Anda di halaman 1dari 21

ETIKA PROFESI HUKUM NOTARIS

DOSEN :
NENENG OKTARINA. SH., MH

DISUSUN OLEH :
EMIL FADHILLA PUTRA 1810113007

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Sesuai tujuannya Makalah ini dibuat sebagai tugas mandiri. Oleh karena itu, kemungkinan terdapat

kelemahan dan kekurangan dalam penyajiannya tidak dapat dihindarkan. Kritik-kritik membangun

selalu akan diterima dengan besar hati. Dan tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih

kepada dosen Etika Profesi Hukum Bu Neneng Oktarina. SH. MH yang bersangkutan sehingga

Makalah ini dibuat dan diselesaikan.

Padang, 5 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kode Etik bagi profesi Notaris sangat diperlukan untuk menjaga kualitas pelayanan
hukum kepada masyarakat oleh karena hal tersebut, Ikatan Notaris Indonesia (INI) sebagai satu-
satunya organisasi protesi yang diakui kebenarannya sesuai dengan UU Jabatan Notaris No.30
Tahun 2004, menetapkan Kode Etik bagi para anggotanya.

Jabatan notaris adalah merupakan jabatan kepercayaan. Undang-undang telah memberi


kewenangan kepada para Notaris yang begitu besar untuk membuat alat bukti yang otentik,
karenanya ketentuan-ketentuan dalam UU Jabatan Notaris begitu ketatnya dan penuh dengan
sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana tanpa mengurangi kemungkinan
diterapkannya sanksi pemberhentian sementara sampai ke pemecatan.

Kode etik notaris sendiri sebagai suatu ketentuan yang mengatur tingkah laku notaris
dalam melaksanakan jabatannya, juga mengatur hubungan sesama rekan notaris. pada Pada
hakekatnya Kode Etik Notaris merupakan penjabaran lebih lanjut dari apa yang diatur dalam
Undang Undang Jabatan Notaris. Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu profesi
dimana seseorang dapat menyelesaikan masalah-masalah hukurn yang dihadapinya yaitu salah
satunya dengan menghadap kepada seorang Netarts.

Notaris adalah suatu protesi kepercayaan dan berlainan dengan profesi pengacara, dimana
Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak memihak. Oleh karena itu dalam jabatannya kepada
yang bersangkutan dipercaya untuk rnernbuat alat bukti yang mempunyai kekuatan otentik.
Dengan demikian, peraturan atau undang-undang yang mengatur tentang jabatan Notaris telah
dibuat sedemikian ketatnya sehingga dapat menjamin tentang otentisitasme akta-akta yang dibuat
dihadapannya. Untuk menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka Asosiasi Profesi
Notaris seperti lkatan Notaris Indonesia membuat Kode Etik yang berlaku terhadap para
anggotanya
B.     RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi pembahasan materi tentang kode etik
profesi notaris agar tidak lari dari pembahasan masalah, batasan itu antara lain :

1.       Pengertian Kode etik profesi ?


2.      Apakah itu Profesi notaris ?
3.      Seperti apakah Kode etik notaris itu ?
4.      Kewajiban dan larangan notaris berdasarkan kode etik notaris ?
5.      Penegakan hukum kode etik notaris ?
6.      Pengawasan ?
7.      Pelanggaran terhadap kode etik notaris ?
8.      Dan Sanksi apakah jika seorang notaris melanggar kode etik ?
BAB II
PEMBAHASAN

1.      KODE ETIK PROFESI

Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan
norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya dan sekaligus menjamin mutu moral itu di
mata masyarakat. Apabila salah satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari
kode etiknya, maka kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh karena
itu, kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri

Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesl", Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak
akan ketinggalan jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode
etik ini hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan rumusan norma moral manusia yang
mengemban profesi itu. Kode etik profesi merupakan tolok ukur perbuatan anggota kelompok
profesi. Kode etik profesi merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.

Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam bukunya tentang
Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum mengemukakan  alasannya :

1.      sebagai sarana kontrol sosial


2.      sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3.      sebagai pencegah kesaJahpahaman dan konflik

Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga
dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun calon anggota
kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan
antara sesama anggota kelompok anggota profesi atau antara anggota kelompok profesi dan
masyarakat. Anggota kelompok protesi atau anggota masyarakat dapat melakukan control
melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok protesi telah memenuhi kewajiban
profesionalnya sesuai dengan kode etik protesi.

Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok
profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk
menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok protest melaksanakan kewajiban
profesionalnya. Hubungan antara pengemban profesi dengan masyarakat, misalanya antara
Notaris dengan klien tidak perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah atau
oleh masyarakat karena kelompok protesi telah menetapkan secara tertulis norma atau patokan
terentu berupa kode etik protesi.

Kode etik protesi pad a dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma berlaku tersebut
dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode
etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum
karena berdasarkan pertimbangan kepentingan protesi yang bersangkutan. Dengan demikian
kode etik profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, dan sebaliknya berg una sebagai
bahan refleksi nama baik protesi. Kode etik protesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai
moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak-pihak yang membutuhkan pelayanan protesi
yang bersangkutan.

2.      PROFESI NOTARIS

Dalam kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu ketentuan yang mengatur pembuktian


terjadinya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum, sehingga dalam hukum keperdataan
dibutuhkan peran penting akta sebagai dokumen tertulis yang dapat memberikan bukti tertulis
atas adanya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum tersebut yang menjadi dasar dari hak
atau suatu perikatan.

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat umum dan atau suatu lembaga
yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga dimaksudkan sebagai lembaga
notariat. Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "notariat' ini muncul dari kebutuhan
dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti dalam hubungan hukum
keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka.

Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam mengatur


pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti mengenai hubungan
keperdataan di antara mereka".

Oleh karenanya kekuasaan umum (openbaar gezaag) berdasarkan perundang-undangan


memberikan tugas kepada petugas yang bersangkutan untuk membuatkan alat bukti yang tertulis
sebagaimana dikehendaki oleh para pihak yang mempunyai kekuatan otentik.

Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas daJam prafesi hukum tidak dapat
dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi serta peranan
hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur segala
perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi sebagai alat untuk pembaharuan
masyarakat.

Indonesia sebagai negara yang berkembang dan sedang membangun, maka peran serta
fungsi hukum bagi suatu prafesi hukum tidaklah lebih mudah daripada di negara yang maju,
karena terdapatnya berbagai keterbatasan yang bukan saja mengurangi kelancaran lajunya proses
hukum secara tertib dan pasti tetapi juga memerlukan pendekatan dan pemikiran-pemikiran yang
menuju kepada suatu kontruksi hukum yang adaptip yang dapat menyeimbangkan berbagai
kepentingan yang ada secara mantap.

Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan prafesi hukum di dalam melaksanakan
jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu sendiri, sehingga terhadapnya
diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di dalam pelayanannya kepada masyarakat",

Dua hal yang perlu mendapat perhatian di dalam rangka menjalankan profesinya tersebut:

Adanya kemampuan untuk menJunJung tinggi profesi hukurn yang mensyaratkan adanya
integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat dijabarkan ;
•         Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan umum yaitu
memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn yang baik dan tanggap.
berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat dan perbuatan yang sesuai bagi seorang
pengabdi hukum yang baik,

•         Keluar. kemampuan untuk berlaku tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan


lingkungannya, menjunjung tinggi kepentingan urnurn, mampu mengakomodir, menyesuaikan
serta mengembangkan norma hukum serta aplikasinya sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat dan teknologi.

Untuk lebih menjelaskan hal tersebutdikutip tulisan dari David Mellinkoff (The
Conscience of Lawyer, 1973 ) " Lawyers are obliged to pursue their work according to certain
standards of competence, disspasion and faithful/ness, lawyers accept those standards because
that is the only way they may be lawyer"

Di Indonesia pengertian profesi itu sendiri dalam pelaksanaannya adalah menciptakan


dilakukannya suatu kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang berbekalkan keahlian yang
tinggi serta berdasarkan rasa keterpanggilan, jadi kerja tersebut tidak boleh disamakan dengan
kerja biasa, yang bertujuan mencari nafkah dalam jabatannya profesionalisme mensyaratkan
adanya tiga watak kerja:

