Anda di halaman 1dari 8

Nama : Aska Khairani

Nim : 4211141008

Kelas : PSPB 21 D

Mata Kuliah : Morfologi Tumbuhan

1. A.Morfologi Avicennia alba

Deskripsi : Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25
m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas
yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus)
yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap
kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain
kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang
tua, kadangkadang ditemukan serbuk tipis.
Daun : Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit &
Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: lanset (seperti daun akasia)
kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5 cm.
Bunga : Seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas
tandan. Letak: di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada 10-30 bunga
per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak Bunga: 5.
Benang sari: 4.
Buah : Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran: 4 x 2 cm.

Manfaat : Kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah. Getah dapat digunakan
untuk mencegah kehamilan. Buah dapat dimakan.

b. Morfologi Rhizophora apiculata

Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang


mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian
5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang.
Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Daun : Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan
kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan
warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips
menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran
<14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok).
Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm.
Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak
bertangkai.

Manfaat : Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu
berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan
sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran
tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman
penghijauan.
Dan pada dasar akar tumbuhan mangrove berfungsi sebagai mencegah abrasi
oleh air laut.

2 a. Daun Majemuk pada gambar ; a,b,f,g


Daun Tunggal ; c,e
2 b. Susunan daun Berbeda dengan daun tunggal, daun majemuk dibedakan
menjadi tiga jenis berdasarkan susunan anak daunnya:
1.Pinnatus (daun majemuk menyirip) Daun ini memiliki susunan anak daun di bagian
kanan dan kiri aksis dengan susunan menyerupai sirip ikan.
2. Pedatus (daun majemuk bangun kaki)

Daun ini memiliki anak daun bagian atas yang tersusun menjari, dan anak daun
bagian bawah yang tumbuh pada tangkai anak daun sebelumnya.
3. Palmatus (daun majemuk menjari) Daun ini memiliki anak daun yang tumbuh pada
ujung aksis secara radial, sehingga membentuk susunan mirip jari. Bagian daun
Bagian daun majemuk berbeda dengan daun tunggal.

Berikut urutan daun majemuk, dimulai dari pangkal sampai ujung daun:
1.Tangkai induk Disebut juga pedunculus communis. Adalah bagian aksis utama
yang memiliki kuncup pada ketiak pangkal daunnya.
2. Ruas cabang Dinamakan rachilla.
Merupakan percabangan lanjutan dari aksis utama. Ruas cabang dibedakan
berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat satu (rachiolla), ruas cabang
tingkat dua (rachiolollus), dan seterusnya. Perlu diketahui bahwa anak daun dapat
tumbuh pada tangkai induk, ruas cabang, maupun ruas cabang tingkat selanjutnya.
3.Tangkai anak daun Disebut juga petiololus. Adalah tangkai yang setara dengan
daun tunggal untuk mendukung helaian anak daun.
4.Helaian anak daun Dinamakan foliolum. Merupakan helaian yang memiliki tangkai
pendek atau hampir duduk pada ibu tangkai, maupun yang memiliki tangkai terlihat
jelas dan cukup panjang.

2 c. Pada daun tunggal


Satu daun pada setiap buku tersebut mempunyai tata letak daun bergantian (alternate)
yang mengarah pada dua sisi (sumbu daun). Apabila daun ke-1 mengarah ke kanan, maka
daun ke-2 mengarah ke kiri. Selanjutnya, daun ke-3 mengarah ke kanan, dan daun ke-4
mengarah lagi ke kiri, dan seterusnya. Daun ke-1, ke-3, ke-5, dan seterusnya terletak pada
sumbu projeksi daun yang sama (sumbu I, mengarah ke kanan), sedangkan daun ke-2, ke-4,
ke-6, dan seterusnya. terletak pada sumbu projeksi lainnya (sumbu II, mengarah ke kiri)

3 a . Tata letak daun atau Phyllotaxis adalah aturan tata letak daun pada batang.

Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada
batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan
tua mudanya. Daun-daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu
: roset (rosula). Roset ada 2 macam :
a) roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal
diatas tanah, ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus
scaber L.).
b) roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung
batang, ch. Pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma
lainnya.
Gambar roset

Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa). Jika untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah
daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi
akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus
daun atau Divergensi.

Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri
atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret
Fibonacci. Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :
Ø Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu
pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang
dua suku yang ada di depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan
kedua penyebu dua suku yang di depannya, atau
Ø Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya
merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan
penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu
sendiri.

Gambar phyllotaxis
3c. diagramnya daun dengan rumus 1/3

GAMBAR diatas merupakan bagan tata letak daun dengan filotaksis 1/3. Pada
bagan ini terdapat tiga garis ortostik (merupakan angka penyebut pada pecahan 1/3).
Angka pembilang pada pecahan 1/3 adalah angka 1, yang merupakan jumlah
lingkaran genetik hingga mencapai daun terdekat pada ortostik yang sama (dari daun
ke-1 sampai daun ke-4). Sudut divergensi antara daun ke-1 dan daun ke-2 = 1/3 x
360o = 120o .

