Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

POTENSI WISATA PEMANDIAN AIR PANAS DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI KREATIF BERBASIS KEARIFAN LOKAL
(studi kasus wisata pemandian air panas Desa Sangubanyu Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang)

Disusun Guna Memenuhi Syarat Pengajuan Skripsi

Oleh :
TAUFIQ HIDAYAT
4119145

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2021
A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam yang berlimpah, mulai
dari potensi yang terkandung di dalam tanah, yaitu potensi emas, tembaga, perak, minyak
bumi dan masih banyak potensi pertambangan lainnya. Selanjutnya potensi yang ada di
atas tanah, yaitu berupa tumbuhan, hewan, dan masih banyak lagi. Kemudian potensi
yang ada di udara yaitu yang terdapat di udara berupa oksigen, hidrogen, nitrogen, oksida
nitrous, dan argon diperoleh melalui penguraian udara secara kimiawi. Sampai potensi
yang ada di lautan yaitu berupa ikan, terumbu karang, garam, dan sebagainya. Potensi
alam yang dimiliki Indonesia merupakan karunia Tuhan yang harus menjadi pemakmur
bangsa Indonesia terutama melalui pengembangan ekonomi.1
Obyek wisata sering dianggap sebagai jawaban untuk menghadapi berbagai
masalah ekonomi Indonesia. Kesulitan ekonomi yang diakibatkan oleh ekspor non-migas
yang menurun, inpor yang naik, dan pembangunan ekonomi yang timpang, dipandang
dapat diatasi dengan industri pariwisata karena industri pariwisata dapat menciptakaan
lapangan kerja baru yang memberikan lebih banyak peluang ekonomi. Industri pariwisata
juga menjadi sarana untuk menjaga dan memperbaiki lingkungan dan mendorong
pembangunan ekonomi regional. Bagi Indonesia, diharapkan pariwisata dapat
menyumbang neraca pembayaran, meningkatkan pengertian internasional, menumbuhkan
rasa saling menghormati dan toleransi.2
Kekayaan alam yang melimpah tersebut memberikan manfaat yang melimpah
untuk kemakmuran ekonomi masyarakat setempat, salah satunya adalah di sector wisata.
Karena banyaknya objek wisata yang ada, maka diperlukannya suatu lembaga yang
mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan kepariwisataan itu sendiri atau yang disebut
dengan Kementerian Pariwisata. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata, bahwa Kementerian Pariwisata
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden yang dipimpin oleh
seorang Menteri. Kementerian Pariwisata mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kepariwisataan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. 3
Sektor pariwisata merupakan sektor potensial yang dapat dikembangkan sebagai
salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka
program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Pariwisata
dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses
pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya,
ekonomi dan politik. 4 Perlunya perhatian khusus terhadap hal ini juga dikarenakan sektor
1
Rufaidah Erlina, Ilmu Ekonomi (Yogyakarta: graha ilmu, 2015), hlm. 23
2
Unggul Priyadi, Pariwisata Syariah Prospek dan Perkembangan,(Yogyakarta : Upp Stim Ykpn,2016), hlm. 46
3
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata
4
Sejarah dan prospeknya Yogyakarta, Kanisius dalam http://asyharnotes.blogspot.co.id akses pada tanggal 25
september 2021.
pariwisata merupakan sektor yang menjadi salah satu penggerak ekonomi yang kontribusi
nya mencapai 4% dari total perekonomian Indonesia, maka tentu fungsi pemerintah
dalam mengelolanya harus ditingkatkan lagi. Apalagi saat ini pemerintah ingin
meningkatkan angka ini dua kali lipat menjadi 8% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Untuk keberhasilan target tersebut, maka pemerintah kedepan akan melakukan perbaikan
pada bidang infrastruktur, teknologi informasi dan komunikasi, akses, kesehatan, dan
kebersihan serta meningkatkan kampanye promosi online(marketing) di luar negeri. 5
Jika kita melihat dari kondisi tersebut, manfaat yang dirasakan karena keberadaan
wisata ini sangatlah besar bagi Indonesia. Tantangan demi tantangan dalam proses
pencapaian target tersebut tentu menjadi hal utama yang harus dibenahi, oleh karenanya
pemerintah harus lebih gencar dan inovatif dalam memaksimalkan potensi wisata dan
menciptakan berbagai strategi dalam mempromosikan setiap objek wisata tersebut
sehingga dapat memberikan dampak yang baik bagi pengembangan wisata ke depan.
Secara umum, wisata dikelompokkan dalam tiga pilar utama, yaitu masyarakat, swasta,
dan pemerintah. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat umum yang ada pada
destinasi wisata sebagai pemilik dari berbagai sumber daya yang merupakan modal
pariwisata. Termasuk kedalam kelompok masyarakat ini juga tokoh-tokoh masyarakat,
intelektual, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan media massa. Swasta dalam hal
ini merupakan asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan kelompok
pemerintah adalah berbagai wilayah administrasi, mulai dari Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan, dan seterusnya. Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat
berjalan dengan sempurna bila komponen- komponen tersebut saling kerja sama, seperti
kewajiban pemerintah adalah bersama- sama merencanakan, membangun,
mengorganisasikan, memelihara, dan mengawasi dalam segala sektor yang mendukung
kegiatan pariwisata. 6

Salah satu tempat pariwisata yang memiliki potensi cukup memnjanjikan adalah
sector wisata pemandian air panas, wisata air dan wisata yang menawarkan keindahan
pemandangan alamnya, Bawang memang terkenal dengan banyak wisata hutan pinus
yang menawarkan pemandangan yang indah yang menawarkan keunikan tersendiri. Dari
berbagai wisata alam seperti hutan pinus wisata pemandian air panas juga menjadi
potensi yang sangat bagus dan menjadi peluang industry pariwisata yang cukup memiliki
peluang yang besar. Peran pemerintah dalam pengembangan sector industry wisata
pemandian air panas ini juga harus terus dikembangkan. Sampai sekarang perkembangan