1.      kerja itu merefleksikan adanya itikad untuk merealisasi kebajikan yang dijunjung tinggi dalam
masyarakat,

2.      bahwa kerja itu dilaksanakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi yang karena
itu mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung bertahun-tahun secara
eksklusif dan be rat,

3.      kualitas teknik dan kualitas moral yang disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian jasa profesi
dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada kontrol sesama yang terorganisasi berdasarkan
kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam organisasi. (lihat Soetandyo
Wignyosoebroto, Pratesi. Profesianalisme dan Etika Protest (makalah pengantar untuk sebuah
diskusi !entang profesionalisme khususnya Notaria!) upgrading IN!.
Di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Ketchem, Sekretaris dari College Van
Scepenen di Jacatra, diangkat sebagai notaris pertama di Indonesia, yang pengangkatannya
berbeda dengan pengangkatan notaris pada saat ini dimana di dalam pengangkatannya dimuat
sekaligus secara sing kat yang menguraikan pekerjaan dalam bidang dan wewenangnya.

3.      KODE ETIK NOTARIS

Notaris dalam menjalankan jabatannya selain mengacu kepada Undang-Undang Jabatan


Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya. Etika profesi adalah seikap etis yang
dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam mengemban profesinya. Etika profesi berbeda-
beda menurut bidang keahliannya yang diakui dafam masyarakat. Etika profesi diwujudkan
secara formal ke dalam suatu kode etik. "Kode " adalah segala yang tertulis dan disepakati
kekuatan hukumnya oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga kode etik dalam hal ini adalah
hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat profesi tertentu dalam menjalankan profesinya .

Para Notaris yang berpraktek di Indonesia bergabung dalam suatu perhimpunan


organisasi yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). INI merupakan kelanjutan dari De Nederlandsch-
Indische Notarieele Vereeniging, yang dahulu didirikan di Batavia pad a tanggal 1 Juli 1908
yang mendapat pengesahan sebagai badan hukum dengan Gouvernements Besluit (Penetapan
Pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9. Nama Belanda kemudian diganti atau diu bah
menjadi Ikatan Notaris Indonesia yang hingga sekarang merupakan satu-satunya wadah
organisasi profesi di Indonesia.

Kemudian mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Mentri


kehakiman RI pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1011.HT.01.06 Tahun 1995, dan telah
diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor 1/P-
1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana dimaksud dalam
UUJN nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundagkan dalam Lembaran Negara
RI Tahun 2004 Nomor 117. Menurut Pasal 1 angka (5) UUJN, menyebutkan bahwa Organisasi
Notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang terbentuk perkumpulan yang berbadan
hukum.
Notaris dengan organisasi profesi jabatannya menjabarkan etika profesi terse but kedalam
Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris menurut organisasi profesi jabatan Notaris Hasil Kongres
Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 28 Januari 2005 yang diadakan di
Bandung, diatur dalam Pasal 1 angka (2) adalah sebagai berikut
Seluruh kaedah moral yang ditentukan oteh Perkumpulan lkatan Notaris Indonesia yang
selanjutnya disebut "Perkumpulan" berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang
ditentukan oleh dan dialur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ten tang hal itu
dan yang berlaku bagi setie wajib ditaati oteh setieo dan semua anggota Perkumpulan dan semua
orang yang menja/ankan tugas jabatan sebagai Noieris, etrmasuk dida/amnya Pejabat Sementara
Noieris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.

Melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik
jabatan Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan untuk
suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang
disusun oleh anggota profesi itu sendiri damn mengikat mereka dalam mempraktekkarinya.
Dengan demikian Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan
Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum khususnya dalam bidang pembuatan akta.
(lihat Liliana Tedjosaputro. Elika Profesi Notaris Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf
Publishing, Yogyakarta. 1995, him 29.)

Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang Jabatan Notaris
Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari kewajiban, larangan maupun sangsi
serta penegakan hukum agar tujuan dari terbentuknya kode etik maupun Uridang-Undang
Jabatan Notaris dapat berjalan tertib.

