PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahu
bagaimana tahap-tahapan dalam proses penampungan dan processing semen beku
pada sapi dan semen cair babi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dalam penulisan laporan ini adalah
sebagai bahan informasi untuk peningkatan produktivitas pada sapi dan babi,
selain itu juga sebagai bahan informasi mula dari pemilihan pejantan dan induk
hingga evaluasi kualitas semen yang baik sebelum diinseminasi.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Kegiatan Lapangan dan Laboratorium UPTD BIBD Baturiti
Kegiatan bertempat di UPTD BIBD yang berada di Baturiti, kabupaten Tabanan dan
berlangsung selama lima hari kerja terhitung sejak 3 Januari 2022 sampai 7 Januari 2022
yang di mulai dari pukul 07.30 sampai 15. 30 wita. Kegiatan yang dilakukan meliputi
penampungan dan prosesing semen beku pada sapi, penampungan dan prosesing semen
cair babi serta manajemen pemeliharaan babi, dan kegiatan merupakan evaluasi kegiatan
selama berada di UPTD BIBD Baturiti – Tabanan.
2.2 Penampungan dan Prosesing Semen Beku Sapi Bali
2.2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan terdiri atas beberapa yaitu :
1. Vagina buatan
terdiri atas tabung ( 40-45 cm, dilengkapi dengan pentil udara), inner liner (karet
berwarna hitam), coen (corong berbahan karet sebagai penghubung tabung vagina
dengan tabung semen), tabung koleksi (terbuat dari kaca), pelindung tabung
penampung semen yang terbuat dari plastik dan sarung pelindung,
3
4
Persiapan vagina buatan meliputi, pemasangan Inner liner pada selongsong karet tebal,
dan diikat dengan karet pengikat pada kedua ujung. Corong karet dipasangkan pada bagian
ujung vagina buatan yang paling dekat dengan klep air panas.Tabung penampung
dipasang, lalu ditutup dengan tabung pelindung, dan diikat secara ketat dengan karet
pengikat pada pangkal corong karet.Disiapkan air hangat dengan suhu 37° C – 41° C. Suhu
air panas yang disiapkan harus memperhitungkan kesiapan teaser (pejantan pemancing) dan
sapi pejantan. Bila teaser telah disiapkan di kandang jepit dan sapi jantan telah siap berada
di dekat teaser. Air hangat tersebut dimasukkan melalui klep air panas sampai penuh,
kemudian ditutup. Selanjutnya, klep udara dibuka dan udara dipompakan ke vagina buatan.
Lubricant gel dioleskan pada vagina buatan pada bagian depan vagina buatan dan bagian
inner liner. Periksa suhu akhir vagina buatan dengan termometer sebelum digunakan. Suhu
akhir vagina buatan harus berkisar antara 37° C – 41°C agar dapat menyamai suhu vagina
asli.
5
Gambar 2.3. Air panas dimasukan melalui Gambar 2.4. Meniupkan udara melalui
klep klep udara
Gambar 2.5. Lubricant gel diolesi pada bagian iner liner dan bagian dalam vagina
buatan
3. Penampungan semen
Setelah dilakukan persiapan hewan, tempat, dan vagina buatan, sapi pejantan yang
dijadikan perangsang (teaser) dimasukan ke kandang jepit. Sapi teaser ini digunakan
untuk meningkatkan libido pejantan yang akan ditampung semennya. Pejantan yang
akan diambil semennya dibawa mendekati teaser untuk melakukan teasing. Teasing
dilakukan sebanyak 3 kali sebagai perangsang dan untuk memperoleh ejakulasi tinggi
sehingga dapat memperoleh volume semen yang maksimal. Pada ejakulasi yang tinggi
penis yang keluar segera dipegang dan vagina buatan segera diarahkan ke penis.
6
Ejakulasi pada sapi berlangsung sangat cepat, hanya dengan dalam hitungan detik.
7
Oleh karena itu, diperlukan kecekatan dan keterampilan dari operator. Pada saat
penampungan, semen tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Semen yang telah
ditampung segera dibawa ke laboratorim untuk dilakukan proses lebih lanjut.
