Jurnal 1
Jurnal 1
Abstrak
Pembangunan dalam bidang kontruksi akan terus meningkat, baik itu berupa perumahan
maupun non perumahan. Bahan bangunan yang sering digunakan saat ini adalah beton. Beton
didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik
(portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan
tambah (admixture atau additive). DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidrolik, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI 03-2847-2002).
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan
utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa
bahan tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka
kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk.
Dalam Penelitian Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari dengan
menggunakan slinder berukuran 15 cm x 30 cm sebanyak 20 buah seperti yang tercantum dalam
tabel 4.6. Pengujian kuat tekan mengacu pada SNI 2847 2013 (Persyaratan Beton Struktur untuk
Bangunan Gedung).
Kata Kunci: Kontruksi, Beton, Pengujian kuat tekan beton
Abstract
Development in the construction sector will continue to increase, both in the form of
housing and non-housing. The building material that is often used today is concrete. Concrete is
defined as a mixture of constituent materials consisting of hydraulic cement (portland cement),
coarse aggregate, fine aggregate, and water with or without using additives (admixture or
additive). DPU-LPMB provides a definition of concrete as a mixture of portland cement or
hydraulic cement, fine aggregate, coarse aggregate and water, with or without additives that form
a solid mass (SNI 03-2847-2002).
Concrete is a composite material (mixture) of several materials, the main ingredient of
which consists of a mixture of cement, fine aggregate, coarse aggregate, water and / or without
other added materials with a certain ratio. Because concrete is a composite, the quality of the
concrete really depends on the quality of each forming material.
In this research, the test for the compressive strength of concrete was carried out at the
age of 28 days using 20 cylinders measuring 15 cm x 30 cm as listed in table 4.6. The
compressive strength test refers to SNI 2847 2013 (Requirements for Structural Concrete for
Buildings).
dipergunakan. Hal ini dikarenakan beton memiliki sifat mudah dibentuk sesuai dengan keinginan,
bahan dasar penyusun, mudah didapatkan dan mudah dalam perawatan. Beton merupakan bahan
yang sangat kuat, tahan karat dan tahan terhadap api. Selain itu, kelebihan beton yang lebih
menonjol dibandingkan bahan konstruksi yang lain yaitu memiliki kuat tekan yang tinggi.
Beton merupakan campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar yang
mengeras menyerupai batu. Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak
digunakan di seluruh dunia. Banyak upaya yang dilakukan dimulai dari penerapan bangunan
(menggunakan ulang), recycle (daur ulang), replace (menggantikan) untuk bangunan ramah
lingkungan.
Sementara itu banyak bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan agregat kasar dari
limbah bahan bangunan yang biasanya di buang begitu saja tanpa dimanfaatkan dengan baik,yang
contohnya limbah bata merah, kayu, genting, dan bata ringan. Ketika penulis melihat limbah bata
ringan yang tidak terpakai, timbul pemikiran untuk dijadikan bahan pengganti agregat kasar yang
biasanya digunakan didalam campuran beton yaitu agregat kasar berupa kerikil. Penulis
mengantinya dengan pecahan bata ringan. Bata ringan ini memiliki sifat yang mendukung
mempunyai berat yang ringan. Maka dari itu timbul pemikiran tentang mendapatkan berat
struktur beton yang lebih ringan. Dengan cara mengganti agregat kasar (kerikil) dengan
Sedang batu gamping merupakan salah satu batuan yang sangat potensial untuk
menggantikan batu pecah (kerikil), namun tentunya dengan pemanfaatan yang bijaksana dan
bukan dieksploitasi. Hal ini mendasari studi mengenai penggunaan batu gamping sebagai agegat
kasar beton.