Kode etik notaris menurut Abdulkadir Muhammad meliputi :


 
a.       Etika Kepribadian Notaris, sebagai pejabat umum mupun sebagai profesional
b.      Etika melakukan tugas jabatan
c.       Etika pelayanan terhadap klien
d.      Etika hubungan sesama rekan Notaris

  
4.      KEWAJIBAN DAN LARANGAN NOTARIS BERDASARKAN KODE ETIK
NOTARIS

Kewajiban dan Larangan Notaris tercantum dalam Pasal 3, 4 dan 5 Kode Etik Notaris
Hasil Kongres Luar Biasa INl pada tanggal 28 Januari 2005 di Bandung. Kode etik Notaris
mengacu pad a Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2005. Undangundang Jabatan
Notaris tegas dalam hal kewajiban dan larangan terhadap profesi Notaris, seperti yang tercantum
dalam Pasal 15,16 dan 17.

Seperti yang telah diterangkan diatas, maka peraturan Kode Etik Notaris hasil Kongres
Luar Biasa INI pada tahun 2005 disesuaikan dengan pemikiran dari Abdulkadir Muhammad,
maka dalam Kode Etik Notaris berupa kewajiban maupun larangan untuk profesi Notaris dapat
dijabarkan sebagai berikut :

a. Etika kepribadian notaris :


a. Memiliki moral, akhlak dan kepribadian yang baik,
b. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan marta bat jabatan notaris
c. Taat hukum berdasarkan Undang Undang Jabatan Notaris, sumpah jabatan dan
AD ART Ikatan Notaris Indonesia
d. Memiliki perilaku professional
e. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu
pengetahuan dan kenotariatan

b. Etika melakukan tugas jabatan


a.       Bertindak jujur, mandiri tidak berpihak penuh rasa tanggung jawab.
b.      Menggunakan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-
satunya kantor notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan jabatannya sehari-hari.
c.       Memasang papan nama di depan kantornya menurut ukuran yang berlaku
d.      Menjalankan jabatan notaris terutama dalam pernbuatan, pembacaan dan
penandatanganan akta yang dilakukan di kantor kecuali dengan alasan-alasan yang sah.
e.       Tidak melakukan promosi melalui media cetak ataupun elektronik
f.       Dilarang bekerja sama dengan biro jasa/orang/badan hukum yang ada sebagai
perantara dalam mencari klien.
c. Etika pelayanan terhadap klien
a. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara
b. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik tanpa membedakan status
ekonominya dan atau status sosialnya.
c. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotariatan lainnya untuk masyarakat
yang tidak mampu tanpa memungut honorarium
d. Dilarang menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah
dipersiapkan oleh orang lain
e. Dilarang mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani
f. Dilarang berusaha agar seseorang berpindah dari notaris Jain kepadanya
g. Dilarang melakukan pemaksaan kepada klien menahan berkas yang telah
diserahkan dengan. maksud agar klien tetap membuat akta kepadanya.

d. Etika hubungan sesama rekan notaris


a. Aktif dalam organisasi notaris
b. Saling membantu, saling menghormati sesama rekan Notaris dalam suasana
kekeluargaan
c. Harus saling menjaga kehormatan dan membela kehormatan dan nama baik korps
Notaris
d. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama netarts, baik moral maupun
material
e. Tidak menjelekkan ataupun mempersalahkan rekan notaris atau akta yang dibuat
olehnya. Dalam hal seorang notaris menghadapi dan/atau menemukan suatu akta yang
dibuat oleh rekan notaris lainnya dan ditemui kesalahan-kesalahan yang serius atau
membahayakan kilennya, maka notaris tersebut wajib memberitahukan dengan cara tidak
menggurui, untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang
bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.
f. Dilarang membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif
dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi apalagi menutup kemungkinan
bagi notaris lain untuk berpartisipasi.
g. Tidak menarik karyawan notaris lain secara tidak wajar

