Abstrak
Hakikatnya, manusia akan memerlukan fungsi pengaturan dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk bermasyarakat dan bernegara. Oleh karenanya, kehadiran
pemerintahan serta pemerintah menjadi sesuatu yang urgen bagi proses kehidupan
manusia termasuk di dalamnya menyangkut aspek ketertiban umum, ketentraman
masyarakat yang pada kajian selanjutnya, merupakan kebutuhan dasar hidup yang
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan dasar lain terpenuhi. Aspek-aspek
ini kemudian diatur menjadi kewenangan Pemerintah Daerah yang diselenggarakan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai perangkat yang ada di daerah. Di
sisi lain, keterbukaan zaman dan percepatan di berbagai bidang membuat masyarakat
yang semakin dinamis dan kritis menginginkan adanya perbaikan dan peningkatan
kualitas pelayanan terhadap publik termasuk dalam bidang pemerintahan. Satpol PP
dalam kewenangannya menyelenggarakan tugas dan fungsi yang ada, umumnya
memiliki citra atau image yang kurang baik, karena selalu diidentikan dengan aparat
yang sewenang-wenang, arogan, kasar, penindas, serta sering dianggap lebih
mengutamakan otot daripada brain ketika melaksanakan tugas termasuk kegiatan
penertiban yang paling sering mengangkat citra dan kualitas Satpol PP ke publik. Oleh
karenanya, dalam penelitian ini, didasarkan pada kajian konsep tentang betapa penting
dan strategisnya fungsi Satpol PP maka perlu juga diimbangi dengan kualitas
pelayanan saat bertugas, secara khusus pada penertiban aset pemerintah daerah.
Dengan metode penelitian kualitatif, didasarkan pada hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi, kualitas dalam penelitian ini didasarkan pada delapan dimensi kualitas
menurut Garvin yaitu kinerja, fitur, keandalan, kesesuaian, daya tahan, service ability,
estetika, dan persepsi kualitas, dan disimpulkan secara keseluruhan kualitas pelayanan
Satpol PP (Provinsi Sulawesi Utara) dalam penertiban aset Pemerintah Daerah
Provinsi Sulut sudah cukup baik karena sudah sesuai Standar Operasional Prosedur,
namun perlu untuk terus dimaksimalkan secara kualitas terlebih yang menyangkut
beberapa hal dasar di antaranya perihal pengembangan SDM termasuk standarisasi
rekrutmen Satpol PP (dengan mayoritas Tenaga Harian Lepas/Honorer), Pelatihan dan
Pendidikan, masalah kewenangan dalam pelaksanaan tugas, pengadaan sarana prasara
serta penganggaran yang masih perlu ditingkatkan.
Pada kajian selanjutnya apabila kita dikirim ke medan perang tanpa dibekali
pelajari terkait fungsi dan tugas Satuan terlebih dahulu dengan ilmu,
Polisi Pamong Praja, pada hakikatnya pengetahuan dan keterampilan,
tidak boleh lepas dari sifat sehingga tidak heran banyak yang
“kepamongan” yaitu apabila diartikan, “mati” konyol ketika berada dalam
menggambarkan sifat mengasuh, pelaksanaan tugas di lapangan.
mendidik, serta mengurus masyarakat. Hal-hal ini tentu dipengaruhi
Sikap keteladanan dan humanis menjadi berbagai faktor, di antaranya adalah
hal yang dituntut dari aparat Satuan faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
Polisi Pamong Praja sesuai yang antara lain sebagai pandangan
perkembangan zaman yang kini awal peneliti memiliki keterkaitan
semakin terbuka di tengah masyarakat dengan tingkat pendidikan aparat,
dan menyebabkan kajian yang semakin kedewasaan dan mentalitas dari aparat
kritis dari masyarakat akibat tersebut, aspek rekrutmen dan pelatihan,
kompleksitas perkembangan yang status aparat, serta penguasaan konsep
semakin dinamis. Namun nyatanya hal tugas, fungsi dan wewenang dalam
ini bertolak belakang dengan keadaan praktik tugas di lapangan, dan lain
yang terjadi saat ini, berdasarkan sebagainya.
observasi awal, apabila melihat dan Permasalahan-permasalahan
menganalisis situasi belakangan ini mendasar ini yang hendak diteliti dan
terkait eksistensi Satuan Polisi Pamong dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
Praja terlebih khusus keadaan yang bagaimana seharusnya kualitas
selalu mengangkat citra atau image pelayanan yang diperlukan di era
Satuan Polisi Pamong Praja kepada keterbukaan dan kemajuan zaman ini,
publik terkait dengan pelaksanaan tugas dimana dalam era reformasi birokrasi,
di antaranya yang paling sering dituntut peningkatan kualitas pelayanan
mengakibatkan intreaksi dan kontak yang akan memberi dampak dan
dengan masyarakat langsung yaitu manfaat kepada masyarakat secara
penertiban aset pemerintah daerah. langsung.