Gambar 2.7. Proses penampungan semen yang dilakukan oleh Bull Master
Sumber : Dokumentasi pribadi
2.2.3. Prosesing Semen Beku Sapi
1. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis semen meliputi dari pemeriksaan konsistensi, warna dan
volume. Tabung dari penampungan semen disimpan didalam water bath agar suhu semen
tetap terjaga dan tidak berubah pada suhu 35°C.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan motilitas dan gerak massa sperma dengan
cara mengambil sebanyak 10 μl semen dengan pipet mikro lalu dicampurkan dengan
pengencer 400 μl kemudian dihomogenkan, setelah itu diperiksa dibawah mikroskop untuk
melihat motilitas dan gerak massa sperma. Untuk melihat konsentrasi sperma campurkan
semen segar sebanyak 40μl ke dalam cuvet yang berisi Nacl fisiologis sebanyak 4cc lalu
masukkan ke dalam spermacue SDM 6.
3. Proses Pengenceran
Proses pengenceran dilakukan, jika semen telah lulus dari pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopis untuk diproses lebih lanjut. Tujuan semen diencerkan adalah untuk
menambah volume dan sebagai makanan untuk sumber nutrisi agar metabolisme
spermatozoa tetap terjaga dan memberi perlindungan bagi spermatozoa. Jumlah
pengencer dihitung dari jumlah spermatozoa normal dan hidup yang terkandung
dalam semen murni sehingga nanti diperoleh sel spermatozoa dalam tiap dosis
semen beku (straw 0,25cc) sebanyak kurang lebih 25 juta sel spermatozoa. Bahan
pengencer yang dipakai adalah Andromed, dimana kelebihannya yaitu penggunaan
jenis pengencer ini adalah pada penilaian mikroskopis sangat terlihat jelas.
Pengencer ini menggunakan campuran aquabidest dengan perbandingan 1:4.
Adapun rumus untuk menghitung jumlah pengencer yang diperlukan:
a. b.
Gambar 2.8 a. Pengencer yang digunakan yaitu andromed b. Proses pengenceran
Sumber : Dokumentasi Pribadi
9
4. Printing Straw
Straw semen beku sapi Bali diberi label dengan menggunakan printing otomatis
b.
a.
Filling dan sealing merupakan suatu proses pengisian semen yang sudah diencerkan
ke dalam straw (0,25ml), kemudian menyumbat ujung straw dengan menggunakan
alat otomatis filling and sealing
Langkah Kerja:
Menyiapkan mesin automatic filling and sealing, lalu hidupkan mesin.
Cek tekanan vacuum udara dikarekanakan tekanan didalam tabung akan
naik
Pastikan posisi jarum vacuum dengan jarum pengisap semen sejajar
Lalu masukkan pipet yang telah diprinting sesuai dengan nama
10
Proses equilibrasi dilakukan dengan memasukan straw yang berada pada rak ke
dalam cool top dengan suhu 3oC – 5oC selama 3-4 jam sebelum kemudian dilakukan
proses freezing. Tujuan dilakukan equilibrasi adalah untuk menurunkan suhu semen
cair agar tidak mengalami shock saat proses freezing.
mikroskop untuk melihat motilitas dan progresifitasnya. Straw yang berkualitas baik
dengan motilitas lebih dari 45%. Straw dengan kualitas baik selanjutnya dapat
disimpan dalam container kembali.
Semen beku yang telah dikemas dalam straw disimpan dalam goblet yang berisi N2
cair. Selanjutnya goblet-goblet disimpan dalam canister dan kemudian canister
disimpan dalam container.
9. Distribusi
Terdapat beberapa langkah kerja yang digunakan dalam penampungan dan processing semen
cair babi meliputi:
massage, agar pejantan menaiki dummy show dan mengeluarkan penis. Saat pejantan
sudah menaiki dummy show dan penis keluar dari preputium, gland penis yang berbentuk
spiral dan ditahan hingga terjadi ejakulasi. Setelah penis keluar dan terjadi ejakulasi,
dilakukan penampungan semen dengan cara menahan penis pada bagian ujung penis yang
berbentuk spiral. Semen yang ditampung adalah semen yang berwarna putih kekeruhan
yang keluar setelah gelatin dan plasma. Kemudian semen yang sudah ditampung dibawa
ke laboratorium untuk di proses ketahap selanjutnya.
