DOSEN :
NENENG OKTARINA. SH., MH
DISUSUN OLEH :
EMIL FADHILLA PUTRA 1810113007
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Sesuai tujuannya Makalah ini dibuat sebagai tugas mandiri. Oleh karena itu, kemungkinan terdapat
kelemahan dan kekurangan dalam penyajiannya tidak dapat dihindarkan. Kritik-kritik membangun
selalu akan diterima dengan besar hati. Dan tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen Etika Profesi Hukum Bu Neneng Oktarina. SH. MH yang bersangkutan sehingga
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kode Etik bagi profesi Notaris sangat diperlukan untuk menjaga kualitas pelayanan
hukum kepada masyarakat oleh karena hal tersebut, Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai satu-
satunya organisasi protesi yang diakui kebenarannya sesuai dengan UU Jabatan Notaris No.30
Tahun 2004, menetapkan Kode Etik bagi para anggotanya.
Kode etik notaris sendiri sebagai suatu ketentuan yang mengatur tingkah laku notaris
dalam melaksanakan jabatannya, juga mengatur hubungan sesama rekan notaris. pada Pada
hakekatnya Kode Etik Notaris merupakan penjabaran lebih lanjut dari apa yang diatur dalam
Undang Undang Jabatan Notaris. Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu profesi
dimana seseorang dapat menyelesaikan masalah-masalah hukurn yang dihadapinya yaitu salah
satunya dengan menghadap kepada seorang Netarts.
Notaris adalah suatu protesi kepercayaan dan berlainan dengan profesi pengacara, dimana
Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak memihak. Oleh karena itu dalam jabatannya kepada
yang bersangkutan dipercaya untuk rnernbuat alat bukti yang mempunyai kekuatan otentik.
Dengan demikian, peraturan atau undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris telah
dibuat sedemikian ketatnya sehingga dapat menjamin tentang otentisitasme akta-akta yang dibuat
dihadapannya. Untuk menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka Asosiasi Profesi
Notaris seperti lkatan Notaris Indonesia membuat Kode Etik yang berlaku terhadap para
anggotanya
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi pembahasan materi tentang kode etik
profesi notaris agar tidak lari dari pembahasan masalah, batasan itu antara lain :
Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan
norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya dan sekaligus menjamin mutu moral itu di
mata masyarakat. Apabila salah satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari
kode etiknya, maka kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh karena
itu, kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesl", Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak
akan ketinggalan jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode
etik ini hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan rumusan norma moral manusia yang
mengemban profesi itu. Kode etik profesi merupakan tolok ukur perbuatan anggota kelompok
profesi. Kode etik profesi merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.
Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam bukunya tentang
Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum mengemukakan alasannya :
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga
dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun calon anggota
kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan
antara sesama anggota kelompok anggota profesi atau antara anggota kelompok profesi dan
masyarakat. Anggota kelompok protesi atau anggota masyarakat dapat melakukan control
melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok protesi telah memenuhi kewajiban
profesionalnya sesuai dengan kode etik protesi.
Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok
profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk
menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok protest melaksanakan kewajiban
profesionalnya. Hubungan antara pengemban profesi dengan masyarakat, misalanya antara
Notaris dengan klien tidak perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah atau
oleh masyarakat karena kelompok protesi telah menetapkan secara tertulis norma atau patokan
terentu berupa kode etik protesi.
Kode etik protesi pad a dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma berlaku tersebut
dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode
etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum
karena berdasarkan pertimbangan kepentingan protesi yang bersangkutan. Dengan demikian
kode etik profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, dan sebaliknya berg una sebagai
bahan refleksi nama baik protesi. Kode etik protesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai
moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak-pihak yang membutuhkan pelayanan protesi
yang bersangkutan.
2. PROFESI NOTARIS
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat umum dan atau suatu lembaga
yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga dimaksudkan sebagai lembaga
notariat. Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "notariat' ini muncul dari kebutuhan
dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti dalam hubungan hukum
keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka.
Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas daJam prafesi hukum tidak dapat
dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi serta peranan
hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur segala
perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi sebagai alat untuk pembaharuan
masyarakat.
