Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan reproduksi ternak dapat mengatasi penurunan produksi, mutu
genetik, dan populasi babi dan sapi bali. Tujuan dari pengelolaan reproduksi
yangbaik pada ternak ini adalah untuk keuntungsn yang maksimal bagi peternak.
Pengelolaan reproduksi pada ternak sangat terbantu oleh kemajuan bioteknologi
reproduksi. Kemajuan bioteknologi terutama di bidang reproduksi khususnya
pada ternak berperan penting dalam membantu meningkatkan kualitas dan
kuantitas dari produk ternak, salah satunya dengan pelaksanaan Inseminasi Buatan
(IB), selain transfer embrio dan rekayasa genetik.
Inseminasi buatan adalah bioteknologi reproduksi dengan memasukkan
semen atau sel sperma jantan unggul yang telah diseleksi dan diproses untuk dapat
bertahan hingga dimasukkan pada saluran reproduksi betina. Sehingga dalam
waktu pendek dapat menghasilkan keturunan dengan kualitasbaik dandalam
jumlahyangbesar dengan memanf aatkan pejantan unggul sebanyak-banyaknya
dan meluas.
Semen yang diproduksi oleh UPT Balai Inseminasi Buatan DaerahBali ini
tersedia dalam bentuk semen beku yang dikemas dalam ‘straw’ untuk sapi dan
semen cair yang telah dikemas pada babi dengan tujuan dapat didistribusikan
secara menyeluruh pada peternak di seluruh Bali, hingga sapi dan babi yang
unggul yang memiliki kualitas produksi yang bagus tersebar di seluruh Bali.
Secara khusus mahasiswa Kedokteran Hewan perlu dibekali pengetahuan dan
pengenalan akan inseminasi buatan pada hewan ternak pada babi dan sapi berupa
kegiatan processing yang dilakukan di UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah,
Provinsi Bali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tahap-tahapan pada proses penampungan dan processing
semen beku pada sapi ?
2. Bagaimanakah tahap-tahapan pada proses penampungan dan processing
semen cair pada babi ?

1
2

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahu
bagaimana tahap-tahapan dalam proses penampungan dan processing semen beku
pada sapi dan semen cair babi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dalam penulisan laporan ini adalah
sebagai bahan informasi untuk peningkatan produktivitas pada sapi dan babi,
selain itu juga sebagai bahan informasi mula dari pemilihan pejantan dan induk
hingga evaluasi kualitas semen yang baik sebelum diinseminasi.
BAB II
MATERI DAN METODE
 2.1 Kegiatan Lapangan dan Laboratorium UPTD BIBD Baturiti
Kegiatan bertempat di UPTD BIBD yang berada di Baturiti, kabupaten Tabanan dan
berlangsung selama lima hari kerja terhitung sejak 3 Januari 2022 sampai 7 Januari 2022
yang di mulai dari pukul 07.30 sampai 15. 30 wita. Kegiatan yang dilakukan meliputi
penampungan dan prosesing semen beku pada sapi, penampungan dan prosesing semen
cair babi serta manajemen pemeliharaan babi, dan kegiatan merupakan evaluasi kegiatan
selama berada di UPTD BIBD Baturiti – Tabanan.
 2.2 Penampungan dan Prosesing Semen Beku Sapi Bali
2.2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan terdiri atas beberapa yaitu :
1. Vagina buatan

terdiri atas tabung ( 40-45 cm, dilengkapi dengan pentil udara), inner liner (karet
berwarna hitam), coen (corong berbahan karet sebagai penghubung tabung vagina
dengan tabung semen), tabung koleksi (terbuat dari kaca), pelindung tabung
penampung semen yang terbuat dari plastik dan sarung pelindung,

2. Lubricant gel sebagai pelumas

3. Thermometer untuk mengukur suhu vagina buatan

Gambar 2.1. Tabung vagina buatan


Sumber : Dokumentasi pribadi
4. Jantan perangsang

3
4

Gambar 2.2. Jantan perangsang yang diikat pada kandang jepit

5. Kandang jepit untuk merestrain

2.2.2. Metode Penampungan Semen


1. Persiapan sapi pejantan
Sapi pejantan atau Bull yang baik dan sesuai standar merupakan salah satu faktor
penunjang untuk mendapatkan kualitas semen yang berkualitas baik. Persiapan sapi
pejantan meliputi: perawatan dan pembersihan sapi dan kandang yang dilakukan tiap
hari, pemberian pakan yang meliputi konsentrat dan pakan hijauan yang dilakukan 3 kali
sehari. Sapi pejantan dilakukan exercise 2-3 kali seminggu dan pemotongan kuku secara
rutin tiap bulan. Sebelum dilakukan penampungan semen, rambut di sekitar preputium
dipotong agar semen yang ditampung tidak terkontaminasi dari kotoran yang menempel
di rambut.
2. Persiapan vagina buatan