Pada penelitian ini diharapkan penggunaan bata ringan dan batu gamping sebagai alternatif
agregat kasar dapat meningkatkan mutu beton dengan kuat tekan yang dihasilkan lebih besar dari
Bosowa, yang dimulai pada bulan Juli sampai Agustus 2019. Bahan utama dalam campuran
1) Agregat Halus
Dilakukan pengecekan kebutuhan pasir dalam satu kali pengadukan, sehingga hasil rencana
campuran tercapai
2) Agregat kasar
Dilakukan pengecekan ulang untuk mengetahui takaran kebutuhan dalam satu kali
3) Semen
Dilakukan pengecekan takaran berat semen dan kondisi fisik semen, sudah teradi
pengerasan atau belum. Jika telah terjadi pengerasan, maka semen tidak bias digunakan dan harus
4) Air
Persiapan air dilakukan ketika akan melakukan pengecoran, jumlah air yang digunakan
5) Bata ringan
Pada penelitian ini penghancuran limbah bata ringan dilakukan secara manual, lalu di ayak
6) Batu gamping
Batu gamping pada penelitian ini di peroleh dari salah satu batching plant yang terdapat di
dilakukan pengayakan untuk memperoleh agregat yang sesuai dengan agregat rencana.
Prosedure pemeriksaan bahan mengikuti buku penuntun, Praktikum Struktur dan Bahan
Bangunan dan Beton Jurusan Teknik Sipil Universitas Bosowa. Pemeriksaan material yang akan
digunakan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan terhadap bahan pengisi beton yaitu agregat
halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah). Prosedur pemeriksaan agregat mengacu pada SK
SNI dan ASTM. Pengujian agregat meliputi pengujian kadar air, kadar lumpur, berat isi, ,berat
Perancangan campuran adukan beton bertujuan untuk mendapatkan beton yang sebaik-
baiknya sesuai dengan bahan dasar yang tersedia dan keinginan pembuat bangunan, yaitu kuat
tekan yang disyaratkan mudah dikerjakan, awet, dan murah. Setelah memperoleh data
karakteristik agregat melalui pengujian agregat maka data-data untuk rancangan campuran
adukan beton telah tersedia. Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal pada penelitian ini
Pembuatan benda uji dibuat berdasarkan perhitungan proporsi campuran dari hasil
rancangan campuran beton (mix design). Pembuatan benda uji ini mengacu pada metode Standar
Nasional Indonesia 03-2492-1991 tentang metode Pembutan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Material yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji dipersiapkan terlebih dahulu.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data – data yang dibutuhkan dalam
perancangan campuran beton, meliputi jenis semen, jenis agregat kasar dan halus, gradasi dan
besar butiran maximum. Pada perancangan beton ini tidak ditentukan mutu beton yang
direncanakan, tetapi ditentukan oleh faktor air semen. Sebelum melakukan pengecoran, dilakukan
pengecekan kembali jumlah takaran material yang sudah disiapkan. Pengadukan bahan untuk
campuran beton dapat dalam komposisi berat atau dalam perbandingan, dengan cara
mengkonversi satuan berat bahan tersebut dengan nilai berat isinya. Banyaknya bahan untuk
pengadukan tergantung dari volume sampel yang akan dibuat, serta banyaknya pengujian yang
akan dilakukan.
Benda uji berdasarkan pada 3 (tiga) macam variasi beton, yaitu beton normal dan beton
Keterangan ;
BN = Beton normal
Pengujian ini dilakukan untuk mencari nilai slump pada beton segar, melihat perbandingan
Nilai slump di gunakan untuk mengukur tingkat kelecekan suatu adukan beton, yang
berpengaruh pada tingkat pengerjaan beton (workability). Semakin besar nilai slump, maka beton
semakin encer dan semakin mudah untuk di kerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka
1) Peralatan
d) Mistar pengukur.
