukup lengkap (Usmiati,
2010). Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Selain mutu proteinnya yang tinggi, daging mengandung asam amino esensial yang
lengkap serta beberapa jenis mineral dan vitamin. Daging merupakan semua jaringan
hewan dan produksi hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya
(Soeparno 2005), daging yang umum dikonsumsi dapat diperoleh dari ternak ruminansia
besar dan juga kecil seperti sapi, kerbau, domba, atau kambing, ternak unggas seperti
ayam atau itik, dan aneka ternak, seperti kelinci, rusa, kuda, atau babi. Menurut Belk et
al., (2001) daging adalah otot hewan yang tersusun dari serat-serat yang sangat kecil,
berupa sel memanjang yang disatukan oleh jaringan ikat, membentuk berkas ikatan yang
pada kebanyakan daging jelas kelihatan lemak pembuluh darah dan urat saraf.
Komposisi daging terdiri dari air 56–72%, protein 15-22%, lemak sekitar 3,5% yang
meliputi karbohidrat, garam organik, substansi nitrogen terlarut, mineral dan vitamin.
menurut (Tabrany, 2001). Komposisi daging dipengaruhi oleh jenis hewan, pemberian
pakan, kondisi iklim dan juga potongan daging yang dianggap berbeda tergantung pada
nutrisi dan sifat sensorisnya. Dengan melakukan seleksi terhadap ras hewan dan garis
keturunan secara genetik, komposisi karkas dapat berubah secara signifikan (Colmenero
et al., 2001).
Kualitas daging ditentukan oleh pertumbuhan komponennya antara lain tulang, lemak
dan otot. Otot yang terdapat pada bagian daging adalah otot skelet/ seran lintang. Apabila
otot seran lintang diperiksa tanpa alat pembesar, tampak adanya perbedaan warna pada
serabutnya yaitu tampak serabut otot yang berwarna merah dan serabut berwarna putih.
Warna daging merah banyak mengandung mioglobin, mitokondria, enzim respirasi,
serabut ototnya halus dan berhubungan dengan aktivitas otot yang tinggi. Sedangkan
warna putih mengandung sedikit mioglobin, mitokondria, enzim respirasi, serabutnya
kasar dan berhubungan dengan gerakan cepat dan singkat (Lawrie, 1991). Kualitas daging
juga dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah penyembelihan. Faktor sebelum
penyembelihan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah tipe ternak,
jenis kelamin, umur, pakan, bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral), tingkat stress
hewan, genetik serta spesies. Faktor setelah penyembelihan yang mempengaruhi kualitas
daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH
daging, metode penyimpanan, dan macam otot daging (Soeparno, 1992). Penilaian
kualitas daging segar dapat dilakukan dengan menilai sampel daging yang sudah dipotong
dengan melakukan Uji Subyektif yang meliputi warna, bau, konsistensi, kepualaman,
tenunan jaringan pengikat, serta Uji Objektif yang meliputi nilai pH, kadar air, water
holding capacity (WHC), uji mikrobiologis. Daging yang bermutu baik adalah daging
yang memiliki warna cerah, permukaan mengkilat, tidak pucat, tidak berbau asam apalagi
busuk, konsistensinya liat dan masih terasa kebasahannya (Hadiwiyoto, 1983).
Berbeda dengan dengan daging segar, produk daging/olahan daging diartikan sebagai
produk olahan hasil proses yang berasal dari daging maupun produk lebih lanjut dari hasil
olahan tersebut sehinggan permukaan potongan menunjukan bahwa produk tersebut tidak
lagi memiliki ciri daging segar (Kamenik dan Steinhauser, 2001). Berbeda dengan daging
segar, daging olahan mengandung lebih sedikit protein dan air, dan lebih banyak lemak
dan mineral. Kenaikan presentase mineral daging olahan disebabkan karena penambahan
bumbu–bumbu dan garam, sedangkan kenaikan nilai kalorinya disebabkan karena
penambahan karbohidrat dan protein dari biji –bijian, tepung dan susu skim (Soeparno,
2011).