Persiapan vagina buatan meliputi, pemasangan Inner liner pada selongsong karet tebal,
dan diikat dengan karet pengikat pada kedua ujung. Corong karet dipasangkan pada bagian
ujung vagina buatan yang paling dekat dengan klep air panas.Tabung penampung
dipasang, lalu ditutup dengan tabung pelindung, dan diikat secara ketat dengan karet
pengikat pada pangkal corong karet.Disiapkan air hangat dengan suhu 37° C – 41° C. Suhu
air panas yang disiapkan harus memperhitungkan kesiapan teaser (pejantan pemancing) dan
sapi pejantan. Bila teaser telah disiapkan di kandang jepit dan sapi jantan telah siap berada
di dekat teaser. Air hangat tersebut dimasukkan melalui klep air panas sampai penuh,
kemudian ditutup. Selanjutnya, klep udara dibuka dan udara dipompakan ke vagina buatan.
Lubricant gel dioleskan pada vagina buatan pada bagian depan vagina buatan dan bagian
inner liner. Periksa suhu akhir vagina buatan dengan termometer sebelum digunakan. Suhu
akhir vagina buatan harus berkisar antara 37° C – 41°C agar dapat menyamai suhu vagina
asli.
5

Gambar 2.3. Air panas dimasukan melalui Gambar 2.4. Meniupkan udara melalui
klep klep udara

Gambar 2.5. Lubricant gel diolesi pada bagian iner liner dan bagian dalam vagina
buatan

Gambar 2. 6. Pengecekan suhu akhir vagina buatan dengan termometer

3. Penampungan semen

Setelah dilakukan persiapan hewan, tempat, dan vagina buatan, sapi pejantan yang
dijadikan perangsang (teaser) dimasukan ke kandang jepit. Sapi teaser ini digunakan
untuk meningkatkan libido pejantan yang akan ditampung semennya. Pejantan yang
akan diambil semennya dibawa mendekati teaser untuk melakukan teasing. Teasing
dilakukan sebanyak 3 kali sebagai perangsang dan untuk memperoleh ejakulasi tinggi
sehingga dapat memperoleh volume semen yang maksimal. Pada ejakulasi yang tinggi
penis yang keluar segera dipegang dan vagina buatan segera diarahkan ke penis.
6

Ejakulasi pada sapi berlangsung sangat cepat, hanya dengan dalam hitungan detik.
7

Oleh karena itu, diperlukan kecekatan dan keterampilan dari operator. Pada saat
penampungan, semen tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Semen yang telah
ditampung segera dibawa ke laboratorim untuk dilakukan proses lebih lanjut.

Gambar 2.7. Proses penampungan semen yang dilakukan oleh Bull Master
Sumber : Dokumentasi pribadi
2.2.3. Prosesing Semen Beku Sapi
1. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis semen meliputi dari pemeriksaan konsistensi, warna dan
volume. Tabung dari penampungan semen disimpan didalam water bath agar suhu semen
tetap terjaga dan tidak berubah pada suhu 35°C.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan motilitas dan gerak massa sperma dengan
cara mengambil sebanyak 10 μl semen dengan pipet mikro lalu dicampurkan dengan
pengencer 400 μl kemudian dihomogenkan, setelah itu diperiksa dibawah mikroskop untuk
melihat motilitas dan gerak massa sperma. Untuk melihat konsentrasi sperma campurkan
semen segar sebanyak 40μl ke dalam cuvet yang berisi Nacl fisiologis sebanyak 4cc lalu
masukkan ke dalam spermacue SDM 6.

Gambar 2.8. Pemeriksaan mikroskopis


Sumber : Dokumentasi pribadi
8

3. Proses Pengenceran

Proses pengenceran dilakukan, jika semen telah lulus dari pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopis untuk diproses lebih lanjut. Tujuan semen diencerkan adalah untuk
menambah volume dan sebagai makanan untuk sumber nutrisi agar metabolisme
spermatozoa tetap terjaga dan memberi perlindungan bagi spermatozoa. Jumlah
pengencer dihitung dari jumlah spermatozoa normal dan hidup yang terkandung
dalam semen murni sehingga nanti diperoleh sel spermatozoa dalam tiap dosis
semen beku (straw 0,25cc) sebanyak kurang lebih 25 juta sel spermatozoa. Bahan
pengencer yang dipakai adalah Andromed, dimana kelebihannya yaitu penggunaan
jenis pengencer ini adalah pada penilaian mikroskopis sangat terlihat jelas.
Pengencer ini menggunakan campuran aquabidest dengan perbandingan 1:4.
Adapun rumus untuk menghitung jumlah pengencer yang diperlukan:

a. b.
Gambar 2.8 a. Pengencer yang digunakan yaitu andromed b. Proses pengenceran
Sumber : Dokumentasi Pribadi
9

4. Printing Straw

Straw semen beku sapi Bali diberi label dengan menggunakan printing otomatis

Easy Coder mini tub

b.
a.