2) Prosedur
a) Bagian dalam alat slump serta landasannya dilumasi dengan kain basah, supaya tidak
b) Kemudian alat slump diletakan di tempat datar atau landasan yang sudah disiapkan. Lalu
tahan kerucut terpancung tersebut dengan cara menekannya dengan kedua tangan pada
mendatar. Apabila kelebihan beton yang menempel pada alat slump dibersihkan.
f) Kemudian bandingkan tinggi cetakan dengan tinggi beton, lalu hasil dari pengukurannya
dicatat.
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk membandingkan kuat tekan hasil pengujian dengan
kuat tekan rencana yang sesuai dengan standarisasi, dan melakukan koreksi terhadap rancangan
campuran.
1) Peralatan
b) Timbangan kapasitas 20 kg
c) Mistar ukur
2) Prosedur
a) Langkah pertama beton yang berbentuk silinder, yang telah di rawat sampai hari
kering, lalu masing-masing sampel diberi nomor atau tanda agar tidak tertukar.
b) Timbang benda uji, setelah itu lakukan pengukuran diameter dan tinggi. Luas benda uji
yang akan ditekan dicatat (A) cm². Untuk benda uji berbentuk silinder ditimbang (B)
c) Melapisi permukaan atas dan bawah benda uji (capping) dengan mortar belerang dengan
- Meletakkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) sampai suhu kira –
kira 130 C.
- Menuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis (capping plate) yang dinding
- Meletakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair
menjadi keras .
- Melakukan pelapisan permukaan (capping) terhadap benda uji lainya dengan cara
yang sama.
e) Meletakkan benda uji yang telah siap untuk diperiksa pada mesin tekan secara sentris.
f) Atur jarum penunjuk sampai menunjukkan angka 0 (nol) dengan cara memutarnya.
g) Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan, berkisar antara 2-4
h) Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan mencatat beban maksimun yang
3) Perhitungan
Rumus ; ƒ’c =
Keterangan :
Karakteristik Hasil
No Interval Keterangan
Agregat Pengamatan
1 Kadar Lumpur 4,53% Maks 5% Memenuhi
Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat alam yaitu agregat
halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah ukuran maksimum 20 mm) yang berasal dari Pakkato,
Gowa. Berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan agregat di Laboratorium Bahan dan Struktur Beton
Gradasi Agregat
Gradasi Penggabungan Agregat Beton Spesifikasi
No. Individu
(Maksimum Nominal 20 mm) 2010
Saringan (rata-rata)
Revisi 3
a b I II III IV V VI VII VIII IX
1 /2"
1
100 100 100 100
3/8" 100 100 100 95 – 100
No. 4 2,40 100 35,6 35 – 55
No. 30 0,19 61,87 21,2 10 – 35
No. 100 0,14 3,83 1,4 0–8
Dari kombinasi penggabungan agregat didapatkan komposisi yang akan digunakan dalam
Pada penelitian ini digunakan mix design metode Standar Nasional Indonesia (SNI)
Nomor 03-2834-2000 untuk komposisi beton normal sedangkan beton variasi dilakukan sesuai
Kelecakan adukan beton merupakan ukuran dari tingkat kemudahan campuran untuk diaduk,
diangkut, dituang dan dipadatkan tanpa menimbulkan pemisahan bahan penyusun dari beton itu
sendiri. Tingkat kelecakan ini dipengaruhi oleh komposisi campuran, kondisi fisik dan jenis
bahan pencampurnya.
Gambar 3.2 Pengujian nilai slump adukan beton segar
Adapun besarnya nilai slump yang diperoleh dari hasil penelitian ini, dapat di lihat pada
table berikut.
1 BN 8,5
2 BV-1 6,5
3 BV-2 6,0
Sumber : Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh nilai slump rata-rata untuk beton normal (BN), beton
variasi 1 (BV-1) dan beton variasi 2 (BV-2) sebesar 8,5 cm, 6,5 cm dan 6,0 cm. dari tabel diatas dapat di
lihat nilai slump beton variasi mengalami penurunan di karenakan penggunaan bata ringan sebagai agregat
kasar yang mempunyai nilai absorbsi yang cukup tinggi.
