Anda di halaman 1dari 225

i

Roimanson Panjaitan |

Metodologi
Penelitian
ii | Metodologi Penelitian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002


tentang Hak Cipta, Pasal 72 Ketententuan Pidana

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumpulkan atau memperbayak
suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara (satu

juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00
denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan,

mendengarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipidanakan dengan pidana penjara.
Roimanson Panjaitan | iii
Roimanson Panjaitan

Metodologi
Penelitian
iv | Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian
Penulis: Roimanson Panjaitan, S.Pd.K., M.Pd.K.
Penata sampul: Rildodi Jacob
Penata letak: Marsi B. Rantesalu

Hak cipta © pada Penulis

Penerbit Jusuf Aryani Learning


Roimanson Panjaitan | v
Jl. Flamboyan, No. 12, RT. 007, RW. 002, Lasiana
Kotamadya Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 85228
Telp. (0380) 8552354, Hp. 082232055550
e-mail. jal_penerbit@yahoo.com

Cetakan pertama, Oktober 2017


xiv + 197; 14,8 x 21 cm

ISBN: 978-602-61202-7-4

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam


bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

Untuk
Saint & Ida na Roi
vi | Metodologi Penelitian
Roimanson Panjaitan | vii


KATA PENGANTAR
viii | Metodologi Penelitian

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas semua
hikmat dan pengetahuan yang telah dianugerahkan kepada penulis
sehingga buku ajar Metodologi Penelitian ini dapat terselesaikan.
Buku ini sengaja ditulis untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan
pada mata kuliah Metodologi Penelitian/PTK di Jurusan
Pendidikan Agama Kristen (PAK) Sekolah Tinggi Agama Kristen
Negeri Kupang.
Beberapa kali pengalaman saat terjadinya proses
pembimbingan penulisan hingga pengujian skripsi mahasiswa
jurusan PAK di STAKN Kupang, seringkali ada berbagai kendala
yang dihadapi oleh dosen pembimbing dan penguji, mulai dari
pemilihan masalah penelitian, penentuan metode, teknik analisis
data, hingga masalah sistematika penulisan skripsi. Oleh sebab itu
buku ajar ini disesuaikan dengan perihal tersebut, karena pada
akhirnya pada saat penulisan skripsi mahasiswa akan
diperhadapkan dengan persoalan-persoalan yang menyangkut
dengan hal-hal yang telah dijelaskan di atas.
Selama penulisan, penulis menyadari ada begitu banyak
kendala dan tantangan yang terjadi dan dihadapi, dari persoalan
waktu, kemampuan dan juga hal-hal lain yang dibutuhkan selama
Roimanson Panjaitan | ix
| Metodologi Penelitian

proses penulisan. Akan tetapi, berkat ketekunan dan sumbangsih


kerjasama dan pemikiran berbagai pihak, pada akhirnya buku ajar
ini sampai di hadapan mahasiswa dan pembaca. Oleh sebab itu
dalam kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam
penulisan buku ajar ini.
Penulis menyadari bahwa buku ajar ini tidak terlepas dari
berbagai kekurangan, baik dari segi penulisan, susunan dan
kesesuaian materi yang disajikan pada mahasiswa maupun
pembaca sekalian. Oleh karena itu penulis mengharapkan
berbagai masukan dan saran-saran yang membangun untuk
perbaikan dan peningkatan kualitas serta penyempurnaan buku
ajar ini. Semoga karya kecil ini dapat memberikan sumbangsih
yang bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca sekalian,
khususnya bagi mahasiswa jurusan dan calon sarjana di bidang
Pendidikan Agama Kristen.

Oesapa, Kupang - NTT


Akhir September 2017

Penulis
x



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... vii


DAFTAR ISI..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................... xiii

BAGIAN 1. PROBLEMATIKA PAK DAN


PENELITIAN
Guru PAK dan Upaya Penelitian .................................... 1
Roimanson Panjaitan | xi
Mengapa Guru PAK [Harus] Meneliti? .......................... 5
Pengertian Penelitian ...................................................... 15
Kegunaan dan Tujuan Penelitian .................................... 16
Masalah dalam Penelitian ............................................... 18
Sumber-sumber dan Kriteria Pemilihan Masalah dalam
Penelitian ........................................................................ 20
Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ............. 21
Cara Menguraikan Masalah dalam Penelitian ................ 24

BAGIAN 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI


DALAM PENELITIAN
Pengertian Tinjauan Pustaka ........................................... 33
| Metodologi Penelitian

Tujuan Melakukan Tinjauan Pustaka ............................. 34


Definisi Teori .................................................................. 37
Kegunaan Teori dalam Penelitian ................................... 38
Deskripsi Teori Penelitian .............................................. 39
Teori dalam Penelitian Kualitatif .................................... 41
Teori dalam Penelitian Kuantitatif .................................. 42
Teori dalam Penelitian Tindakan Kelas .......................... 43

BAGIAN 3. PENELITIAN KUALITATIF,


xii
KUANTITATIF DAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
Penelitian Kualitatif ........................................................ 55
Penelitian Kuantitatif ...................................................... 76
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................................... 113

BAGIAN 4. DESAIN PENELITIAN


Urgensi Desain Penelitian ............................................... 129
Desain Penelitian yang Tepat ......................................... 130
Pemilihan Desain Penelitian ........................................... 130
Tipe-Tipe Desain Penelitian ........................................... 132

BAGIAN 5. PROPOSAL PENELITIAN


Pengertian Proposal ........................................................ 145
Struktur Proposal dan Skripsi ......................................... 146

BAGIAN 6. TAMBAHAN (STRUKTUR PENULISAN


SKRIPSI)
Pengetikan ....................................................................... 163
Penyajian Tabel dan Gambar .......................................... 165
Kutipan............................................................................ 167
Bagian Belakang Skripsi ................................................. 168
Roimanson Panjaitan | xiii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 193


xiv

| Metodologi Penelitian


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peranan teori dalam penelitian tindakan kelas ......... 43


Tabel 2. Contoh tabulasi data penelitian variabel x ............... 107
Tabel 3. Contoh tabel kerja penelitian variabel x dan y ........ 107
Tabel 4. Ukuran penyebaran data .......................................... 111
Tabel 5. Contoh pengujian hipotesis ...................................... 112
Tabel 6. Desain penelitian semu ............................................ 135
Tabel 7. Struktur proposal dan skripsi ................................... 146
Tabel 8. Jumlah populasi dan sampel penelitian ................... 166
Roimanson Panjaitan | xv
xvi
Roimanson Panjaitan |


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi masalah dalam penelitian ....................... 20


Gambar 2. Teknik pengambilan data ..................................... 70
Gambar 3. Skema penelitian kualitatif ................................... 72
Gambar 4. Ilustrasi reduksi data penelitian kualitatif ............ 75
Gambar 5. Diagram lingkaran................................................ 109
Gambar 6. Diagram garis ....................................................... 109
Gambar 7. Diagram batang .................................................... 110
Gambar 8. Model Kurt Lewin (Arikunto, 2010: 131 ............. 121
Gambar 9. Model John Elliot ................................................. 122
Gambar 10. Bagan desain penelitian korelasional ................. 134
Gambar 11. Bagan desain penelitian tindakan ....................... 135
Gambar 12. Lembar kerja dengan margin 4-3-4-3 ................ 164
Gambar 13. Histogram hubungan frekuensi observasi dan
kelas interval variabel penelitian ........................................... 166
Roimanson Panjaitan | xvii

| Metodologi Penelitian
xviii


BAGIAN 1 PROBLEMATIKA PAK DAN
PENELITIAN

Guru “Pendidikan Agama Kristen” dan Upaya Penelitian.1


Hakikat PAK sebagaimana tertera dalam lokakarya PAK
tahun 1999 adalah: ―Usaha yang dilakukan secara terencana dan
kontiniu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta
didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan
menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang
dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan
lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan
untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan
pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.‖ Sedangkan

1 Bagian ketika ini sengaja ditambahkan karena didasarkan pada alasan:


1) Pengalaman penulis sebagai pengajar di kelas Metodologi Penelitian,
diberikan penugasan untuk menguraikan latar belakang masalah dengan topik
seputar ―isu-isu PAK‖ yang berkaitan langsung dengan bidang (jurusan) yang
sedang digeluti, masih ditemukan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya
memahami ―isu-isu tentang PAK‖. Sehingga tugas yang diserahkan pada
dosen seringkali keluar dari topik yang dimaksudkan. 2) Pada saat penyusunan
Skripsi untuk mahasiswa tingkat akhir, hasil pengamatan menunjukkan bahwa
masih banyak mahasiswa jurusan PAK di STAKN Kupang yang membahas
topik skripsi yang tidak berkaitan langsung dengan PAK.
2 | Metodologi Penelitian

tujuan dan fungsi serta ruang lingkup PAK adalah:


Memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan
karyakarya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman percayanya
dan meneladani Allah Tritunggal dalam hidupnya; Menanamkan
pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik,
sehingga mampu memahami dan menghayatinya; dan
Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati
imannya secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia di
tengah masyarakat yang pluralistik. Demikian juga fungsinya,
yakni: Memampukan peserta didik memahami kasih dan karya
Allah dalam kehidupan sehari-hari; dan Membantu peserta didik
mentransformasikan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan
seharihari. Adapun ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek
sebagai berikut: Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak dan Roh
Kudus) dan karya-Nya; dan Nilai-nilai kristiani.2
Penjabaran di atas merupakan latar belakang yang mendasari
lahirnya PAK sebagai bagian dari sistem pendidikan kita sebagai
bangsa dan negara. Karena itu misi lahirnya PAK dapat dipahami
sebagai upaya memperkenalkan Allah Tritunggal dan Karya-Nya
dalam Yesus Kristus, melalui pemahaman/pengetahuan (kognitif)
terhadap peserta didik, sehingga peserta didik mampu
menghayati, memiliki iman dan bertanggung jawab terhadap
imannya (afektif) serta mampu menjadikan peserta didik sebagai
pribadi yang cakap atau trampil (psikomotorik), yang dikemas
dalam bentuk interaksi edukatif antara pendidik dengan nara
didik, yang disebut sebagai proses pendidikan.

Depdiknas Kurikulum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


2

PAK untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm.
Roimanson Panjaitan | 3

1.
Karena itu, selain sebagai upaya Ilahi dan manusiawi yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, untuk
mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap, ketrampilan,
dan tingkah laku yang konsisten dengan iman Kristen, PAK juga
merupakan upaya untuk mengedukasi setiap insan yang tentunya
dalam prosesnya tidak terlepas dari unsur-unsur pendidikan.
Sehingga, sebagai bagian dari sistem pendidikan (baik formal
maupun non-formal), penyelenggaraan PAK adalah salah satu
bidang keilmuan yang kedudukannya telah diatur dalam
undangundang pendidikan agama dan keagamaan.2 Oleh sebab
itu sebagai bidang ilmu dalam pendidikan, tentunya PAK
diharapkan mengalami peningkatan kualitas dari waktu ke waktu
dalam seluruh prosesnya.
Agar peningkatan kualitas bidang keilmuan tersebut dapat
tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka dalam semua aspek
perlu dilakukan upaya pengembangan. Salah satunya adalah
pengembangan pada unsur pendidik (guru) PAK. Selain siswa
dan pembelajaran, guru adalah unsur yang sangat penting
kedudukannya dalam pelaksanaan PAK. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Brian Hill, bahwa dalam PAK gurulah yang
membimbing pertumbuhan anak didiknya untuk belajar
mengenal, memahami, dan menghadapi dunia tempatnya berada,
yaitu mencakup dunia ilmu pengetahuan, dunia iman, dunia
karya, dan dunia sosial budaya.3 Sejajar dengan pernyataan
tersebut Andar Ismail mengatakan bahwa: Mendidik bukan