Gambar 2.9. a. Alat printing Straw b. Straw semen yang sudah


diberi label
Sumber : Dokumentasi pribadi
Keterangan :
BUDAPARTA : Nama Pejantan
U039 : Batch Number
U : Tahun produksi 2021
039 : Produksi ke berapa ditahun it

11544 : Kode Pejantan


1 : Kode Sapi Bali Murni
15 : Tahun lahir sapi
44 : No urut sapi masuk ke UPTD BIBD Baturiti

5. Filling dan Sealing

Filling dan sealing merupakan suatu proses pengisian semen yang sudah diencerkan
ke dalam straw (0,25ml), kemudian menyumbat ujung straw dengan menggunakan
alat otomatis filling and sealing
Langkah Kerja:
 Menyiapkan mesin automatic filling and sealing, lalu hidupkan mesin.
 Cek tekanan vacuum udara dikarekanakan tekanan didalam tabung akan
naik
 Pastikan posisi jarum vacuum dengan jarum pengisap semen sejajar
 Lalu masukkan pipet yang telah diprinting sesuai dengan nama
10

pejantan yang diproses


 Operasikan mesin filling and sealing, jika proses telah selesai tekan
tanda stop

Gambar 2.10. Mesin Filling dan Sealing


Sumber : Dokumentasi pribadi
6. Equilibrasi

Proses equilibrasi dilakukan dengan memasukan straw yang berada pada rak ke
dalam cool top dengan suhu 3oC – 5oC selama 3-4 jam sebelum kemudian dilakukan
proses freezing. Tujuan dilakukan equilibrasi adalah untuk menurunkan suhu semen
cair agar tidak mengalami shock saat proses freezing.

Gambar 2.11. Proses Equilibrasi


Sumber : Dokumentasi Pribadi
7. Proses Thawing
Pengerjaan thawing diawali dengan mengambil satu straw yang sudah diberikan
tanda, kemudian masukkan perlahan ke dalam air yang suhunya 35°C-37°C kurang
lebih 15- 30 detik, lalu straw diambil dan sperma dikeluarkan dari dalam straw,
sperma yang cair diletakkan pada objek glass secukupnya dan diperiksa dibawah
11

mikroskop untuk melihat motilitas dan progresifitasnya. Straw yang berkualitas baik
dengan motilitas lebih dari 45%. Straw dengan kualitas baik selanjutnya dapat
disimpan dalam container kembali.

8. Penyimpanan Semen Beku

Semen beku yang telah dikemas dalam straw disimpan dalam goblet yang berisi N2
cair. Selanjutnya goblet-goblet disimpan dalam canister dan kemudian canister
disimpan dalam container.

Gambar 2.12. Proses Penyimpanan Semen Beku

Sumber : Dokumentasi Pribadi

9. Distribusi

Sebelum semen beku didistribusikan, lebih awal dilakukan pemeriksaan


terhadap semen beku yang akan dikeluarkan yaitu dengan pemeriksaan test after
thawing dan pengecekan terhadap jumlah straw, nama atau kode pejantan dan
nomor batch, selanjutnya baru dilakukan pemindahan straw ke kontainer
distribusi. Pemeriksaan ini bertujuan apakah semen beku tersebut memenuhi
syarat IB atau tidak, yang dinilai adalah presentase hidup dan gerakan individu
spermatozoa. Semen beku yang memenuhi syarat selanjutnya dapat
didistribusikan kepada inseminator yang ada di masyarakat.
12

2.3 Penampungan dan Processing Semen Cair Babi


2.3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penampungan dan Processing semen cair sebagai
berikut:
1. Alat dan Bahan untuk penampungan semen cair
Betina buatan Karet
Tabung vagina buatan (Panjang 40-45 Kain kasa
cm, dilengkapi dengan pentil udara)
Gelas Erlenmayer
Corong

Gambar 2.13. Tabung vagina buatan


Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Alat dan bahan untuk prosesing semen cair
Water Bath Kain kasa
Object glass Pipet tetes
Cover glass Tube plastic
Kertas label Tissue
Mesin Sealing Gelas ukur
Gelas Erlenmayer Bag packing
Timbangan Pengencer Beltsvile Thawing Solution
Pengaduk (BTS)
Aquabides
Semen Segar
13

Gambar 2.14. Alat dan bahan prosesing semen


Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.3.2 Metode

A. Penampungan Semen Babi

Terdapat beberapa langkah kerja yang digunakan dalam penampungan dan processing semen
cair babi meliputi:

1. Persiapan Babi Pejantan dan Ruang Penampungan Semen


Persiapan babi pejantan dimulai dengan pemeliharaan babi yang meliputi pemberian
pakan, pembersihan kandang, dan memandikan babi pada pagi hari. Babi pejantan yang
akan ditampung semennya adalah babi yang sedang birahi yang menunjukkan
hipersalivasi, libido meningkat, gelisah, dan lebih agresif. Sedangkan persiapan ruang
penampungan semen dimulai dari membersihkan serta desinfeksi ruangan, memeriksa
kondisi Dummy show, dan menyiapkan alat penampungan semen juga kain. Setelah ruang
penampungan sudah siap digunakan, babi pejantan digiring masuk ke ruang penampungan
semen.

