I. PENDAHULUAN
Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening dan
jaringan limfoid. Berdasarkan tipe histologiknya, limfoma dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu Limfoma Non Hodgkin (LNH) dan Hodgkin.. 1 Limfoma Non-
Hodgkin adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit
B, limfosit T, dan kadang berasal dari sel natural killer (NK) yang berada dalam
sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis,
sekitar 7% dari seluruh keganasan tulang, kurang dari 1% dari keganasan limfoma,
dengan kejadian didominasi oleh pria dengan perbandingan 1,5:1.3,4 5 Limfoma primer
tulang sebagian besar merupakan limfoma non hodgkin dengan tipe dominan berupa
Diffuse large B-cell limfoma3,6 Tulang femur merupakan lokasi yang paling sering
terjadinya limfoma tulang sebanyak 27% selain itu juga diikuti tulang pelvis, tibia-
namun penyakit ini masih sering misdiagnosa. Seperti pada serial kasus yang
dilaporkan oleh Mika dkk, 3 pasien awalnya ditangani sebagai osteomyelitis yang
kemudian pada akhirnya diagnosa berubah menjadi suatu limfoma primer tulang.7
1
Keganasan pada tulang dan jaringan lunak sering menyerupai proses
penyakit lain utamanya infeksi sehingga merupakan suatu masalah dalam kesulitan
mendiagnosa, baik secara klinis dan histologis. Dianjurkan pada setiap kecurigaan
tumor dilakukan pemeriksaan kultur dan pada setiap kecurigaan abses dilakukan
pemeriksaan biopsi untuk menegakkan diagnosa. Suatu tumor didiagnosa dan diterapi
sebagai suatu infeksi bukan hal yang tidak biasa.8 Oleh karenanya berikut kami
laporkan satu kasus LNH primer tulang dengan manifestasi menyerupai arthtitis
RS dengan keluhan nyeri pada lutut kiri sejak 4 bulan sebelum masuk RS, nyeri
dirasakan terus menerus dan terutama saat digerakkan, tidak menjalar, serta dirasakan
semakin memberat dalam 1 minggu terakhir hingga pasien sulit berjalan. Riwayat
Selain nyeri juga disertai dengan keluhan bengkak pada lutut kiri. Pasien juga
pernah mengalami hal yang serupa yaitu bengkak pada lutut kiri dan pernah dilakukan
evakuasi cairan sendi sebanyak 2 kali pertama pada bulan Juli 2019, saat itu
dilakukan aspirasi cairan sendi sebanyak 20cc warna kuning kemudian keluhan
muncul kembali pada Agustus 2019 dan dilakukan aspirasi cairan sendi sebanyak
Demam tidak ada, riwayat batuk dan sesak napas tidak ada, tidak didapatkan
penurunan berat badan drastis, keringat malam disangkal. Riwayat luka pada lutut
sebelumnya tidak ada, serta tidak ada riwayat tumor dalam keluarga.
2
Dari pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran
kali/menit, suhu 370C, berat badan 65 kg, tinggi badan 172 cm, indeks massa tubuh
Pada pemeriksaan kepala konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, refleks cahaya kesan normal. Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan
kelenjar limfe aksial. Tidak didapatkan pembesaran tiroid, tidak ada deviasi trakea
Pada pemeriksaan thorax tampak simetris kiri dan kanan, taktil fremitus kiri
sama dengan kanan, perkusi sonor, batas paru-hepar ICS V kanan depan, bunyi
pernapasan vesikular, tidak didapatkan ronkhi dan wheezing pada kedua paru. Pada
pemeriksaan jantung iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, batas jantung kanan
pada linea parasternalis dextra, batas jantung kiri linea midclavicularis ICS V. Bunyi
Pada pemeriksaan abdomen, perut tampak datar, ikut gerak napas, peristaltik
limfe daerah inguinal, pada pemeriksaan genu sinistra didapatkan adanya efusi,
dolor, kalor, efusi, nyeri tekan, ROM terbatas karena nyeri, dan krepitasi sulit dinilai.