2.2 Pemeriksaan Kualitas Daging
2.1 Uji Subyektif
Evaluasi terhadap kualitas dan kesehatan daging dilakukan melalui Uji
Subyektif menggunakan panca indera, dengan melakukan pengamatan secara visual
terhadap daging dan olahan daging. Pemeriksaan subyektif daging mencangkup:
warna daging, bau (aroma) daging, konsistensi dan tekstur, keadaan tenunan
pengikat, kepualaman daging. Dengan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kualitas dari daging serta olahan daging yang baik, sehingga daging tersebut layak
untuk dikonsumsi.
1. Warna Daging
Warna daging sangat tergantung pada jenis secara genetic, usia, pakan, umur,
jenis kelamin, stress, pH, dan oksigen. Warna pada daging merupakan salah satu
indicator penting dalam menentukan kualitas daging, namun warna tidak
mempengaruhi nilai gizi namun daging yang berwarna kuning cenderung
berkualitas rendah (Nugraheni dan Anggraeni, 2018). Daging sapi dewasa berbeda
dengan daging anak sapi, pada daging anak sapi umumnya agak pucat, kelabu
putih sampai merah pucat dan menjadi tua, serabutnya lebih halus daripada daging
sapi dewasa, konsistensinya agak lembek, bau dan rasanya berbeda dengan daging
sapi dewasa. Daging sapi dewasa dilihat secara makroskopis berwarna merah
pucat, berserabut halus dengan sedikit lemak, konsistensi liat, bau dan rasa
aromatis (Yudistira, 2005). Menurut Suardana dan Swacita, 2009 beberapa ternak
memberikam karakteristik khusus seperti daging sapi berwarna merah terang, ikan
berwarna putih abu-abu sampai merah gelap, kuda berwarna merah gelap, babi
berwarna pink kelabu dan unggas berwarna putih abu-abu sampai merah.
Adanya variasi warna daging pada beberapa hewan disebabkan oleh pigmen.
Pigmen adalah faktor terpenting dalam pembentukan warna daging, hal ini karena
kandungan haemoglobin (pigmen darah) dan mioglobin (pigmen jaringan). Namun
80-90% seluruh pigmen daging ditentukan oleh mioglobin.Daging yang terekspos
dengan udara (O2), mioglobin dan oksigen dalam daging akan bereaksi
membentuk ferrousoxymioglobin (OxyMb) sehingga daging akan berwarna merah
cerah. Apabila waktu kontak antara mioglobin dengan oksigen berlangsung lama,
maka akan terjadi oksidasi membentuk ferricmetmyoglobin (MetMb), sehingga
daging berwarna coklat dan tidak menarik (Jeong et al., 2009).
3.1 Materi
a. Waktu dan Tempat
Pemeriksaan daging dan produk olahan daging dilakukan di Laboratorium
Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Waktu pemeriksaan dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2021 – 23 Juli 2021.
b. Sampel
Sampel yang diuji berupa tiga jenis daging segar yaitu daging sapi, daging
babi, dan daging ayam. Total jumlah sampel daging segar yang diuji adalah 6 sampel.
Keseluruhan daging segar dibeli dari tiga lokasi pasar berbeda, yaitu Pasar Tradisional
Sanglah dan Pasar Tradisional Badung. Sedangkan sampel produk olahan daging
yang diuji berupa sosis dan bakso yang terbuat dari daging sapi, daging babi, dan
daging ayam. Total jumlah sampel produk olahan daging yang diuji adalah x sampel.
Produk olahan daging dibeli di Pasar Modern Tiara Dewata.
c. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan daging adalah pisau dapur,
talenan, timbangan, mortar, pH meter digital, mikropipet, pinset, lempengan kaca,
beban seberat 35 kg, tabung Eppendorf, cawan petri, cawan alumunium, alat pemanas,
oven, kertas, timer, dan incubator.
d. Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sampel daging, sampel produk olahan
daging, media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar), media NA (Nutrient Agar), dan
aquades.