Gambar 2.15 Ruangan Penampungan Semen Babi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Penampungan Semen Cair Babi


Pejantan dibawa ke ruang koleksi semen dan dibiarkan beradaptasi dengan Dummy show.
Kemudian daerah preputium dibersihkan terlebih dahulu dan dirangsang dengan metode
14

massage, agar pejantan menaiki dummy show dan mengeluarkan penis. Saat pejantan
sudah menaiki dummy show dan penis keluar dari preputium, gland penis yang berbentuk
spiral dan ditahan hingga terjadi ejakulasi. Setelah penis keluar dan terjadi ejakulasi,
dilakukan penampungan semen dengan cara menahan penis pada bagian ujung penis yang
berbentuk spiral. Semen yang ditampung adalah semen yang berwarna putih kekeruhan
yang keluar setelah gelatin dan plasma. Kemudian semen yang sudah ditampung dibawa
ke laboratorium untuk di proses ketahap selanjutnya.

Gambar 2.16. Proses penampungan semen babi

Sumber . Dokumentasi pribadi

B. Processing Semen Cair Babi


1. Pembuatan Pengencer
Pengencer semen bertujuan untuk menambah volume dan sebagai makanan untuk sumber
nutrisi agar metabolisme spermatozoa tetap terjaga dan memberi perlindungan bagi
spermatozoa. Pengencer yang digunakan yaitu BTS yang dapat mempertahankan motilitas
spermatozoa selama proses penyimpanan pada suhu dingin sehingga aktivitas metabolisme
selama proses penyimpanan dapat dikurangi, dapat mengatasi kapsitasi dini dengan mengikat
kalsium yang merupakan mediator utama terjadinya proses kapasitasi. Pengenceran diawali
dengan menimbang BTS sebanyak 50 gram, kemudian dicampurkan dengan aquades 1000 ml
dan dihomogenkan. Setelah homogen, pengencer dihangatkan dengan water bhat sampai suhu
380C.

Gambar 2.17. Pembuatan Pengencer Semen Cair


15

Sumber : Dokumentasi pribadi


2. Pemeriksaan Makroskopis

Setelah semen segar ditampung, semen diserahkan ke laboratorium untuk diperiksa


secara makroskopis meliputi pemeriksaan warna, bau, konsistensi dan volume.
Selanjutnya semen dimasukkan kedalam gelas ukur untuk diukur volume semen murni
yang kemudian dicatat untuk evaluasi.

Gambar 2.18. Pemeriksaan makroskopis semen cair

Sumber Dokumentasi Pribadi

3. Pemeriksaan Mikroskopis
Setelah lulus uji makroskopis, sampel sperma diambil dan diperiksa secara
mikroskopis untuk mengevaluasi motilitas sperma, gerakan individu, gerakan massa
sperma dan konsentrasi sperma. Gerakan massa sperma yang standar dan lolos uji
adalah 2+ dan 3+, sedangkan untuk motilitas sperma yang baik dinilai dengan
memeriksa dan menilai berapa persen sperma yang hidup dalam 1 ml semen. Semen
yang dapat dilanjutkan prosesnya merupakan semen yang dinilai motilitasnya
minimal 60%. Untuk motilitas semen dibawah 60% tidak dapat dilakukan pengujian
lanjutan dan tidak didistribusikan.

Gambar 2.19. Pemeriksaan mikroskopis semen segar


16

Sumber . Dokumen pribadi

4. Pengenceran Semen
Setelah dilakukan uji makroskopis dan mikroskopis kemudian dilakukan pengenceran
semen. Bahan pengencer khusus yang digunakan di UPTD BIBD Baturiti adalah bahan
pengencer BTS atau Bestvile Thawing Solution. Jumlah pengencer yang ditambahkan
pada semen segar tergantung pada volume semen dan juga persentase motilitasnya.
Standar perbandingan motilitas semen, volume semen yang ditampung dan pengencer
semen yang digunakan adalah:
Motilitas 60% = 1:1
Motilitas 65% = 1:2
Motilitas 70% = 1:3 – 1:4

Gambar 2.20. Proses Pengenceran Semen Cair dan Pengencer

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Semen yang telah diencerkan diperiksa lagi secara makroskopis untuk melihat
motilitasnya. Jika motilitas sperma baik, maka semen cair siap diedarkan. Namun jika
motilitas jelek, maka semen akan dibuang.
17

5. Pengemasan

Semen yang sudah melewati tahap evaluasi dan telah diencerkan, kemudian dimasukkan
kedalam tube plastik khusus untuk pengemasan semen cair babi. Semen cair dituangkan ke
dalam tube tersebut secara hati-hati melalui dinding tube hingga volume memenuhi 1 dosis
untuk inseminasi buatan yaitu 80 ml. Kemudian bagian leher tube dibersihkan dengan
tissue, lalu selanjutnya adalah tahap sealing yang dilakukan sebanyak 2 kali. Setelah
selesai, dilakukan tes kebocoran dengan membalikkan tube yang telah berisi semen cair
tersebut.