4. Hasil Kuat Tekan Beton Normal
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal
= = 1,804
Persamaan I
Persamaan II
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari dengan menggunakan slinder berukuran 15 cm x
30 cm sebanyak 20 buah seperti yang tercantum dalam tabel 4.6. Pengujian kuat tekan mengacu pada SNI
Dari Gambar 5.1 dapat dijelaskan bahwa nilai kuat tekan rata-rata BV-1 dari 7 hari,14 hari
dan 28 hari mengalami peningkatan berturut -turut 7.26 Mpa, 12.26 Mpa, dan 14.14 Mpa. Untuk
nilai kuat tekan rata – rata BV-2 dari 7 hari,14 hari dan 28 hari mengalami peningkatan berturut –
turut 6.88 Mpa, 11.31 Mpa, dan 12.54 Mpa. Dari gambar 4.4 juga dapat di jelaskan bahwa kuat
tekan tertinggi beton variasi di dapatkan pada BV-1 pada umur pengujian 28 hari yaitu 14,14
Mpa. Maka kuat tekan beton variasi belum mencapai mutu kuat tekan yang di rencanakan.
Gamber 5.1 Perbandingan Nilai Kuat Tekan Beton Normal dengan Beton Variasi
Dapat dilihat pada diagram diatas, Bahwa kuat tekan beton variasi terus meningkat seiring
dengan bertambahnya umur beton. Jika di asumsikan kuat tekan beton mengalami kuat tekan penuh
(100 %) pada umur 28 hari, maka rasio kuat tekan dengan variasi umur pengujian dapat dilihat pada
tabel berikut.
Kuat tekan beton rata rata pada umur 7 hari memiliki 55 % kekuatan beton jika di
bandingkan dengan kuat tekan beton umur 28 hari. Sedangkan untuk umur beton 7 hari ,14 hari
Pada penelitian ini, Batu gamping dan bata ringan di gunakan sebagai material agregat
kasar dengan presentase pada BV-1 yakni batu gamping 30%, bata ringan 10% dan BV-2 yakni
hari
Kadar optimum penggunaan batu gamping dan bata ringan terdapat pada variasi BV-1
pada umur 28 hari dengan kuat tekan rata – rata 14.14 Mpa. Dari gambar di atas dapat diketahui
bahwa kuat tekan beton variasi tidak mencapai kuat tekan beton yang di rencanakan. Kuat tekan
beton variasi mengalami penurunan dikarenakan permukaan batu gamping yang halus, sehingga
menimbulkan daya rekat antar agregat yang kurang dan juga kekerasan bata ringan yang lebih
rendah dibandingkan dengan kekerasan pecahan batu kerikil dan batu gamping.
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan perbedaan berat isi beton, hal ini dikarenakan
material yang digunakan untuk beton normal dan variasi ada yang berbeda, yaitu pada beton
variasi menggunakan agregat kasar berupa bata ringan dan batu gamping. Hasil pemeriksaan
Berdasarkan tabel pemeriksaan berat isi di atas diperoleh berat isi beton variasi berturut
turut yaitu, 1880,19 dan 1884,71 kg/m³. maka beton variasi dapat dikategorikan sebagai beton
material batu gamping dan bata ringan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1. Kuat tekan beton yang menggunakan material batu gamping dan bata ringan sebagai
agregat kasar pada umur 28 hari mengalami penurunan kuat tekan terhadap beton normal
2. Melihat dari hasil diagram perbandingan nilai kuat tekan beton normal dan variasi,
pemakaian material batu gamping dan bata ringan sebagai agregat kasar untuk kuat tekan
tertinggi di dapatkan pada campuran beton yaitu, batu gamping 30% dan bata ringan 10 %
dari total berat agregat kasar pada umur 28 hari dengan kuat tekan yang di hasilkan sebesar
14,14 mpa.