3.2 Metode
a. Pemeriksaan secara Subyektif (Indrawi)
Pemeriksaan secara subyektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara
indrawi. Pemeriksaan subyektif yang dilakukan pada daging meliputi pemeriksaan
terhadap warna, bau atau aroma, konsistensi dan tekstur, keadaan tenunan pengikat,
serta kepualaman. Sedangkan pemeriksaan secara subyektif pada olahan daging
meliputi pemeriksaan terhadap warna, bau atau aroma, serta konsistensi dan tekstur.
Pemeriksaan Warna Daging
Pemeriksaan terhadap warna daging dilakukan dengan cara mengiris daging
setebal 1 cm pada permukaan yang segar. Kemudian diamati warna daging
berdasarkan standar Photographic Colour Standard for Muscle Department of
Agriculture, Western Autralia (1982).
Tabel 3.1 Photographic Colour Standard for Muscle Department of Agriculture,
Western Autralia (1982)
Cokelat
Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat
Cokelat Merah
Muda Kemerahan Merah Tua Gelap
Muda
1 2 3 4 5 6
Sonbait, LY. 2011. Kesukaan Konsumen Terhadap Produk Olahan Daging Sapi di Kota
Manokwari. Agrinimal, 1 (2): 71-75.
Komariah, Sirajuddin, Purnomo. 2012. Aneka Olahan Daging Sapi. Agro Media. Bogor.
Patriani,P. Hafid, H., Mirwandhono, E., Wahyuni, T.H. 2020. Teknologi pengolahan daging.
CV Anugerah Pangeran Jaya Press. Medan.
Kuntoro, B., Maheswari, R. R. A., & Nuraini, H. (2013). Mutu fisik dan mikrobiologi daging
sapi asal rumah potong hewan (RPH) Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan, 10(1).
Jeong, J. Y., S.J. Hur, H.S. Yang, S.H. Moon, Y.H. Hwang, G.B. Park, S.T. Joo. 2009.
Discoloration characteristics of 3 major muscles from cattle during cold storage.
Journal of food science, 74(1).
Estancia K., Isroli, Nurwantoro. (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit (Curcuma
domestica) terhadap Kadar Air, Protein, dan Lemak Daging Ayam Broiler. Animal
Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 31-39.
Hernando D, Septinova D, Adhianto K. 2015. Kadar air dan total mikroba pada daging sapi
di Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu Vol. 3(1): 61-67.
Suardana, I.W dan I.B.N Swacita. 2009. Hygine Makanan. Udayana University Press.
Denpasar.
Kasmadiharja, H. 2008. Kajian Penyimpanan Sosis, Nuget Ayam dan Daging Ayam
Berbumbu dalam Kemasa Polipropilen Rigid. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kuswati. E. 2006. Evaluasi Total Bakteri, Water Holding Capacity dan Kadar Air Daging
Sapi di Pasar Salatiga. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Jiménez-Colmenero F, Carballo J, Cofrades S. Healthier meat and meat products: their role as
functional foods. Meat Sci. 2001 Sep;59(1):5-13. doi: 10.1016/s0309-1740(01)00053-
5. PMID: 22062500
Belk, K.E,George, M.H., Tatum, J.D., Hilton, G.G., Miller, R.K., Koohmaraie, M., Reagan,
J.O., Smith, G.C. 2001. Evaluation of the tendertec beef grading instrument to predict
the tenderness of steaks from beef carcasses. J Anim Sci 79:688-697.
Soeparno. (1992). Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Soeparno. (1994). Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Winarno, F. G., dan Koswara, S. 2002. Telur Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya.
M-Brio Press, Bogor.
Zurriyati Y. 2011. Palatabilitas Bakso Dan Sosis Sapi Asal Daging Segar, Daging Beku Dan
Produk Komersial. Jurnal Peternakan 8(2) : 49-57.