Gambar 2.21. Proses Pengemasan Semen Cair


Sumber : Dokumentasi Pribadi
18

6. Labeling
Plastik tube yang sudah dikemas diberikan label yang mencantumkan alamat
kantor, jenis babi pejantan yang ditampung semennya, tanggal lahir babi
penjantan, tanggal produksi, serta tanggal kadaluarsa.

Gambar 2.22. Label yang diberi pada kemasan semen

Sumber: Dokumen Pribadi

7. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen dilakukan apabila produksi semen cair melebihi pesanan.
Penyimpanan ini dilakukan dengan menaruh semen pada ruang bersuhu 10ºC-20ºC
(kulkas pada rak pintu bagian bawah). Semen yang disimpan harus diperhatikan
setiap hari dan dihomogenkan dengan digoyang-goyangkan secara perlahan setiap
pagi dan sore hari. Semen cair babi dengan bahan pengencer BTS dapat bertahan
selama 3 hari. Pemeliharaan semen cair sangat perlu diperhatikan dengan
menghindari semen dari paparan sinar ultraviolet. Botol penampungan semenharus
tertutup rapat dan disimpan dalam container dengan suhu 15ºC-20ºC yang
dikontrol dengan thermostat secara berkala. Penyimpanan semen dilakukan
dengan posisi horizontal agar sperma tidak
mengendap dan tetap tercampur dengan pengencer karena di dalam pengencer
terdapat makanan dan nutrisi bagi sperma.
8. Distribusi
Distribusi sperma cair babi dilakukan sesuai dengan pesanan. Pengambilan
semen cair yang telah dikemas dapat dilakukan paling lambat pada pukul 10.00
WITA. Penjualan dilakukan berdasarkan ketersediaan semen cair.
BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hari dan tanggal Waktu Kegiatan Penugasan


Senin 03 Januari 07.30-Selesai Hari Pertama 1. I Nyoman jatu
2022 - Penerimaan, pengenalan, dan 2. I Wayan Suarsana
pengarahan mengenai kegiatan 3. I Made Suastika Antara
di UPTD BIBD Baturiti oleh I 4. I Putu Anaya
Made Suarjaya, S.KM, M.si dan 5. Drh. I Wayan Nova
I Wayan Karsana selaku Ardinata
penanggung jawab di UPTD 6. Made Indra Purnama
BIBD Baturiti Putra S.Pt
Kandang Sapi Bull
- Pengenalan mengenai
manajemen pemeliharaan sapi.
- Pengarahan dan pengenalan
nama dan asal sapi yang ada
diUPTD BIBD baturiti.
- Pemeliharaan bull (pembersihan
kandang, memandikan, dan
pemberian pakan).
- Penampungan semen bull
dengan vagina buatan.
Laboratorium
- Pengarahan dan pengenalan
alat, bahan, demo tata cara
prosesing semen beku sapi.
- Istirahat
- Melakukan freezing/pembekuan
semen pukul 13.00 WITA
sebelum memasuki tahap tes
Thawing.

Selasa 04 Januari 07.40-Selesai Kandang sapi Bull 1. I Nyoman jatu


2022 - Pemeliharaan bull (pembersihan 2. I Wayan Suarsana
kandang, memandikan, dan 3. I Made Suastika
pemberian pakan). Antara
- Melakukan penimbangan rutin 4. I Putu Anaya
pada sapi (satubulan satukali). – 5. Drh. I Wayan
- Memberikan vitamin pada sapi
20

VITOL 10 ml. Nova Ardinata


- Menyemprotkan desinfektan 6. Made Indra
Butox pada tubuh sapi dan Purnama Putra S.Pt
kandang sapi.
- Istirahat
Laboratorium Bull (Sapi)
- Melakukan Thawing straw
semen beku pada sapi.

Rabu 05 Januari 07.50-Selesai Kandang Babi 1. I Nyoman jatu


2022 - Penjelasan dan pengenalan 2. I Wayan Suarsana
menajemen pemeliharaan babi 3. I Made Suastika
Antara
pejantan dan indukan.
4. I Putu Arnaya
- Persiapan pakan babi. 5. I Dewa Ketut
- Sanitasi kandang pejantan dan Sumerta
indukan babi. 6. I Komang Kartika
- Pemberian pakan babi. Yasa
- Persiapan pejantan untuk 7. Drh. I Made Fajar
penampungan semen.
- Pengenalan, pengarahan, dan
persiapan alat dan bahan
prosesingsemen.
- Persiapan alat penampung
semen.
- Melakukan penampungan
semen pejantan yangsudah
dipilih.
- Pemindahan semen ke
laboratorium untuk
pemeriksaan motilitas dan
pengenceran semen.
- Pemeriksaan laboratorium
berupa pemeriksaan
organoliptik meliputi warna,
bau, dan volume.
- Pemeriksaan motilitas semen
dibawah mikroskop.
- Penghitugan dosis pengencer
berdasarkan persentase
motilitas
- Melakukan Insemunasi Buatan
(IB) pada indukan babi estrus. -
21