Indonesia sebagai negara yang berkembang dan sedang membangun, maka peran serta
fungsi hukum bagi suatu prafesi hukum tidaklah lebih mudah daripada di negara yang maju,
karena terdapatnya berbagai keterbatasan yang bukan saja mengurangi kelancaran lajunya proses
hukum secara tertib dan pasti tetapi juga memerlukan pendekatan dan pemikiran-pemikiran yang
menuju kepada suatu kontruksi hukum yang adaptip yang dapat menyeimbangkan berbagai
kepentingan yang ada secara mantap.
Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan prafesi hukum di dalam melaksanakan
jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu sendiri, sehingga terhadapnya
diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di dalam pelayanannya kepada masyarakat",
Dua hal yang perlu mendapat perhatian di dalam rangka menjalankan profesinya tersebut:
Adanya kemampuan untuk menJunJung tinggi profesi hukurn yang mensyaratkan adanya
integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat dijabarkan ;
• Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan umum yaitu
memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn yang baik dan tanggap.
berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat dan perbuatan yang sesuai bagi seorang
pengabdi hukum yang baik,
Untuk lebih menjelaskan hal tersebutdikutip tulisan dari David Mellinkoff (The
Conscience of Lawyer, 1973 ) " Lawyers are obliged to pursue their work according to certain
standards of competence, disspasion and faithful/ness, lawyers accept those standards because
that is the only way they may be lawyer"
1. kerja itu merefleksikan adanya itikad untuk merealisasi kebajikan yang dijunjung tinggi dalam
masyarakat,
2. bahwa kerja itu dilaksanakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi yang karena
itu mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung bertahun-tahun secara
eksklusif dan be rat,
3. kualitas teknik dan kualitas moral yang disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian jasa profesi
dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada kontrol sesama yang terorganisasi berdasarkan
kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam organisasi. (lihat Soetandyo
Wignyosoebroto, Pratesi. Profesianalisme dan Etika Protest (makalah pengantar untuk sebuah
diskusi !entang profesionalisme khususnya Notaria!) upgrading IN!.
Di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Ketchem, Sekretaris dari College Van
Scepenen di Jacatra, diangkat sebagai notaris pertama di Indonesia, yang pengangkatannya
berbeda dengan pengangkatan notaris pada saat ini dimana di dalam pengangkatannya dimuat
sekaligus secara sing kat yang menguraikan pekerjaan dalam bidang dan wewenangnya.
Melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik
jabatan Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan untuk
suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang
disusun oleh anggota profesi itu sendiri damn mengikat mereka dalam mempraktekkarinya.
Dengan demikian Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan
Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum khususnya dalam bidang pembuatan akta.
(lihat Liliana Tedjosaputro. Elika Profesi Notaris Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf
Publishing, Yogyakarta. 1995, him 29.)
Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang Jabatan Notaris
Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari kewajiban, larangan maupun sangsi
serta penegakan hukum agar tujuan dari terbentuknya kode etik maupun Uridang-Undang
Jabatan Notaris dapat berjalan tertib.
4. KEWAJIBAN DAN LARANGAN NOTARIS BERDASARKAN KODE ETIK
NOTARIS
Kewajiban dan Larangan Notaris tercantum dalam Pasal 3, 4 dan 5 Kode Etik Notaris
Hasil Kongres Luar Biasa INl pada tanggal 28 Januari 2005 di Bandung. Kode etik Notaris
mengacu pad a Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2005. Undangundang Jabatan
Notaris tegas dalam hal kewajiban dan larangan terhadap profesi Notaris, seperti yang tercantum
dalam Pasal 15,16 dan 17.
Seperti yang telah diterangkan diatas, maka peraturan Kode Etik Notaris hasil Kongres
Luar Biasa INI pada tahun 2005 disesuaikan dengan pemikiran dari Abdulkadir Muhammad,
maka dalam Kode Etik Notaris berupa kewajiban maupun larangan untuk profesi Notaris dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Dalam aturan main yang telah ditetapkan oleh Kongres IN), Kode Etik ini wajib diikuti
oleh seluruh anggota maupun seseorang yang menjalankan profesi Notaris. Hal ini mengingat
bahwa profesi notaris sebagai pejabat umum yang harus memberikan rasa aman serta keadilan
bagi para pengguna jasanya. Untuk memberikan rasa aman bagi para pengguna jasanya, Notaris
harus mengikuti kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Undang-undang Jabatan
Notaris maupun Kode Etik Notaris. Notaris harus bertanggung jawab terhadap apa yang ia
lakukan terhadap klien maupun masyarakat.