5
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051. Diakses pada tanggal 25
september 2021.
6
Deddy Prasetya Maha Rani, Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Jurnal
Politik Muda, Vol. 3 No. 3, Agustus-Desember 2015,412-421.
sudah mulai terlihat dan adanya peningkatan pengunjung untuk datang mengunjungi
objek wisata pemandian air panas tersebut.
Perkembangan objek wisata pemandian air panas ini sudah terlihat dengan adanya
penambahan dan pembangunan fasilitas di dalamnya seperti perbaikan kolam,
pembangunan kolam renang dan juga adanya kebun binatang mini di dalamnya,dll.
Pengadaan tiket masuk ke objek wisata juga sudah dilaksanakan, dimana dana yang nanti
terkumpul juga akan dialokasikan untuk pengembangan dan pembangunan insfrastruktur
yang ada di objek wisata pemandian air panas itu sendiri. Pariwisata ini mendatangkan
banyak manfaat, selain itu menjadikan daerah sekitar tidak tertinggal khusunya di Desa
Sangubanyu
Dengan adanya objek wisata pemandian air panas ini, juga mendatangkan
peningktan perekonomian warga di Desa Sangubanyu. Para warga bias berdagang dan
membuka warung-warung di sekitar tempat wisata yang mana akan mendatangkan
peningkatan perekonomian bagi warga Desa Sangubanyu. Peningkatan perekonomian ini
akan mendatangkan dan membuka pola fikir baru masyarakat untuk membuka berbagai
peluang usaha baru dan nanti kedepanya juga akan mempengaruhi peningkatan sumber
daya manusia yang akan menjadikan seseorang memiliki intelektual dan termotivasi
untuk membuka usaha, dan berwirausaha

Peningkatan perekonomian ini nantinya akan menjadikan batu loncatan untuk


meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Sangubanyu. Deengan sector pariwisata yang
terus dikembangkan diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi dan juga tetap menjaga
sector wisata yang menjadi salah satu pendapatan masyarakat di Desa Sangubanyu.
Dengan tetap menjaga tempat wisata dan insfrastruktur akan menjadikan Desa
Sangubanyu dikenal dan menjadi objek wisata unggulan di Kecamatan Bawang maupun
di Kabupaten Batang.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Potensi wisata pemandian air panas dalam pengembangan ekonomi kreatif
berbasis kearifan lokal (study kasus wisata pemandian air panas Desa Sangubanyu
kecamatan Bawang Kabupaten Batang)”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa potensi yang dapat di kembangkan di dalam wisata pemandian air panas di
desa sangubanyu?
2. Bagaimana pengaruhnya di bidang social ekonomi masyarakat sekitar wisata
pemandian air panas desa sangubanyu?
C. TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi potensi yang dapat di kembangkan dari wisata pemandian
air panas di desa sangubanyu
2. Untuk mendeskripsikan pengaruh wisata pemandian air terhadap kegiatan sosial
ekonomi masyarakat sekitar khususnya masyarakat desa sangubanyu.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
penelitian berikutnya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu
pengetahuan yang menyangkut tentang potensi yang dapat di kembangkan dari
wisata pemandian air panas di desa sangubanyu.
2. Manfaat praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti, terutama
bagi pihak pengelola wisata pemandian air panas, wisatawan dan masyarakat
sekitar.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian yang dilakukan oleh sri wahyuningsih (2018) yang berjudul “ Strategi
Pengembangan Objek Wisata Pantai Apparalang Sebagai Daerah Tujuan Wisata Kabupaten
Bulukumba.“ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang pengembangan objek
wisata pantai Apparalang di Kabupaten Bulukumba dan untuk mengetahui strategi yang
bisa dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan objek wisata pantai Apparalang di
Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif yaitu suatu analisa yang digunakan untuk mengambarkan atau memecahkan
masalah secara sistematis dengan menggunakan metode analisis SWOT yaitu analis yang
dimaksud untuk melihat sejauh mana penerapan strategi pengembangan objek wisata dalam
meningkatkan wisatawan yang berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluan, dan ancaman.
Strategi yang diterapkan oleh dinas parawisata adalah posisi pertahankan dan pelihara.
Kondisi ini merupakan kunci dalam menentukan strategi yang mungkin dapat
dikembangkan dalam penetrasi pasar da pengembangan prodak yang sesuai dengan kondisi
dinas parawisata kabupaten bulukumba. Tiga strategi utama yang dihasilkan adalah
mengadakan sosialisasi Sapta Pesona atau penyadara manfaat parawisata untuk seluruh
lapisan masyarakat secara berkesinambungan dan sistematis, pembangunan parawisata
berbasis masyarakat, dan dinas SDM parawisata harus memiliki sertifikasi
keparawisataan. 7

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ian asriyandi (2016) yang berjudul “Strategi
Pengembangan Obyen Wisata Air Terjun Bissapu Di Kabupaten Bantaeng.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pengembangan dan implementasi
strategi pengembangan yang teridentifikasi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari beberapa dimensi-dimensi, yakni Tujuan,
Kebijakan, dan Program yang akan menghasilkan suatu strategi dari beberapa definisi
strategi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Jenis data
terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data
sekunder berasal dari dokumen laporan, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti, tulisan serta hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan
Obyek Wisata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang
dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng adalah Strategi sebagai
Rencana. Adapun beberapa implementasi strategi pengembangan yang teridentifikasi yang
dilakukan yakni, (1) Pengembangan yang dilakukan harus terfokus pada satu titik, (2)
Keterlibatan semua elemen-elemen yang terkait, (3) Mengidentifikasi secara menyeluruh
terhadap obyek yang akan dikembangkan, (4) Melakukan pelatihan-pelatihan baik
pemandu wisata, pelaku wisata, dan pengelola wisata, (5) koordinasi yang terus dilakukan
kepada pemerintah dan warga sekitar kawasan obyek wisata. 8
3. Penelitian yang dilakukan oleh Afrianti Nur Sa’idah (2017) yang berjudul “Analisis
Pengembangan Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Bandar Lampung.” Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
pengembangan pariwisata dari Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung dalam
meningkatkan PAD Kota Bandar Lampung dan bagaimana tinjauan perspektif ekonomi