3
Gambar 1. Foto klinis pasien saat masuk rumah sakit
4
Pada pemeriksaan foto genu sinistra AP/lateral 15/06/2019 (Klinik Radiologi
- Distal femur, os patella dan proximal tibia-fibula kiri intak, tidak ada dislokasi
- Tampak lesi porotik disertai lesi litik pada metaphysia anterolateral bagian
5
Kesan: sesuai gambaran osteomielitis pada os femur distal
septik dan pasien diberikan antibiotik serta analgetik. Pasien juga dilakukan aspirasi
cairan sendi sebanyak 20 cc warna kuning dan diperiksaan sitologi, analisa cairan
sendi, serta kultur dan tes sensitivitas antibiotik. Pasien kemudian dikonsulkan ke TS
Orthopedi dan rencana dilakukan pemeriksaan MRI serta menunggu hasil analisa dan
6
Hitung jenis leukosit PMN 20%, 60-70% mononukleus
MN80%
RF 15.6 <20 IU/ml
Glukosa 139 <10
Total Protein 4.4 < 6.8-8.7
- Tampak massa heterogen dominan isointens pada T1W1, light intensity pada
7
post kontras kesan berasal dari soft tissue ekstraskeletal rego distal os femur
sinistra yang meluas hingga +/- 9,5 cm ke cranial dari condylus lateralis os
lesi litik pada distal epifisis bone marrow os femur sinistra dan mendestruksi
tampak normal
- PCL: Bentuk, letk, ukuran, sudut dan intensitas dalam batas normal. Tidak
- ACL: Bentuk, letak, ukuran dan intensitas dalam batas normal. Tidak tampak
- Meniscus medial: bentuk, letak, dan ukuran serta intensitas dalam batas
normal
- Meniscus lateral: bentuk, letak, dan ukuran serta intensitas dalam batas normal
Kesan :
- Soft tissue mass ekstraskeletal regio lateral distal femur sinistra yang meluas
hingga +/- 9.5cm ke cranial dari condylum lateralis os femur sinistra dan
sarcoma
8
Pada tanggal 17 Oktober 2019 keluar hasil sitologi dari cairan efusi genu yakni:
Sediaan apusan terdiri dari sebaran sel-sel neutrofil sangat padat, beberapa makrofag,
dan eritrosit
Pembesaran objektif 4x
9
Pembesaran objektif 10x
Kemudian keluar hasil pewarnaan BTA cairan efusi genu negatif serta hasil kultur
Pembesaran objektif 4x
10
Pembesaran objektif 10x
II. (berasal dari soft tissue) : sediaan jaringan soft tissue terdiri dari
radang.
11
TS Orthopedi kemudian merencanakan untuk melakukan debridement dan open
Mikroskopik : A (lesi bone superfisial) dan B (lesi bone deep). Jaringan terdiri dari
sel-sel radang limfosit, histiosit dan sel plasma dan netrofil cukup
12
Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan imunohistokimia
13
IHC review Citokeratin
14
IHC review CD3
- Vimentin positif
- CD20 positif
dan didapatkan hasil usg abdomen dalam batas normal, kemudian pasien didiagnosa
15
dengan Lymphoma Non Hodgkin CD20 positif (Diffus Large B Cell Lymphoma)
primer tulang (os femur). Pasien kemudian diberikan regimen kemoterapi berupa R-
prednison). Pasien saat ini telah menjalani kemoterapi siklus 5, perbaikan klinis mulai
terlihat setelah kemoterapi siklus pertama dimana sejak saat itu lutut kiri pasien sudah
III. DISKUSI
bening dan jaringan limfoid. Berdasarkan tipe histologiknya, limfoma dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu Limfoma Non Hodgkin (LNH) dan Hodgkin. 1
berasal dari limfosit B, limfosit T, dan kadang berasal dari sel natiral killer (NK)
yang berada dalam sistem limfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala,
perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun prognosis. Pada LNH sebuah
tumor.2
63.910 kasus pada tahun 2007 di Amerika Serikat dan merupkaan penyebab kematian
utama pada kanker pada pria usia 20-39 tahun. Di Indonesia, LNH bersama-sama
dengan limfoma Hodgkin dan leukemia menduduki urutan peringkat keganasan ke-
1
6. Limfoma tulang merupakan jenis keganasan yang jarang terjadi, hanya sekitar 7%
dari seluruh keganasan tulang, kurang dari 1% dari keganasan limfoma, dengan
kejadian didominasi oleh pria dengan perbandingan 1,5:1.3,4 Limfoma primer tulang
16
ini biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun dan setengahnya di atas 60 tahun. 6 Pada
kasus ini didapatkan pada seorang pria dengan usia di atas 30 tahun.