Pada diagram
menunjukkan tata letak daun dengan filotaksis 1/3. Minimal digambarkan 4 lingkaran untuk
menunjukkan diagram ini. Ada tiga garis ortostik. Daun ke-1 terdapat pada lingkaran terluar
yang merupakan buku terbawah pada garis ortostik ke-I. Daun ke-2 terdapat pada lingkaran
ke-2 yang merupakan buku-buku ke-2 dari bawah pada garis ortostik ke II. Daun ke tiga
terletak pada lingkaran ke-3 dari luar pada garis ortostik ke-III. Daun ke-4 vterdapat pada
lingkaran ke-4 pada sisi yang sama dengan daun ke-1, yaitu pada garis ortostik ke-I dan
seterusnya.
4a. Percabangan pada batang dapat dikotomi (cabang menggarpu dua), yaitu bila
titik tumbuh pada meristem apeks terbagi dua dan salah satu atau kedua bagian
meristem tersebut tumbuh dengan cepat dan selanjutnya mengalami percangan
dikotom lagi.

4b. Sympodial

Setiap koulomner melengkung karena terlalu berat dan tidak mendukung oleh
jaringan penyokong yang cukup. Filotaksis spiral terdapat pada sumbu yang tidak
banyak berbeda morfologi ujung dan pangkalnya.

Pada pola percabangan ini memiliki potensi air lolos tajuk yang cukup besar dan
aliran batang yang kecil karena secara umum ranting-rantingnya mengarah ke
bawah. Hal ini akan berpengaruh pada besarnya aliran permukaan, infiltrasi dan
erosi. Apabila lantai hutan bersih (sedikit serasah) akan menimbulkan potensi aliran
permukaan dan erosi yang cukup besar, tetapi jika serasah cukup maka potensi
infiltrasi cukup besar dalam waktu tertentu. Jenis pohon ini dengan model
arsitekturnya juga memiliki potensi intersepsi yang kecil. Bagi satwa liar khususnya
burung dan mamalia jenis-jenis pohon ini kurang nyaman sebagai tempat istirahat
karena ranting cenderung mengarah ke bawah.

4c. Monopodial
ciri batang monopodial dengan percabangan yang tumbuh ritmik, sehingga
mengakibatkan cabang plagoitropik tersusun dalam lapisan terpisah menunjukkan
bahwa model aristektur ini memungkinkan banyak terjadi air lolos tajuk dan sedikit
aliran batang. Hal ini akan berpengaruh pada besarnya aliran permukaan, infiltrasi
dan erosi. Apabila lantai hutan bersih (sedikit serasah) akan menimbulkan potensi
aliran permukaan yang cukup besar, tetapi jika serasah cukup maka potensi infiltrasi
cukup besar. Jenis pohon ini dengan model arsitekturnya.
Pola percabangan ini juga memiliki potensi intersepsi yang tinggi. Bagi satwa liar
khususnya burung dan mamalia jenis-jenis pohon ini dapat dijadikan sebagai tempat
istirahat yang cukup nyaman karena ranting cenderung datar.

5 . Ciri morfologi bentuk batang ;


Batang merupakan organ tumbuhan yang berasal dari koleoptil. Sifat umum
batang :
• Biasanya berbentuk silinder atau bersegi
• Mempunyai ruas yang dibatasi oleh buku-buku dan pada buku ini terdapat
• daun
• Tumbuh biasanya ke atas menuju arah cahaya disebut juga dengan
• fototropisme
• Memiliki banyak percabangan (kelas dikotil)
• Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali saat muda dan tanaman yang
• berumur pendek/ semusim
• Fungsi batang :
• Mendukung bagian tanaman yang ada dipermukaan tanah seperti daun,
• bunga, buah, biji, dan daun.
• Memperluas bidang asimilasi melalui percabangan
• Sebagai wadah transportasi air dan unsur hara serta hasil asimilasi
• Tempat penimbunan zat makanan
• Kadang-kadang bisa sebagai alat perkembang biakan

Berdasarkan struktur batang dibedakan menjadi:


Tumbuhan tidak berbatang jelas merupakan tumbuhan yang tidak
mempunyai batang sesungguhnya, karena sangat pendek, daun seakan-
akan keluar dari bagian atas akar.
Contoh: lobak (Raphanus sativus), sawi
• Tumbuhan berbatang jelas merupakan tumbuhan yang mempunyai batang
sesungguhnya. Cabang dan daun keluar dari batang di bagian atas
permukaan tanah.
• Tumbuhan berbatang jelas dibedakan :
• Batang basah (herbaceus) lunak dan berair
Contoh Bayam (Amaranthus sp.)
• Batang berkayu (lignosus) keras dan kuat
Contoh Durian (Durio zibethinus)
• Batang rumput (calmus) tidak keras, punya ruas-ruas yang nyata, sering
• berongga.
Contoh: padi (Oriza sativa)
• Batang mendong (calamus) seperti batang rumput tetapi ruas-ruasnya lebih
panjang.
Contoh: rumput teki (Cyperus rotundus)
• Pada tumbuhan dikotil memiliki bagian pangkal besar dan ke ujung
semakin kecil. Seperti pada batang Durian (Durio zibethinus) dan Manggis
(Garcinia mangostana). Tumbuhan monokotil memiliki bagian pangal sampai
keujung hampir /relatif sama besar. Bentuk batang seperti pada batang
Jagung
(Zea mays), kelapa (Cocos nucifera), pinang (Areca catechu)