Pengenceran semen sesuai


Rumus.
- Packing semen yang sudah
diencerkan pada ampul semen
sebanyak 80 ml/ampul.
- Memberikan semen sesuai
pesanan yangdiambil.
- Pemberian pakan pukul 14.00
WITA
Kamis 06 Januari 07.30- Kandang Babi 1. I Nyoman jatu
2020 Selesai - Penjelasan dan pengenalan 2. I Wayan Suarsana
menajemen pemeliharaan babi 3. I Made Suastika
pejantan dan indukan. Antara
- Persiapan pakan babi. 4. I Putu Arnaya
- Sanitasi kandang pejantan dan 5. I Dewa Ketut
indukan babi. Sumerta
- Pemberian pakan babi. 6. I Komang Kartika
- Persiapan pejantan untuk Yasa
penampungan semen. 7. Drh. I Made Fajar
- Pengenalan, pengarahan, dan
persiapan alat dan bahan
prosesingsemen.
- Persiapan alat penampung
semen.
- Melakukan penampungan
semen pejantan yangsudah
dipilih.
- Pemindahan semen ke
laboratorium untuk
pemeriksaan motilitas dan
pengenceran semen.
- Pemeriksaan laboratorium
berupa pemeriksaan
organoliptik meliputi warna,
bau, dan volume.
- Pemeriksaan motilitas semen
dibawah mikroskop.
- Penghitugan dosis pengencer
berdasarkan persentase
motilitas.
- Melakukan Insemunasi Buatan
(IB) pada indukan babi estrus.
22

- Pengenceran semen sesuai


Rumus.
- Packing semen yang sudah
diencerkan pada ampul semen
sebanyak 80 ml/ampul.
- Memberikan semen sesuai
pesanan yangdiambil.
Tabel 1. Kegiatan di BIBD Baturiti selama 4 hari
23

Nama Vol War pH Kon Gera Motili Konse Jumlah Vol. Motilitas Waktu Jumlah Kode TBF Test
Sapi siste k tas ntrasi Pengen Akhir Pengenc equilibrasi produksi bath PTM
nsi (jt) cer(cc) eran
Bang 5,8 Kre 6,2- Kent +++ 70 % 1242 38 43,8 70 % 9.20 194 U066 65-70 45-50 %
Tidar m 6,8 al %
Balad 7,7 Kre 6,2- Kent +++ 70 % 1144 46 53,7 70 % 9.31 217 U034 65-70 45-50 %
ewa m 6,8 al %
Badila 9,3 P. 6,2- Seda ++ 70 % 804 37 46,3 70 % 9.43 204 U056 65-70 45-50 %
wa Susu 6,8 ng %
Buga 9,5 P. 6,2- Seda ++ 70 % 957 47 56,5 70 % 9.55 247 U051 65-70 45-50 %
marta Susu 6,8 ng %
Tamar 6,3 P. 6,2- Seda ++ 70 % 803 25 31,3 70 % 10.05 140 U036 65-70 45-50 %
a Susu 6,8 ng %
Bulap 7,0 P. 6,2- Seda ++ 70 % 803 28 35 70 % 10.13 159 U048 65-70 45-50 %
arta Susu 6,8 ng %
Rama 8,2 P. 6,2- Seda ++ 70 % 957 40 48,2 70 % 10.21 212 U024 65-70 45-50 %
dewa Susu 6,8 ng %
Bland 5 P. 6,2- Seda ++ 70 % 815 20 35 70 % 10.34 110 U052 65-70 45-50 %
ar Susu 6,8 ng %
Abim 7,5 Kre 6,2- Kent +++ 70 % 1476 61 68,5 70 % 10.47 305 U031 65-70 45-50 %
ayu m 6,8 al %

Tabel 2. Hasil penampungan semen beku pada sapi tanggal 03 Januari 2022
24

NO NAMA PEJANTAN VOL MOTILITAS KONSENTRASI JUMLAH JUMLAH


TAMPUNG PENGENCERAN PRODUKSI
1. DR. CHAPOH 03 300 ml 70 % 1:3 900 15
2. DR. TEGAL LAPOH 280 ml 70% 1:3 840 13
03
3. DR. OH APOH 01 160 ml 70% 1:3 900 12
Tabel 3. Hasil processing semen babi segar hari Rabu 05 Januari 2022

NO NAMA PEJANTAN VOL MOTILITAS KONSENTRASI JUMLAH JUMLAH


TAMPUNG PENGENCERAN PRODUKSI
1. LR APOH 02 240 ml 75 % 1:4 560 15
2. LR. TEGAL LAPOH 280 ml 65% 1:2 560 11
02
3. LR. BATU KARANG 300 ml 70% 1:3 900
Tabel 4. Hasil processing semen babi segar Kamis 06 Januari 2022
25

Kegiatan koasistensi Reproduksi Veteriner di UPTD Balai Inseminasi Buatan Baturiti


dilakukan oleh kelompok 18B yang berjumlah 4 orang yang terdiri dari 3 orang perempuan
dan 1 orang laki-laki melakukan kegiatan yang dilaksanakan selama 5 hari dimulai pada
tanggal 03 Januari 2022 sampai dengan 07 Januari 2022. Rangkayan kegitan yang dilakukan
terbagi menjadi 3 dimana pada hari pertama dan kedua melakukan prosessing semen beku
sapi bali, dua hari selanjutnya melakukan prosessing semen babi cair, dan satu hari
selanjutnya dilakukan untuk kegiatan evaluasi kegiatan selama berada di UPTD Balai
Inseminasi Buatan Daerah Bali.