2 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama


dan Keagamaan.
3 Brian V. Hill. Faith at the Blacbord Issues Facing the Christian
Teacher, (Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdman Publshing Company,
1982), p. 14.
4 | Metodologi Penelitian

sekedar pekerjaan. Mendidik adalah ajakan Allah untuk bekerja


sama; kita menabur benih dan Allah yang menumbuhkan. Allah
mengajak kita bekerja sama dalam proyek yang maha penting ini.
Kalau tidak ada yang menabur benih di tanah, bagaimana
manusia bisa hidup? Kalau tidak ada penabur yang menabur
dalam diri nara didik, bagaimana manusia bisa bertumbuh
menjadi insan yang beriman, berilmu dan berpelayanan? Sebab
itu dunia memerlukan penabur-penabur yang mau menaburkan
kasih rahmat Tuhan.4
Pendapat yang dikemukakan Hill dan Andar Ismail di atas
tentunya sangat beralasan. Sebab PAK tanpa guru adalah hal
yang sangat mustahil terlaksana dengan baik. Karena itu
kehadiran ―sosok‖ guru PAK di sekolah dan gereja adalah upaya
mutlak yang harus terpenuhi agar tujuan dan pengembangan
PAK dapat tercapai dengan baik. Karena itu untuk mencapai cita-
cita pengembangan keilmuan PAK ini seorang guru bukanlah
saja dituntut hanya untuk mempelajari ilmu-ilmu pengajaran
yang hanya diasarkan pada topik-topik materi tentang
kekristenan, tetapi juga harus mampu melaksanakan tugas dan
panggilannya secara profesional. Dengan demikian guru PAK
dituntut harus mampu menyajikan pemberitaan tentang Allah dan
seluruh karya-Nya dengan usaha penyelidikan yang tekun dan
cermat. Upaya penyelidikan tersebut erat kaitannya dengan
kegiatan penelitian. Penelitian tersebut dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui berbagai-bagai persoalan yang terjadi di
sekitar PAK lalu kemudian dilakukan analisis dan kajian-kajian,
sehingga persoalan tersebut dapat diatasi serta dicari jalan
keluarnya.
4 Penekanan pada tanggung jawab ini diuraikan dalam Andar Ismail
dengan mengutip Markus 4: 3. Selengkapnya Lih. Andar Ismail, Selamat
Menabur, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hlm. 3.
Roimanson Panjaitan | 5

Singkatnya guru harus melakukan penelitian. Dengan kata


lain guru PAK adalah seorang peneliti. Tanpa penelitian
persoalan-persoalan yang membutuhkan jawaban yang terjadi di
sekitar PAK tidak akan diketahui.5 Jika tidak diketahui maka
tidak akan ada upaya mencari jalan keluar dari persoalan
tersebut. Dengan demikian maka pada akhirnya tidak ada ada
upaya perbaikan. Nah, jika tidak ada perbaikan, maka PAK tidak
akan mengalami perkembangan dan perubahan kualitas. Padahal
PAK sendiri adalah mengupayakan perubahan, pembaruan dan
reformasi pribadi-pribadi, kelompok dan struktur, oleh kuasa Roh
Kudus, sehingga anak didik hidup sesuai dengan kehendak Allah,
sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab dan oleh Tuhan Yesus
sendiri.6 Oleh sebab itu sudah seharusnya guru PAK
melaksanakan perubahan paradigma ini, yakni memahami
berbagai-bagai persoalan atau permasalahan di lingkungan PAK
dan melaksanakan penelitian terhadapnya.

Mengapa Guru PAK [Harus] Meneliti?


1. Memahami PAK dan Permasalahannya
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa PAK juga tidak
terlepas dari berbagai-bagai persoalan. Persoalan tersebut
mencakup isu-isu yang terjadi atau yang berkaitan baik langung
maupun tidak langsung dengan PAK itu sendiri. Oleh sebab itu
5 Dalam pengamatan yang dilakukan pada mahasiswa PAK tingkat akhir
yang sedang melakukan penulisan skripsi masih ditemukan berbagai topik
penelitian, yang menurut hemat penulis topik tesebut tidak berkaitan dengan
bidang PAK. Mencermati hal tersebut kemudian penulis membawa hasil
pengamatan tersebut pada kelas diskusi dengan mahasiswa kelas Metodologi/
PTK. Dalam diskusi ditemukan bahwa yang menjadi penyebabnya adalah
masih kurangnya pemahaman tentang persoalan-persoalan yang terjadi di
sekitar PAK.
6 Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012), hlm. 26.
6 | Metodologi Penelitian

setiap insan yang melibatkan diri dalam PAK (di sekolah, di


gereja dan di dalam keluarga) seharusnya memahami dan juga
peka terhadap ini. Bagian tulisan ini sengaja disisipkan untuk
membantu mengilustrasikan bahwa dalam lingkungan PAK
masih terdapat berbagai pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan jawaban.
Sebagai contoh: dalam pelaksanaan PAK di sekolah;
sebenarnya masih banyak terdapat berbagai-bagai isu yang dapat
diangkat sebagai bahan kajian dalam penelitian. Isu tersebut bisa
saja terjadi pada aspek mata pelajaran PAK yang terdapat di
sekolah, seperti kurikulum PAK, jam pelajaran PAK, efektifitas
pembelajaran PAK, sebaran materi, metode penilaian, dan lain
sebagainya. Selain itu, isu yang paling sering mendapat perhatian
peneliti (calon sarjana PAK) adalah isu tentang aspek guru PAK
dan siswa yang mengikuti pelajaran PAK. Isu tersebut antara lain
seperti: gaya mengajar, metode pembelajaran, strategi
pembelajaran, kompetensi, ketrampilan mengajar, peranan guru,
kreatifitas guru, minat belajar siswa, hasil belajar, keaktifan
siswa pada saat pelajaran PAK, persepsi siswa tentang PAK, dan
lain sebagainya. Contoh lain juga mungkin masih terdapat pada
halhal yang menyangkut PAK yang terjadi di gereja dan
keluarga.
Akan tetapi, meskipun isu pada penyelenggaran PAK di
sekolah sebagaimana yang telah diuraikan secara sederhana di
atas sekilas ―mungkin saja‖ telihat sebagai bahan kajian yang
umum dalam dunia pendidikan dan sering diteliti, tetapi jika
dieksplorasi lebih dalam lagi maka sebenarnya isu tersebut belum
sepenuhnya memperoleh jawaban, apalagi jalan keluar dari
permasalahannya. Karena itu persoalan-persoalan ini jika
dikaitkan dalam lingkup PAK masih bisa dijadikan sebagai
bahan kajian yang lebih mendalam. Demikian juga halnya dalam
Roimanson Panjaitan | 7

pelaksanaan PAK di gereja. Agaknya tema ini belum benar-benar


terlihat ―jelas‖ sebagaimana kita melihat PAK di sekolah.
Bagi sebagian denominasi, persoalan PAK di gerejanya
mungkin telah memperoleh tempat. Sehinga bisa jadi area PAK
di sini telah kelihatan jelas. Tetapi bagi gereja pada ―sebagian‖
denominasi yang lain, wilayah PAK-nya belum terlalu terang
atau ―bahkan‖ belum terlihat sama sekali. Dengan kata lain
PAK di sini mungkin saja belum terlaksana atau dianggap
sebagai wilayah pelayanan dogmatis. Sehingga tidak telihat mana
PAK dan mana pelayanan liturgis. Sehingga menjadi tidak jelas
apakah gereja tersebut telah melaksanakan PAK atau tidak? PAK
yang telah terlaksana di gereja biasa disebut sebagai Pembinaan
Warga Gereja (PWG). Selain itu mungkin pelayanan sekolah
minggu dan Katekhisasi juga boleh disebut sebagai bentuk PAK
di gereja. Tetapi sejujurnya istilah dan sebutan pelayanan ini
masih bias. Sulit membedakan sekat antara ―yang mana‖ yang
menjadi wilayah pelayanan gerejawi dan mana wilayah PAK di
gereja tersebut.
Satu sisi, jika ini dianggap sebagai wilayah PAK, maka
seharusnya para pengajar-pengajar yang melaksanakan tugas
tersebut adalah seharunya dilaksanakan oleh ―yang memahami‖
tentang PAK. Sedangkan jika disebut pelayanan dogmatis (dalam
pengertian sebagai pelayanan yang harus dilaksanakan oleh
pelayan tahbisan) berarti pada gereja tersebut belum
melaksanakan PAK secara khusus. Dan catatan terakhir inilah
yang masih terjadi hingga saat ini. Itulah sebabnya mengapa
menurut penulis PAK dalam gereja masih terlihat ―blur’. Di
satu sisi, gereja mengakui telah melaksanakan PAK, tetapi
perangkat, pengaturan dan pelaksanaannya belum tertata dengan
baik. Pada sisi yang lain, jika gereja dianggap belum
melaksanakan PAK sama sekali, maka agaknya kebanyakan
8 | Metodologi Penelitian

gereja pastilah tidak menyetujui hal ini. Tapi lagi-lagi dapat kita
lihat, pada pelayanan katekhisasi misalnya, apakah guru PAK
pernah dilibatkan? Dalam pelayanan sekolah minggu juga
demikian; apakah gurunya berasal dari lulusan PAK? Apakah
kurikulum dan materinya telah dipersiapkan dengan baik?
Demikian juga halnya dengan PAK Keluarga. Bagaimana
kita menentukan indikator pelaksanaan PAK telah terjadi di
tengah-tengah keluarga? Singkatnya darimana kita bisa
menyebutkan sekaligus menguraikan dengan jelas, jika di dalam
sebuah keluarga telah melaksanakan praktek PAK? Dari saat
teduh, atau dari keterampilan berdoa yang dilakukan oleh
masing-masing anggota keluarga? Atau mungkin dari disiplin
dan norma-norma yang berlaku dalam sebuah keluarga? Atau
justru sebaliknya, bahwa tidak satupun kita bisa temukan alasan
untuk menyatakan adanya PAK Keluarga? Lantas mengapa ada
istilah PAK Keluarga? Dari ketiga ilustrasi di atas, PAK di
sekolah sejauh ini masih lebih terlihat jelas, yakni merupakan
seluruh rangkaian pelajaran PAK yang dilaksanakan di sekolah.
Perangkat, pengaturan dan tata pelaksananaannya lebih
terlihat jelas dibandingkan dengan ketika kita membicarakan
PAK lingkup yang lain. Itulah sebabnya tidak heran mengapa
saat membicarakan tentang PAK, sejauh ini pikiran kita masih
tertuju kepada ―keberadaan sekolah sebagai ladang PAK‖ yang
lebih nyata, sekalipun masih banyak persoalan-persoalan yang
ditemukan dalam tubuh PAK di sekolah. Tetapi agaknya wilayah
ini masih memiliki indikator-indikator sebagai cerminan dari
variabel PAK itu sendiri dibanding pada institusi yang lain.
Mencermati keterangan ini, sebenarnya di situ terlihat jelas (atau
setidaknya kita memiliki sebuah gambaran), bahwa PAK masih
memiliki banyak persoalan-persoalan yang belum terjawab,
apalagi memberi jalan keluar sebagai penyelesaian. Oleh sebab
Roimanson Panjaitan | 9

itu isu-isu PAK adalah isu-isu yang dapat dijadikan kajian dan
penelitian. Sehingga sebenarnya tidak ada alasan bagi guru dan
mahasiswa (calon sarjana PAK) untuk tidak mengetahui
persoalan-persoalan di seputar PAK.