7
Sri wahyuningsih, “Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Apparalang Sebagai Daerah Tujuan Wisata
Kabupaten Bulukumba”, Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2018, hlm. 9
8
Ian Asriyandi, “Strategi Pengembangan Obyen Wisata Air Terjun Bissapu Di Kabupaten Bantaeng”, skripsi progam
studi Ilmu Administrasi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hassanudin Makassar, 2016, hlm. 3
islam tentang strategi pengembangan pariwisata dalam meningkatkan PAD Kota Bandar
Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
pengembangan pariwisata yang digunakan oleh Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung
dalam meningkatkan PAD Kota Bandar Lampung dan bagaimana tinjauan perspektif
ekonomi islam tentang strategi pengembangan pariwisata dalam meningkatkan PAD Kota
Bandar Lampung. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Sumber data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Dengan menggunakan metode pengumpulan data
yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah upaya pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota Bandar
Lampung dapat dikatakan tidak semua terlaksana dengan maksimal karena saat ini belum
ada obyek wisata yang dikelola secara mandiri oleh Dinas Pariwisata melainkan masih
dikelola secara pribadi oleh masyarakat. Namun pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Bandar Lampung tetap mengalami peningkatan karena didukung dari kontribusi sektor
pariwisata berupa pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan. Secara umum pariwisata
di Kota Bandar Lampung telah sesuai dengan prinsipprinsip pariwisata syari‟ah, hal
tersebut dibuktikan dengan adanya pelayanan yang prima terhadap pengunjung atau
wisatawan, tersedianya makanan dan minuman yang halal, serta tersedianya tempat ibadah
yang bersih dan nyaman. Pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata
Kota Bandar Lampung, sudah memiliki beberapa obyek pariwisata yang sesuai dengan
prinsipprinsip syariah yaitu sebesar 44% tetapi masih banyak obyek pariwisata lainnya
yang belum sesuai dengan standar pengukuran pariwisata syariah dari segi administrasi dan
pengelolaannya yakni sebesar 54%.9
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yunia Dwi Rahmawati dan V. Indah Sri Pinasti (2017)
yang berjudul “Dampak Keberadaan Objek Wisata Waduk Sermo Terhadap Perubahan
Sosial Ekonomi Mayarakat Sermo Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.” Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keberadaan objek wisata Waduk Sermo terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Sermo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi, dokumentasi. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah
purposive sampling, dengan validitas data trianggulasi teknik. Proses analisa data
menggunakan analisis model interaktif Miles dan Huberman, mulai dari pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, hingga proses penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
9
Afrianti Nur Sa’idah, “Analisis Pengembangan Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Bandar Lampung”, Skripsi Program Studi Ekonomi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Raden
Intan Lampung, 2017, hlm. 3
menunjukan perubahan sosial yang telihat pada masyarakat Sremo adalah cara pola pikir
masyarakat yang semakin maju dan berkembang. Perubahan juga dirasakan pada bidang
ekonomi yaitu perubahan pada mata pencaharian dan peningkatan pendapatan masyarakat
Sremo. Dampak positif yang dirasakan banyak muncul lapangan kerja baru, meningkatnya
kesejahteraan, akses jalan mudah, pola pikir masyarakat maju. Sedangkan dampak
negatifnya adalah gaya hidup kebarat-baratan wisatawan yang ditiru masyarakat, dan
penyalahgunaan fungsi wilayah objek wisata waduk sermo. 10
5. Penelitian yang dilakukan oleh Antriana Djabbar, Jusram Rizal dan Elza Nova Rizaly
(2021) yang berjudul “Dampak Keberadaan Sektor Pariwisata Terhadap Kehidypan Sosial
Masyarakat Home Creative (Lentera Donggo) Kecamatan Soromandi Bima NTB.” Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi serta dampak yang diberikan oleh
Keberadaan Home Creative “Lentera Donggo” berpengaruh pada sosial dan ekonomi
masyarakat setempat berdasarkan tujuan dari Home Creative “Lentera Donggo”. Metode
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode purposive sampling, berfokus
pada kelompok Home Creative “Lentera Donggo”, Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Produk Kerajinan Tembe NGGOLI dari Home Creatif “Lentera Donggo” yang
menjadi salah satu Daya Tarik Wisata di kabupaten Bima ini, secara langsung maupun
tidak langsung sudah mengubah kehidupan masyarakat pemilik destinasi kearah yang lebih
baik. Dari kehidupan perekonimian, dampak yang dirasakan para pengerajin Sarung Tenun
(Tembe NGGOLI) di Home Creatif “Lentera Donggo” sangat berdapak signifikan
semenjak dijadikannya wilayah mereka menjadi destinasi dan daya tarik wisata, yang
bukan hanya wisatawan domestik,namun juga wisatawan mancanegara. Hal ini sudah
dibuktikan dengan semakin banyaknya keluarga para pengerajin yang menempuh
pendidikan tinggi dan memiliki kehidupan yang layak. Dari dampak sosial, masyarakat
mengalami perkembangan secara perekonomian, yang mana masyarakat mendukung akan
keberadaan daya tarik wisata serta masih terjaganya pola kehidupan kebudayaan dan adat-
istiadat daerah setempat apalagi didukung oleh kebijakan pemerintah Kabupaten Bima
sebagai daya tarik wisata berupa produk dari Home Creatif “Lentera Donggo”.11
6. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Karlina (2019) yang berjudul “Strategi Pengembangan
Potensi Wisata Alam di Kabupaten Aceh Jaya.” Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
10
Yunia Dwi Rahmawati dan V. Indah Sri Pinasti, “Dampak Keberadaan Objek Wisata Waduk Sermo Terhadap
Perubahan Sosial Ekonomi Mayarakat Sermo Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan
Sosiologi/1
11
Antriana Djabbar, Jusram Rizal dan Elza Nova Rizaly, “Dampak Keberadaan Sektor Pariwisata Terhadap
Kehidypan Sosial Masyarakat Home Creative (Lentera Donggo) Kecamatan Soromandi Bima NTB”, Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Vol. 1, No. 1, Mei 2021, Hlm. 14-20
untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan potensi wisata alam di Kabupaten
Aceh Jaya serta bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi dalam proses
pengembangan tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif
dengan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ada tiga strategi pemerintah dalam pengembangan potensi wisata
alam yaitu melakukan pengembangan pemasaran wisata, pengembangan destinasi wisata
serta pengembangan kemitraan. Dari tiga strategi tersebut belum sepenuhnya berjalan
efektif. Hal ini dikarenakan masih sulitnya masyarakat luas memperoleh informasi tentang
wisata terutama dari website resminya, kurangnya sarana dan prasarana serta tidak adanya
pelatihan untuk tenaga ahli bidang kepariwisataan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pengembangan wisata, maka digunakan teori yang dikemukakan oleh Yoeti bahwa ada tiga
faktor yang dapat menentukan keberhasilan pengembangan wisata yaitu tersedianya objek
dan daya tarik wisata, adanya aksesibilitas dan adanya fasilitas. Dari ketiga faktor tersebut,
Kabupaten Aceh Jaya hanya memenuhi satu faktor keberhasilan pengembangan wisata
yaitu tersedianya objek dan daya tarik wisata. Adapun yang menjadi peluang dari potensi
wisata yang dimiliki adalah peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang
kemudiaan secara tidak langsung juga mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh
daerah sekaligus dapat berpeluang menjadi destinasi wisata unggulan. Sedangkan yang
menjadi tantangan dalam proses pengembangan potensi wisatanya adalah rendahnya
pemahaman masyarakat terhadap potensi wisata, perencanaan yang belum terintegrasi
dengan baik, terbatasnya aksesibilitas fasilitas dan infrastruktur pendukung, belum
optimalnya sumber daya manusia yang ada, lokasi wisata yang belum bersih, kurangnya
anggaran serta belum rampung nya nomenklatur Susunan Organisasi dan Tata Kerja
pariwisata (SOTK), Qanun Wisata Halal dan belum adanya Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPARDA). 12
7. Penelitian yang dilakukan oleh Samsul Alam Fyka, dkk (2018) yang berjudul
“Dampak Pengembangan Wisata Pulau Bokori Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Bajo (Studi Kasus di Desa Mekar Kecamatan Soropia)”. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui dampak pengembangan wisata pulau Bokori terhadap
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Bajo di Desa Mekar. Analisis data yang digunakan
di penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh sosial berupa gaya hidup melalui cara berpakaian
12
Ayu Karlina, “Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam di Kabupaten Aceh Jaya”, skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Pemerintahan Program Studi Ilmu Administrasi Negara UIN Ar-raniry Darussalam Banda Aceh, 2019, hlm.
5
masyarakat Bajo akibat adanya wisata Pulau Bokori sangat kecil, yaitu sebesar 10,34 %
saja. Sedangkan gaya hidup melalui cara berkomunikasi dengan menggunakan handphone,
terjadi perubahan yaitu sebesar 65,52%. Dampak ekonomi terhadap penambahan mata
pencaharian akibat adanya wisata pulau bokori bagi masyarakat Bajo terlibat dalam usaha
di sektor wisata, seperti jasa penyeberangan, pedagang kaki lima, penyewaan tikar, penjual
makanan sate pokea dan tenaga kerja banana boat. Sehingga terjadi perubahan pendapatan
masyarakat dari sector wisata.13
8. Penelitian yang dilakukan C (2020) yang berjudul “Strategi Branding
pengembangan Industri Pariwisata 4.0 Melalui Kompetitif Multimedia di Era
Digital”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang memungkinkan dan
memahami masalah pendalaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
implikasi multimedia dari teknologi komunikasi dalam membangun branding sebagai
faktor utama yang menyelaraskan pengembangan industri Pariwisata 4.0. Pengembangan
branding melalui program multimedia akan sangat efektif di seluruh dunia dalam konsep
institusional atau korporasi dan harus dikelola dengan baik. 14
9. Penelitian yang dilakukan oleh Alvenia Mirane Tulumang, dkk, (2019) yang
berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja PadaIndustri Pariwisata di Kota
Manado”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana
penyerapan tenaga kerja mampu di pengaruhi oleh variabel-variabel dari industri pariwisata
seperti tingkat upah, jumlah kamar hotel dan jumlah wisatawan mancanegara pada sektor
industri pariwisata di Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang menggunakan data sekunder dengan sumber data berasal dari Badan Pusat
Statistik Kota Manado. Dalam penelitian ini periode waktu yang digunakan berkisar pada
tahun 2005-2017. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
dan pengelolahan data menggunakan aplikasi SPSS 22. Hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa variabel tingkat upah berpengaruh signifikan,jumlah kamar hotel berpengaruh
positif dan tidak signifikan, dan jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor inndustri pariwisata di Kota
Manado.15
13
Samsul Alam Fyka, dkk, “Dampak Pengembangan Wisata Pulau Bokori Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Bajo (Studi Kasus di Desa Mekar Kecamatan Soropia)”, Jurnal Habitat, Vol. 29, No. 3, November 2018,
hlm. 106-112
14
oleh Isdarmanto, dkk, “Strategi Branding pengembangan Industri Pariwisata 4.0 Melalui Kompetitif Multimedia
di Era Digital”, Journal of Tourism and Creativity, Vol.4, No.1, Januari 2020, hlm. 1
15
Alvenia Mirane Tulumang, dkk, “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja PadaIndustri Pariwisata di Kota Manado”,
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 19, No. 04, Tahun 2019, hlm. 1
10. Penelitian yang dilakukan oleh Jilma Dwi Ayu Ningtyas dan Haris Syuhada (2020) yang
berjudul “Analisis Pengelolaan Fixed Asset Pada Disdarpora Kabupaten Batang
Berdasarkan PSAP No 7 (Studi Kasus di Kawasan Objek Wisata Pantai Sigandu)”.
Penelitian ini ingin mengetahui kesesuian pengelolaan aset yang di kelola oleh bagian aset
Kantor Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan Olahraga Batang dengan PSAP No. 7. Metode
Pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data
menggunakan deskriptif kualitatif. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat
perbedaaan perlakuan aset pada Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga dengan PSAP
No. 7 yaitu pada poin 6. Penghentian dan pelepasan aset tetap tidak sesuai dengan PSAP
No. 7 Tahun 2010.16

F. LANDASAN TEORI
1. Pariwisata
Salah (1996 : 9) dalam Tourism Management, menyatakan bahwa pariwisata adalah
satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam panyediaan lapangan kerja. Hamalik (1978 : 14) juga mengemukakan pariwisata
yaitu melakukan perjalanan bertujuan untuk beristirahat dan hanya dinikmati oleh
segolongan manusia.
Menurut Sujali (1989 : 2), mengemukakan pariwisata merupakan kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan. Wisata sebagai salah
satu aktivitas manusia melibatkan banyak aspek dan dapat ditinjau dari banyak disiplin
ilmu.
Menurut Fandeli (1995 : 47), mengemukakan pariwisata adalah perpindahan
sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-

16
Dwi Ayu Ningtyas dan Haris Syuhada, “Analisis Pengelolaan Fixed Asset Pada Disdarpora Kabupaten Batang
Berdasarkan PSAP No 7 (Studi Kasus di Kawasan Objek Wisata Pantai Sigandu)”, economic, business, management
and acounting journal, Vol. 17, No. 2, juli 2020, hlm. 1
harinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Menurut Spillane (1987 : 21), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat
yang lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha
untuk keseimbangan, keserasian atau kebahagiaan dengan lingkungan hidup dengan
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-
kali, berputar-putar, dan lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian. Wisata
bersinonim dengan kata travel. Jadi pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut undang-undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Orang yang melakukan
wisata dikatakan sebagai wisatawan
Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktorfaktor tertentu,
baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan pariwisata .
Fandeli (1995 : 40) menjelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Pendorong Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah
ingin terlepas, meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari,
lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan hiruk pikuk kehidupan kota.
b. Faktor Penarik Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau
di tempat wisata
2. Pariwisata dalam presfektif ekonomi
Menurut Nugroho (2018: 166-173), Lundberg, Stravenga, dan
Kkhrisnamoorthy menemukan bahwa pariwiata telah mendorong perekonomian
baik negara maju maupun negara berkembang, setidaknya pada empat sektor
ekonomi: perhotelan, restoran, penerbangan, dan sektor pendukungnya. Sektor
pariwisata diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang
lebih terebar di seluruh negri ini. Diharapkan pula mampu memutuskan rantai
kemiskinan, pengangguran, juga ksenjangan dengan cepat dan tepat. Pada 2016
melalui branding Wonderfull Indonesia, parisiwata indonesia meraih 46
peghargaan dari 22 negara penyelenggara. Bahkan, Pavilion Wonderfull Indonesia
sukses memperthankan gelar The Best Exibition 2017.
Pariwisata dikenal sebagai kegiatan ekonomi yang mempunyai efek
pengganda(multiplier efffect) terbesar dibandingkan sektor-sektor lainya. Analisis
pengganda digunakan untuk memperkirakan dampak yang sedang berlangsung
dari pengeluaran turis dalam perkonomian. Diakui bahwa pengeluaran pariwisata
awal akan menimbulkan permintaan impor untuk melayani kebutuhan wisatawan,
dan bahwa banyak dari pengeluaran awal akan merembes melalui ekonomi untuk
merangsang pengeluaran tidak lngsung lebih lanjut dan pengeluran yang
disebabkan oleh pengeluaran awal. Hal ini pada dasarnya saling bergantung,
bergantung pada aktivitasya pada input dari banyak sektor ekonomi, dari
pertanian, industri dan layanan umum.
Jumlah awal pengeluaran pariwisata akan menghasilkan perubahan dalam
perekonomian – dalam output, pendapatan, pekerjaan, dan kontribusi terhadap
pendapatan pemerintah perubahan dlam berbgai kategori mungkin kurang dari,
sama dengan, atau lebih besar dari perubahan awal(tambahan) dalam pengeluaran
wisatawan yang memulai proses ekonomi. Pengganda turisme mengacu pada rasio
perubahan dalam output, pendapatan, pekerjaan dan pendapatan pemerintah
terhadap perubahan asli dalam pengeluaran wisatawan. Penggandaan wisata dapat
dibagi penjadi lima jenis utama:
a. Transaksi atau penjualan. Peningkatan pengeluaran wisatawan akan
menghasilkan pendapatan bisnis tambahan
b. Kelipatan output. Ini berkaitan dengan jumlah output tambahan yang
dihasilkan dalam ekonomi sebagai konsekuensi dari peingkatan
pengeluaran turis
c. Penggali pendapatan. Ingin mengukur pendapatan tambahan yang
diciptakan dalam ekonomi sebagai konsekuensi dari peningkatan
pengeluaran turis
d. Pengganda pendapatan pemerintah. Inimengukur dampak pada pendapatan
pemerintah sebagai konsekuensi dari peningkatan pengeluaran wisatawan.
e. Pengganda pekerjaan. Ini mengukur jumlah total pekerjaan yang
diciptakan olh unit tambahan belanja pariwisata.

Lebih lanjut, dalam memahami impak ekonomi terhadap ekonomi nasional


digunakan pendekatan yang pada modifikasinya dirumuskan lima agenda
berkenaan dengan impak ekonomi pariwisata terhadap ekonomi nasional, yaitu:

1. Impak langsung (direct impact)


2. Impak tidak langsung (indirect impact)
3. Impak diinduksi (induced impact)
4. Impak lanjutan ( dvanced impact)
5. Impak negatif ( negative impact)

Impak atau “pengaruh” ekonomi secara langsung adalah akibat ekonomi


yang terjadi secara langsung sebagai akibat kegiatan pariwisata disebut juga”
front-line tourist establishment”. Impak langsung pariwisata adalah:

a. Transaksi untuk transportasi dari wisatawan ke destinasi wisata, dan


kembali ke asal wisatawan
b. Transaksi untuk akomodasi atau penginpan di destinasi wisata
c. Transaksi untuk atraksi di destinasi pariwisata
d. Transaksi untuk konsumsi di destinasi priwisata
Di pariwisata dikenal konsep “trickle down effect”, sehingga terdapat
impak tidak langsung, yaitu kejadian transaksi ekonomi karena keberadaan
wisatawan pada suatu destinasi wisata, berupa transaksi barang dan jasa pada
local economy. Impak tidak langsung mencakup:
a. Transaksi pembelian souvenir.
b. Transaksi pembelian jasa pariwisata, termasuk di dalamnya spa, pijat,
meditasi, toilet, dan sejenisnya

Impak diinduksi adalah impak yang terjadi di antara transaksi-transaksi


tersebut, termasuk di antaranya adalah:
a. Gaji dan/atau upah yang diterima pekerja di sektor pariwisata dan
pendukungnya.
b. Komisi dan bunga keungangan yang terjadi karena adanya transaksi
ekonomi

Impak lanjutan adalah impak ekonomi yang dialami karena ada totalitas
transaksi yang terjadi pada suatu destinasi wisata. Termasuk di antaranya:

a. Transaksi dengan kawasan penyuplai bahan makanan dan minuman


b. Trabsaksi dengan kawasan penyuplai sumber daya manusia pekerja
pariwisata
Transaksi dengan industri di balik kegiatan pariwisata, yaitu otomotif,
perbankan, gramer, dan lain-lain.

3. Potensi pariwisata
Menurut Pearce (1983 : 25), faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi
pengembangan potensi obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan
penggunaan lahan , hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah tenaga
kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan meliputi
obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur dan
masyarakat/lingkungan (Gamal Suwantoro, 2004 : 19)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pariwisata tersebut diatas dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Kondisi Fisis Aspek fisis yang berpengaruh terhadap pariwisata berupa iklim
(atmosfer), tanah batuan dan morfologi (lithosfer), hidrosfer, flora dan fauna.
b. Atraksi dan Obyek Wisata Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-
tarian, nyayian, kesenian daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996 : 172).
Obyek wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung.
c. Aksesibilitas Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata.
Semakin mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan
untuk berkunjung.
d. Pemilikan dan Penggunaan Lahan Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan
dapat mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk pengembangannya, dan
terhadap arah pengembangannya.
e. Sarana dan Prasarana Wisata Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-
perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung
atau tidak langsung. Prasarana kepariwisataan ini berupa prasarana
perhunbungan, komunikasi, istalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi,
sistem perbankan dan pelayananan kesehatan (Yoeti, 1995 : 181).
f. Masyarakat Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan
penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata
(Gamal Suwantoro, 2004 : 23)
Sujali (1989 : 11), mengemukakan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena suatu
proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh budidaya
manusia. Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai suatu potensi
yang dapat menarik pengunjung.
Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki oleh tempat
tersebut ataupun suatu obyek/kenampakan yang dibuat oleh manusia, dalam hal ini
stakeholder yang bertanggung jawab terhadap obyek wisata tersebut. Melihat potensi
pariwisata yang telah berkembang baik obyek, infrastruktur, maupun pengusahanya,
masih terdapat peluang investasi berdasar potensi alam yang ada yaitu keberadaan
Gunung Rinjani sebagai salah satu gunung yang memiliki daya tarik pendakian, anak
gunung serta danau sebagai tempat pemancingan.
Di samping itu juga, untuk mengeksplorasi keindahan alam pedesaan, keunikan
karakter masyarakatnya serta keragaman budaya, wisata pedesaan menjadi peluang yang
cukup bagus untuk dikembangkan.
4. Pengembangan pariwisata
Dalam UU RI No. 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7,tentang pembangunan pariwisata
disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah memperhatikan keanekaragaman,
keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Pembangunan pariwisata meliputi :
a. Industri pariwisata
b. Destinasi pariwisata
c. Pemasaran, dan
d. Kelembagaan kepariwisataan.
Musanef (1996 : 1) menyebutkan bahwa pengembangan pariwisata adalah segala
kegiatan dan usaha terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana
dan sarana,barang dan jasa/fasilitas yang diperlukan guna melayani kebutuhan
wisatawan.

Menurut Sujali (1989 : 41), untuk mendapatkan hasil pembangunan kepariwisataan


yang optimal ada tiga komponen penting yang harus dipersiapkan yaitu :

a. Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati atau adanya atraksi yang dapat
dilihat
b. Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan
c. Komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur.

Selanjutnya suatu daerah agar dapat dikembangkan, menarik wisatawan dan dapat
dijadikan daerah tujuan wisata , harus memenuhi tiga syarat yaitu : a) something to see,
artinya di daerah tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan
apa yang dimiliki oleh daerah lain, b) something to do, artinya di daerah tersebut banyak
yang dapat dilakukan, harus ada fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah
lebih lama tinggal di tempat tersebut, c) something to buy, artinya didaerah tersebut harus
ada tempat belanja seperti souvenir dan oleh-oleh (Yoeti, 1996 : 178).

Pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi
daya tarik yang dimiliki oleh objek tersebut, dan harus mengacu pada berbagai kriteria
kelayakan. Kelayakan yang dimaksudkan adalah kelayakan finansial, kelayakan ekonomi
regional, kelayakan teknis dan kelayakan lingkungan (Gamal Suwantoro, 1997 : 20)

5. Srategi Pemerintah
Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu
10 tahun terakhir, mengakibatkan perubahan bentuk sistem politik dari otoriter ke
demokratis. Struktur ekonomi juga berubah dengan menguatkan posisi sektor
sekunder dan tersier di dalam akumulasi devisa dan penciptaan kesempatan kerja.
Dalam merespons perubahan struktur sosial dan ekonomi tersebut, daerah
pedesaan didorong untuk mencari kegiatan ekonomi alternatif untuk menggeser
peran ekonomi tradisoinal. Salah satu kegiatan ekonomi yang aktraktif adalah
pariwisata. Ia memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan dari daerah
perkotaan yang ingin mencari tempat dan suasana yang berbeda dengan kawasan
perkotaan yang semakin penuh polusi. Pengembangan pariwisata sudah didukung
oleh negara sejak tahun 2009.
Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari strategi pemerintah untuk
menjalankan Program Nasional Pemberdayaaan Masyarakat Mandiri (PNPM
Mandiri). PNPM Mandiri merupakan program nasional untuk menanggulangi
kemiskinan dengan berbasis pada aktvitas pemberdayaan masyarakat. Konsep
ideal yang ditawarkan adalah pemberdayaan komunitas terutama dalam
pembangunan infrastruktur dasar pendidikan dan kesehatan. Pembangunan
infrastruktur diarahkan untuk membuka peluang kerja bagi masyarakat, sehingga
angka pengangguran dapat direduksi ke tingkat yang lebih rendah.
Melalui program ini masyarakat miskin diharapkan mampu meningkatkan
kapasitas, partisipasi, kemandirian, social capital, inovasi dan kerjasama yang kuat
untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan dengan dukungan pelayanan yang
semakin baik dari aparat pemerintah. Dapat dikatakan bahwa PNPM Mandiri
merupakan respons kebijakan negara terhadap masalah kemiskinan yang akut
yang diakibatkan krisis ekonomi dan politik dalam negeri yang berkepanjangan.
Pengembangan pariwisata perdesaan diakselarasi melalui PNPM Mandiri
Pariwisata. PNPM Mndiri Pariwisata merupakan rintisan atau penguatan. Sebagai
rintisan, PNPM Mandiri Pariwisata berfungsi sebagai pendukung kegiatan PNPM
Mandiri inti dengan fokus pada pengembangan infrastruktur pariwisata pedesaan.
Daerah perdesaan ditetapkan sasaran utama pembangunan nasional karena
merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk Indonesia dan kondisi
infrastruktur ekonomi jauh tertinggal dibandingkan dengan perkotaan. Dibidang
pariwisata hal ini direalisasi dalam bentuk pengembangan pariwisata perdesaan.
Strategi ini dimaksudkan untuk mendorong perbaikan infrastruktur ekonomi di
perdesaan, disversifikasi pekerjaan dan memberdayakan kelompok pengangguran.
Dalam skema PNPM Mandiri Paeiwisata dapat diidentifikasi peran sentral
negara. Pertama adalah penyusunan desain program pengembangan pariwisata
perdesaan. Konsep desain ini dirancang secara kolaborasi antara dirokat dan
teknkrat. Pemerintah melalui tiga lembaga tinggi negara Bappenas, Menko Kesra,
dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, menyusun rancangan dasar
pengembangan pariwisata perdesaan. Secara konseptual, dasar PNPM Mandiri
Pariwisata ini mengacu pada rancangan umum penanggulangan kemiskinan yang
berlaku secara nasional.
Secara umum ada empat program utama pengembangan pariwisata
perdesaan di dalam desain PNPM Mandiri Pariwisata ini, yakni :
1. Penguatan kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan bisnis pariwisata perdesaan,
2. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah untuk memfasilitasi
kerjasama antarpemangku kepentingan di dalam pengelolaan program,
3. Bantuan manajemen untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program,
termasuk kendali mutu, evaluasi, dan berkelanjutan program,
4. Bantuan dana untuk pengembangan infratstruktur fisik pariwisata
perdesaan.
Kedua, penentuan jumlah sasaran desa pariwisata. Jumlah sasaran dam
kriteria perdesaan penerima program ditentukan oleh pemerintah pusat. Dapat
dipahami bahwa penentuan jumlah perdesaan sangat terkait dengan keterbatasan
dana yang tersedia. Untuk menentukan perdesaan sasaran, pemerintah
menggunakan empat kriteria utama, yaitu :
1. Perdesaan atau unit komunitas diperkotaan tersebut memiliki potensi
pariwisata atau lokasinya dekat dengan pusat-pusat kegiatan pariwisata,
2. Ia juga memiliki keterkaitan fungsional secara langsung atau tak
langsung dengan pusat-pusat kegiatan pariwisata,
3. Penduduk perdesaan banyak yang miskin,
4. Didaerah perdesaan terdapat kelompok masyarakat atau kader penggerak
pembangunan.
Ketiga, penentuan jumlah alokasi dana pengembangan. Jumlah dana
pengembangan per unit pariwisata perdesaan ditentukan sepenuhnya oleh
pemerintah pusat melalui Kementrian Pariwisata. Dana ini dialokasikan dari
APBN, meskipun ada juga pemerintah lokal yang mengalokasikan dana untuk
membantu pengembangan pariwisata perdesaan diluar skema ini. Penting dicatat
bahwa kelompok sasaran tidak berhak untuk mengubah jumlah pagu anggaran
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dana tersebut digunakan untuk mendanai
kegiatan pelatihan, pengadaan fasilitas fisik maupun permodalan usaha bersama
masyarakat di dalam kepariwisataan ( Demanik, et al., 2018: 4 – 7 ).

G. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian pada proposal skripsi ini termasuk kategori Penelitian


deskriptif (descriptive reasearch), sering juga disebut dengan penelitian
taksonomik (taksonomic research). Dikatakan demikian karena penelitian ini
dimaksudkan untuk mengeksplorasi atau mengklarifikasi suatu gejala, fenomena
atau kenyataan sosial yang ada. Penelitian deskriptif berusaha untuk
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti. Penelitian deskriptif tidak mempersoalkan hubungan antar variabel
yang ada, karena penelitian deskriptif tidak maksudkan untuk menarik generasi
yang menyebabkan suatu gejala, fenomena atau kenyataan sosial terjadi demikian.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah
metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Dalam metode ini, proses dan makna (perspektif subjek)
lebih ditonjolkan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai panduan agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu, landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Riset kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedetail mungkin melalui pengumpulan data
dengan sebanyak mungkin. Semakin banyak dan detail data yang didapatkan,
maka semakin baik kualitas penelitian ini.
2. Setting Penelitian
Penelitian bertempat di sebuah obyek wisata pemandian air padas tepatnya
di Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang yang menjadi fokus
penelitian
3. Pemilihan Sample
Penelitian ini berfokus pada potensi yang ada dan dapat dikembangankan
dari objek wisata pemandian air panas untuk bisa menjadi objek wisata unggulan
dan diharapkan dengan dikembangkanya objek wisata ini bisa meningkatkan
minat wisatawan dan juga diharapkan mningkatkan perekonomian masyarakat
Desa Sangubanyu. Fokus penelitias ini kemudian menjadi rumusan masalah yang
dijawab penulis melalui penelitian yang sudah dilakukan. Pengamatan dilapangan
dan pengumpulan data dilakukan oleh penulis sesuai dengan wawancara dan juga
observasi yang telah dibuat sesuai dengan fokus penelitian. Ffokus penelitian
menjadi acuan penulis saat peelitian dilapangan , sehigga penulis memperoleh
hasil yang mendalam.