Dimana harapan tentang sosok pamong
dapat dikatakan jauh berbeda dengan Tinjauan Pustaka
ekspetasi yang ada, oleh karena pada Kualitas berarti: (1) tingkat baik
umumnya di kalangan masyarakat buruknya sesuatu; (2) derajat atau taraf
Satuan Polisi Pamong Praja cenderung (kepandaian, kecakapan, dsb); atau
terkenal dengan sifat represif yang mutu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
menggambarkan tindakan arogansi, Kualitas juga adalah (1) kesesuaian
kesewenang-wenangan, kasar serta dengan persyaratan; (2) Kecocokan
penindas masyarakat kecil dan lemah. untuk pemakaian; (3) Perbaikan
Image ini sudah berlangsung lama berkelanjutan; (4) Bebas dari
bahkan sampai saat ini. Image ini kerusakan/cacat; (5) Pemenuhan
membangun sebuah gambaran bahwa kebutuhan pelanggan sejak awal dan
kalangan Satuan Polisi Pamong Praja setiap saat; (6) Melakukan segala
adalah orang-orang yang tidak sesuatu secara benar; (7) Sesuatu yang
mengutamakan “brain” melainkan bisa membahagiakan pelanggan,
hanya mengutamakan otot di wilayah menurut Tjiptono (Hardiyansyah, 2018)
masing-masing. Satuan Polisi Pamong Kualitas memiliki konsep yang
Praja diibaratkan pasukan perang yang bersifat relatif, karena penilaian kualitas
Sekretariat:
Gedung C, Lantai 2, Fispol Unsrat.
Jl. Kampus Bahu Unsrat Manado 3
EKSEKUTIF ISSN : 2337 - 5736
Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Volume 2 No. 5 Tahun 2020
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi
pengurus, pengasuh, atau pendidik. kondisi negara atau daerah yang aman,
Sedangkan praja dapat dimengerti tenteram dan tertib dalam
sebagai kota, negeri, atau kerajaan. penyelenggaraan pemerintahan,
Sehingga sederhananya, Pamong Praja pembangunan, dan kegiatan masyarakat
adalah pengurus kota. Satuan Polisi yang kondusif. Penertiban dalam artian
Pamong Praja yang selanjutnya disebut pemanfaatan ruang/tempat adalah usaha
Satuan Polisi Pamong Praja adalah atau kegiatan untuk mengambil
perangkat daerah yang dibentuk untuk tindakan agar pemanfaatan ruang sesuai
menegakkan Peraturan Daerah dan rencana dapat terwujud, sehingga
Peraturan Kepala Daerah, kegiatan penertiban dapat dilakukan
menyelenggarakan ketertiban umum dalam bentuk penertiban langsung dan
dan ketentraman serta penertiban tidak langsung.
menyelenggarakan pelindungan Aset pemerintah daerah merupakan
masyarakat. (Pasal 1 ayat 1 Peraturan sumber daya penting baik bagi
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018). pemerintah daerah sebagai penopang
Satuan Polisi Pamong Praja juga utama pendapatan asli daerah. Aset
memiliki beberapa kewenangan yang pemerintah daerah adalah semua
diatur dalam Peraturan Pemerintah kekayaan pemerintah daerah yang
Nomor 16 Tahun 2018, yaitu: dimiliki maupun yang dikuasai
a. Melakukan tindakan penertiban pemerintah daerah, yang dibeli atau
nonyustisial terhadap warga diperoleh atas beban APBD, atau
masyarakat, aparatur, atau badan berasal dari perolehan lainnya yang sah,
hukum yang melakukan pelanggaran misalnya sumbangan, hadiah, donasi,
atas Perda dan/atau Perkada; wakaf, hibah, swadaya.
b. Menindak warga masyarakat, Aset pemerintah daerah dapat
aparatur, atau badan hukum yang digolongkan menurut golongan aset
mengganggu ketertiban umum dan tidak bergerak yaitu di antaranya yang
ketentraman masyarakat; terkait pembahasan dalam penelitian ini
c. Melakukan tindakan penyelidikan antaranya adalah golongan tanah,
terhadap warga masyarakat, aparatur, golongan gedung dan bangunan,
atau badan hukum yang diduga golongan konsruksi dalam pekerjaaan
melakukan pelanggaran atas Perda dan sebagainya. Adapun di golongan
dan/atau Perkada; dan aset bergerak adalah mesin, kendaraan,
d. Melakukan tindakan administratif peralatan, dan sebagainya.
