Anda di halaman 1dari 7

Penangangan Kasus Transmisible Veneral Tumor pada Anjing

(SURGICAL OF TRANSMISIBLE VENERAL TUMOR IN A DOG)

Febrianti
1
Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan,
2
Laboratorium Ilmu Bedah Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana,
J.l.P.B. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia, 80234;
Telp/Fax: (0361) 223791
e-mail: musliminiwan97@gmail.com

ABSTRAK
Transmissible venereal tumor (TVT) merupakan tumor ganas yang menyerang organ genetalia
dan sangat menular pada anjing. Seekor anjing lokal berjenis kelamin jantan berumur 9 tahun dengan
berat badan 11 kg memiliki rambut pendek berwarna coklat. Anjing kesehariannya tampak lincah dan
mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Anjing kasus dipelihara dengan cara dilepaskan sehingga
sering berinteraksi dengan anjing maupun hewan lain disekitar rumah pemilik. Hasil pemeriksaan
Hematologi smenunjukkan anjing etrsebut mengalami anemia sedangkan hasil pemeriksaan
Histopatologi menunjukkan terdapat terdapat sel nukleus yang bersifat hipokromik dengan indeks
mitosis sel yang tinggi. Pada anjing kasus dilakukan penanganan menggunakan pembedahan. Hasil
Pengamatan pasca operasi yang telah dilakukan selama 7 hari menunjukkan adanya peningkatan
kesembuhan luka yang ditandai dengan proses luka yang mengalami pengeringan. Pada hari ketujuh
pasca operasi luka jahitan dilepas dikareankan tidak ditemukan adanya komplikasi. Pascaoperasi
kondisi anjing sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dan stabil.

Kata kunci : Transmissible venereal tumor (TVT); anjing lokal; pembedahan.

ABSTRACT
Transmissible Venereal Tumor (TVT) is a malignant tumor that attacks the genital
organs and is highly contagious in dogs. A 9 year old male male local dog weighing 11 kg
has short brown hair. Dogs everyday seem agile and easy to adapt to new environments. Case
dogs are kept by being released so that they often interact with other dogs and animals around
the owner's house. The results of the CBC examination showed that the dog was anemic,
while the histopathological examination showed that there were hypochromic nuclear cells
with a high mitotic cell index. In the case of dogs treated using surgery. The results of
postoperative observations that have been carried out for 7 days show an increase in wound
healing which is characterized by the drying process of the wound. On the seventh
postoperative day, the stitches were removed because there were no complications.
Postoperatively the dog's condition has shown a better and stable direction.

Keyword : Transmisibble veneral tumor (TVT); domestik dog; surgery.


PENDAHULUAN
Transmissible venereal tumor (TVT) merupakan tumor ganas yang menyerang organ
genetalia dan sangat menular pada anjing (Sudisma et al., 2006). Transmissible venereal
tumor sering menjadi persoalan serius di seluruh dunia dan terjadi dalam frekuensi yang sama
baik pada jantan maupun betina. Umumnya ditemukan pada anjing- anjing yang berhubungan
dekat dengan yang lain, penangkaran atau hewan liar yang memiliki aktivitas seksual yang
tidak terkontrol, dapat ditularkan melalui transplantasi alogenik, dimana sel- sel tumor
dipindahkan dari satu anjing ke anjing lain melalui hubungan seksual, jilatan, atau bahkan
tindakan mengendus (Purohit, 2008; Stockmann et al., 2011; Bahera et al., 2012). Kasus
TVT dapat ditemukan di berbagai negara di dunia dan keberadaan anjing liar sangat berperan
dalam penyebaran tumor ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andrea dan Elizabeth
(2014) menganalisis prevalensi kejadian TVT dari 645 dokter hewan dan petugas kesehatan
hewan di 109 negara menyebutkan bahwa TVT endemik di 90 negara.
Transmissible venereal tumor (TVT) atau venereal sarkoma merupakan tumor unik
pada anjing berasal dari turunan sel somatik (Murchison et al., 2014), dan dipercaya
bersumber dari satu ekor anjing. Tumor ditularkan ke anjing lain umumnya melalui kontak
langsung dengan anjing penderita pada saat musim kawin. Tumor dapat tumbuh 15-60 hari
setelah implantasi dan dapat tidak terdeteksi selama beberapa tahun (Multon, 1978; ). Gejala
klinis venereal sarkoma biasanya ditandai dengan adanya papula kecil berwarna kemerahan
berkembang menjadi nodul-nodul serta papilla-papilla multi lobus seperti bunga kol dengan
diameter dapat mencapai 15 mm (Das and Das, 2000).
Kasus TVT dapat ditemukan di berbagai negara di seluruh dunia dan keberadaan
anjing liar sangat berperan dalam penyebaran tumor ini. Di Bali, kasus-kasus TVT hampir
ditemukan setiap tahun. Dharma et al., 2010 melaporkan adanya 55 kasus TVT dalam
periode tahun 2006-2010 yang umumnya menyerang anjing lokal berkeliaran di jalan. Kasus
paling banyak ditemukan pada anjing dengan kisaran umur 1-5 tahun.
Diagnosa definitif TVT umumnya berdasarkan gejala klinis dan pengujian sitologi
atau histopatologi. Secara mikroskopis, sel-sel tumor besar, bulat, polihedral, ataupun sedikit
oval, jarang yang ireguler, beberapa uniform ukurannya. Intinya besar, relatif vesikuler, jelas.
Sitoplasmanya tidak bergranul (Bloom et al., 1950). Pengobatan TVT yang paling efektif
ialah dengan kemoterapi. Karena sifat penyakit ini yang mudah menular, tentu saja bagi
pemilik hewan segeralah bawa hewannya ke dokter hewan praktek jika dicurigai adanya
bentukan tumor ini.
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui cara
mendiagnosa, penanganan dan pengobatan kasus TVT pada anjing.