3. Pemeriksaan Mikroskopis
Setelah lulus uji makroskopis, sampel sperma diambil dan diperiksa secara
mikroskopis untuk mengevaluasi motilitas sperma, gerakan individu, gerakan massa
sperma dan konsentrasi sperma. Gerakan massa sperma yang standar dan lolos uji
adalah 2+ dan 3+, sedangkan untuk motilitas sperma yang baik dinilai dengan
memeriksa dan menilai berapa persen sperma yang hidup dalam 1 ml semen. Semen
yang dapat dilanjutkan prosesnya merupakan semen yang dinilai motilitasnya
minimal 60%. Untuk motilitas semen dibawah 60% tidak dapat dilakukan pengujian
lanjutan dan tidak didistribusikan.
4. Pengenceran Semen
Setelah dilakukan uji makroskopis dan mikroskopis kemudian dilakukan pengenceran
semen. Bahan pengencer khusus yang digunakan di UPTD BIBD Baturiti adalah bahan
pengencer BTS atau Bestvile Thawing Solution. Jumlah pengencer yang ditambahkan
pada semen segar tergantung pada volume semen dan juga persentase motilitasnya.
Standar perbandingan motilitas semen, volume semen yang ditampung dan pengencer
semen yang digunakan adalah:
Motilitas 60% = 1:1
Motilitas 65% = 1:2
Motilitas 70% = 1:3 – 1:4
Semen yang telah diencerkan diperiksa lagi secara makroskopis untuk melihat
motilitasnya. Jika motilitas sperma baik, maka semen cair siap diedarkan. Namun jika
motilitas jelek, maka semen akan dibuang.
17
5. Pengemasan
Semen yang sudah melewati tahap evaluasi dan telah diencerkan, kemudian dimasukkan
kedalam tube plastik khusus untuk pengemasan semen cair babi. Semen cair dituangkan ke
dalam tube tersebut secara hati-hati melalui dinding tube hingga volume memenuhi 1 dosis
untuk inseminasi buatan yaitu 80 ml. Kemudian bagian leher tube dibersihkan dengan
tissue, lalu selanjutnya adalah tahap sealing yang dilakukan sebanyak 2 kali. Setelah
selesai, dilakukan tes kebocoran dengan membalikkan tube yang telah berisi semen cair
tersebut.
6. Labeling
Plastik tube yang sudah dikemas diberikan label yang mencantumkan alamat
kantor, jenis babi pejantan yang ditampung semennya, tanggal lahir babi
penjantan, tanggal produksi, serta tanggal kadaluarsa.
7. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen dilakukan apabila produksi semen cair melebihi pesanan.
Penyimpanan ini dilakukan dengan menaruh semen pada ruang bersuhu 10ºC-20ºC
(kulkas pada rak pintu bagian bawah). Semen yang disimpan harus diperhatikan
setiap hari dan dihomogenkan dengan digoyang-goyangkan secara perlahan setiap
pagi dan sore hari. Semen cair babi dengan bahan pengencer BTS dapat bertahan
selama 3 hari. Pemeliharaan semen cair sangat perlu diperhatikan dengan
menghindari semen dari paparan sinar ultraviolet. Botol penampungan semenharus
tertutup rapat dan disimpan dalam container dengan suhu 15ºC-20ºC yang
dikontrol dengan thermostat secara berkala. Penyimpanan semen dilakukan
dengan posisi horizontal agar sperma tidak
mengendap dan tetap tercampur dengan pengencer karena di dalam pengencer
terdapat makanan dan nutrisi bagi sperma.
8. Distribusi
Distribusi sperma cair babi dilakukan sesuai dengan pesanan. Pengambilan
semen cair yang telah dikemas dapat dilakukan paling lambat pada pukul 10.00
WITA. Penjualan dilakukan berdasarkan ketersediaan semen cair.
BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Vol War pH Kon Gera Motili Konse Jumlah Vol. Motilitas Waktu Jumlah Kode TBF Test
Sapi siste k tas ntrasi Pengen Akhir Pengenc equilibrasi produksi bath PTM
nsi (jt) cer(cc) eran
Bang 5,8 Kre 6,2- Kent +++ 70 % 1242 38 43,8 70 % 9.20 194 U066 65-70 45-50 %
Tidar m 6,8 al %
Balad 7,7 Kre 6,2- Kent +++ 70 % 1144 46 53,7 70 % 9.31 217 U034 65-70 45-50 %
ewa m 6,8 al %
Badila 9,3 P. 6,2- Seda ++ 70 % 804 37 46,3 70 % 9.43 204 U056 65-70 45-50 %
wa Susu 6,8 ng %
Buga 9,5 P. 6,2- Seda ++ 70 % 957 47 56,5 70 % 9.55 247 U051 65-70 45-50 %
marta Susu 6,8 ng %
Tamar 6,3 P. 6,2- Seda ++ 70 % 803 25 31,3 70 % 10.05 140 U036 65-70 45-50 %
a Susu 6,8 ng %
Bulap 7,0 P. 6,2- Seda ++ 70 % 803 28 35 70 % 10.13 159 U048 65-70 45-50 %
arta Susu 6,8 ng %
Rama 8,2 P. 6,2- Seda ++ 70 % 957 40 48,2 70 % 10.21 212 U024 65-70 45-50 %
dewa Susu 6,8 ng %
Bland 5 P. 6,2- Seda ++ 70 % 815 20 35 70 % 10.34 110 U052 65-70 45-50 %
ar Susu 6,8 ng %
Abim 7,5 Kre 6,2- Kent +++ 70 % 1476 61 68,5 70 % 10.47 305 U031 65-70 45-50 %
ayu m 6,8 al %
Tabel 2. Hasil penampungan semen beku pada sapi tanggal 03 Januari 2022
24
Penampungan semen beku pada sapi dilakukan sebanyak 2 kali dalam satu minggu
yaitu pada hari senin dan kamis. Beberapa hal yang dilakukan terkait dengan prosesing semen
beku sapi yaitu perawatan ternak, penampungan semen oleh oprator menggunakan metode
vagina buatan Artificial Vagina (AV), dan pengolahan semen. Semen segar yang sudah
tertampung pada vagina buatan dilakukan evaluasi di laboratorium baik secara makroskopis
yang meliputi volume, warna, bau, konsistensi, dan pH. Sedangkan pemeriksaan secara
mikroskopis meliputi motilitas, gerakan massa, dan konsentrasi total spermatozoa untuk
menentukan layak atau tidak untuk dilakukan proses lebih lanjut. Volume semen dapat diukur
dengan cara melihat langsung pada skala tabung semen segera setelah semen ditampung.
Volume semen dapat dipengaruhi oleh bangsa, umur, ukuran badan, pakan, frekuensi
penampungan, dan suhu lingkungan.
Hasil pemeriksaan bau semen segar sapi di BIBD Baturiti yaitu bau khas semen yang
menunjukkan bahwa semen tersebut normal dan tidak terdapat kontaminasi sehingga dapat
dilakukan processing semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Rizal dan Herdis (2008) yang
mengatakan bahwa pada umumnya bau semen dikategorikan sebagai bau khas. Sedangkan
untuk konsentrasi semen yang didapatkan di BIBD yaitu kental sampai dengan encer, dan
dengan rata-rata konsentrasi yaitu sedang. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat
pada saat memiringkan tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi normal,
maka proses kembalinya larutan semen tersebut keposisi tegak akan lama, dibandingkan
dengan semen dengan konsistensi encer. Semen yang konsistensinya sedang adalah semen
yang akan segera kembali ke dasar dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan yang
pertama, sebagian semen masih menempel di dinding tabung (Arifiantini, 2012). Hasil rataan
pH yang di dapatkan dari semen sapi bali di BIBD yaitu 6,2 – 6,8. pH merupakan derajat
keasaman pada semen yang menunjukkan bahwa semen tersebut memiliki pH asam atau
basa. Aisah et al (2017) menyatakan bahwa pH sangat mempengaruhi daya tahan hidup
spermatozoa karena sangat berkaitan dengan metabolisme (penggunaan energi) spermatozoa.