terhadap warga masyarakat, aparatur, Selanjutnya, penyelenggaraan
atau badan hukum yang melakukan ketertiban umum dan ketentraman
pelanggaran atas Perda dan/atau masyarakat menurut Pasal 11 PP Nomor
Perkada. 16 Tahun 2018, meliputi kegiatan:
Penertiban secara etimologis dapat a. Deteksi dan cegah dini;
dipahami berasal dari kata dasar “tertib” b. Pembinaan dan penyuluhan;
yang berarti tertata dan terlaksana c. Patrol;
dengan rapi dan teratur menurut aturan d. Pengamanan;
(Kamus Lengkap Bahasa Indonesia). e. Pengawalan;
Penertiban merupakan suatu tindakan f. Penertiban; dan
penataan yang diperlukan dalam suatu g. Penanganan unjuk rasa dan
Negara atau daerah. Penertiban tersebut kerusuhan massa.
dilakukan dalam rangka mewujudkan
Sekretariat:
Gedung C, Lantai 2, Fispol Unsrat.
Jl. Kampus Bahu Unsrat Manado 5
EKSEKUTIF ISSN : 2337 - 5736
Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Volume 2 No. 5 Tahun 2020
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi
terdepan. Akibat tidak memiliki standar secara merata kepada seluruh aparat
rekrutmen yang jelas, maka dengan Satpol PP.
beberapa faktor tertentu menyebabkan Hal lain yang ikut dipengaruhi dan
siapa saja dan latar belakang apa saja mempengaruhi kualitas pelayanan yang
dapat masuk menjadi THL Satpol PP, ada dari dimensi fitur, timbul dari
tidak heran beberaoa fenomena seperti perihal legitimasi kewenangan antara
“preman menjadi Satpol PP” yang ASN dan THL Satpol PP, dimana
kemudian menjadikan Satpol PP erat mayoritas aparat yang diturunkan dalam
dengan citra “premanisme” semakin praktik di lapangan untuk melaksanakan
terbuka lebar. Selain itu, hal itu akan tugas adalah aparat berstatus THL,
mempengaruhi dan ikut dipengaruhi maka tentu dalam melakukan
latar belakang pendidikan THL Satpol penindakan serta penertiban karena
PP yang cenderung menengah dank e terbatas pada legitimasi kewenangan
bawah, serta masalah yang peneliti yang rata-rata melekat kepada Satpol PP
dapati adalah tidak semua anggota dengan status ASN,
benar-benar mengikuti dan Dengan demikian, peneliti
diikutsertakan dalam pelatihan (minimal menyimpulkan dari dimensi fitur
pelatihan dasar Satpol PP) sehingga ada dengan bahasan dan analisis data di
beberapa anggota yang bahkan sudah atas, kualitas pelayanan Satpol PP
kurang lebih 10 tahun sebagai tenaga dalam penertiban aset daerah dinilai
Honorer Satpol PP namun masih belum masih kurang berkualitas dan masih
mengetahui pasti kewenangan Satpol perlu untuk ditingkatkan dan
PP Provinsi Sulut dalam kegiatan dimaksimalkan.
penertiban aset daerah. Pelatihan yang Peneliti menilai dari dimensi
benar-benar dimaksudkan pada keandalan, Satpol PP Provinsi Sulut
efektivitas dan pelatihan yang intensif. memiliki tingkat kualitas yang baik,
Selain itu, dengan jumlah THL oleh karena kewenangan yang melekat
Satpol PP yang lebih banyak dibanding untuk melaksanakan tindakan yang
ASN Satpol PP, menyebabkan titik bersifat final yaitu penertiban yang
tumpu pemahaman tugas pokok dan melekat pada Satpol PP untuk memiliki
fungsi Satpol PP sebagian besar hanya legitimasi melaksanakan penertiban aset
pada orang-orang tertentu saja dan tidak pemerintah daerah. Pun halnya dengan
secara menyeluruh (rata-rata yang dimensi kesesuaian, dari hasil
menguasai dasar tugas dan fungsi secara penelitian, didapati sudah adanya
konseptual adalah ASN dan THL yang konsep yang dimiliki masyarakat
sudah mengikuti diklat dasar, itupun maupun pihak penyelenggara Satpol PP
tidak semuanya benar-benar efektif) yang semakin terbuka tentang
padahal adalah lebih baik jika pelayanan kepada masyarakat, sehingga
pengetahuan tidak hanya terkait dengan dalam keterbukaan itu munculah
praktiknya di lapangan saja (indikator pemahaman bahwa pelaksanaan
output), tapi juga lebih efektif dan penertiban aset pemerintah daerah harus
produktif apabila dimulai dengan berdasarkan standar yang ada, dan dari
pemahaman konsep yang jelas terkait konsep itu peneliti mendapati bahwa
dasar aturan hukum, fungsi, wewenang, pelaksanaan penertiban oleh Satpol PP
serta standar operasional dalam Provinsi Sulut telah berdasarkan standar
berbagai tugas khususnya atau acuan seperti yang dilampirkan di
tugas/kegiatan penertiban dan harus atas, namun apabila dalam
Sekretariat:
Gedung C, Lantai 2, Fispol Unsrat.