LAPORAN KASUS
Sinyalemen dan Anamnesa
Seekor anjing lokal berjenis kelamin jantan berumur 9 tahun dengan berat badan 11
kg memiliki rambut pendek berwarna coklat. Anjing kesehariannya tampak lincah dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru. Anjing kasus dipelihara dengan cara dilepaskan
sehingga sering berinteraksi dengan anjing maupun hewan lain disekitar rumah pemilik.
Pemilik menyadari adanya benjolan di pangkal penis sekitar satu tahun yang lalu dan
kemudian semakin membesar. Anjing memiliki nafsu makan dan minum yang baik serta
defekasi dan urinasi normal namun sering kali ditemukan darah dan nanah pada ujing penis.
Pakan yang diberikan berupa nasi dicampur daging ayam rebus, dan minum diberikan secara
ad libitum. Anjing kasus memiliki sejarah vaksinasi rabies yaitu terakhir 2019. Anjing
tersebut belum pernah mendapatkan pengobatan apapun.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan parameter yang diukur sebagai berikut frekuensi
detak jantung 87 kali/menit, frekuensi pulsus 92 kali/menit, frekuensi respirasi 28 kali/menit,
dan suhu tubuh 38,2°C. Pemeriksaan mukosa mulut dan konjungtiva terlihat pucat. Tanda
klinis yang terlihat jelas adanya benjolan pada pangkal penis. Ketika dilakukan palpasi,
benjolan terasa keras dan padat serta tidak ditemukan respon sakit. Benjolan berbentuk bulat
besar dan berdiameter 4,7 cm. Ditemukan adanya cairan nanah yang keluar dari sekitar
preputium.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Pada anjing yang menderita TVT dilakukan pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan
darah menunjukkan anjing tersebut mengalami anemia.
Item Alerts Results Limits
WBC H 26.7 10 6.0-15.0
Lyaph# H 19.3 1.0-4.8
Mid# H 3.1 0.3-1.5
Gran# L 4.3 6.2-14.8
Lymph % H 72.4 % 10.0-30.0
Mid % H 11.7 % 3.0-10.0
Gran % L 15.9 % 63.0-87.0
RBC L 2.17 1012 L 5.0-8.50
HGB L 5.7 gr/dl 12.0-18.0
MCV L 52.2 % 60.0-77.0
MCH H 26.1 % 14.0-25.0
MCHC H 49.9 % 31.0-36.0
RDW_CV L 13.9 % 14.0-19.0
RDW_SD 29.0 Fl 20.0-70.0
HCT L 11.3 % 37.0-55.0
PLT L 150 160-625
MPV 7.0 Fl 6.1-13.1
PDW L 8.7 10.0-24.0
PCT 0.11 % 0.10-0.32

Pemeriksaan Histopatologi
Pada anjing yang menderita TVT dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan
pemeriksaan Histopatologi. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan terdapat sel
nukleus yang bersifat hipokromik dengan indeks mitosis sel yang tinggi.