Variasi nilai pH ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya
aktivitas spermatozoa dalam menguraikan fruktosa sehingga pH menjadi turun, kontaminasi
dengan mikroorganisme sehingga pH naik, dan perbedaan cara mengoleksi semen (Sundari,
et al 2013). Tinggi rendahnya nilai pH semen yang dihasilkan juga berkaitan dengan
konsentrasi spermatozoa. Menurut Wahyuningsih et al (2013) 41 menjelaskan bahwa pH
semen bisa dikatakan normal dan masih layak untuk diproses lebih lanjut apabila derajat
keasaman semen berkisar antara 6,2 – 7,0.
a. Sangat baik (3+) bila terjadi gelembung besar, tampak gelap, tebal, aktif, dan cepat
berpindah. Keadaan ini diperkirakan mengandung 80 sampai 100% spermatozoa motil
progresif.
b. Baik (2+) bila gelombang tipis, kecil, jarang, kurang jelas, lamban gerakannya dan
diperkirakan mengandung 60 sampai 79 % sel sperma motil progresif.
c. Sedang (1+) bila tidak ada gerakan gelombang, gerakan individu aktif dan progresif,
diperkirakan mengandung 30 sampai 59% sel sperma motil progresif.
d. Buruk (necrospermia) bila hanya sedikit/tidak ada gerakan individu, kurang 30% sel
sperma motil progresif. Rataan gerakan massa di BIBD Baturiti yaitu 2+ dengan
penilaian paling tinggi yaitu 3+, 3+ menunjukkan gerakan massa yang sangat aktif
dan bergelombang yang menandakan bahwa sperma berkualitas baik dan siap untuk
diproses. Konsentrasi spermatozoa dan volume semen menentukan jumlah total
spermatozoa yang terkandung dalam setiap ejakulat.
Kedua parameter tersebut selanjutnya menjadi dasar perhitungan jumlah bahan
pengencer semen yang harus ditambahkan dan pada akhirnya menentukan jumlah dosis
semen beku yang dihasilkan (Baracaldo et al, 2007). Penampungan semen segar pada babi di
BIBD Baturiti dilakukan setiap hari selama hari kerja. Semen yang di tampung terlebih
dahulu di periksa di labolatorium secara makroskopis dan mikroskopis.
Secara makrokospis parameter yang diamati konsistensi, warna, bau, dan volume.
Menurut Suyadnya (2005) untuk satu ejakulat volume semen babi bisa mencapai 100 sampai
500 ml dengan jumlah total spermatozoa setiap ejakulat sebesar 20 x 10 milyar spermatozoa.
Volume yang didapatkan padasaat penampungan sperma babi di BIBD Baturiti yaitu 160-200
ml per ekor. Faktor-faktor yang memengaruhi karakteristik semen segar secara makroskopis
adalah kualitas pakan, umur pejantan, frekuensi ejakulasi dan tingkat stimulasi saat proses
penampungan. Pemeriksaan secara mikroskopis dengan melihat pergerakan/motilitas
progresif sperma. Menurut Johnson et al (2000) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas spermatozoa secara mikroskopis adalah genetik induk, jumlah ejakulat yang
ditampung, jenis babi, pakan yang diberikan dan temperature dan menurut Sukmawati (2014)
viabilitas atau daya hidup spermatozoa juga merupakan salah satu indikator kualitas
spermatozoa.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan di UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah Bali meliputi
pemeliharaan, penampungan semen dan prosesing semen beku sapi bali dan semen
cair babi. Pemeriksaan semen dilakukan dalam dua tahap yaitu makroskopis dan
mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, bau, volume, konsistensi,
dan pH. Sedangkan pemeriksaan secara mikroskopis meliputi motilitas, gerakan
massa, dan konsentrasi total spermatozoa. Kualitas dari semen yang dihasilkan dari
seekor pejantan babi dan sapi bali dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu bobot
badan, umur, sifat genetik, tingkat rangsangan, frekuensi ejakulasi, suhu, musim,
lingkungan dan kualitas pakan. Sperma yang berkualitas baik yaitu sperma yang
telah dinyatakan layak melalui pemeriksan makroskopis dan mikroskopis serta
thawing dapat diproses lebih lanjut dan didistribusikan. Pada semen babi dilakukan
pendistribusian secara langsung ke konsumen yang telah melakukan pemesanan.
Sedangkan pada semen sapi bali dilakukan pembekuan dalam N2 cair sehingga
memiliki daya simpan lebih lama dibandingkan dengan semen cair babi.
5.2. Saran
Pengolahan semen sapi bali dan babi di UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah
Bali sudah cukup baik namun akan lebih baik lagi apabila alat yang rusak dilakukan
pengadaan kembali untuk menunjang keberhasilan kerja, mengefisiensikan dan
memudahkan petugas laboratorium dalam bekerja