2. Antara Pengetahuan, Ilmu, Filsafat dan Kebenaran


Manusia adalah makluk ciptaan yang paling tinggi
hakikatnya jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya.
Mengapa demikian? Karena pada hakikatnya manusia hidup dan
dianugerahi dengan akal dan pikiran. Hal itu pulalah yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sehingga
sejak dari semula, manusia adalah makluk hidup yang lebih
cerdas dan terbiasa menggunakan pikiran untuk segala aspek
yang diperlukan dalam hidupnya. Dengan demikian, manusia
memiliki rasa keingintahuan yang paling tinggi dari semua
makhluk hidup. Karena rasa keingintahuannya pula, manusia
mulai mencari-cari tentang berbagai hal yang terjadi di
sekitarnya. Mulai dari hal yang sederhana, hingga kepada hal-hal
yang tergolong lebih rumit, seperti mencari tahu tentang seluruh
alam ciptaan, hingga kepada sang pencipta itu sendiri.
Rasa keingintahuan itu sendiri disebabkan oleh
keraguraguan dalam diri manusia. Dan rasa ingin tahu manusia
akan terpuaskan bila dirinya mendapatkan penjelasan mengenai
apa yang dipertanyakan dalam pikirannya. Untuk itu manusia
menempuh berbagai upaya agar memperoleh pengetahuan yang
benar (kebenaran) tentang apa yang dipertanyakan. Oleh karena
itu Pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) berawal dari
10 | Metodologi Penelitian

kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam


besar (macro cosmos) maupun alam kecil (micro cosmos).
Kekaguman tersebut kemudian menyebabkan timbulnya rasa
ingin tahu (curiousity).
Manusia tidak akan memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu jika tidak dimulai dari rasa ingin tahu. Dan tidak akan
memperoleh kepastian terhadap sesuatu jika tidak dimulai dari
rasa ragu-ragu. Proses inilah yang kemudian disebut dengan
filsafat. Filsafat merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia
untuk menyelidiki hakikat segala susuatu untuk memperoleh
kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat.
Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan apa hakikat atau
sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini maka
jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Dan
upaya untuk memperoleh kebenaran ini akan menghasilkan
pengetahuan (knowledge), dan tentunya membutuhkan apa yang
disebut ―pendekatan‖, yang secara garis besar dibedakan
menjadi dua: secara tradisional (pendekatan non ilmiah) dan
secara modern (pendekatan ilmiah).7
Pendekatan non-ilmiah merupakan upaya untuk
memperoleh pengetahuan atau memahami fenomena-fenomena
tertentu ada yang dilakukan secara tradisional atau non ilmiah.
Upaya ini muncul di masyarakat secara alami seiring dengan
munculnya berbagai fenomena atau masalah yang membutuhkan
penjelasan. Ada beberapa pendekatan non-ilmiah yang banyak
dipakai untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran, yaitu:
akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan kebetulan dan coba-
coba (trial and error), pendapat otoritas dan pikiran kritis, serta

7 Sudarwan Danim dan Darwis, Metode Penelitian Kebidanan: Prosedur,


Kebijakan, dan Etik, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003), hlm. 29.
Roimanson Panjaitan | 11

pengalaman.8 Sedangkan Pendekatan Ilmiah (modern) adalah


upaya manusia untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu
kebenaran yang dapat dipertanggung jawaban secara rasional dan
empiris. Kebenaran semacam ini dapat diperoleh dengan metode
ilmiah (scientific method), yaitu dengan metode deduktif (metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus dan metode induktif (metode yang diawali dengan
menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus dengan
pembuktian dan contoh-contoh fakta yang diakhiri dengan
kesimpulan yang berupa pernyataan umum).
Selanjutnya, pengetahuan yang diperoleh mulai disusun dan
ditata sedemikian rupa sehingga mampu untuk dijelaskan
kembali. Kemampuan manusia untuk menyusun dan menata
berbagai pengetahuan disebut ilmu. Secara umum ilmu diartikan
sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan.
Dengan kata lain ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan
terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat,
prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan
pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis
dan verifikatif. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu,
ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Disebut ilmiah
karena dalam ilmu terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Sistematis. Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan
dalam hubungan yang logis dan teratur sehingga suatu
sistem akan membentuk secara utuh, terpadu, menyeluruh
8 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm. 3.
12 | Metodologi Penelitian

dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang


menyangkut objeknya.
b. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi
golongan masalah yang sama dengan sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian
objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus
diuji keberadaannya (bukan hasil prasangka/dugaan).
c. Analisis/metodis. Secara umum, metodis diartikan sebagai
metode tertentu yang digunakan dan merujuk pada metode
ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan
mencari kebenaran ilmiah.
d. Universal. Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak
dicapai.
e. Empiris. Ilmu hasil percobaan atau panca indera.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat dipahami bahwa ilmu akan
berdampak kepada kebiasaan manusia. Ilmu membentuk
kebiasaan serta ketrampilan observasi, percobaan
(eksperimental), klasifikasi, analisis, serta membuat generalisasi.
Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus menerus,
maka ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan
persepsi serta kemampuan berpikir secara logis seseorang, yang
sering disebut penalaran atau proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian.
Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah
dituntut memiliki sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak
mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak cepat putus asa
dengan pekerjaan atau hasil karyanya. Sifat-sifat tesebut
merupakan pencerminan sikap ilmiah yang pada akhirnya
Roimanson Panjaitan | 13

mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Pengetahuan ilmiah


yang telah dimiliki seseorang disertai sikap ilmiah yang
ditunjukkannya dalam cara berpikirnya, hendaknya menjadi
dasar dalam melakukan pekerjaan dalam menghasilkan karya-
karya yang bersifat ilmiah pula baik berupa ilmu pengetahuan
maupun teknologi. Dengan perkataan lain, karya ilmiah adalah
hasil atau produk manusia yang dihasilkan atas dasar
pengetahuan, sikap, dan cara berpikir ilmiah. Tentang hal ini Tan
(1954) berpendapat bahwa ilmu bukan saja merupakan suatu
himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan
sustu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan sistem
yang menjadikan sipenuntut ilmu menjadi seorang ilmiah, baik
dalam ketrampilan, dalam pandangan maupun tindak tanduknya.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa konsep antara ilmu
dan berpikir adalah sama. Dalam memecahkan masalah, ilmu
dimulai dari adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal
yang bersifat umum. Kemudian timbul sutu pertanyaan yang
khas, dan selanjutnya dipilih suatu pemecahan tentatif untuk
penyelidikan. Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur
dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan
sesuatu dan keinginan untuk memperoleh sutu ketentuan, yang
kemudian tumbuh menjadi masalah yang khas. Masalah ini
memerlukan suatu pemecahan dan untuk ini dilakukan
penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang
tepat. Akhirnya, sebuah kesimpulan yang tentatif akan diterima,
tetapi masih tetap di bawah penyelidikan yang kitis dan terus
menerus untuk mengadakan evaluasi secara terbuka.
Biasanya, manusia normal selalu berpikir dengan situasi
permasalahan. Apalagi jika masalah yang dihadapi adalah
masalah yang rumit, maka manusia normal akan mencoba
memecahkan masalah tersebut dengan langkah-langkah tertentu.
14 | Metodologi Penelitian

Berpikir demikian dinamakan bepikir secra reflektif (reflective


thinking). Namun, bagaimanakah kira-kira proses yang terjadi
ketika berpikir? Menurut Dewey (1933) proses berpikir dari
manusia normal mempunyai urutan sebagai berikut:
a. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat,
sulit mengenal sifat, ataupun dalam menerangkan ha-hal
yang muncul secara tiba-tiba.
b. Kemudian rasa sulit tersebut diberi batasan dalam bentuk
permasalahan.
c. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa
rekareka, hipotesa, inferensi atau teori.
d. Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional dengan jalan
mengumpulkan bukti-bukti (data)
e. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan
menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan
ataupun percobaan-percobaan.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir
secara nalar terdapat dua ciri penting, yaitu: 1) Ada unsur logis di
dalamnya, dan 2) Ada unsur analitis di dalamnya. Ciri pertama
dari berpikir adalah adanya unsur logis didalamnya. Tiap bentuk
berpikir mempunyai logikanya tersendiri. Dengan perkataan lain
berpikir secara logis tidak lain berpikir secara nalar. Ciri kedua
dari berpikir adalah adanya unsur analitis di dalam berpikir itu
sendiri. Dengan logika yang ada ketika berpikir, maka kegiatan
berpikir itu secara sendirinya mempunyai sifat analitis.

Pengertian Penelitian
Pada dasarnya penelitian diartikan sebagai ―kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan
Roimanson Panjaitan | 15

suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk


mengembangkan prinsip-prinsip umum‖.9 Secara etimologis,
istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan search. Re
berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari,
menjelajahi, atau menemukan makna. Dengan demikian
penelitian atau research berarti mencari, menjelajahi atau
menemukan makna kembali secara berulang-ulang.10 Menurut
Ary, Jacobs, dan Razafieh, penelitian dapat diartikan sebagai
pendekatan ilmiah pada pengkajian masalah. Penelitian
merupakan usaha sistematis dan objektif untuk mencari
pengetahuan yang dapat dipercaya.11
Sedangkan menurut Ostle sebagaimana dikutip oleh Nazir,
menyebutkan bahwa penelitian dengan mengunakan metode
ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific
research).12 Merupakan cara ilmiah berarti penelitian didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Rasional artinya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
caracara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia. Empiris artinya cara-cara yang digunakan dalam
penelitian itu berarti teramati oleh indra manusia, sehingga orang
lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang akan
digunakan. Sistematis, artinya proses yang digunakan dalam
penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis.13
9 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.
10 Sumadi Suryabrata, hlm. 3.
11 Jacobs Ary dan Razavieh, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan -
Alih Bahasa: Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2000), hlm. 44.
12 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998), hlm. 15.
13 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm.
16 | Metodologi Penelitian

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa


penelitian merupakan suatu proses yang dilakukan secara ilmiah,
sistematis dan objektif yang melibatkan unsur penalaran dan
observasi untuk menemukan, memverifikasi, dan memperkuat
teori serta untuk memecahkan masalah yang muncul dalam
kehidupan.

Kegunaan dan Tujuan Penelitian


Kegunaan penelitian adalah penggunaan hasil penelitian
berupa informasi, model/ alat/ teori/ konsep/ faktor-faktor yang
berpengaruh, evaluasi, dan peramalan kejadian yang dapat
digunakan oleh: program kesehatan untuk perencanaan,
pengambilan keputusan/ perumusan kebijakan, masyarakat
umum, masyarakat industri, dan pengembangan ilmu
pengetahuan.14155 Menurut Tahir, manfaat penelitian
menunjukkan pada pentingnya penelitian dilakukan, baik untuk
pengembangan ilmu dan referensi penelitian lebih lanjut dengan
kata lain manfaat penelitian berisi uraian yang menunjukkan
bahwa masalah yang dipilih memang layak diteliti.16
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik
manfaat secara praktis maupun secara teoritis. Pada intinya,
kegunaan penelitian menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan
kontribusi hasil penelitian anda. Kegunaan penelitian/penulisan
dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, kegunaan penelitian
tersebut dapat diperinci lagi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap penelitian si peneliti. Kegunaan

14 .
15 Sugiyono, Statistika ... hlm. 2
16 Muh. Tahir, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan, (Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2011), hlm. 21.
Roimanson Panjaitan | 17

penelitian dapat dibedakan menjadi kepentingan praktis,


kepentingan bidang keilmuan, atau kepentingan bidang profesi
peneliti, instansi/organisasi, atau kelompok tertentu.17
Adapun tujuan penelitian menurut Locke, et al, tujuan
penelitian berarti menujukkan ―mengapa peneliti ingin
melakukan penelitian dan apa yang ingin dicapai oleh peneliti.‖ 18
Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian, bukan
masalah atau isu yang dapat menuntun pada keharusan
diadakannya penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian
adalah kumpulan pernyataan yang menjelaskan sasaran-sasaran,
maksud-maksud, atau gagasan-gagasan umum diadakannya suatu
penelitian. Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin
dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian
mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian dengan kata
lain rumusan tujuan penelitian sejajar dengan rumusan masalah
penelitian perbedaanya hanya terletak pada cara merumuskannya.
Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat
tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan.
Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tjuan khusus.
Tujuan umum menggambarkan secara singkat melalui satu
kalimat yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan khusus
dirumuskan dalam bentuk butir-butir misalnya (1, 2, 3) yang
mengacu pada rumusan masalah yang lebih spesifik. Rumusan
tujuan penelitian harus selalu konsisten dengan rumusan
masalah. Berapa banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula
tujuan yang akan dicapai. Untuk itu, perlu ditetapkan suatu
tujuan penelitian berdasarkan persoalan yang dipilih. Tujuan
17 Sugiyono, Statistika.... hlm. 2.
18 Locke., et al, Proposal that Work: A Guide for Planning Dissertation
and Grand Proposals, Thousand Oaks, (CA: Sage, 2007), hlm. 9
18 | Metodologi Penelitian

yang jelas memberikan landasan untuk perancangan proyek


penelitian, untuk pemilihan metode yang paling tepat dan untuk
pengolahan proyek setelah dimulai serta memberikan bentuk dan
makna bagi laporan akhir.19 Dengan demikian tujuan penelitian
hendakanya harus dirumuskan secara spesifik dan jelas yaitu
mengenai kejadian apa, dimana, bilamana terjadinya dan
bagaiamana. Kaburnya tujuan penelitian akan berakibat kaburnya
hasil penelitian yang akan diperoleh.
Dengan menentukan tujuan penelitian secara singkat dan
jelas, researcher dapat menyaring data apa saja yang benar-benar
diperlukan artinya yang relevan terhadap persoalan, sehingga
dengan demikian akan mempermudah pembuatan daftar
pertanyaan (questionnaire) yang akan dipergunakan untuk
memperoleh data tersebut‖.