Dalam aturan main yang telah ditetapkan oleh Kongres IN), Kode Etik ini wajib diikuti
oleh seluruh anggota maupun seseorang yang menjalankan profesi Notaris. Hal ini mengingat
bahwa profesi notaris sebagai pejabat umum yang harus memberikan rasa aman serta keadilan
bagi para pengguna jasanya. Untuk memberikan rasa aman bagi para pengguna jasanya, Notaris
harus mengikuti kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Undang-undang Jabatan
Notaris maupun Kode Etik Notaris. Notaris harus bertanggung jawab terhadap apa yang ia
lakukan terhadap klien maupun masyarakat.
Kewajiban maupun larangan yang ada merupakan petunjuk moral dan aturan tingkah
laku yang ditetapkan bersama oleh anggota notaris dan menjadi kewajiban bersama oleh seluruh
anggota notaris dalam mewujudkan masyarakat yang tertib.

5.      PENEGAKAN HUKUM KODE ETIK NOTARIS


Pengertian Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan
hukum yang dilanqqar itu supaya ditegakkan kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan
penindakan hukum menurut urutan berikut :
a.       teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi
b.      pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)
c.       penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu)
d.      pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati) Dalam pelaksanaannya tugas
penegakan hukum, penegak hukurn wajib menaati norma-norma yang telah ditetapkan.

Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris sebagaimana
mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi
pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali.
Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu dari Pasal 6
sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi :
Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan Penjatuhan
Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi dalarn
Pelanggaran Kode Etik
6.      PENGAWASAN
Pengawasan Notaris dimaksud diharapkan oleh pembentuk Undang-undang Jabatan
Notaris merupakan lembaga pembinaan agar para Notaris dalam menjalankan jabatannya dapat
leblh meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam Pasal 67 ayat (5) UUJN, yang
harus diawasi adalah Perilaku Notaris dan Pelaksanaan Jabatan Notaris.
Pengawasan baik preventif dan represif diperlukan bagi pelaksanaan tug as Notaris
sebagai pejabat umum. Fungsi Preventif dilakukan oleh Negara sebagai pemberi wewenang yang
I dilimpahkan pada instansi pemerintah. Fungsi represif dilakukan oleh organisasi profesi jabatan
Notaris dengan acuan kepada UUJN dan Kode Etik Notaris.
Pengawasan Notaris diatur dalam Pasal 67-81 UUJN, yang intinya pengawasan dilakukan
oleh Menteri dan dalarn rnelaksanakan pengawasan tersebut Menteri menunjuk Majelis
Pengawas, yang terdiri dari Majelis Pengawas Oaerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis
Pengawas Pusat. Majelis Pengawas terdiri dari 3 unsur yaitu unsure dari Pemerintah, organisasi
Notaris dan akademisi.

a.      Majelis Pengawas Daerah (MPD)


MPD melakukan pengawasan secara berkala 6 bulan sekali dengan melakukan
pemerikasaan protocol Notaris, memberikan izin cuti selama 6 bulan dan pemeriksaan
adanyalaporan atau pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris. Apabila ada pengaduan dari
masyarakat terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik maupun pelanggaran
Undang-Undang jabatan Notaris, maka MPD berwenang menyelenggarakan Sidang tertutup
untuk umum, MPD akan memeriksa dan mendengar keterangan pelapor, tanggapan terlapor,
memeriksa bukti yang diajukan pelapor dan terlapor, kemudian hasil pemeriksaan dituangkan
dalam Berita Acara pemeriksaan (BAP) dan wajib diberikan kepada MajeJis Pengawas Wilayah
dalam waktu 30 hari dengan tembusan kepada notaris yang bersangkutan, pengurus Daerah
Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Pusat
MPD tidak berwenang membenkan penilaian pembuktian terhadap fakta-fakta hukum
dan juga tanpa kewenangan untuk menjatuhkan sanksi

b.      Majelis Pengawas Wilayah (MPW)