Penampungan semen beku pada sapi dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu minggu
yaitu pada hari senin dan kamis. Beberapa hal yang dilakukan terkait dengan prosesing semen
beku sapi yaitu perawatan ternak, penampungan semen oleh oprator menggunakan metode
vagina buatan Artificial Vagina (AV), dan pengolahan semen. Semen segar yang sudah
tertampung pada vagina buatan dilakukan evaluasi di laboratorium baik secara makroskopis
yang meliputi volume, warna, bau, konsistensi, dan pH. Sedangkan pemeriksaan secara
mikroskopis meliputi motilitas, gerakan massa, dan konsentrasi total spermatozoa untuk
menentukan layak atau tidak untuk dilakukan proses lebih lanjut. Volume semen dapat diukur
dengan cara melihat langsung pada skala tabung semen segera setelah semen ditampung.
Volume semen dapat dipengaruhi oleh bangsa, umur, ukuran badan, pakan, frekuensi
penampungan, dan suhu lingkungan.

Dalam penelitian Aisah et al (2017) menyatakan bahwa rendahnya volume semen


yang dihasilkan disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi, sehingga intensitas cahaya
rendah dan menghambat produksi hormon FSH. Hormon FSH yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisa anterior akan memberikan pengaruh terhadap sel-sel sertoli yang terletak di dalam
tubulus siminiferus. Pengaruh tersebut akan membantu untuk pemberian nutrien bagi sperma
yang sedang berkembang dan mendukung spermatogenesis dalam penyediaan bahan
makanan bagi sperma, serta melepaskan sel sperma yang telah matur di akhir proses 40
spermatogenesis. Warna sperma sapi bali di BIBD berwarna krem dan putih susu, Toelihere
(1985) menyatakan bahwa warna semen sapi normal adalah putih susu dan 10% saja yang
berwarna krem dimana derajat kekeruhan tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Suyadi
et al (2004) menjelaskan bahwa warna, konsistensi, dan konsentrasi spermatozoa saling
berkaitan satu dengan lain, artinya jika semen semakin encer maka konsentrasi spermatozoa
rendah dan warnanya semakin pucat.
26

Hasil pemeriksaan bau semen segar sapi di BIBD Baturiti yaitu bau khas semen yang
menunjukkan bahwa semen tersebut normal dan tidak terdapat kontaminasi sehingga dapat
dilakukan processing semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizal dan Herdis (2008) yang
mengatakan bahwa pada umumnya bau semen dikategorikan sebagai bau khas. Sedangkan
untuk konsentrasi semen yang didapatkan di BIBD yaitu kental sampai dengan encer, dan
dengan rata-rata konsentrasi yaitu sedang. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat
pada saat memiringkan tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi normal,
maka proses kembalinya larutan semen tersebut keposisi tegak akan lama, dibandingkan
dengan semen dengan konsistensi encer. Semen yang konsistensinya sedang adalah semen
yang akan segera kembali ke dasar dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan yang
pertama, sebagian semen masih menempel di dinding tabung (Arifiantini, 2012). Hasil rataan
pH yang di dapatkan dari semen sapi bali di BIBD yaitu 6,2 – 6,8. pH merupakan derajat
keasaman pada semen yang menunjukkan bahwa semen tersebut memiliki pH asam atau
basa. Aisah et al (2017) menyatakan bahwa pH sangat mempengaruhi daya tahan hidup
spermatozoa karena sangat berkaitan dengan metabolisme (penggunaan energi) spermatozoa.
Variasi nilai pH ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya
aktivitas spermatozoa dalam menguraikan fruktosa sehingga pH menjadi turun, kontaminasi
dengan mikroorganisme sehingga pH naik, dan perbedaan cara mengoleksi semen (Sundari,
et al 2013). Tinggi rendahnya nilai pH semen yang dihasilkan juga berkaitan dengan
konsentrasi spermatozoa. Menurut Wahyuningsih et al (2013) 41 menjelaskan bahwa pH
semen bisa dikatakan normal dan masih layak untuk diproses lebih lanjut apabila derajat
keasaman semen berkisar antara 6,2 – 7,0.

Pemeriksaan pH di BIBD Baturiti menggunakan kertas lakmus yaitu dengan


mengambil sampel semen lalu diteteskan di atas kertas lakmus dan lihat perubahan warna
pada kertas lakmus, lalu di cocokkan dengan skala warna yang ada pada tabel warna standar
pH lakmus. Menurut Herdis (2005) motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh perbdaan bangsa
ternak dan waktu pemeriksaan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi motilitas adalah pakan
(Zulfan, 2008).

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan untuk melihat gerakan spermatozoa (motilitas


progresif), abnormalitas spermatozoa, dan konsentrasi. Motilitas spermatozoa sapi dibawah
40% menunjukkan nilai semen yang kurang baik. Menurut Susilowati et al., (2010) motilitas
spermatozoa sapi pada pejantan yang fertile adalah 50-80% dan bergerak progresif. Penilaian
gerakan tersebut berdasarkan gerakan massa spermatozoa, yaitu:
27

a. Sangat baik (3+) bila terjadi gelembung besar, tampak gelap, tebal, aktif, dan cepat
berpindah. Keadaan ini diperkirakan mengandung 80 sampai 100% spermatozoa motil
progresif.
b. Baik (2+) bila gelombang tipis, kecil, jarang, kurang jelas, lamban gerakannya dan
diperkirakan mengandung 60 sampai 79 % sel sperma motil progresif.
c. Sedang (1+) bila tidak ada gerakan gelombang, gerakan individu aktif dan progresif,
diperkirakan mengandung 30 sampai 59% sel sperma motil progresif.
d. Buruk (necrospermia) bila hanya sedikit/tidak ada gerakan individu, kurang 30% sel
sperma motil progresif. Rataan gerakan massa di BIBD Baturiti yaitu 2+ dengan
penilaian paling tinggi yaitu 3+, 3+ menunjukkan gerakan massa yang sangat aktif
dan bergelombang yang menandakan bahwa sperma berkualitas baik dan siap untuk
diproses. Konsentrasi spermatozoa dan volume semen menentukan jumlah total
spermatozoa yang terkandung dalam setiap ejakulat.
Kedua parameter tersebut selanjutnya menjadi dasar perhitungan jumlah bahan
pengencer semen yang harus ditambahkan dan pada akhirnya menentukan jumlah dosis
semen beku yang dihasilkan (Baracaldo et al, 2007). Penampungan semen segar pada babi di
BIBD Baturiti dilakukan setiap hari selama hari kerja. Semen yang di tampung terlebih
dahulu di periksa di labolatorium secara makroskopis dan mikroskopis.
Secara makrokospis parameter yang diamati konsistensi, warna, bau, dan volume.
Menurut Suyadnya (2005) untuk satu ejakulat volume semen babi bisa mencapai 100 sampai
500 ml dengan jumlah total spermatozoa setiap ejakulat sebesar 20 x 10 milyar spermatozoa.
Volume yang didapatkan padasaat penampungan sperma babi di BIBD Baturiti yaitu 160-200
ml per ekor. Faktor-faktor yang memengaruhi karakteristik semen segar secara makroskopis
adalah kualitas pakan, umur pejantan, frekuensi ejakulasi dan tingkat stimulasi saat proses
penampungan. Pemeriksaan secara mikroskopis dengan melihat pergerakan/motilitas
progresif sperma. Menurut Johnson et al (2000) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas spermatozoa secara mikroskopis adalah genetik induk, jumlah ejakulat yang
ditampung, jenis babi, pakan yang diberikan dan temperature dan menurut Sukmawati (2014)
viabilitas atau daya hidup spermatozoa juga merupakan salah satu indikator kualitas
spermatozoa.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan di UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah Bali meliputi
pemeliharaan, penampungan semen dan prosesing semen beku sapi bali dan semen
cair babi. Pemeriksaan semen dilakukan dalam dua tahap yaitu makroskopis dan
mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, bau, volume, konsistensi,
dan pH. Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi motilitas, gerakan
massa, dan konsentrasi total spermatozoa. Kualitas dari semen yang dihasilkan dari
seekor pejantan babi dan sapi bali dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu bobot
badan, umur, sifat genetik, tingkat rangsangan, frekuensi ejakulasi, suhu, musim,
lingkungan dan kualitas pakan. Sperma yang berkualitas baik yaitu sperma yang
telah dinyatakan layak melalui pemeriksan makroskopis dan mikroskopis serta
thawing dapat diproses lebih lanjut dan didistribusikan. Pada semen babi dilakukan
pendistribusian secara langsung ke konsumen yang telah melakukan pemesanan.
Sedangkan pada semen sapi bali dilakukan pembekuan dalam N2 cair sehingga
memiliki daya simpan lebih lama dibandingkan dengan semen cair babi.

5.2. Saran
Pengolahan semen sapi bali dan babi di UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah
Bali sudah cukup baik namun akan lebih baik lagi apabila alat yang rusak dilakukan
pengadaan kembali untuk menunjang keberhasilan kerja, mengefisiensikan dan
memudahkan petugas laboratorium dalam bekerja

Anda mungkin juga menyukai