Masalah dalam Penelitian


Suatu penelitian biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Oleh karena itu
masalah merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian.
Dengan kata lain ―upaya‖ penelitian tidak akan ada jika masalah
tidak ada. Maka memilih dan menentukan masalah dalam
penelitian adalah hal yang paling utama yang harus dilakukan
oleh seorang peneliti sebelum melakukan penelitian. Dan harus
diakui bahwa dalam memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dilakukan. Padahal,
sebagaimana diuraikan oleh Sugiyono bahwa bila dalam
penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul
merupakan masalah, maka sebenarnya penelitian tersebut 50%
19 Muh. Tahir, hlm. 20-21
Roimanson Panjaitan | 19

telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam


penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah akan tetapi
merupakan hal yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya
suatu penelitian.
Dalam penelitian, masalah diartikan sebagai penyimpangan
antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi,
antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan,
antara rencana dan kenyataan. Atau dapat juga dikatakan sebagai
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa
yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan
kompetisi.20 Oleh sebab itu masalah atau problem dapat dipahami
sebagai jarak antara apa yang diharapkan (das Sollen) dengan apa
yang terwujud atau tercapai (das Sein). Dengan kata lain masalah
menunjukkan adanya ketidak sesuaian antara apa yang
diinginkan dengan apa yang terwujud atau tercapai.

20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 52.
20 | Metodologi Penelitian

Harapan
(das Sollen )

Masalah

Kenyataan
(das Sein )

Gambar 1 Ilustrasi masalah dalam penelitian

Sumber-Sumber dan Kriteria Pemilihan Masalah dalam


Penelitian
Sumber masalah dalam penelitian menurut Arikunto dapat
diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai hal-hal
yang aneh atau karena didorong oleh keinginan meningkatkan
hasil kerja apa saja. Masalah juga dapat diperoleh dari membaca
buku, atau juga dapat diberi oleh orang lain.21 Sedangkan
menurut Turney dan Noble dalam Sudarwan Danim dan Darwis
adalah sebagai berikut:
1. Bersumber dari pengalaman pribadi.
2. Informasi yang diperoleh secara kebetulan.
3. Kerja dan kontrak profesional.
4. Pengujian dan pengembangan teori
21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik
– Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 69
Roimanson Panjaitan | 21

5. Analisis literatur professional dan hasil penelitian


sebelumya. 6. dll.22
Berdasarkan pendapat di atas terlihat masalah dalam
penelitian sebenarnya dapat ditemukan dimana saja. Hanya saja
untuk memilih masalah yang sesuai dengan minat dan bidang
peneliti bukanlah sebuah upaya yang mudah dilakukan. Sebab
tidak setiap masalah layak untuk diangkat sebagai topik
penelitian. Oleh sebab itu untuk memilih masalah yang layak
untuk diteliti, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, relatif belum banyak
diteliti?
2. Apakah masalah itu mengundang rasa ingin tahu peneliti
atau pihak luar yang akan membaca atau memanfaatkan
hasil penelitian itu?
3. Adakah alat, bahan, dan metode kerja yang akan dipakai
memungkinkan terlaksananya pengkajian terhadap fakus
masalah yang dipilih?
4. Apakah segi-segi teknik berikut ini memungkinkan
terselenggaranya penelitian sesuai dengan fokus masalah? 23

Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian


Biasanya dalam suatu penelitian masalah yang ditemukan
adalah sifatnya sangat kompleks, atau terdiri dari berbagai-bagai
gejala yang dianggap berpotensi sebagai masalah. Oleh sebab itu
untuk mengurai dan memudahkan peneliti dalam memahami
masalah dan mengurai masalah yang akan diteliti, perlu
dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan

22 Sudarwan Danim dan Darwis, hlm. 93-97.


23 Sudarwan Danim dan Darwis, hlm. 91-92.
22 | Metodologi Penelitian

upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus


memetakan masalah-masalah tersebut secara sistematis.
Dalam pelaksanaannya, prinsip yang harus diperhatikan
adalh identifikasi masalah tidak boleh tiba-tiba muncul, namun
selalu harus didasarkan pada masalah yang sudah tertulis, baik
secara implisit (tersirat) maupun eksplisit (tersurat) di latar
belakang masalah.24 Artinya, identifikasi masalah hanya diambil
dari latar belakang masalah. Itulah sebabnya proses identifikasi
masalah juga dapat dikatakan sebagai kegiatan menginventarisir
masalah yang ditemukan dalam latar belakang masalah. Atau
dalam sebutan lain, mengidentifikasi masalah penelitian
umumnya merupakan kegiatan meng-ekstrak‖ masalah dari latar
belakang masalah yang telah diuraikan. Sedangkan prinsip
lainnya adalah identifikasi masalah sebaiknya menggunakan
kalimat tanya yang dimulai dengan bagaimana atau mengapa
karena mutunya lebih tinggi daripada hanya menjawab apa, siapa
dan di mana.
Identifikasi masalah dalam penelitian kuntitatif bersifat
deksriptif, hubungan (relationship), pengaruh (asosiative) dan
perbedaan (difference). Identifikasi masalah dalam penelitian
deskriptif biasanya dimulai dengan pertanyaan, ―apakah?‖
hubungan biasanya dimulai dengan pertanyaan, ―Adakah
hubungan?‖ Pengaruh biasanya dimulai dengan pertanyaan,
―Adakah Pengaruh?‖ dan lain sebagainya (Lihat contoh latar
belakang masalah).
Adapun rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun
demikian terdapat kaitan erat antara masalah dengan rumusan
masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus
24 Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm 16-18.
Roimanson Panjaitan | 23

didasarkan pada masalah.25 Bentuk-bentuk rumusan masalah


dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi
(level of explanation). Dan bentuk masalah dapat dikelompokkan
ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel
mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih. Jadi dalam
penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan atau
hubungan variabel itu dengan variabel lain. 26 Adapun rumusan
masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua
atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Sedangkan rumusan masalah asosiatif adalah rumusan
masalah yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yang dimaksud, yaitu:
hubungan simetris (hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama; hubungan kausal (hubungan yang
bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independen (yang
mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang
dipengaruhi); dan hubungan interaktif yakni hubungan yang
saling mempengaruhi (resiprocal/ timbal balik). Dan di sini tidak
diketahui yang mana variabel independen dan variabel dependen.
Selanjutnya, Tuckman mengemukakan beberapa kirteria
dalam merumuskan masalah, yaitu:
1. Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variabel atau
lebih.
2. Dapat diukur secara empiris dan objektif.

25 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 55. 26 Sugiyono,
Metode ...., hlm. 56
24 | Metodologi Penelitian

3. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, lebih


baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
4. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat, dan
tidak pula menuntut jawaban dengan pertimbangan moral
subjektif.26

Cara Menguraikan Masalah dalam Penelitian


Sebagaimana yang telah disinggung di atas, pemilihan
masalah dalam penelitian adalah salah satu aspek yang paling
sulit dilakukan oleh seorang peneliti. Selain itu setelah masalah
ditemukan, maka untuk menguraikan masalah tersebut juga
merupakan kendala tersendiri, khusunya bagi peneliti pemula
(dalam hal ini yang dimaksud adalah mahasiswa sebagai calon
sarjana). Oleh sebab itu agar masalah ―yang telah ditemukan‖
dapat jelaskan dengan baik, maka perlu memperhatikan
prinsipprinsip pendekatan penalaran, baik deduktif maupun
induktif. Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah
pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis
yang diberikan.
Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat
menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang
umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the
specific). Sedangkan pendekatan induktif menekanan pada
pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum

26 Sudarwan, hlm. 99.


Roimanson Panjaitan | 25

(going from specific to the general). Berikut ini adalah contoh


penulisan latar belakang masalah dalam sebuah penelitian PAK:
26 | Metodologi Penelitian

ANALISIS KECENDERUNGAN DAN PENYEBAB


TERJADINYA PERILAKU PENUNDAAN MATA
KULIAH DAN PENYUSUNAN SKRIPSI DI KALANGAN
MAHASISWA JURUSAN PAK STAKN KUPANG.27

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan jaman yang begitu pesat memaksa manusia
untuk mengikuti derasnya arus perubahan. Perubahan yang
terjadi ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan
dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Seiring dengan hal
tersebut tingkat aktifitas dan mobilitas manusia semakin
meningkat pula. Termasuk dalam bidang pendidikan. Pada
tingkat pendidikan tinggi misalnya, tidak dapat dipungkiri
bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Informasi yang terjadi membuat suasana pendidikan juga ikut
berubah. Tidak terkecuali dalam aktifitas dan kehidupan
akademik ―sesorang yang sedang menjalani pembelajaran di
Perguruan Tinggi dalam jangka waktu tertentu dan adanya
gelar khusus yang diberikan jika yang bersangkutan sudah
menyelesaikan seluruh proses pembelajaran di Perguruan
Tinggi tersebut (P2M STAKPN Tarutung, 2015: 1)‖, atau yang
kerap didefinisikan sebagai mahasiswa.
Sebagai seorang pembelajar, kehidupan sebagai
mahasiswa tentu melekat dengan aktifitas yang berhubungan
dengan perkuliahan. Meskipun tidak menutup kemungkinan

27 Penelitian Hibah STAKN Kupang Tahun Anggaran 2016 dan telah


dipublikasikan pada Jurnal Prambelum STAKN Palangka Raya, Kalimantan
Tengah.
Roimanson Panjaitan | 27

jikalau mahasiswa memiliki kegiatan lainnya di luar


perkuliahan. Akan tetapi banyaknya aktifitas yang dilakukan
28 | Metodologi Penelitian

oleh mahasiswa di luar perkuliahan dapat menyebabkan


aktifitas akademiknya terganggu. Tentu hal ini kadangkala
dapat dipandang sebagai hal yang lumrah atau lazim. Tetapi,
jika hal ini terjadi secara berulang-ulang akan menyebabkan
mahasiswa kehilangan prioritas. Selain itu kecenderungan ini
dapat menyebabkan banyaknya beban akademik yang
terbengkalai. Sehingga perilaku menunda yang semakin
sering dilakukan oleh mahasiswa ini pada akhirnya dapat
menyebabkan mahasiswa tersebut merasa resah dan cemas,
karena tidak dapat memenuhi tuntutan akademik sesuai
dengan waktu yang ditentukan baginya untuk menyelesaikan
studinya.
Hal semacam ini dikenal dengan istilah prokrastinasi
(Solomon dan Rothblum, 1984: 503-509). Prokrastinasi
adalah penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian
tugas yang disengaja. Dengan kata lain bahwa faktor penunda
dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan berasal
dari diri sendiri. Dalam pengertian yang berhubungan dengan
kehidupan akademik mahasiswa disebutkan bahwa,
prokrastinasi akademik adalah kecenderungan perilaku
mahasiswa dalam menunda pelaksanaan atau penyelesaian
tugas akademiknya. Perilaku menunda kegiatan yang
demikian kadang sampai pada tahap menimbulkan
ketidaknyamanan emosi seperti rasa cemas dalam diri
mahasiswa. Sehingga mahasiswa sebagai prokrastinator, atau
sebutan untuk pelaku prokrastinasi, yang seharusnya dapat
melakukan tugas itu, gagal untuk memotivasi diri sendiri
dalam melakukan tugas atau pekerjaan tersebut dalam jangka
waktu yang diharapkan atau ditentukan. Dengan demikian
prokrastinasi akademik dapat menyebabkan terganggunya
Roimanson Panjaitan | 29

aktifitas akademik mahasiswa, baik dalam rentang waktu


terbatas, bahkan sampai kepada penundaan kelulusan
mahasiswa itu sendiri. Oleh sebab itu prokrastinasi dapat
mempengaruhi pencapaian suasana dan target akademik
mahasiswa.
Hasil penelitian tentang prokrastinasi ini telah pernah
diteliti oleh berberapa peneliti sebelumnya, baik di dalam
maupun di luar negeri. Sebagai contoh, hasil penelitian yang
dilakukan di luar negeri menunjukkan bahwa prokrastinasi
merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar
masyarakat secara luas, dan pada lingkup kecil hal tersebut
menimpa dapat siswa atau mahasiswa. Sedangkan penelitian
yang dilakukan dalam negeri menunjukkan bahwa
prokrastinasi adalah gejala umum yang terjadi dalam
kehidupan mahasiswa. Artinya setiap mahasiswa hampir-
hampir pernah melakukan atau mengalami gejala
prokrastinasi (E. Surijah & T. Sia, 2007: 352). Sehingga tidak
mengherankan jika perilaku penundaan akademik ini juga
terjadi di kalangan mahasiwa Sekolah Tinggi Agama Kristen
Negeri (STAKN) Kupang.
Berdasarkan data akademik mahasiswa STAKN Kupang
T.A. 2014/2015, yang diperoleh dari biro Akademik STAKN
Kupang ditemukan bahwa jumlah rata-rata mahasiswa yang
mengalami penundaan akademik di setiap kelas (rombongan
belajar) selama satuan semester berkisar antara 3 - 8 orang.
Angka ini didasarkan pada jumlah mahasiswa yang gagal
mengikuti setiap proses perkuliahan dalam satuan mata kuliah
pada semester berjalan. Sedangkan sisanya adalah mahasiswa
yang tidak mengalami kendala dalam mengikuti kegiatan
perkuliahan.
30 | Metodologi Penelitian