MPW berwenang meberikan cuti untuk 6 bulan sampai 1 tahun. \ Berdasarkan BAP yang
telah diberikan kepada MPW melalui MPD, MPW berwenang melakukan Sidang Pemeriksaan
Tertutup untuk umum dan Sidang Pengambilan Keputusan yang terbuka untuk umum. Blla
dalam sidang pemeriksaan MPW Netarts tidak terbukti rnelakukan pelanggaran, maka laporan
BAP ditolak dan Notaris direhabilitasi nama baiknya. Bila Notaris terbukti melanggar, putusan
harus memuat alasan dan pertimbangan yang cukup yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan
putusan.
MPW membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi, yang kemudian
disampaikan kepada Mennteri, pelapor, teriapor, MPD, MPP dan pengurus Pusat Ikatan Notaris
Indonesia. Apabila Notaris terlapor keberatan alas putusan sidang MPW, maka Notaris dapat
mengajukan banding pad a tingkat Majelis Pengawas Pusat

c.       Majelis Pengawas Pusat (MPP)


Berwenang memberi cuti notaris untuk jangka waktu 1 tahun lebih. Menindak lanjuti
Notaris yang melakukan banding yang disampaikan melalui MPW. MPP wajib melakukan
Sidang Pemeriksaan dan Sidang Pengambilan Putusan yang terbuka untuk umum.

7.      PELANGGARAN TERHADAP KODE ETIK NOTARIS

Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris dalam
pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :
a.       Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri disebut dan
dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"
b.      Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris
c.       Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta
tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak diketahui oleh
Notaris yang bersangkutan
d.      Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan
mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum
kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.
e.       Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu yang
bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah kesemua akta
tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.

Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan pelanggaran
terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut tidak otentik dan akta itu
hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan  apabila ditandatangani
oleh para pihak yang bersangkutan.

Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan


kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa diajukan oleh masyarakat
kepada  Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan UUJN.
Dalam UUJN ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris.

Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris Indonesia (IN!)
merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang diakui dan telah mempunyai
cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka
(9) yaitu :
Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan maupun
orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan nolaris yang melanggar ketentuan Kode
Etik dan/atu disiplin organisas;

8.      SANKSI

Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6 :


1.      Sanks; yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pefanggaran Kode Etik dapat
berupa :
a. teguran
b. peringatan
c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan
d. onzetfing ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpufan

2.      Penjatuhan senksi-senksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar


kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota.
Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana,
upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang
memangku dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin
organisasi.
Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik
Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan
yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga
menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing (termuat
dalam Pasal B)
Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan
Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara langsung mengontrol Notaris yang
dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik Notaris :

Dewan Kehormatan ada/ah a/at perlengkapan Perkumpulan sebaga; suatu badan atau
lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan da/am Perkumpulan yang bertugas untuk :

a. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam


menjunjung tinggi Kode Etik,
b. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode eti
yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan
rnasyarakatsecara~ngsung
c. rnemberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan
pe/anggaran kode etik dan jabatan Notaris

Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran


ketentuan kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak mempunyai kaitan dengan
kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat 8 bagian a)

Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya
pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar
keterangan dan pembefaan diri dari keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan kehormatan
daerah terbukti adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus "menentukan sanksi"
terhadap pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan oleh Dewan Kehormatan
Daerah tidak wajib konsultasi dahulu demgan Pengurus Daerahnya, tetapi sanksi pemberhentian
sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) adri keanggotaan diputusakan dahulu dengan
pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah (Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan
sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan
perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila
pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah yang bersangkutan belum
dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut
merupakan keputusan tingkat banding. Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a tingkat terakhir
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi
pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan
yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan
pada tingkat terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam
pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan Kehormatan Daerah,
dewan Kehorrnatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat
dilaksanakan oleh Penqurus Daerah.

Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13. Dalam hal
pengenaan sanksi pemecatan sementara (schor sing) demikian juga sanksi onzetting maupun
pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat
kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga
kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik
Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan
Notaris , mengingat Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala
ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya.

Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang merupakan
satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN. Artinya seluruh
notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.

DAFTAR PUSTAKA
o   Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya 8akti, Bandung,1997
o   GHS Lukman Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999.
o   Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993.
o   Komar Andasasmita, Masa/ah Hukum Perdata Nasiona//ndonesia, Alumni, Bandung, 1983
o   Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf Publishing,
Yogyakarta, 1995
o   Perundang-undangan :
o   Undang uridang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
o   http://situscoplug.blogspot.com/
o   http://pusat-makah-hukum.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai