Anda di halaman 1dari 17

PENGGUNAAN BATA RINGAN DAN BATU GAMPING TERHADAP

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI UMUR PENGUJIAN

Erland Satria Agung


Universitas Bosowa
Email: erlandsatriaagung@gmail.com

Abstrak
Pembangunan dalam bidang kontruksi akan terus meningkat, baik itu berupa perumahan
maupun non perumahan. Bahan bangunan yang sering digunakan saat ini adalah beton. Beton
didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik
(portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan
tambah (admixture atau additive). DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidrolik, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI 03-2847-2002).
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan
utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa
bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka
kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk.
Dalam Penelitian Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari dengan
menggunakan slinder berukuran 15 cm x 30 cm sebanyak 20 buah seperti yang tercantum dalam
tabel 4.6. Pengujian kuat tekan mengacu pada SNI 2847 2013 (Persyaratan Beton Struktur untuk
Bangunan Gedung).
Kata Kunci: Kontruksi, Beton, Pengujian kuat tekan beton

Abstract
Development in the construction sector will continue to increase, both in the form of
housing and non-housing. The building material that is often used today is concrete. Concrete is
defined as a mixture of constituent materials consisting of hydraulic cement (portland cement),
coarse aggregate, fine aggregate, and water with or without using additives (admixture or
additive). DPU-LPMB provides a definition of concrete as a mixture of portland cement or
hydraulic cement, fine aggregate, coarse aggregate and water, with or without additives that form
a solid mass (SNI 03-2847-2002).
Concrete is a composite material (mixture) of several materials, the main ingredient of
which consists of a mixture of cement, fine aggregate, coarse aggregate, water and / or without
other added materials with a certain ratio. Because concrete is a composite, the quality of the
concrete really depends on the quality of each forming material.
In this research, the test for the compressive strength of concrete was carried out at the
age of 28 days using 20 cylinders measuring 15 cm x 30 cm as listed in table 4.6. The
compressive strength test refers to SNI 2847 2013 (Requirements for Structural Concrete for
Buildings).

Keywords: Construction, Concrete, Concrete compressive strength testing


A. Pendahuluan
Penggunaan beton sebagai konstruksi bangunan telah lama dikenal dan paling banyak

dipergunakan. Hal ini dikarenakan beton memiliki sifat mudah dibentuk sesuai dengan keinginan,

bahan dasar penyusun, mudah didapatkan dan mudah dalam perawatan. Beton merupakan bahan

yang sangat kuat, tahan karat dan tahan terhadap api. Selain itu, kelebihan beton yang lebih

menonjol dibandingkan bahan konstruksi yang lain yaitu memiliki kuat tekan yang tinggi.

Beton merupakan campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar yang

mengeras menyerupai batu. Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak

digunakan di seluruh dunia. Banyak upaya yang dilakukan dimulai dari penerapan bangunan

ramah lingkungan (green building) yang mengadopsi reduce(mengurangi), reuse

(menggunakan ulang), recycle (daur ulang), replace (menggantikan) untuk bangunan ramah

lingkungan.

Sementara itu banyak bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan agregat kasar dari

limbah bahan bangunan yang biasanya di buang begitu saja tanpa dimanfaatkan dengan baik,yang

contohnya limbah bata merah, kayu, genting, dan bata ringan. Ketika penulis melihat limbah bata

ringan yang tidak terpakai, timbul pemikiran untuk dijadikan bahan pengganti agregat kasar yang

biasanya digunakan didalam campuran beton yaitu agregat kasar berupa kerikil. Penulis

mengantinya dengan pecahan bata ringan. Bata ringan ini memiliki sifat yang mendukung

mempunyai berat yang ringan. Maka dari itu timbul pemikiran tentang mendapatkan berat

struktur beton yang lebih ringan. Dengan cara mengganti agregat kasar (kerikil) dengan

menggunakan pecahan bata ringan.

Sedang batu gamping merupakan salah satu batuan yang sangat potensial untuk

menggantikan batu pecah (kerikil), namun tentunya dengan pemanfaatan yang bijaksana dan

bukan dieksploitasi. Hal ini mendasari studi mengenai penggunaan batu gamping sebagai agegat

kasar beton.

Pada penelitian ini diharapkan penggunaan bata ringan dan batu gamping sebagai alternatif

agregat kasar dapat meningkatkan mutu beton dengan kuat tekan yang dihasilkan lebih besar dari

beberapa penelitian terdahulu.


B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Dan Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas

Bosowa, yang dimulai pada bulan Juli sampai Agustus 2019. Bahan utama dalam campuran

beton yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Agregat Halus

Dilakukan pengecekan kebutuhan pasir dalam satu kali pengadukan, sehingga hasil rencana

campuran tercapai

2) Agregat kasar

Dilakukan pengecekan ulang untuk mengetahui takaran kebutuhan dalam satu kali

pengadukan dan menyamakan kondisi agregat dengan hasil analisa agregat.

3) Semen

Dilakukan pengecekan takaran berat semen dan kondisi fisik semen, sudah teradi

pengerasan atau belum. Jika telah terjadi pengerasan, maka semen tidak bias digunakan dan harus

diganti dengan semen yang dalam kondisi bagus.

4) Air

Persiapan air dilakukan ketika akan melakukan pengecoran, jumlah air yang digunakan

sesuai dengan jumlah air yang telah di rencanakan.

5) Bata ringan

Pada penelitian ini penghancuran limbah bata ringan dilakukan secara manual, lalu di ayak

sesuai dengan kebutuhan yang telah di rencanakan

6) Batu gamping

Batu gamping pada penelitian ini di peroleh dari salah satu batching plant yang terdapat di

kabupaten enrekang. Sehingga di peroleh batuan yang telah dipecahkan,yang selanjutnya

dilakukan pengayakan untuk memperoleh agregat yang sesuai dengan agregat rencana.

Prosedure pemeriksaan bahan mengikuti buku penuntun, Praktikum Struktur dan Bahan

Bangunan dan Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Bosowa. Pemeriksaan material yang akan

digunakan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan terhadap bahan pengisi beton yaitu agregat
halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah). Prosedur pemeriksaan agregat mengacu pada SK

SNI dan ASTM. Pengujian agregat meliputi pengujian kadar air, kadar lumpur, berat isi, ,berat

jenis, analisa saringan, uji penyerapan agregat.

Perancangan campuran adukan beton bertujuan untuk mendapatkan beton yang sebaik-

baiknya sesuai dengan bahan dasar yang tersedia dan keinginan pembuat bangunan, yaitu kuat

tekan yang disyaratkan mudah dikerjakan, awet, dan murah. Setelah memperoleh data

karakteristik agregat melalui pengujian agregat maka data-data untuk rancangan campuran

adukan beton telah tersedia. Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal pada penelitian ini

menggunakan metode SNI 2013.

Pembuatan benda uji dibuat berdasarkan perhitungan proporsi campuran dari hasil

rancangan campuran beton (mix design). Pembuatan benda uji ini mengacu pada metode Standar

Nasional Indonesia 03-2492-1991 tentang metode Pembutan dan Perawatan Benda Uji Beton di

Laboratorium. Pembuatan benda uji yang digunakan untuk kuat tekan.

Material yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji dipersiapkan terlebih dahulu.

Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data – data yang dibutuhkan dalam

perancangan campuran beton, meliputi jenis semen, jenis agregat kasar dan halus, gradasi dan

besar butiran maximum. Pada perancangan beton ini tidak ditentukan mutu beton yang

direncanakan, tetapi ditentukan oleh faktor air semen. Sebelum melakukan pengecoran, dilakukan

pengecekan kembali jumlah takaran material yang sudah disiapkan. Pengadukan bahan untuk

campuran beton dapat dalam komposisi berat atau dalam perbandingan, dengan cara

mengkonversi satuan berat bahan tersebut dengan nilai berat isinya. Banyaknya bahan untuk

pengadukan tergantung dari volume sampel yang akan dibuat, serta banyaknya pengujian yang

akan dilakukan.

Benda uji berdasarkan pada 3 (tiga) macam variasi beton, yaitu beton normal dan beton

dengan variasi, kemudian masing-masing diteliti dengan 3 (tiga) percobaan, yaitu :

Tabel 3.3 kebutuhan benda uji

Batu Batu Bata


No Benda Uji Semen Pasir Umur Jumlah
Pecah Gamping Ringan
1 BN a% b% c% - - 28 20
2 BV-1 a% b% 60%c 30%c 10%c 7 3
              14 3
              28 3
3 BV-2 a% c% 30%c 60%c 10% 7 3
              14 3
              28 3
Total  38

Keterangan ;

BN = Beton normal

BV-1 = Beton variasi 1

BV-2 = Beton Variasi 2

Pengujian ini dilakukan untuk mencari nilai slump pada beton segar, melihat perbandingan

antara nilai slump dengan kuat tekan beton yang tercapai.

Nilai slump di gunakan untuk mengukur tingkat kelecekan suatu adukan beton, yang

berpengaruh pada tingkat pengerjaan beton (workability). Semakin besar nilai slump, maka beton

semakin encer dan semakin mudah untuk di kerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka

beton akan semakin kental dan semakin sulit untuk di kerjakan.

1) Peralatan

a) Kerucut Abram, yaitu kerucut terpancung dengan ukuran diameter bawah 20 cm

diameter atas 10 cm, tinggi 30 cm.

b) Plat baja tahan karat untuk alas pengujian.

c) Tongkat pemadat diameter 20 mm panjang 100 cm.

d) Mistar pengukur.

2) Prosedur

a) Bagian dalam alat slump serta landasannya dilumasi dengan kain basah, supaya tidak

menyerap air dari sample.

b) Kemudian alat slump diletakan di tempat datar atau landasan yang sudah disiapkan. Lalu

tahan kerucut terpancung tersebut dengan cara menekannya dengan kedua tangan pada

bagian atas agar tidak terangkat pada saat beton dimasukkan.


c) Selanjutnya beton dimasukkan dalam tiga lapisan. Setiap lapisan dipadatkan dengan

batang pemadat sebanyak 25 kali.

d) Kemudian diratakan permukaan atasnya, dengan menggeserkan batang pemadat secara

mendatar. Apabila kelebihan beton yang menempel pada alat slump dibersihkan.

e) Lalu secara perlahan angkat vertical keatas kerucut abramnya.

f) Kemudian bandingkan tinggi cetakan dengan tinggi beton, lalu hasil dari pengukurannya

dicatat.

Pengujian kuat tekan dilakukan untuk membandingkan kuat tekan hasil pengujian dengan

kuat tekan rencana yang sesuai dengan standarisasi, dan melakukan koreksi terhadap rancangan

campuran.

1) Peralatan

a) Mesin Kuat Tekan.

b) Timbangan kapasitas 20 kg

c) Mistar ukur

2) Prosedur

a) Langkah pertama beton yang berbentuk silinder, yang telah di rawat sampai hari

pengujian, diambil dari tempat perawatan. Kemudian permukaannya dilap sehingga

kering, lalu masing-masing sampel diberi nomor atau tanda agar tidak tertukar.

b) Timbang benda uji, setelah itu lakukan pengukuran diameter dan tinggi. Luas benda uji

yang akan ditekan dicatat (A) cm². Untuk benda uji berbentuk silinder ditimbang (B)

gram. Dan benda uji dibawa ke mesin tekan.

c) Melapisi permukaan atas dan bawah benda uji (capping) dengan mortar belerang dengan

cara sebagai berikut

- Meletakkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) sampai suhu kira –

kira 130 C.

- Menuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis (capping plate) yang dinding

dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk.

- Meletakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair

menjadi keras .
- Melakukan pelapisan permukaan (capping) terhadap benda uji lainya dengan cara

yang sama.

d) Mesin tekan disiapkan.

e) Meletakkan benda uji yang telah siap untuk diperiksa pada mesin tekan secara sentris.

f) Atur jarum penunjuk sampai menunjukkan angka 0 (nol) dengan cara memutarnya.

g) Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan, berkisar antara 2-4

kg/cm per detik.

h) Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan mencatat beban maksimun yang

terjadi selama pemeriksaan benda uji.

i) Mendokumentasikan bentuk pecah dan keadaan benda uji.

3) Perhitungan

Rumus ; ƒ’c =

Keterangan :

ƒ’c = kuat tekan (MPa)

Pmaks = Beban tekan Maksimum (N)

A = Luas permukaan benda Uji ( )

C. Hasil dan Pembahasan (Bold)


1. Karakteristik Agregat
Pengujian karakteristik agregat didasarkan pada SNI. Hasil pengujian dapat dilihat pada

Tabel 1.1 dan 1.2

Tabel. 1.1Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus

Karakteristik Hasil
No Interval Keterangan
Agregat Pengamatan
1 Kadar Lumpur 4,53% Maks 5% Memenuhi

2 Kadar Air 4,78% 2% - 5% Memenuhi


Berat Isi   1,4 – 1,9 kg/liter  

3 Berat Isi lepas 1,41 kg/liter Memenuhi

Berat Isi padat 1,54 kg/liter Memenuhi

4 Absorpsi 1,84% Maks 2% Memenuhi

5 - Bj. Curah 2,59 1,6 - 3,3 Memenuhi

- Bj. SSD 2,64 1.6 - 3,3 Memenuhi

- Bj. Semu 2,72 1.6 - 3.3 Memenuhi


Sumber : Hasil Pengujian

Tabel. 1.2 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar

Karakteristik Hasil Keteranga


No Interval
Agregat Pengamatan n

1 Kadar Lumpur 0,24% Maks 1% Memenuhi

2 Kadar Air 0,88% 0,5% - 2% Memenuhi

Berat isi   1,6 – 1,9 kg/liter  

3 - Berat isi lepas 1,61 kg/liter Memenuhi

- Berat isi padat 1,69 kg/liter Memenuhi

4 Absorpsi 2,33% Maks 4% Memenuhi

- Bj. Curah 2,49 1,6 - 3,3 Memenuhi

5 - Bj. SSD 2,55 1,6 - 3,3 Memenuhi

- Bj. Semu 2,64 1,6 - 3,3 Memenuhi

Sumber : Hasil Pengujian

Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat alam yaitu agregat

halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah ukuran maksimum 20 mm) yang berasal dari Pakkato,
Gowa. Berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan agregat di Laboratorium Bahan dan Struktur Beton

Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Gradasi Gabungan Agregat

Gradasi penggabungan agregat diperoleh berdasarkan pengujian karakteristik agregat yang

dapat dilihat pada Gambar 2.1 :

Gradasi Agregat
Gradasi Penggabungan Agregat Beton Spesifikasi
No. Individu
(Maksimum Nominal 20 mm) 2010
Saringan (rata-rata)
Revisi 3
a b I II III IV V VI VII VIII IX
1 /2"
1
100 100 100                 100
3/8" 100 100 100                 95 – 100
No. 4 2,40 100 35,6                 35 – 55
No. 30 0,19 61,87 21,2                 10 – 35
No. 100 0,14 3,83 1,4                 0–8

a. Batu pecah 1-2 cm   66 %


Rasio Komposisi Agregat b. Pasir     34 %
(%) Terhadap Total Agregat)        
       
Sumber : Hasil Pengujian Analisa Saringan,

Gambar 2.1 Gambar gradasi penggabungan agregat

Dari kombinasi penggabungan agregat didapatkan komposisi yang akan digunakan dalam

pencampuran beton (mix design).

Pada penelitian ini digunakan mix design metode Standar Nasional Indonesia (SNI)

Nomor 03-2834-2000 untuk komposisi beton normal sedangkan beton variasi dilakukan sesuai

variasi yang telah ditentukan.

Tabel 2.3 Komposisi kebutuhan bahan campuran beton normal

Volume Benda Uji


Berat/M3 Berat Utk
Bahan Beton Untuk 20 Sampel
Beton (Kg) 20 Sampel (Kg)
(M³)
Air 211,60 0,1060 22,42

Semen 379,63 0,1060 40,23

Pasir 613,10 0,1060 64,97


Bp Maks 20 1145,67 0,1060 121,41
Sumber : Hasil Mix Design

Tabel 2.4 Komposisi kebutuhan bahan campuran beton variasi

Volume Berat Untuk


Benda Bahan Berat/M³
Benda Uji Utk 9 Sampel
Uji Beton Beton (Kg)
9 Sampel(M³) (Kg)
Air 211,60 0,0477 10,10

Semen 379,63 0,0477 18,11


Agregat halus
613,10 0,0477 29,25
(pasir)
BV-1 Agregat kasar 1145,67 - -
Batu pecah
687,40 0,0477 32,79
(60 %)
Batu gamping
343,70 0,0477 16,39
(30%)
Bata ringan
114,57 0,0477 5,46
(10%)
Air 211,60 0,0477 10,10
Semen 379,63 0,0477 18,11
Agregat halus
613,10 0,0477 29,25
(pasir)
Agregat kasar 1145,67
BV-2
Batu pecah
343,70 0,0477 16,39
(30 %)
Batu gamping
687,40 0,0477 32,79
(60%)
Bata ringan
114,57 0,0477 5,46
(10%)
Sumber : Hasil Mix Design

3. Pengujian Slump Test

Pemeriksaan Slump dilakukan untuk mengetahui kelecakan (workability) adukan beton.

Kelecakan adukan beton merupakan ukuran dari tingkat kemudahan campuran untuk diaduk,

diangkut, dituang dan dipadatkan tanpa menimbulkan pemisahan bahan penyusun dari beton itu

sendiri. Tingkat kelecakan ini dipengaruhi oleh komposisi campuran, kondisi fisik dan jenis

bahan pencampurnya.
Gambar 3.2 Pengujian nilai slump adukan beton segar

Adapun besarnya nilai slump yang diperoleh dari hasil penelitian ini, dapat di lihat pada

table berikut.

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Nilai Slump

No Notasi Nilai Slump rata-rata (cm)

1 BN 8,5
2 BV-1 6,5
3 BV-2 6,0
Sumber : Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh nilai slump rata-rata untuk beton normal (BN), beton
variasi 1 (BV-1) dan beton variasi 2 (BV-2) sebesar 8,5 cm, 6,5 cm dan 6,0 cm. dari tabel diatas dapat di
lihat nilai slump beton variasi mengalami penurunan di karenakan penggunaan bata ringan sebagai agregat
kasar yang mempunyai nilai absorbsi yang cukup tinggi.
4. Hasil Kuat Tekan Beton Normal
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal

no luas beban kuat


slump Berat umur
benda penampang maksimum tekan
(cm) (kg) (hari)
uji (cm2) (KN) (N/MM2)

1 8 12,379 176,786 28 390 22,1


2 8 12,435 176,786 28 410 23,2
3 8 12,439 176,786 28 385 21,8
4 8 12,435 176,786 28 395 22,3
5 8 12,51 176,786 28 350 19,8
6 9 12,205 176,786 28 390 22,1
7 9 12,42 176,786 28 405 22,9
8 9 12,397 176,786 28 400 22,6
9 9 12,513 176,786 28 400 22,6
10 9 12,329 176,786 28 415 23,5
11 9 12,625 176,786 28 400 22,6
12 9 12,383 176,786 28 500 28,3
13 9 12,309 176,786 28 385 21,8
14 9 12,416 176,786 28 390 22,1
15 9 12,4 176,786 28 375 21,2
16 8 12,375 176,786 28 390 22,1
17 8 12,49 176,786 28 400 22,6
18 8 12,35 176,786 28 375 21,2
19 8 12,475 176,786 28 380 21,5
20 8 12,5 176,786 28 400 22,6
Jumlah 448,8
Kuat Tekan rata - rata (F'cr) 22,4
Standar Deviasi 1,804
Kuat Tekan Karasteristik (F'c) 20,128
Sumber : Hasil Pengujian

Gambar 4.2 Grafik Kuat Tekan Beton Normal

Untuk menghitung kekuatan tekan beton rata – rata

Untuk menghitung standar deviasi

= = 1,804

Untuk menghitung kuat tekan karakteristik

Persamaan I
Persamaan II

Keterangan gunakan nilai terbesar

Faktor modifikasi untuk 20 sampel adalah 1.08

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari dengan menggunakan slinder berukuran 15 cm x

30 cm sebanyak 20 buah seperti yang tercantum dalam tabel 4.6. Pengujian kuat tekan mengacu pada SNI

2847 2013 (Persyaratan Beton Struktur untuk Bangunan Gedung).

Hasil Kuat Tekan Beton Variasi

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi

luas beban kuat tekan


kode berat umur kuat tekan
penampang maksimum rata-rata
sampel (kg) (hari) (N/mm2)
(cm2) (KN) (N/mm2)
 11,810 176,786 7 135 7,64
 11,260 176,786 7 120 6,79 7,26
 11,790 176,786 7 130 7,35
 11,945 176,786 14 220 12,44
BV-1  11,675 176,786 14 195 11,03 12,26
 11,915 176,786 14 235 13,29
12,010 176,786 28 260 14,71
 11,710 176,786 28 240 13,58 14,14
 12,050 176,786 28 250 14,14
 11,945 176,786 7 120 6,79
 11,445 176,786 7 110 6,22 6,88
 12,010 176,786 7 135 7,64
 11,500 176,786 14 190 10,75
BV-2  11,940 176,786 14 230 13,01 11,31
 12,215 176,786 14 180 10,18
 11,870 176,786 28 210 11,88
 12,090 176,786 28 235 13,29 12,54
 11,795 176,786 28 220 12,44

5. Pengaruh Umur Pengujian Terhadap Kuat Tekan

Dari Gambar 5.1 dapat dijelaskan bahwa nilai kuat tekan rata-rata BV-1 dari 7 hari,14 hari

dan 28 hari mengalami peningkatan berturut -turut 7.26 Mpa, 12.26 Mpa, dan 14.14 Mpa. Untuk

nilai kuat tekan rata – rata BV-2 dari 7 hari,14 hari dan 28 hari mengalami peningkatan berturut –

turut 6.88 Mpa, 11.31 Mpa, dan 12.54 Mpa. Dari gambar 4.4 juga dapat di jelaskan bahwa kuat
tekan tertinggi beton variasi di dapatkan pada BV-1 pada umur pengujian 28 hari yaitu 14,14

Mpa. Maka kuat tekan beton variasi belum mencapai mutu kuat tekan yang di rencanakan.

Gamber 5.1 Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Normal dengan Beton Variasi

Dapat dilihat pada diagram diatas, Bahwa kuat tekan beton variasi terus meningkat seiring

dengan bertambahnya umur beton. Jika di asumsikan kuat tekan beton mengalami kuat tekan penuh

(100 %) pada umur 28 hari, maka rasio kuat tekan dengan variasi umur pengujian dapat dilihat pada

tabel berikut.

Notasi Umur Beton (Hari)


Sampel 7 14 28
Perbandingan Bv-1 0,51 0,86 1,00
Kuat Tekan Bv-2 0,60 0,90 1,00
Rata-Rata 0,55 0,88 1,00

Kuat tekan beton rata rata pada umur 7 hari memiliki 55 % kekuatan beton jika di

bandingkan dengan kuat tekan beton umur 28 hari. Sedangkan untuk umur beton 7 hari ,14 hari

dan 28 hari berturut-turut adalah 55 %, 88 % dan 100 %

Pada penelitian ini, Batu gamping dan bata ringan di gunakan sebagai material agregat

kasar dengan presentase pada BV-1 yakni batu gamping 30%, bata ringan 10% dan BV-2 yakni

batu gamping 60 %,bata ringan 10 %. dari total berat agregat kasar.


Gamber 5.3 Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Normal dengan Beton Variasi pada umur 28

hari

Kadar optimum penggunaan batu gamping dan bata ringan terdapat pada variasi BV-1

pada umur 28 hari dengan kuat tekan rata – rata 14.14 Mpa. Dari gambar di atas dapat diketahui

bahwa kuat tekan beton variasi tidak mencapai kuat tekan beton yang di rencanakan. Kuat tekan

beton variasi mengalami penurunan dikarenakan permukaan batu gamping yang halus, sehingga

menimbulkan daya rekat antar agregat yang kurang dan juga kekerasan bata ringan yang lebih

rendah dibandingkan dengan kekerasan pecahan batu kerikil dan batu gamping.

Dari hasil pemeriksaan menunjukkan perbedaan berat isi beton, hal ini dikarenakan

material yang digunakan untuk beton normal dan variasi ada yang berbeda, yaitu pada beton

variasi menggunakan agregat kasar berupa bata ringan dan batu gamping. Hasil pemeriksaan

berat isi dapat dilihat pada tabel berikut.

Notasi Berat Cetakan Berisi Berat Beton Berat Isi Beton


No
Sampel Beton Segar (Kg) Segar(Kg) Segar(Kg/M³)
1 BN 22,575 11,815 2229,25
2 BV-1 20,725 9,965 1880,19
3 BV-2 20,749 9,989 1884,71
Tabel hasil pemeriksaan berat isi

Berdasarkan tabel pemeriksaan berat isi di atas diperoleh berat isi beton variasi berturut

turut yaitu, 1880,19 dan 1884,71 kg/m³. maka beton variasi dapat dikategorikan sebagai beton

ringan berdasarkan berat isi yang di peroleh.


D. Penutup
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian tentang beton dengan menggunakan

material batu gamping dan bata ringan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :

1. Kuat tekan beton yang menggunakan material batu gamping dan bata ringan sebagai

agregat kasar pada umur 28 hari mengalami penurunan kuat tekan terhadap beton normal

(BN) berturut-turut sebesar 14,14 dan 12,54 mpa.

2. Melihat dari hasil diagram perbandingan nilai kuat tekan beton normal dan variasi,

pemakaian material batu gamping dan bata ringan sebagai agregat kasar untuk kuat tekan

tertinggi di dapatkan pada campuran beton yaitu, batu gamping 30% dan bata ringan 10 %

dari total berat agregat kasar pada umur 28 hari dengan kuat tekan yang di hasilkan sebesar

14,14 mpa.

Anda mungkin juga menyukai