Diagnosa dan Prognosis


Berdasarkan hasil sinyalemen dan anamnesa, pemeriksaan klinis dan fisik serta
pemeriksaan penunjang maka anjing tersebut didiagnosa mengalami TVT dengan prognosa
dubius hingga infausta.
Penanganan
Pada kasus dengan TVT diberikan penanganan dengan proses pembedahan.
Preoperasi
Sebelum operasi dimulai dilakukan juga proses strelisasi pada ruangan dan alat yang
akan digunakan untuk operasi serta sterilisasi operator dan alat pelindung diri. Selanjutnya
yaitu persiapan hewan dimana anjing kasus yang akan digunakan dilakukan puasa makan dan
minum untuk makan dilakukan selama 12 jam sedangkan untuk minum dilakukan puasa
selama 6 jam. Selanjutnya pada anjing kasus diberikan hemostop sebesar 2 mg/kg bb secara
IM, terapi cairan ringer’s laktat secara IV, dan pada anjing kasus sebelum dilakukan operasi
dilakukan pencukuran terlebih dahulu pada ventral abdomen.
Setelah itu dilakukan proses persiapan alat dan bahan yang terdiri atas alat pencukur,
sebuah alat set operasi mayor, set infus, benang chromic cutgut 3.0 dan silk 2.0, tampon, kasa
steril, plester alkohol 70 %, ringer’s laktat, iodine povidine, dan NaCl fisiologis. Selanjutnya
yaitu perisapan obat yang terdiri atas hemostatika (hemostop dan epinefrin), antibiotik
(cefotaxime), premedikasi (atripoin sulfat), dan obat anastesi (ketamine dan xylazin). Setelah
alat dan bahan dipersiapkan Sebelum dilakukan anastesi pada anjing tersebut diberikan
premedikasi berupa atropine sulfat dengan dosis 0,03 mg/kg bb secara SC. Selanjutnya selang
15 menit pasca pemberian premedikasi anjing tersebut diberikan anastesi umum berupa
kombinasi Ketamin dan Xylazine dengan dosis masing-masing 12 mg/kg bb dan 2 mg/kg bb
secara IM.
Operasi
Setelah tahapan pre-operasi selesai dilakukan dan hewan telah teranestesi. Hewan
diletakkan pada posisi dorsal recumbency. Dilakukan incisi dengan ukuran 3 cm pada daerah
benjolan tumor hingga mendekati anus. Selanjutnya dilakukan proses eksisi terhadap masaa
tumor. Apabila terjadi perdarahan dilakukan proses ligasi dan juga diberikan epineprin.
Setelah itu dilakukan proses irigasi pada daerah pembedahan menggunakan NaCl fisiologis.
Tahap terakhir yaitu proses penjahitan atau penutupan pasca operasi menggunakan pola
simple interrupted dan subkutikular.
Pengobatan
Pascaoperasi anjing tersebut diberikan pengobatan berupa epineprin, tolpedine selama
3 hari q24h, Cefotaxime selama 3 hari q24h, setelah tiga hari pasca operasi pengobatan
diganti menggunakan cefadroxil peroral selama 5 hari q12h.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada anjing kasus didiagnosa mengalami TVT yang diteguhkan dengan pemeriksaan
histopatologi. Hasil Pengamatan pasca operasi yang telah dilakukan selama 7 hari
menunjukkan adanya peningkatan kesembuhan luka yang ditandai dengan proses luka yang
mengalami pengeringan.
Transmissible venereal tumor adalah tumor yang bersifat proliferatif pada vagina atau
vulva pada anjing betina atau pada preputium atau pangkal penis, yang ditularkan umumnya
secara koitus. Agen penyebab sel tumor adalah akibat dari sel neoplasma yang bermutasi dan
menginduksi respon imun pada host (Cohen 1972, 1978). Perbedaan morfologi yang
signifikan telah berulang kali ditunjukkan antara sel anjing normal dan sel tumor. TVT
mempengaruhi alat kelamin anjing dewasa secara seksual. Karena ditularkan melalui kontak
selaput lendir genital, lesi sering teramati pada genitalia bagian eksterna.
Terdapat beberapa perawatan untuk menangani kasus TVT yaitu bisa dilakukan
dengan pembedahan, radioterapi, imunoterapi, bioterapi, dan kemoterapi telah diterapkan
untuk TVT. Pada kasus ini untuk menangani kasus TVT dilakukan secara pembedahan