Di satu sisi, keadaan tersebut dapat dipahami bahwa


memang tidak semua mahasiswa dapat menyelesaikan proses
akademiknya pada kriteria waktu ideal. Waktu ideal yang
dimaksud adalah sebagaimana yang tertuang dalam buku
Pedoman Akademik STAKN Kupang, bahwa: ― idealnya
seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya adalah 4-5
tahun." Tetapi di sisi lain juga harus diakui bahwa masih
terdapat penundaan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa
hingga menghabiskan masa studinya melebihi waktu yang
ideal. Sehingga kondisi merupakan perilaku yang perlu
diteliti tingkat kecenderungan dan faktor-faktor penyebabnya.
Sebab mahasiswa seharusnya adalah agen perubahan yang
diharapkan oleh banyak pihak (orang tua, keluarga, sekolah,
gereja dan lingkungan masyarakat). Mahasiwa seharusnya
dapat memberikan kontribusi nyata dalam lingkungan
masyarakat dan dalam pelayanannya sebagai warga gereja.
Namun dengan adanya prokrastinasi akademik ini dipastikan
dapat menciptakan masalah tersendiri dalam berbagai dimensi
kehidupannya sebagai mahasiswa.
Berdasarkan perihal tersebut maka gejala prokrastinasi
akademik di STAKN Kupang ini layak mendapatkan
perhatian dan dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana tingkat kecenderungan dan faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik dalam mata
kuliah dan penyusunan skripsi di kalangan mahasiswa jurusan
PAK STAKN Kupang.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengelompokkan, mengurutkan, sekaligus memetakan
Roimanson Panjaitan | 31

masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan


keahlian bidang peneliti. Sehubungan dengan pernyataan ini,
maka peneliti mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan
sebagai berikut:
1. Kecenderungan aktifitas yang dilakukan mahasiswa di luar
kegiatan perkuliahan ini dapat menyebabkan mahasiswa
kehilangan prioritas. Dengan demikian bagaimanakah
tingkat kecenderungan mahasiswa sehingga berakibat
kepada penundaan kegiatan akademiknya?
2. Perilaku prokrastinasi adalah gejala umum yang terjadi
dalam kehidupan mahasiswa. Termasuk di lingkungan
STAKN Kupang. Meskipun hal tersebut dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, tetapi jika perilaku tersebut berasal
dari dirinya sendiri, dapat menimbulkan ketidaknyamanan
emosi dalam dirinya, dan dapat berdampak pada perilaku
penundaan kegiatan akademiknya. Oleh sebab itu
faktorfaktor apa sajakah yang meyebabkan mahasiswa
STAKN Kupang untuk melakukan penundaan akademik
dalam mata kuliah dan penyusunan skripsinya?

C. Batasan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah dan identifikasi
masalah penelitian yang diuraikan di atas, maka penelitian ini
dibatasi pada indikator-indikator yang diuraikan oleh Ferrari
sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan prokrastinasi akademik mahasiswa
dalam penelitian ini adalah perilaku sadar yang berasal dari
diri sendiri untuk menunda kegiatan akademik terhadap
mata kuliah dan penyusunan skripsi, dengan
indikatorindikator yang didasarkan pada teori tentang
32 | Metodologi Penelitian

prokrastinasi serta kemungkinan indikator lain yang


ditemukan setelah melakukan penelitian.
2. Yang dimaksudkan dengan mahasiswa dalam penelitian
ini adalah seluruh mahasiswa STAKN Kupang jurusan
PAK T.A. 2013 s/d T. A. 2015.

D. Rumusan Masalah
Mengacu pada pendapat dan latar belakang permasalahan
yang telah diuraikan di atas, maka dalam kajian ini peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kecenderungan perilaku mahasiswa
Jurusan PAK STAKN Kupang, untuk melakukan
penundaan terhadap mata kuliah dan penyusunan skrispi?
2. Apa sajakah yang menyebabkan terjadinya perilaku
penundaan mahasiswa Jurusan PAK STAKN Kupang
terhadap mata kuliah dan penyusunan skrispi?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tujuan
yang akan dicapai melalui kegiatan penelitian (M. Ali, 1985:
30). Mempedomani pendapat di atas maka tujuan
diadakannya penelitian ini adalah:
Roimanson Panjaitan | 33

1. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan perilaku


mahasiswa STAKN Kupang, Jurusan PAK, Tahun 2013 –
2015 dalam melakukan penundaan mata kuliah dan
penyusunan skrispi.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku penundaan
mahasiswa STAKN Kupang, Jurusan PAK, Tahun 2013 –
2015 terhadap mata kuliah dan penyusunan skrispi.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi STAKN Kupang. Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi acuan terhadap proses akademik yang berlangsung
di lingkungan STAKN Kupang, secara khusus pada jurusan
Pendidikan Agama Kristen. Dan juga sebagai referensi
teroritis untuk menambah kepustakaan di STAKN Kupang.
2. Bagi Jurusan PAK. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
referensi terhadap proses dan perkembangan akademik
mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Kristen.
3. Bagi Dosen Wali Mahasiswa. Hasil penelitian ini
diharapkan memberikan kontribusi bagi dosen wali untuk
melakukan bimbingan bagi mahasiswa tentang
perkembangan perilaku akademik mahasiswa bimbingan.
4. Bagi Mahasiswa PAK. Hasil penelitian ini diharapkan
memberikan informasi bagi mahasiswa tentang hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku prokrastinasi akademik.
34 | Metodologi Penelitian
Roimanson Panjaitan | 35


BAGIAN 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
DALAM PENELITIAN

Pengertian Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka merupakan bagian yang sangat penting dari
sebuah proposal atau laporan penelitian karena pada bab ini
diungkapkan pemikiran atau teori-teori yang melandasi
dilakukannya penelitian. Teori yang disajikan pada bab tinjauan
pustaka menerangkan hubungan antara beberapa konsep yang
digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Konsep-konsep
tersebut kemudian akan dijabarkan menjadi variabel-variabel
penelitian. Oleh sebab itu, bab ini juga harus menyajikan
temuantemuan penelitian yang berkaitan dengan masalah atau
variabel penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut peneliti kemudian
menyajikan suatu kerangka teori yang menjelaskan tentang
36 | Metodologi Penelitian

hubungan antar variabel yang akan diteliti, singkatnya melalui


bab tinjauan pustaka inilah seorang peneliti diharapkan dapat
memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai dasar
pemikiran atau dasar teori dilakukannya penelitian, terutama
mengenai mengapa suatu masalah dipilih untuk diteliti dan
mengapa beberapa variabel tertentu dianggap dapat memberikan
kejelasan terhadap masalah yang akan diteliti.
Setelah mengetahui pentingnya tinjauan pustaka dalam
proposal dan laporan penelitian, pertanyaannya sekarang adalah
dari mana kita mendapatkan konsep-konsep penting dan
temuantemuan sebagai bahan untuk menyusun bab tinjauan
pustaka tersebut? Konsep-konsep dan temuan-temuan yang
relevan dengan masalah penelitian kita tersebut dapat diperoleh
melalui suatu kegiatan yang disebut tinjauan pustaka. Yang
dimaksud dengan tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi
mencari, membaca, dan mendengarkan laporan-laporan penelitian
dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan ini merupakan bagian
yang penting dari pendekatan ilmiah yang harus dilakukan dalam
setiap penelitian ilmiah dalam suatu bidang ilmu. Hasil dari
kegiatan ini merupakan materi yang akan disajikan untuk
menyusun dasar atau kerangka teori penelitian yang dalam usulan
atau laporan penelitian disajikan dalam bab tinjauan pustaka.

Tujuan Melakukan Tinjauan Pustaka


Setelah kita memahami pengertian tinjauan pustaka, sekarang
akan dibahas tujuan dilakukannya tinjauan pustaka. Secara umum
tinjauan pustaka bertujuan untuk mengembangkan pemahaman
dan wawasan yang menyeluruh tentang penelitianpenelitian yang
pernah dilakukan dalam suatu topik. Sedangkan tujuan khususnya
adalah meliputi hal hal sebagai berikut:
Roimanson Panjaitan | 37

1. Membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian


Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menyusun
proposal penelitian adalah menentukan topik penelitian, setelah
itu yang harus kita lakukan adalah membatasi masalah dan ruang
lingkup penelitian tersebut. Kita kadang pernah mengalami
kebingungan dalam membatasi masalah dan ruang lingkup untuk
penelitian kita, meskipun kita sudah menentukan topik penelitian.
Apabila hal ini terjadi, langkah yang terbaik adalah
mendiskusikannya dengan teman yang lebih berpengalaman
meneliti.

2. Menentukan variabel-variabel penelitian yang penting dan


menentukan hubungan antar variabel penelitian
Setelah masalah penelitian dapat dirumuskan dengan jelas,
hal penting yang harus dilakukan adalah menentukan variabel
penelitian. Barangkali kita pernah mengalami kesulitan dalam
menentukan variabel penelitian, selain bertanya pads teman yang
sudah berpengalaman meneliti, lakukanlah juga kegiatan tinjauan
pustaka. Dengan melakukan kegiatan ini kita dapat mempelajari
definisi operasional dan hubungan antar variabel yang terbukti
penting dalam penelitian penelitian tersebut. Tinjauan pustaka
dapat mengungkapkan variabel variabel yang terbukti penting dan
mengungkapkan hubungan antar variabel. Kegiatan ini juga
membuka peluang untuk memperkirakan hubungan antar variabel
yang baru. Berdasarkan pengetahuan ini kita dapat merumuskan
hipotesis yang sesuai untuk keperluan penelitian kita.
38 | Metodologi Penelitian

3. Mengetahui apa yang pernah dilakukan dalam penelitian


sebelumnya, dan menentukan apa yang perlu diteliti
sekarang
Pengetahuan ini penting bagi mahasiswa tingkat doktoral
yang sering dituntut untuk melakukan penelitian yang masih
orisinil bukan merupakan pengulangan penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan tinjauan pustaka,
seorang calon doktor akan mengetahui bahwa seringkali masalah
yang dianggap belum pernah diteliti ternyata banyak diteliti oleh
peneliti lain. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang peneliti
untuk mengetahui apa yang pernah dilakukan peneliti lain dalam
menjawab suatu pertanyaan penelitian tertentu dan untuk
mengetahui temuan penelitiannya. Disamping itu kita juga harus
jeli dalam mencari kemungkinan-kemungkinan yang belum
dilakukan dalam penelitian penelitian sebelumnya.
Tinjauan pustaka juga dapat memberikan ide-ide baru dan
pendekatan pendekatan baru dalam rangka meneliti masalah yang
sama yang tidak terpikirkan sebelumnya. Pengetahuan mengenai
metode, alat ukur, subjek penelitian, dan pendekatan-pendekatan
yang dipakai oleh peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki rancangan penelitian kita.