Berdasarkan bentuk penampang melintang batang dibedakan :


• Bulat (teres)
Seperti pada: Bambu (Bambusa sp.), kelapa (Cocos nucifera)
Bersegi (angularis). Batang bersegi dibedakan lagi menjadi:
- Segi tiga (triangularis):
• Misalnya pada Teki (Cyperus rotundus)

Segi empat (quadrangularis)


Misalnya pada Markisah (Passiflora edulis)
• Pipih, biasanya menyerupai daun. Bentuk batang seperti ini disebdakan
menjadi:
Filokladia sangat pipih. Misalnya pada Jakang
Kladodia, masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan. Misalnya
Kaktus (Opuntia sp.)

Permukaan batang ;
Permukaa batang merupakan bagian terluar dari batang yang menutupi seluruh
permukaan batang. Berdasarkan permukaan batang dibedakan menjadi:
1. Licin (leavis)
Misalnya pada Jagung (Zea mays)
2. Berusuk (costatus) permukaan ada rigi-rigi yang membujur
Misalnya pada Iler
3. Beralur (sulcatus), terdapat alur-alur
Misalnya pada Cereus peruvianus
4. Bersayap (alutus), pada batang yang bersegi, sudut-sudut terdapat
pelebaran yang tipis
Misalnya pada Markisah (Passiflora edulis)
5. Berambut (pilosus)
Misalnya pada Tembakau (Nicotiana tabacum)
6. Berduri (spinosus)
Misalnya pada Mawar (Rosa sp.), jeruk nipis (Citrus x aurantium)
7. Memperlihatkan berkas daun
Misalnya pada Pepaya (Carica papaya)
8. Memperlihatkan berkas daun penumpu
Misalnya pada Nangka (Artocarpus heterophylla)
9. Memperlihatkan banyak lenti sel
Misalnya pada Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen)
10. Memperlihatkan lepasnya kerak
Misalnya pada Jambu biji (Psidium guajava)

Arah tumbuh batang ;


Arah tumbuh batang merupakan posisi arah pertumbuhan batang terhadap
permukaan tanah. Berdasarkan arah tumbuh batang tumbuhan dibedakan menjadi:
1. Tegak lurus (erectus)
Misalnya pada Pepaya (Carica papaya)
2. Mengantung (dependens), yang tumbuh di lereng, sebagai epifit
Misalnya pada Anggrek (Dendrobium sp.)
3. Berbaring (humifusus) terletak dipermukaan tanah ujung saja yang ke atas
Misalnya pada Semangka
4. Menjalar/ merayap(respen), batang diatas permukaan tanah , setiap buku
keluar akar
Misalnya pada Ubi jalar (Ipomoea batatas); Kacang tanah (Arachis
hypogea)
5. Mengangguk (nutan), batang tumbuh tegak lurus keatas tetapi ujungnya
membekok lagi kebawah
Misalnya pada Bunga matahari (Helianthus annuus)
6 . Memanjat (scandens). Pelekatan batang dibantu oleh:
a. Akar lekat
Misalnya pada Sirih (Piper betle)
b. Akar pembeli
Misalnya pada Vanili
c. Cabang pembelit
Misalnya pada Anggur
d. Daun pembelit
Misalnya pada Kembang sungsang
e. Tangkai pembelit
Misalnya pada Kapri (Pisum sativum)
f. Duri daun
Misalnya pada Rotan (Calamus sp.)
g. Kait

Misalnya pada Gambir (Uncaria gambir)


• Membelit (volubillis), batang sendiri naik dengan melilit tiang panjat.
• Arah lilitan.
• Membelit kekiri, berlawanan dengan arah jarum jam. Misalnya pada
• Kembang telang
• Membelit kekanan searah dengan jarum jam. Misalnya pada Gadung
(Dioscorea hispida.

6. Seorang siswa menemukan bagian/organ tumbuhan di dalam tanah. Organ


tersebut berwarna kecoklatan, berbuku-buku, ada sisik-sisik seperti daun kecil di
permukaannya dan tumbuh akar-akar di permukaan organ. Berdasarkan ciri
tersebut ia menyimpulkan bahwa organ tumbuhan yang ditemukannya itu
sebagai akar. Menurut anda, apakah anak tersebut sudah benar? Beri alasan
jawaban jika benar atau salah.

Menurut saya, anak tersebut sudah benar karna dari ciri ciri yang anak tersebut
temukan dapat disimpulkan bahwa yang ia temukan adalah akar karena morfologi
akar diantara merupakan rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris,
diameter 2-4cm dambercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklaat agak
kemerahan atau kuning kehijauanpucat, mempunyai sisik berwarna putih atau
kemerahan, keras mengkilap, bagian dalamberwarna putih, kemungkinan besar
anak tersebut menemukan lengkuas karna ciri ciri yang ditemukannya mirip dengan
lengkuas.

Anda mungkin juga menyukai