Kewajiban maupun larangan yang ada merupakan petunjuk moral dan aturan tingkah
laku yang ditetapkan bersama oleh anggota notaris dan menjadi kewajiban bersama oleh seluruh
anggota notaris dalam mewujudkan masyarakat yang tertib.
Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris sebagaimana
mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi
pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali.
Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu dari Pasal 6
sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi :
Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan Penjatuhan
Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi dalarn
Pelanggaran Kode Etik
6. PENGAWASAN
Pengawasan Notaris dimaksud diharapkan oleh pembentuk Undang-undang Jabatan
Notaris merupakan lembaga pembinaan agar para Notaris dalam menjalankan jabatannya dapat
leblh meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam Pasal 67 ayat (5) UUJN, yang
harus diawasi adalah Perilaku Notaris dan Pelaksanaan Jabatan Notaris.
Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tug as Notaris
sebagai pejabat umum. Fungsi Preventif dilakukan oleh Negara sebagai pemberi wewenang yang
I dilimpahkan pada instansi pemerintah. Fungsi represif dilakukan oleh organisasi profesi jabatan
Notaris dengan acuan kepada UUJN dan Kode Etik Notaris.
Pengawasan Notaris diatur dalam Pasal 67-81 UUJN, yang intinya pengawasan dilakukan
oleh Menteri dan dalarn rnelaksanakan pengawasan tersebut Menteri menunjuk Majelis
Pengawas, yang terdiri dari Majelis Pengawas Oaerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis
Pengawas Pusat. Majelis Pengawas terdiri dari 3 unsur yaitu unsure dari Pemerintah, organisasi
Notaris dan akademisi.
Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris dalam
pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :
a. Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri disebut dan
dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"
b. Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris
c. Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta
tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak diketahui oleh
Notaris yang bersangkutan
d. Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan
mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum
kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.
e. Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu yang
bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah kesemua akta
tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.
Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan pelanggaran
terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut tidak otentik dan akta itu
hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan apabila ditandatangani
oleh para pihak yang bersangkutan.
Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris Indonesia (IN!)
merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang diakui dan telah mempunyai
cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka
(9) yaitu :
Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan maupun
orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan nolaris yang melanggar ketentuan Kode
Etik dan/atu disiplin organisas;
8. SANKSI
Dewan Kehormatan ada/ah a/at perlengkapan Perkumpulan sebaga; suatu badan atau
lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan da/am Perkumpulan yang bertugas untuk :
Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya
pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar
keterangan dan pembefaan diri dari keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan kehormatan
daerah terbukti adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus "menentukan sanksi"
terhadap pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan oleh Dewan Kehormatan
Daerah tidak wajib konsultasi dahulu demgan Pengurus Daerahnya, tetapi sanksi pemberhentian
sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) adri keanggotaan diputusakan dahulu dengan
pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah (Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan
sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan
perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila
pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah yang bersangkutan belum
dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut
merupakan keputusan tingkat banding. Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a tingkat terakhir
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi
pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan
yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan
pada tingkat terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam
pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan Kehormatan Daerah,
dewan Kehorrnatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat
dilaksanakan oleh Penqurus Daerah.
Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13. Dalam hal
pengenaan sanksi pemecatan sementara (schor sing) demikian juga sanksi onzetting maupun
pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat
kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga
kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik
Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan
Notaris , mengingat Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala
ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya.
Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang merupakan
satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN. Artinya seluruh
notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.
DAFTAR PUSTAKA
o Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya 8akti, Bandung,1997
o GHS Lukman Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999.
o Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.
o Komar Andasasmita, Masa/ah Hukum Perdata Nasiona//ndonesia, Alumni, Bandung, 1983
o Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing,
Yogyakarta, 1995
o Perundang-undangan :
o Undang uridang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
o http://situscoplug.blogspot.com/
o http://pusat-makah-hukum.blogspot.com/