4. Menghindari pendekatan yang steril atau tidak


menghasilkan temuan yang berarti
Dari kegiatan tinjauan pustaka sering terungkap bahwa
beberapa penelitian yang serupa ternyata menggunakan
pendekatan yang hampir sama dengan semuanya, dan semuanya
tidak dapat menghasilkan temuan yang berarti. Pendekatan yang
sterik tersebut sebaiknya tidak digunakan bila kita ingin
melakukan penelitian yang sama.
Roimanson Panjaitan | 39

5. Merangkum pengetahuan yang berkaitan dengan topik


penelitian
Selain mempelajari laporan penelitian, kita juga perlu
mempelajari artikel-artikel opini maupun buku yang membahas
ide dan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian kita.
Kegiatan ini merupakan persiapan untuk menyusun kerangka
teori yang sistematis, jelas, dan mudah dimengerti. Pengetahuan
yang kita peroleh melalui kegiatan ini merupakan bahan yang
harus di rangkum dan disajikan sebagai dasar teori penelitian
sehingga orang lain dapat memahami pentingnya penelitian
tersebut dilakukan.

6. Menemukan penjelasan yang dapat membantu dalam


menafsirkan data penelitian
Pengetahuan mengenai temuan-temuan penelitian yang
relevan dapat membantu kita dalam menafsirkan data penelitian.
Ada kemungkinan hasil penelitian kita mendukung temuantemuan
sebelumnya, tetapi dapat juga bertentangan. Bila data penelitian
kita mendukung temuan sebelumnya kita dapat memberikan
rekomendasi untuk penelitian yang lebih lanjut. Bila data
penelitian kita tidak konsisten dengan temuan sebelumnya kita
dapat menjelaskan kemungkinan penyebab nya mungkin hasil
penelitian yang berbeda dipengaruhi oleh cara pengambilan
sampel, subjek penelitian, metode yang berbeda, kondisi
lingkungan dan sebagainya.

Definisi Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua
dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori,
konsep-konsep, generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang
dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
40 | Metodologi Penelitian

penelitian. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi


dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. 28
Sitirahayu (1999) juga menyatakan bahwa suatu teori akan
memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat
melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
Sedangkan Mark membedakan adanya tiga macam teori.
Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan
demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai
dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah
data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke
arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang
positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi
pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data
mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori
kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan
yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila
tidak, maka dia bukan suatu teori.29

28 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012),


hlm. 80.
29 Sugiyono, Ibid, hlm. 80-81.
Roimanson Panjaitan | 41

Kegunaan Teori dalam Penelitian


Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua
peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori
yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan
berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai
dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori
dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa
yang akan dipakai.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi
teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan
mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan
diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan
hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada
dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat
prediktif.

Deskripsi Teori Penelitian


Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian
sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau
penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan
secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila
dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada
empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan
dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu,
semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak
teori yang dikemukakan.
42 | Metodologi Penelitian

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap


variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian
yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai referensi,
sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan
terarah.30
Dalam pandangan lain teori diartikan sebagai seperangkat
konstruk (variabel-variabel), definisi-difinisi, proposisi-proposisi
yang saling berhubungan yang mencerminkan pandangan
sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan
antarvariabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena
alamiah.31 Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat
konstruk atau variabel yang saling berhubungan, yang berasosiasi
dengan proposisi atau hipotesis yang merinci hubungan
antarvariabel [biasanya dalam konteks magnitude atau direction].
Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai
argumentasi, pembahasan atau alasan. Sebab teori biasanya
membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang
muncul. Kedudukan teori biasanya muncul dibagian tinjauan
pustaka atau dibagian khusus dalam sebuah penelitian.

Teori dalam Penelitian Kualitatif


Sebagaimana yang telah dijelasakan di atas bahwa teori
adalah seperangkat dalil mengenai hubungan antara berbagai
konsep. Dalam penelitian kualitatif, teori yang sudah ada
memiliki kegunaan yang cukup penting, teori dalam penelitian
30 Sugiyono, Ibid, hlm. 88.
31 Pendapat ini diungkapkan oleh F.N. Kerlinger dalam bukunya
Behavioral Research: A Conceptual Approach, (New York: Holt, Rinehart &
Winson, 1991), hlm 64. Kemudian diadopsi oleh John W. Ceswell, Research
Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 79.
Roimanson Panjaitan | 43

kualitatif digunakan secara lebih longgar, teori memungkinkan


dan membantu untuk memahami apa yang sudah diketahui secara
intuitif pada saat pertama, tetapi bersifat jamak untuk berubah
sebagaimana teori sosial berubah. Pada umumnya teori bagi
penelitian kualitatif berguna sebagai sumber inspirasi dan
pembanding.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuantemuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya, secara umum tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
―menemukan‖. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah
ada atau belum diketahui. Bisa dikatakan bahwa pendekatan
kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang
diteliti, Kebenaran dari hasil analisis penelitian kualitatif lebih
bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis
penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun,
mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial.
Dengan metode kualitatif, maka peneliti dapat menemukan
pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang
kompleks, memahami interaksi dalam situasi sosial tersebut
sehingga dapat ditemukan hipotesis, pola hubungan yang
akhirnya dapat dikembangkan menjadi teori. Mencermati situasi
tersebut, para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam
penelitian untuk tujuan-tujuan yang berbeda-beda. Pertama,
dalam penelitian kualitatif, teroi seringkali digunakan sebagai
penjelasan atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa
jadi sempurna dengan adanya variabel-variabel,
konstrukkonstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian. Misalnya
para ahli etnografi memanfaatkan tema-tema kultural atau
―aspek-aspek kebudayaan‖ dalam proyek penelitian mereka,
seperti kontrol sosial, bahasa, stabilitas, dan perubahan atau
44 | Metodologi Penelitian

organisasi sosial seperti kekerabatan atau keluarga.32 Kedua, para


peneliti kaualitatif seringkali menggunakan persepektif teoritis
sebagai panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (isu-
isu lain mengenai kelompok-kelompok marginal).
Penelitian advokasi/ partisipatoris kualitatif dan dapat
membantu peneliti untuk merancang rumusan masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta membentuk
panggilan untuk melakukan aksi dan perubahan (call for action
and change). Ketiga, dalam penelitian kualitatif, teori seringkali
digunakan sebagai point akhir penelitian. Dengan menjadikan
teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan
proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai data,
lalu ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model
tertentu.

Teori dalam Penelitian Kuantitatif


Teori dalam penelitian kuantitatif berfungsi sebagai
argumentasi, pembahasan atau alasan. Dengan kata lain teori
membantu menjelaskan atau memprediksi fenomena dalam
penelitian. Hal itu terjadi karena teori merupakan gagasan yang
dimaknai sebagai usaha mengetahui bagaimana dan mengapa
variabel-variabel dan pernyataan-pernyataan relasional saling
berhubungan satu sama lain. Pembahasan mengenai teori
biasanya muncul di bagian tinjauan pustaka atau di bagian
khusus, seperti landasan teori, logika teoritis, atau perpektif
teoritis.
Pada penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan teori secara
deduktif dan meletakkannya di awal proposal penelitian.

32 H.T. Wolcott, Trasforming Qualitative Data: Description, Analysis,


and Interpretation, (Thousand Oaks, CA: Sage), p. 29.
Roimanson Panjaitan | 45

Karena tujuannya adalah untuk menguji atau memperifikasi teori.


Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan penelitian yang
nantinya akan berfungsi mengorganisasikan rumusan masalah dan
hipotesis penelitian serta prosedur pengumpulan data.

Teori dalam Penelitian Tindakan Kelas


Sesungguhnya ada banya sekali variasi jenis-jenis penelitian.
Variasi itu semakin tampak tergantung dari perbedaan dimensi
yang digunakan untuk memandangnya. Salah satu cara untuk
melihat dan memaknai jenis-jenis penelitian dalam kaitannya
dengan peran kajian teori dalam penelitian adalah dengan
menempatkannya ke dalam suatu kontinum: deskriptif-
ekspalanatif-verifikatif. Dengan pembedaan kelompok penelitian
ke dalam tiga jenis penelitian itu menjadi tampak peran kajian
teori di dalam masing-masing jenis penelitian tersebut. Berikut ini
tabel yang menggambarkan peran teori dalam penelitian:
Tabel 9
Peranan teori dalam penelitian tindakan kelas
Jenis
Ciri-ciri utama Peran teori
penelitian
Deskriptif 1. Menggambarkan Mempertajam
apa adanya interpretasi
2. Tanpa intervensi
3. Naratif verbal
4. Indukstif kualitatif
5. Tanpa hipotesis
Eksplanatif 1. Dengan/tanpa 1. Membangun model
intervensi hubungan antar
2. Kuantitatif/ variabel
kualitatif 2. Instrumentasi
3. Dengan/tanpa pengukuran
46 | Metodologi Penelitian

hipotesis 3. Interpretasi
Verifikatif 1. Ada intervensi 1. Analisis Masalah
2. Manipulatif 2. Desain eksperimen
3. Kuantitatif 3. Instrumentasi
4. Deduktif pengukuran
5. Uji hipotesis 4. Interpretasi

Pada tabel di atas terlihat bahwa peran teori sangat beragam


tergantung pada posisi epistemologis peneliti dan juga tujuan
penelitiannya. Pada jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yang
dalam penelitiannya tanpa intervensi, teori sangat membantu
dalam melakukan analisis dan interpretasi data. Di sisi lain, peran
teori jauh lebih banyak misalnya pemetaan permasalahan
penelitian. Proses penemuan dan pemetaan permasalahan
penelitian , ada yang diperoleh berdasarkan ketajaman peneliti
menemukan murni pada tataran teori, tetapi ada juga yang
diperoleh berdasarkan pada penjelajahan dan ketajaman menggali
empiri di lapangan. Perancangan penelitian pasti memerlukan
penguasaan teori yang kokoh berkenaan dengan sifat objek
penelitian; identifikasi variabel penelitian, baik variabel perlakuan
maupun variabel control; dan temasuk perumusan hipotesis
penelitian yang merupakan penurunan deduktif dari teori.
Instrumentasi untuk kualifikasi data juga membutuhkan dasar
kajian teoritis yang kokoh, baik teori substantif maupun teori
bantunya, agar butir-butir instrumen tidak menyimpang dari objek
yang hendak diukur. Interpretasi hasil analisis data juga sangat
memerlukan kajian teori jika ingin mampu memberikan
pemaknaan secara komprehensif, tajam, dan mendalam.
Pada jenis penelitian yang berfungsi eksplanasi, peran teori
juga bermacam-macam. Peran teori yang sangat menonjol pada
Roimanson Panjaitan | 47

jenis penelitian ini adalah sebagai ―grand theory” teori utama


yang mendasari penyusunan model structural hubungan antara
variabel. Dalam epistemology modernisasi, peran grand theory
ini sangat kuat pengaruhnya terhadap proses deduksi, elaborasi
pertanyaan penelitian, instrumentasi, rancangan, analisis, sampai
dengn pemaknaan hasil analisis.33