Jl. Kampus Bahu Unsrat Manado 7
EKSEKUTIF ISSN : 2337 - 5736
Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Volume 2 No. 5 Tahun 2020
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi
pelaksanaannya terjadi gesekan dengan Maka dari Data yang ada, peneliti
masyarakat sebagai sesuatu yang tidak menemukan dan menyimpulkan 6 dari 7
bisa dihindari dalam setiap kegiatan informan masyarakat yang ada
penertiban aset pemerintah daerah oleh memberikan respon positif terkait
Satpol PP, maka telah dicantumkan juga pelayanan penertiban oleh Satpol PP
dalam lampiran SOP, yaitu diadakan Provinsi Sulawesi Utara, beberapa di
konsolidasi serta advokasi, yang apabila antaranya yang pernah berinteraksi
terjadi perlawanan oleh pihak terkait langsung dengan Satpol PP Provinsi
(masyarakat, aparat, atau badan hukum) Sulut dalam pelaksanaan tugas
akan dilaksanakan upaya damai maupun mengatakan bahwa Satpol PP Sulut
akhirnya pada upaya paksa penertiban. sudah sesuai standar di antaranya
Dari dimensi daya tahan memiliki penampilan yang sopan, cara
pelatihan fisik aparat Satpol PP terus berkomunikasi dan berinteraksi dengan
diusahakan oleh pihak Satpol PP masyarakat yang sopan dan humanis,
Provinsi Sulut namun pelaksanaannya serta secara keseluruhan berdasarkan
belum merata kepada semua aparat wawancara pada sampel informan
yang ada dikarenakan sebagian besar masyarakat yang diambil lebih besar
aparat yang adalah THL direkrut memberikan respon positif dan
dengan standar yang tidak jelas, menyimpulkan bahwa secara
sehingga ada beberapa pandangan juga keseluruhan Satpol PP Provinsi Sulut
fenomena bahwa aparat Satpol banyak memberikan kontribusi positif yang
yang tidak memiliki tubuh proporsional membantu masyarakat. Kalaupun ada
sebagaimana hendaknya seorang pandangan yang menyangkut image
aparatur dalam bidang ketertiban umum tidak baik akibat dari sejarah panjang
yang diidentikan semacam aparat Satpol PP di waktu-waktu sebelum
paramiliter. Ini disebabkan faktor dengan image arogan, kasar, dan
dalam rekrutmen yang tidak memiliki penindas, itu adalah hal-hal yang
standarisasi jelas, dan pasti berpengaruh sedang diusahakan diperbaiki melalui
pada syarat tingkat usia, ketahanan peningkatan kualitas pelayanan Satpol
fisik, tingkat kesehatan dan faktor lain PP Provinsi Sulut ke arah pelayanan
yang akan mempengaruhi dari segi yang lebih baik dan humanis.
penilaian daya tahan atau fisik aparat Pada dimensi estetika ini sulit untuk
Satpol PP. Oleh karenanya, daya tahan, menyenangkan semua orang, tergantung
kualitas pelayanan Satpol PP dalam pendekatan apa yang dipakai untuk
penertiban aset daerah sudah cukup baik memahami dan melihat kualitas. hasil
namun di sisi lain harus terus penelitian yang ada peneliti lengih
ditingkatkan lebih khusus dalam hal memfokuskan pada masalah estetika
pelatihan fisik harus dilaksanakan dari segi penampilan, karena dari segi
secara menyeluruh kepada seluruh penampilan Satpol PP secara umum
aparat yang ada mengingat sewaktu- masih dianggap sebelah mata, maka
waktu akan ada kebutuhan terhadap tidak heran ada julukan terhadap Satpol
jumlah aparat yang besar terkait PP yang menyebutkan Satpol PP
penertiban aset pemerintah daerah. sebagai “Polisi Plastik” oleh karena
Dari dimensi servis, yang diteliti dalam berbagai kesempatan penampilan
seputar kecepatan, kesopanan, Satpol PP dinilai tidak mencerminkan
kompetensi dan kemudahan dalam sosok seorang aparat pemerintah.
perbaikan/masukkan untuk evaluasi. Berdasarkan observasi peneliti, secara
Sekretariat:
Gedung C, Lantai 2, Fispol Unsrat.
Jl. Kampus Bahu Unsrat Manado 8
EKSEKUTIF ISSN : 2337 - 5736
Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Volume 2 No. 5 Tahun 2020
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi
Sekretariat:
Gedung C, Lantai 2, Fispol Unsrat.
Jl. Kampus Bahu Unsrat Manado 12