karean dianggap efektif untuk mendiagnosa, mengambil bahan untuk proses biopsi serta
untuk melakukan proses pengobatan. Eksisi bedah harus dilakukan pada anjing-anjing yang
hadir nodul tumor kecil, mudah diakses, non-invasif karena dimungkinkan untuk
menghilangkan seluruh massa tumor. Pembedahan telah digunakan secara luas untuk
menangani kasus TVT, meskipun bisa menimbulkan proses kekambuhan sebesar 50-68%
dalam kasus invasif. Radioterapi juga efektif melawan TVT tetapi memerlukan peralatan
khusus dan imobilisasi anjing selama radioterapi (Boscos 1988). Kemoterapi menggunakan
agen antimitotik seperti siklofosfamid, metotreksat, vincristine, vinblastine, dan doksorubisin
adalah pengobatan TVT yang paling efektif (Das et al. 1991; Das dan Das 2000). Namun,
pada anjing kadang-kadang timbul komplikasi seperti muntah, diare, dan leukositopenia.
Selain itu, beberapa agen antimitotik dapat menginduksi penurunan kesuburan pada anjing
jantan (Rosenthal 1981).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesa, klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan histopatologi maka anjing tersebut didiagnosa mengalami TVT. Pada anjing
kasus dilakukan penanangan dengan pembedahan dan akan dilakukan rencana kemoterapi.
Pada hari ketujuh pasca operasi luka jahitan dilepas dikareankan tidak ditemukan adanya
komplikasi. Pascaoperasi kondisi anjing sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dan
stabil.
SARAN
Diasarankan agar dilakukan proses kastrasi pada anjing sebelum berumur satu tahun
atau setelah mengalami pubertas pertama. Tujuan dari kastarasi ini adalah untuk mencegah
terjadinya proses perkawinan secara liar. Kondisi tubuh anjing harus diperhatikan dan
dipertimbangkan sebelum dilakukan proses pembedahan guna menunjang proses peneguhan
prognosa pascaoperasi
DAFTAR PUSTAKA
Bahera SK, Kurade NP, Shongsir WM, Durga PD, Krishna KM, Ranjan KM. 2012
linicopathological findings in a case of canine cutaneous metastatic transmissible
venereal tumour. Vet. Arhiv. 82(4): 401-410
Bloom, F., George, H., Nobace, C.R. (1950). The Transmissible Venereal Tumor of the Dog.
Studies Indicating That the Tumor Cells are Mature end Cells of reticulo-endothelial
origin. Departments of Pathology and Anatomy of the State University Medical
Center at New York, Brooklyn, N.Y., and the Departments of Anatomy of the
Hahnemann Medical CoUege and Hospital, Philadelphia, Pa., and of the College of
Physicians and Surgeons, Columbia University, New York, N.Y.
Das U, Das AK (2000). Review of Canine Transmissible Venereal Sarcoma. Vet Res
Commun. 2000;24:545–556.
Dharma, D.M.N., Wirata, I.K., Supartika, I.K.E (2010) Canine Transmissible Venereal
Tumor yang Didiagnosa di Balai Besar Veteriner Denpasar, 2006-2010. Bulletin
Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXII. No. 77; 79- 87
Moulton, J.E. (1978). Tumor of Genital Systems. In: Moulton JE, ed. Tumors in Domestic
Animals. 2.ed. California: University of California; 326-330
Murchison, E.P, Wedge, D.C, Alexandrov, L.B, Fu B, Martincorena, I., Ning Z, Tubio, J.M,
Werner , E.I., Allen J, De Nardi, A.B., Donelan E.M., Marino, G., Fassati, A.,
Campbell, P.J., Yang, F., Burt, A., Weiss, R.A., Stratton, M.R (2014). Transmissible
Dog Cancer Genome Reveals The Origin And History Of An Ancient Cell Lineage.
Science. 24;343(6169):437-440.
Purohit G. 2008. Canine Transmissible Venereal Tumor : A Review. The Internet Journal of
Veterinary Medicine. 6(1): 1-7.
Stockmann D, Ferrari HF, Andrade AL, Lopes R, Cardoso, Tereza C, Luvizotto MCR. 2011.
Canine Transmissible Venereal Tumors: Aspects Related to Programmed Cell Death.
Braz J Vet Pathol. 4(1): 67-75

Anda mungkin juga menyukai