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Keteladanan Guru PAK


1. Pengertian Keteladanan Guru PAK
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa
―keteladanan‖ dasar katanya: ―teladan‖ yaitu: ―(Perbuatan
atau barang dsb) yang patut ditiru dan dicontohkan‖.34 Dalam
bahasa Yunani Istilah "teladan" disebut dengan ‗tupos‘ yang
berarti "model", "gambar", "ideal" atau "pola". 35 Pengertian ini
menyangkut kepada seseorang yang menjadi dapat menjadi
contoh dalam kesetiaan, kekudusan, dan ketekunan dalam
kesalehan (bnd 1 Tim 4: 12). Sedangkan menurut Armai Arif,
istilah ―keteladanan‖ berarti ―hal-hal yang dapat ditiru atau di
contoh‖.36 Dengan demikian berdasarkan etimologi setiap kata
dalam bahasa tersebut memiliki persamaan arti yaitu
―pengobatan dan perbaikan‖. Dengan kata lain keteladanan
33 Diadopsi dari http:// 007indien. blogspot.com/ 2012/ 05/ kajian- teori-
dalam- penelitian- tindakan. html# ixzz3FQiFXyhr pada tanggal 26 Oktober
2015.
34 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1992), hlm. 1036
35 W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2008), hlm. 378
36 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2001), hlm.117
48 | Metodologi Penelitian

adalah segala sesuatu yang terkait dengan perkataan, perbuatan,


sikap, dan perilaku seseorang yang dapat ditiru atau diteladani
oleh pihak lain. Jadi, keteladanan guru adalah contoh yang baik
dari guru baik yang berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur
kata, mental, maupun yang terkait dengan akhlak dan dan moral
yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik. Hal ini penting
dimiliki tenaga pendidik untuk dijadikan dasar dalam
membangun kembali etika, moral, dan akhlak yang sudah
sampai pada tataran yang menyedihkan.
Keteladanan adalah suatu metode yang dapat digunakan
untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi
contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat
berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak
yang baik dan benar.37 Dengan demikian dapat diartikan bahwa
keteladanan adalah segala sesuatu yang terkait dengan
perkataan, perbuatan, sikap, dan prilaku seseorang yang dapat
ditiru atau diteladani oleh pihak lain.38.
Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem
pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru
dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu
diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan
hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan
tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu
yang diembannya.39 Secara umum, yang disebut dengan guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

37 Armai Arief, hlm. 119


38 Ibid
39 Muhtar, Pedoman Bimbingan Guru dalam Proses Belajar Mengajar,
(Jakarta: PGK & PTK Depdikbud, 1992), hlm. 2
Roimanson Panjaitan | 49

menengah.40 Sedangkan Guru dalam pengajaran PAK berperan


sebagai salah satu penolong pribadi peserta didik untuk
berkembang sesuai yang sudah direncanakan oleh Allah dalam
hidup mereka. Guru adalah seorang profesional dalam
bidangnya untuk diajarkan kepada peserta didik dan sumber
pengajarannya adalah Alkitab. Hal itu didasarkan pada defenisi
dan tujuan PAK sebagaimana yang diungkapkan oleh bahwa
―PAK merupakan pendidikan yang diberikan baik pada
pelajar muda dan tua memasuki persekutuan iman yang hidup
dengan Tuhan sendiri dan oleh serta dalam dia, mereka terhisap
pada persekutuan jemaatNya yang mengakui dan memuliakan
namaNya di segala waktu dan tempat‖.41 Dari pendapat di atas
disimpulkan bahwa, guru PAK adalah seorang yang membantu
peserta didik berkembang untuk memasuki persekutuan iman
dengan Tuhan Yesus sehingga menjadi pribadi yang
bertanggungjawab baik kepada Allah maupun kepada manusia.
Dengan demikian guru PAK haruslah seorang yang profesional
dalam bidangnya dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi untuk diajarkan kepada peserta didik dan sumber
pengajarannya adalah Alkitab. Kalau dijadikan kata benda guru
adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah,
pelatih, dan penilai.
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa yang dimaksudkan dengan keteladanan guru
PAK adalah contoh yang baik dari guru PAK baik yang
berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur kata, mental, maupun
yang terkait dengan akhlak dan dan moral yang patut dijadikan
contoh bagi peserta didik. Tentang hal ini Alkitab dengan jelas
berkata bahwa untuk menjadi guru PAK sesungguhnya

40 UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen


41 E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), hlm. 180-181.
50 | Metodologi Penelitian

bukanlah pekerjaan yang mudah. Alkitab dengan jelas mencatat


bahwa menjadi seorang guru PAK harus memiliki kriteria yang
sesuai dengan firman Allah, yakni: mempunyai tanggung
jawab yang sangat besar, harus bijak, memiliki budi, dan yang
lain adalah harus mempunyai hikmat yang dari atas atau hikmat
yang berasal dari Allah (bnd. Yakobus 3: 1, 13, 17). Dengan
demikian panggilan menjadi guru seorang guru PAK adalah
tugas yang menuntut tanggung jawab di hadapan Allah. Artinya
kedudukan guru PAK bukan hanya sekedar profesi tetapi
merupakan pelayanan yang harus dikerjakan berdasarkan
ketetapan Allah dan harus dipertanggungjawabkan kembali di
hadapan Allah.
2. Komponen Keteladanan Guru PAK
Guru PAK hendaknya menjadi teladan yang menarik orang
kepada Kristus; hendaknya ia mencerminkan Roh Kristus
dalam seluruh pribadinya. Siswa pada dasarnya tidak hanya
akan terkesan dengan apa yang dikatakan oleh guru, tetapi
bagaimana guru juga hidup sesuai dengan apa yang
dikatakannya itu.42 Maksudnya ialah seorang guru PAK tidak
hanya mampu mengajar kepada siswa agar mengasihi, saling
menolong, sementara dirinya sendiri sebagai pengajar, tidak
dapat mengasihi dan menolong. Untuk itu, seorang pengajar
Kristen, tidak hanya seorang yang intelektual yang memiliki
banyak pengetahuan, tetapi pengetahuan akan firman Tuhan
harus sesuai dengan Tindakan sehingga dapat disebut teladan
atau pedoman.
Dalam proses pelaksanaan PAK, keteladan seorang guru
Pendidikan Agama Kristen adalah sangat penting dan
dibutuhkan. Dua aspek untuk menanamkan keteladanan yaitu
urgensi keteladanan yang meliputi seorang guru akan menjadi

42 Andar Gultom, Profesionalisme, Standar Kompetensi, Dan


Pengembangan Profesi Guru PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2007),
hlm. 3.
Roimanson Panjaitan | 51

teladan bagi peserta didiknya, peserta didik akan menjadi sama


dengan gurunya. Serta aspek yang kedua yaitu implikasi
keteladanan bagi pendidikan agama Kristen yang meliputi
untuk menghasilkan keteladan bagi peserta didik, maka seorang
guru harus hidup dalam realitas pengajarannya sebagai teladan
supaya firman Tuhan yang diajarkan menghasilkan
transformasi. Sehubungan dengan hal ini, adapun komponen-
52 | Metodologi Penelitian

komponen keteladanan Guru PAK adalah: a.


Sikap
Guru PAK seringkali meneruskan sikap-sikap melalui
komunikasi yang terjadi dengan para murid. Artinya, seringkali
guru lebih memengaruhi kehidupan muridnya melalui sikap
perilakunya dari pada dengan perkataannya.43 Sikap berarti
menyangkut kepribadian yang utuh dari seseorang, sehingga
kepribadian sangat menentukan nilai kehidupan seseorang.
Sikap atau kepribadian seorang Guru PAK juga menentukan
keberhasilannya dalam mendidik dan mengajar siswa sebagai
pembimbing rohani dalam menumbuh-kembangkan iman
siswa, karena guru PAK tidak hanya sekedar sebagai pengajar
ilmu saja tetapi lebih daripada itu guru menjadi contoh dari
kehidupan yang diajarkan dan yang terlihat dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut J.I Parker, sikap atau kepribadian seorang guru
meliputi: ―guru tidak boleh malas, harus tenang, tidak boleh
memihak, sabar, tidak boleh mencemarkan martabatnya dengan
berseda gurau, tidak boleh mengecilkan hati anak atau
merendahkan, menunjukkan dosa adalah menjijikkan,
menghukum semua perbuatan salah dan harus menepati semua
janjinya‖.44 Dengan demikian maka karakter sebagai Guru PAK
seharusnya mengacu kepada Pribadi Yesus Kristus sebagai
Sang Guru Agung karena seluruh kehidupan Guru PAK
merupakan contoh bagi para siswanya. Tuhan Yesus Kristus
layak disebut sebagai Guru Agung karena pengajarannya
disertai oleh kuasa, mujizat dan wibawa sehingga setiap
pengajarannya berpusat pada keteladanan hidupNya dan
menekankan kepada kasih yaitu kasih kepada
Allah dan sesama manusia (Matius 22:37-40) sebab Yesus

43 Clarence H. Benson, Teknik Mengajar, (Malang: Gandum Mas, 1986),


hlm. 97 – 98.
44 J.I Packer, Tuntunan Praktis Untuk Mengenal Allah, (Yogyakarta:
Andi, 2006), hlm. 35
Roimanson Panjaitan | 53

sendiri memiliki karakter yang penuh kasih (Yoh 1:14), dan


penuh kebenaran sesuai yang tertulis dalam Injil Yohanes 14:6.
b. Pengetahuan
Pengetahuan guru yang benar-benar matang dengan
sendirinya akan membantu menambah kepercayaan para murid.
Karena pengetahuan yang begitu dikuasainya, semua
kemampuan yang ada pada sang guru mulai hidup sendiri.
Tetapi sebaliknya pula, pengetahuan itulah yang
memungkinkan dia untuk mengembangkan dan menggunakan
semua kemampuan tersebut. Seorang guru yang benar-benar
memahami pelajarannya tidak akan terikat seperti seorang
budak kepada buku teks, tetapi dengan mudah akan
mengemukakan semua yang terdapat dalam buku pedomannya
itu, sambil mengawasi murid-muridnya, dan dengan tangkas
membimbing arah pemikiran mereka. Demikian pula seorang
guru yang benar-benar telah mempersiapkan diri
membangkitkan dalam murid-muridnya keinginan untuk
memperdalam materi.45 Dilihat dari pendapat ini, maka kita
mulai mempunyai gambaran seorang guru yang ideal. Hanya
Tuhan Yesus sebagai Guru Teladan yang sudah memenuhi
harapan tersebut. Tetapi semua guru yang sejati harus berusaha
mencapainya.47 Hukum ini dengan tepat menunjukkan semua
sumber daya yang harus digunakan oleh seorang guru dalam
pekerjaannya.
Sebagaimana di ungkapkan oleh Homrighausen dan L.H
Enklaar, bahwa ―Seorang guru harus mempunyai pengalaman
rohani perlu ia sendiri mengenal Tuhan Yesus batinnya harus di
jamah dan diterangi oleh Roh kudus, harus mempunyai hasrat
sejati untuk menyampaikan Injil kepada sesamanya manusia
dan ada dorongan yang kuat untuk mengantar orang lain

45 John Milton Gregory, Tujuh Hukum Mengajar, (Malang: Gandum


Mas, 2003), hlm. 21– 29. 47 Ibid
54 | Metodologi Penelitian

kepada Yesus Kristus‖.46 Hal ini mengandung arti bahwa


seorang Guru PAK harus mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang isi Iman Kristen yaitu harus mengenal Alkitab dengan
baik dan ia sendiri perlu di didik dan di latih sebelum ia
mengajar orang lain. Guru perlu mengetahui bagaimana iman
bertumbuh dalam batin manusia dan bagaiman iman
berkembang dalam hidup orang percaya. Seorang Guru harus
mempelajari ilmu jiwa yang berhubungan dengan soal-soal
agama. Ia harus menunjukkan kesetiaan yang sungguh kepada
gerejanya dan ia sendiri harus rajin mengambil bagian dalam
kebaktian pekerjaan gereja umumnya, jangan hanya menaruh
minat terhadap tugasnya sendiri dan seorang guru harus
mempunyai pribadi yang jujur dan tinggi mutunya.

