1. Definisi
TORCH merupakan istilah dari penyakit infeksi untuk menggambarkan gabungan
dari penyakit infeksi yaitu toxoplasma, other disease, rubella, cytomegalovirus dan
herpes. Penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita
oleh ibu hamil.
2. Etiologi
Penyebab dari TORCH sendiri berdasarkan penyakit infeksi yang diderita, yaitu :
- Toxoplasma gondii
- Other : Sifilis , Streptococcus group ß ,liseriosis ( Listeria monocytogeneses),
campak, atau morbilli / measles , Varicella- zoster , Echovirus ,
mumps/gondongan, vaccine ,virus polio, Coxsackie –B , Hepatitis B dan
C ,HIV ,HPV ,Human Papiloma Virus B 19.
- Rubella virus / German measles
- Cytomegalo virus (CMV)
- Herpes simpleks virus (HSV-1 ,HSV-2)
3. Klasifikasi
1) Toxoplasma
- Penatalaksanaan
Sampai saat ini pangobatan yang terbaik adalah kombinasi primethamine
dengan trisulfapirimidin. Kombinasi kedua obat ini secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoate dan siklus asam folat. Dosis
yang dianjurkan untuk primethamine ialah 25-50 mg per hari selama satu
bulan dan trisulfapirimidin dengan dosis 2.000-6.000 mg per hai selama
satu bulan. Dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast karena
efek samping obat yaitu trombositopenia dan leukopenia.
Trimetoprin juga efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi tidak
lebih efektif dibandingkan primethamin dan trisulfapirimidin. Spiramisin
merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif. Dosis spiramisin
yang dianjurkan yaitu 2-4 mg per hari dibagi dalam 2 atau 4 kali
pemberian.
2) Rubela
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat
menyerang anak-anak dan dewasa muda. Virus rubella merupakan sebuah
togavirus yang menyelimuti dan memiliki genom RNA beruntai tunggal. Virus
ini ditularkan melalui rute pernapasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan
kelenjar getah bening. Virus ini dapat ditemukan dalam darah 5 sampai 7 hari
setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Virus memiliki sifat teratogenik
dan mampu melalui plasenta dan menginfeksi janin.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi
tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu,
bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak
tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan
dengan bantuan pemeriksaan laboratorium
- Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya
peningkatan titer antibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR)
atau ditemukannya antibodi IgM yang spesifik untuk rubela. Titer antibodi
mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan erupsi dan mencapai
puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer, antibodi IgM
spesifik rubela dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya
antibodi IgM spesifik rubella. Diagnosis prenatal dilakukan dengan
memeriksa adanya IgM dari darah janin melalui CVS (chorionoc villus
sampling) atau kordosentesis. Konfirmasi infeksi fetus pada trimester I
dilakukan dengan menemukan adanya antigen spesifik rubella danRNA pada
CVS. Metode ini adalah yang terbaik untuk isolasi virus pada hasil konsepsi.
- Penatalaksanaan
Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan.
Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil. Selama kehamilan dosis
pengobatan tidak perlu disesuaikan Obat antivirus lain yang masih belum
diketahui keamanannya selama kehamilan yaitu Amantadine dan Ribavirin.
Pencegahan aktif dan pasif :
Vaksin dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan
termasuk polio oral, MMR (measles – mumps – rubella), varicella
Vaksin dengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh
digunakan selama kehamilan
Imunoglobulin dapat digunakan selama kehamilan
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasukgolongan
virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat
tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab
infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila
infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kelainan otak,
gangguan pendengaran, retardasi mental, dan lain-lain.
- Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut
atau infeksi berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih
tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi Anti CMV IgG
dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG. Tes serologis mungkin terjadi
peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan pasca infeksi dan
bertahan sampai 1 – 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat dan
bertahan seumur hidup. Amniosentesis merupakan tes diagnostik prenatal
tunggal yang paling baik dan digunakan untuk mendeteksi infeksiin utero
dengan kombinasi tes darah janin.
- Penatalaksanaan
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir dan
valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet dan
cidofovir.
4) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks
tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui
serabut syaraf sensorik dan berdiam pada ganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan
lepuh pada kultti, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehinggamungkin tidak
diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal.
- Diagnosis
Pemeriksaan sitologik untuk perubahan sel dari infeksi herpes virus tidak
sensitive dan tidak spesifik baik menggunakan pemeriksaan Tzank (lesi
genital) dan apusan serviks Papanicolaou dan tidak dapat diandalkan
untuk diagnosis konklusif infeksi herpes simpleks. Jenis yang lebih tua
dari pengujian virologi, tesPap Tzanck, mengorek dari lesi herpes
kemudian menggunakan pewarnaan Wright dan Giemsa. Pada
pemeriksaan ditemukan sel raksasa khusus dengan banyak nukleus atau
partikel khusus yang membawa virus (inklusi) mengindikasikan infeksi
herpes. Tes ini cepat tapi akurat 50-70% dari waktu. Hal ini tidak dapat
membedakan jenis virus
Tes kultur virus dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari luka
sedini mungkin, idealnya dalam 3 hari pertama manifestasi. Virus akan
bereproduksi dalam sampel cairan yang berlangsung selama 1 - 10 hari.
Kultur virus akurat jika lesi masih dalam tahap blister , tetapi tidak akurat
pada lesi ulserasi tua, lesi berulang, ataulaten.
Tes PCR yang jauh lebih akurat daripada kultur virus, dan CDC
merekomendasikan tes ini untuk mendeteksi herpes dalam cairan
serebrospinal ketika mendiagnosa herpes ensefalitis. PCR dapat membuat
banyak salinan DNA virus sehingga bahkan sejumlah kecil DNA dalam
sampel dapat dideteksi.
Tes serologi dapat mengidentifikasi antibodi yang spesifik untuk virus
dan jenis, Herpes Simplex Virus 1 (HSV-1) atau Virus Herpes Simpleks 2
(HSV- 2).
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada wanita hamil yang terinfeksi virus herpes
simpleks,baik pada infeksi primer ataupun yang sudah pernah terinfeksi dan
terinfeksi lagiharus diterapi sesuai dengan obat dan dosis sesuai dengan tabel
berikut ini :
REFERENSI
1. Mochtar R. “Sinopsis Obstetri” Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
1998: 170 – 3.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Penerbit yayasan ina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Jakarta. 1999: 518 – 25.
3. Cunningham FG, Mac Donald, Obstetri Williams, Edisi 18, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta: 978 – 87.
4. Levena KJ., Cunningham FG., Gant NF., Alexander JM., Bloom SL., Casey BM., Dashe
JS., Sheffield JS., Yost NP., “Williams Manual of Obstetrics”. The University of Texas:
569 – 74.
5. Hiswani. Toxoplasmosis Penyakit Zoonosis Yang Perlu di waspadai oleh Ibu Hamil,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
6. Aini ZM, Saimin J. Hubungan Infeksi Torch Pada Kehamilan Dengan Kejadian Kelainan
Kongenital Pada Bayi Baru Lahir. Medula [Internet]. 2017;4(2):344–53. Available from:
http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/article/view/2810