sekunder dari sistemik.3 Limfoma primer tulang merupakan penyakit yang jarang dan
ditemukan pertama kali oleh Oberling pada tahun 1928.6 Penyebab dari limfoma
primer tulang ini belum diketahui.5 Limfoma primer tulang sebagian besar merupakan
limfoma non hodgkin dengan tipe dominan berupa Diffuse large B-cell limfoma3,6
tulang sebanyak 27% selain itu juga diikuti tulang pelvis, tibia-fibula, humerus, spine
dan lainnya.3,4 Dikatakan limfoma primer pada tulang jika: 1) terjadi pada satu lokasi
tulang tanpa adanya keterlibatan kelenjar limfe regional; atau 2) terjadi pada beberapa
tulang.3,4,6 Penyakit limfoma primer tulang ini biasanya dirujuk ke rheumatologist dan
dan tumor primer tulang lainnya seperti osteosarcoma harus dieksklusi untuk
menentukan diagnosa.5 Beberapa pasien biasanya datang dengan adanya massa yang
teraba. Pasien dengan keganasan limfoma primer tulang jarang disertai dengan gejala
sistemik atau B symptoms seperti demam atau keringat malam. Selain itu pasien
umumnya, namun penyakit ini masih sering misdiagnosa. Seperti pada serial kasus
yang dilaporkan oleh Mika dkk, 3 pasien awalnya ditangani sebagai osteomyelitis
yang kemudian pada akhirnya diagnosa berubah menjadi suatu limfoma primer
tulang.7 Keganasan pada tulang dan jaringan lunak sering menyerupai proses penyakit
17
lain utamanya infeksi sehingga merupakan suatu masalah dalam kesulitan
mendiagnosa, baik secara klinis dan histologis. Dianjurkan pada setiap kecurigaan
tumor dilakukan pemeriksaan kultur dan pada setiap kecurigaan abses dilakukan
pemeriksaan biopsi untuk menegakkan diagnosa. Suatu tumor didiagnosa dan diterapi
Seperti halnya pada pasien ini, pasien awalnya datang dengan keluhan
bengkak pada lutut kiri yang awalnya didiagnosa dengan osteoarthtritis kemudian
efusi genu kembali berulang dan dicurigai suatu arthtritis septik dengan osteomyelitis.
Namun setelah dilakukan pemeriksaan analisa dan kultur cairan efusi genu, diagnosa
arthtritis septik tidak dapat ditegakkan. Artritis septik adalah infeksi pada sinovium
yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi pada sinovium mengakibatkan terbentuknya pus
pada rongga sinovial. Artritis septik lebih sering mengenai satu sendi/ monoartritis
daripada poliartritis. Sendi besar lebih sering dikenai daripada sendi kecil, dimana
terutama mengenai sendi lutut9. Dimana pada pasien ini terjadi pada satu
sendi/monoartritis yaitu pada sendi besar dalam hal ini sendi lutut. Masuknya kuman
kedalam sendi dapat terjadi secara hematogen ataupun secara langsung, misalnya
akibat trauma ataupun iatrogenik pada sendi yang bersangkutan.9 Pada pasien ini
tidak ada riwayat trauma sebelumnya namun saat pasien masuk rumah sakit untuk
keluhan bengkak pada lutut yang terakhir kalinya, sebelumnya pasien ada keluhan
yang sama dan telah dilakukan aspirasi cairan sendi. Untuk memastikan diagnosis
perlu dilakukan analisa cairan sendi. Pada saat dilakukan aspirasi cairan, akan tampak
cairan berwarna keruh. Dari analisis cairan sinovial didapatkan jumlah leukosit
>50.000/mm3, sebagian besar terdiri dari PMN. Bila pada hitung leukosit darah
18
dan 50% serta spesifisitas sebesar 55%, 11% dan 88%. Secara keseluruhan bila ketiga
spesifitasnya hanya 24%.9 Pada pasien ini didapatkan leukosit darah >11.000/mm3
yakni 16.700/mm3, LED >20 mm yakni 62mm/jam, namun pada analisa cairan
Gambaran radiologi pada limfoma primer tulang sangat beragam dan non
(lebih dari setengah tulangnya), selain itu terkadang juga didapatkan variasi berupa
gambaran sklerotik ataupun campuran keduanya antara lesi litik dan sklerotik yang
massa jaringan lunak yang besar. 3 Beberapa literatur menyebutkan bahwa gambaran
radiologi konvensional pada LNH primer tulang secara tipikal berupa gambaran
osteolitik atau campuran litik dan sklerotik pada tulang yang destruksi dengan batas
yang tidak jelas, juga biasanya disertai dengan massa soft tissue10,11
Limfoma primer tulang terdiri dari 92% merupakan large B cell type dan
hanya 3% diffuse follicle centre cell, 3% anaplastic large cell dan 2% immunocytoma.
stadium, yaitu12 :
- Stadium IIE : lesi tunggal pada tulang dengan keterlibatan kelenjar limfe
regional
19
- Stadium IVE : penyakit multifokal pada satu tulang tanpa keterlibatan
Pada pasien termasuk dalam stadium IE yatu lesi tunggal pada tulang
femur sinistra, belum ada keterlibatan kelenjar limfe. Diagnosa banding dari limfoma
leukemia, Ewing sarcoma, dan metastasis sarkoma.4 Seperti halnya pada pasien yang
awalnya diperkirakan suatua osteomyelitis yang dapat dipikirkan akibat dari artritis
septik dan juga dari hasil MRI yang menyebutkan adanya suatu sarcoma.
dan kemoterapi. Dosis radioterapi dengan kisaran 2000-6150 centigrays (cGy) dengan
kesintasan meningkat pada pasien dengan CD20 positif yang diberikan tambahan
regimen R-CHOP sebesar 88% dibandingkan 52% pada pasien yang hanya
mendapatkan regimen CHOP.14 Pada pasien ini diberikan kemoterapi R-CHOP yang
dilanjutkan dengan radioterapi. Setelah kemoterapi siklus ke-2, klinis pasien mulai
membaik, efusi genu dan rasa nyeri tulang sudah tidak ada.
20
dari tulang5. Data menunjukkan kesintasan 5 tahun sebanyak 61% dan angka bebas
progresi penyakit pada 5 tahun sebesar 46%. Usia juga mempengaruhi kesintasan
dimana pasien dengan usia >60 tahun memiliki kesaintasan yang lebih rendah.
Berdasarkan klasifikasi Ann Arbor, tidak ada perbedaan kesintasan atara pasien
stadium I dan II, selanjutnya kecenderungan prognosis lebih buruk didapatkan pada
pasien dengan stadium IV.3. Dengan penangaan yang tepat, angka kesembuhan dalam
5 tahun pada pasien di bawah 60 tahun dapat mencapai hingga 90%. Namun, adanya
dari penyakit. Oleh karenanya, pasien dengan nyeri tulang yang persisten tanpa
penyebab yang jelas harus dievaluasi lebih baik. Jika ditemukan keraguan akan suatu
lesi pada radiografi maka dianjurkan untuk melakukan biopsi untuk menegakkan
diagnosa definitif.6
Satu poin pada setiap faktor risiko yang ada pada pasien :
Interpretasi :
21
- Risiko tinggi (4-5 poin) - 5-year survival 26%
Pada pasien ini didapatkan skor IPI 1, pasien merupakan risiko sedang-tinggi dengan
IV. RINGKASAN
Telah dilaporkan satu kasus LNH primer pada tulang stadium IE pada seorang
pria usia 39 tahun yang didiagnosis awal dengan kecurigaan artritis septik, namun dari
hasil analisa cairan sendi tidak sesuai dengan suatu arthtritis septik serta dari hasil
pemeriksaan sitologi biopsi yang diambil pada os femur, diperoleh hasil suatu
limfoma non-hodgkin denga tipe diffuse large B cell lymphoma yang didukung oleh
hasil profil imunohistokimia LCA (CD45), vimentin, dan CD20 postif. Saat ini pasien
diberikan hingga 6 siklus. Secara klinis, kondisi pasien semakin membaik dimana
nyeri dan bengkak pada lutut sudah tidak ada. Dengan pengobatan tersebut
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Reksodiputro AH. Limfoma Non Hodgkin (LNH). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi VI, Jilid II. 2014. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; hal. 2980
3. Unni KK, Hogendoorn PCW. Malignant Lymphoma. In: Fletcher CDM, Unni
KK, Mertems F. Eds. Pathology and Genetics of Tumours of Soft Tissue and
Classification of Tumours.
4. Bhagavathu S,MD and Fu K,MD. Primary Bone Lymphoma. Arch Patho Lab
5. Zhou HY, Gao F, Bu B, et al. Primary bone lymphoma: A case report and review
6. Jawad MU, Schneiderbauer MM, Min ES, Cheung MC, Koniaris LG, Scully SP.
7. Joerg Mika, Iris S, Ulrike G, Claus-Peter A, Markus UHL, Stefan MK. Primary
8. Blum YC, Esterhai JL, Esmail AN, et al. Lymphoma masquerading as infection.
9. Najirman. Artritis Septik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI, Jilid II.
10. Ruzek KA, Wenger DE. The multiple faces of lymphoma of the musculoskeletal
23
11. Desmukh C, Bkashi A, Parikh P, et al. Primary Non-Hodgkin’s Lymphoma of the
12. Vannata B and Zucca E. Primary extranodal B-cell lymphoma: current concepts
13. Beal K, Allen L, Yahalom J. Primary bone lymphoma: treatment results and
15;106(12):2652-6.
14. Ramadan KM, Shenkier T, Sehn LH, Gascoyne RD, Connores JM. A
15. Shipp M, Harrington D, Anderson T. A predictive model for aggresive NHL; the
24