4. Data dan Sumber Data


Sumber daata dalam penelitia ini adalah berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung oleh peneliti dengan cara mendatangi
langsung sumbernya. Data sekunder diperoleh dari data penelitian lain yang
dilakukan oleh lembaga atau instansi, tidak langsung diperoleh olh peneliti dari
subjek penelitinya.
Alam penelitian ini penulis tidak menggunakan istilah populasi, sampel,
tetapi penulis menggunakan informan, yaitu terdiri dari beberapa orang yang
merupakan bagian populsi yang dijadikan sebagai sampel. Dalam penelitian ini
informan sangatlah penting guna memperoleh data mengenai potensi yang dapat
dikembangkan dari objek wisata dan juga upaya peningktan perekonomian
masyarakat desa sangubanyu.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui baagaimana upaya dan
peran pemerintah dalam mengembangkan objek wisata pemandian air panas.

5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian


1. Observasi
Observasi yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian yang dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung. Teknik ini dilakukan peneliti dengan
mengamati secara langsung kegiatan pengembangan wisata yang dilakukan
untuk melihat potensi yang dapat dikembangkan di objek wisata pemandian
air panas Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses interaksi atau komunikasi secara langsung
antara pewawancara dengan responden. Pengumpulan data dengan teknik ini
dapat digunakan untuk memperoleh data yang bersifat fakta. Teknik ini
digunakan peneliti dengan mewawancarai salah satu pengelola wisata
tersebut.
6. Teknik keabsahan data
Adapun teknik keabsahan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu.

1. Derajat Kepercayaan
Sumber data yang didapat dalam penelitian ini dapat dipercaya karena melalui
wawancara dan pengamatan secara langsung oleh salah satu pengelola wisata
pemandian air panas Desa Sangu Banyu
2. Kebergabungan
Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka sulit menemukan
kebergabungan dari sumber data. Karena objek dari penelitian ini adalah para
pengelola wisata yang berbeda pemikiran satu sama lain.
3. Kepastian
Data dalam penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan dan sudah pasti.
Karena berkaitan langsung dengan para pengelola wisata yang menjadi objek atau
sumber data dalam penelitian. Data yang diambil berasal dari hasil wawancara
dengan objek juga dari hasil pengamatan langsung oleh peneliti terhadap
bagaimana pengelolaan wisata yang dilakukan oleh para pemuda desa dan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Rufaidah Erlina. 2015. Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: graha ilmu.
Unggul Priyadi. 2016. Pariwisata Syariah Prospek dan Perkembangan. Yogyakarta : Upp Stim
Ykpn.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata

Sejarah dan prospeknya. kasinius Yogyakarta. http://asyharnotes.blogspot.co.id

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri-sektor/pariwisata/item6051

Prasetya D. M. R. 2015. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep Madura Jawa


Timur. Jurnal Politik Muda. Vol. 3 No. 3.

Salah Wahab. 1996. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Hamalik, Oemar 1978. Travel dan Tour Asas-Metode-Teknik.Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Fandeli, Chafid. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Liberti.

Spillane, James. J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Perkembangannya. Yogyakarta :


Kanisius.

Sujali, 1989. Geografi Pariwisata Dan Kepariwisataan. Yogyakarta : Fakultas Geografi


Univeresitas Gadjah Mada.

Nugroho, Riant. 2018. Kebijakan Pariwisata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pearce, Douglas. 1983. Toursit Development : Topics In Applied Geography. England :


Longmand Group Limited

Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

Yoeti, Oka A. 1995. Anatomi Pariwisata. Bandung : Angkasa

Musanef, 1996. Manajemen Usaha Pariwisata Indonesia. Jakarta : PT Toko Gunung Agung
Demanik, Janianton, dkk. 2018. Membangun Pariwisata dari Bawah. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Rahmawati. Y. D., & Sri Pinasti. I. V. Dampak Keberadaan Objek Wisata Waduk Sermo
Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Mayarakat Sermo Kulon Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sosiologi/1.

Wahyuningsih Sri. 2018. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Apparalang Sebagai
Daerah Tujuan Wisata Kabupaten Bulukumba. Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Asriyandi Ian. 2016. Strategi Pengembangan Obyen Wisata Air Terjun Bissapu Di Kabupaten
Bantaeng. skripsi progam studi Ilmu Administrasi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hassanudin Makassar

Sa’idah A. N. 2017. Analisis Pengembangan Pariwisata Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli


Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung. Skripsi Program Studi Ekonomi Syari’ah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Raden Intan Lampung.

Djabbar Antriana. Dkk. Dampak Keberadaan Sektor Pariwisata Terhadap Kehidypan Sosial
Masyarakat Home Creative (Lentera Donggo) Kecamatan Soromandi Bima NTB. Jurnal
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata Vol. 1, No. 1.

Karlina Ayu. 2019. Strategi Pengembangan Potensi Wisata Alam di Kabupaten Aceh Jaya.
skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Program Studi Ilmu Administrasi Negara
UIN Ar-raniry Darussalam Banda Aceh.

Samsul Alam Fyka. Dkk. 2018. Dampak Pengembangan Wisata Pulau Bokori Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Bajo (Studi Kasus di Desa Mekar Kecamatan Soropia). Jurnal
Habitat. Vol. 29, No. 3.
Isdarmanto. Dkk. 2020. Strategi Branding pengembangan Industri Pariwisata 4.0 Melalui
Kompetitif Multimedia di Era Digital. Journal of Tourism and Creativity. Vol.4. No.1.

Tulumang M. I. Dkk. 2019. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja PadaIndustri Pariwisata di Kota
Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 19. No. 04.

Anda mungkin juga menyukai