B. Dasar Teologis Keteladanan Guru PAK


Dalam Perjanjian Baru, teladan pengajaran PAK berpusat
pada pribadi Yesus. Pengajaran Yesus yang kali pertama di
tengah masyarakat disambut dengan penuh kekaguman oleh
mereka yang mendengar dan melihat apa yang dilakukan-Nya.
Karena kekaguman mereka kepada pengajaran yang
diberikanNya, mereka menganggap pengajaran Yesus suatu
pengajaran baru yang berbeda dengan ahli Taurah dan Farisi
(bdk. Mrk 1:27). Dan benar pengajaran yang diberikan Yesus
berbeda dari guru pada umumnya. Pengajaran yang diberikan
Yesus tidak hanya terbatas pada satu Sinagoga saja tetapi ke
seluruh penjuru (bdk. Mrk 1:38 ).
J.M. Price, dalam karya "Yesus Sang Guru"
mengetengahkan kekagumannya terhadap pribadi dan praktek
Yesus khususnya sebagai pengajar. Menurutnya ada empat hal
yang menarik hidup dan pekerjaan Yesus sebagai pengajar‖
Pertama, wewenang Yesus sebagai pengajar. Wewenang

46 I.G Homrighausen dan I.H Enhklaar, Pendidikan Agama Kristen


(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hlm 126.
Roimanson Panjaitan | 55

Yesus sebagai pengajar nyata dari pernyataan-Nya,


pernyataan murid-murid dan pengakuan orang lain, seperti
Nikodemus seorang tokoh Farisi (Yoh 3:1-2). Kedua,
kehebatan Yesus dalam menghadapi murid-murid-Nya
dengan latar belakang yang berbeda. Ketiga, Yesus
sebagai pribadi yang mengajar secara terus terang dengan
tujuan yang jelas. Tujuan Yesus dalam mengajar ialah
membentuk cita-cita luhur dalam diri para murid-Nya,
membentuk keyakinan yang teguh, memiliki hubungan
dengan Allah dan sesamanya. Keempat, Yesus adalah
pengajar dengan visi yang jelas dan besar yakni berkaitan
dengan Kerajaan Allah.47
Dari keterangan di atas terlihat bahwa salah satu bentuk
keberhasilan Yesus sebagai pengajar adalah karena Yesus
adalah sosok pribadi menjadikan dirinya sebagai teladan
tentang semua apa yang diajarkannya. Keberhasilan ini
sekaligus menjadikan Yesus disebut sebagai Guru Agung.
Lebih jauh, beberapa keteladanan Tuhan Yesus yang
ditunjukkanNya dalam pengajaranNya adalah bahwa Yesus
mengajar melalui hidup dan perbuatan-Nya, dan Yesus
menjalankan misiNya di dalam dunia dengan cara mengajar
(sebagai guru).48 Bertindak sebagai guru, semua kata-kata
Yesus selalu selaras atau sejalan dengan perbuatan-Nya.
Tentang hal ini, J.M Price, mengatakan bahwa: ―Syarat yang
terpenting bagi seorang guru ialah kepribadiannya sendiri.
Semua teladan lebih berharga daripada seratus kata nasehat.
Perbuatan seseorang lebih berpengaruh daripada
pertataannya‖. 49

47 J.M. Price, Yesus Sang Guru. (Terj.) (Semarang: Lembaga Literatur


Baptis, 1975), hlm. 12-13
48 Tom Yeakley. Watak Pekerja Kristus, (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1989), hlm. 17
49 J.M. Prince, Op.cit, hlm. 5
56 | Metodologi Penelitian

Adapun Gangel and Hendriks dalam Buku Panduan


Sekolah Minggu HKBP mengemukakan bahwa sedikitnya ada
enam segi kehidupan Yesus yang senantiasa mengagumkan,
yang perlu diteladani oleh seorang guru atau pengajar Kristen,
yaitu:
1. Dalam segi kepribadian, Yesus memperlihatkan kesesuaian
antara ucapan dengan perbuatan. Ia pun menuntut
kesesuaian itu terjadi dalam diri murid-muridNya
2. PengajaranNya sederhana, realistis, tidak mengambang.
AjaranNya selalu sederhana dalam arti menyinggung
perkara-perkara hidup sehari- hari.
3. Ia sangat relasional, dalam arti mementingkan hubungan
antar pribadi yang harmonis
4. Isi beritaNya bersumber dari Dia yang mengutusNya (Mat
11:27; Yoh 5:19). Selain tetap relevan bagi pendengarNya,
ajaran Yesus bersifat otoratif dan efektif (Mat 7:28,29).
5. Motivasi kerjaNya adalah kasih (Yoh 1:14; Flp 2:5-11). Ia
menerima orang sebagaimana adanya, serta mendorong
mereka untuk berserah kepada Allah.
6. Metode-Nya bervariasi, namun sangat kreatif. Ia bertanya
dan bercerita. Ia melibatkan orang untuk memikirkan
masalah yang diajukan. Selain itu, Ia mengenal orang yang
dilayaniNya, tingkat perkembangan serta rohani mereka.50
Oleh karena itu seorang guru PAK juga perlu menyadari
bahwa peranan Roh Kudus bukan hanya berlangsung dalam
rangka pendewasaan iman dan peningkatan kualitas atau
kesadaran akan kesucian hidup, tetapi juga di dalam rangka
mengemban profesi sehari-hari. Roh Kudus ingin menyatakan
kuasa dan kehadiranNya di dalam diri dan melalui orang.
50 Tim Penyusun Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP, (Tarutung: Dep.
Sekolah Minggu HKBP, 2012), hlm. 3-4.
Roimanson Panjaitan | 57
58 | Metodologi Penelitian


BAGIAN 3 PENELITIAN KUALITATIF,
KUANTITATIF DAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS

Penelitian Kualitatif
1. Pengertian Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan
data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. 51 Dalam penelitian ini
pendekatan diarahkan pada latar belakang secara menyeluruh
(holistik). Hal ini berarti bahwa individu tidak boleh diisolasi atau

51 Robert C. Bogdan dan Steven J. Taylor, Kualitatif (Dasar-dasar


Penelitian) – Diterjemahkan oleh A. Khozin Afandi, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1993), hlm. 30.
Roimanson Panjaitan | 59

diorganisasikan ke variabel atau hipotesis, namun perlu


dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. Dalam defenisi
lain menyebutkan “The word qualitative implies and emphasis on
processes and meaning that are non rigorously axamined or
measured.‖52 Pengertian kualitatif di sini menekankan pada makna
dan proses, bukan pada pengukuran dan pengujian secara kaku
(rigid). Sehingga dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif pada
hakikatnya merupakan satu kegiatan sistematis untuk menemukan
teori dari kancah (lapangan), bukan untuk menguji teori atau
hipotesis.
Moleong memberikan defenisi tentang penelitian kualiatif
sebagai berikut: ―penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
(contoh: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya)
secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.‖53 Dengan demikian
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data
kualitatif (data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan
gambar).54 Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai
metode baru karena popularitasnya belum lama, dinamakan
metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat
postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik,
karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan
disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan
52 Norman K. Denzin & Yvona S. Lincoln ed, Handbook of Qualitative
Research, (London: Sage, 1994), hlm 40.
53 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 6.
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 59.
60 | Metodologi Penelitian

di lapangan. Jadi metode penelitian kualitatif dapat diartikan


sebagai metode penelitian yang digunakan untuik meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Hal tersebut sekaligus menjelaskan mengapa penelitian
kualitatif sering juga disebut dengan ―penelitian naturalistik‖
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut pula sebagai metode etnografi karena
pada awalnya metode penelitian ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya; dan disebut juga metode
kualitatif karena data yang dikumpulkan dan dianalisis lebih
bersifat kualitatif.55
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji
atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi
di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis. Sehingga yang
diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran
kuantitas, namun lebih kepada makna (kualitas) dari fenomena
yang diamati. Itulah sebabnya terdapat perbedaan mendasar
antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif. Pada penelitian kuantitatif, pengamatan
berkenaan dengan pengukuran tingkatan dengan suatu ciri

55 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Persfektif


Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 22 dan dapat
juga dibaca pada tulisan Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 14.
Roimanson Panjaitan | 61

tertentu. Namun, penelitian kualitatif menunjuk pada segi alamiah


yang dipertentangkan dengan kuantum (jumlah).
Maksudnya, penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
mengadakan perhitungan secara kuantitas. Sehingga jelas hal ini
berbeda dengan penegamatan kuantitatif yang pengamatannya
berdasarkan perhitungan persentase, rata-rata, chi square, dan
berbagai perhitungan statistik lainnya.56 Kemudian, dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data,
dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang
digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak
dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas,
dan berakhir dengan suatu ―teori‖. Oleh sebab itu secara historis,
implementasi penelitian kualitatif bermula dari pengamatan. Dan
dalam pelaksanaannya, penelitian kualitatif adalah penelitian
tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil
penelitian.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian
atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda
dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam
menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat
dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka
berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang

56 Ambo Upe dan Damsid, Asas-asas Multiple Researches dari Norman


K. Denzin hingga John W. Creswell dan Penerapannya, (Yogyakarta: Tiara
Wacana), hlm. 107.
62 | Metodologi Penelitian

diwawancarai secara mendalam. Peserta diminta untuk menjawab


pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset
menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan
menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau
topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan
yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian
kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan,
pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.
Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena
mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang
kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang
komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam
kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak
diperlukan.

2. Tujuan Penelitian Kualitatif


Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup
informasi tentang fenomena utama yang diekplorasi dalam
penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan
penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian
yang dipilih. Tujuan ini ditulis dengan istilah-istilah ―teknis‖
penelitian yang bersumber dari bahasa penelitian kualitatif.
Sedangkan secara spesifik tujuan lain dari penelitian kualitatif
adalah: a) menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif, b)
mengembangkan realitas yang kompleks, c) memperoleh
pemahaman makna, dan d) menemukan teori.57 Oleh sebab itu
dalam melakukan penelitian jenis ini, peneliti perlu
memperhatikan beberapa hal mendasar dalam menuliskan tujuan
kualitatif, seperti berikut:

57 Andi Prastowo, ... hlm. 41.


Roimanson Panjaitan | 63

a. Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atatu sasaran


untuk menandai tujuan yang hendak ditulis.
b. Fokuslah pada suatu fenomena (atau konsep atau gagasan)
utama.
c. Gunakan verba-verba tindakan untuk menunjukkan bahwa
ada proses learning dalam penelitian si peneliti.
d. Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral-bahasa tidak
langsung-seperti, daripada menggunakan kata-kata
pengalaman-pengalaman sukses individu.
e. Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan
utama, khususnya jika fenomena tersebut merupakan istilah
yang tidak dipahami oleh pembaca luas.
f. Gunakan kata-kata teknis berbasis strategi/ teori penelitian
yang digunakan ketika sampai pada bagian pengumpulan
data, analisis data, dan proses penelitian.
g. Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian.
h. Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian, seperti rumah,
kelas, organisasi, program, atau peristiwa tertentu.
i. Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif,
gunakan beberapa bahasa yang membatasi ruang lingkup
partisipan atau lokasi penelitian.58

3. Karakteristik Penelitian Kualitatif


Menurut Nasution, penelitian kualitatif adalah penelitian
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting.
b. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian atau sering
disebut sebagai instrumen utama (key instrument).
58 John W. Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches, Second Edition, (California: Sage Publication,
2003), hlm. 166-169.
64 | Metodologi Penelitian

c. Sangat deskriptif.
d. Mementingkan proses maupun produk, sehingga
memperhatikan juga perkembangan terjadinya sesuatu.
e. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan
sehingga dapat memahami masalah atau situasi.
f. Mengutamakan data langsung (first hand).
g. Mengguanakan metode triangulasi. Maksudnya data atau
informasi dari satu pihak harus di cek kebenarannya dengan
cara memperoleh data itu dari sumber lain.
h. Menonjolkan rincian kontekstual.
i. Subjek yang diteliti dipandang sama dengan peneliti.
Sehingga tidak sebagai objek atau sasaran penelitian yang
lebih rendah kedudukannya.
j. Mengutamakan perspektif emic, maksudnya mementingkan
pandangan responden.
k. Sangat verifikatif, artinya melakukan verifikasi langsung
terhadap kasus yang bertentangan atau kasus negatif.
l. Contoh yang purfosif.
m. Menggunakan audit trail, artinya melacak untuk mengetahui
apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan.
n. Partisipasi peneliti tidak mengganggu situasi yang wajar atau
natural setting.
o. Mengadakan analisis sejak awal penelitian dan selanjutnya
sepanjang penelitian itu berlangsung, dan desain penelitian
tampil dalam proses penelitian.59

59 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung:


Tarsito, 1992), hlm. 9-12.
Roimanson Panjaitan | 65

4. Masalah, Fokus, Judul, dan Teori dalam Penelitian


Kualitatif a. Masalah penelitian kualitatif
Pada penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan
terhapa ―masalah‖ yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian.
Pertama, masalah yang dibawa peneliti tetap, sehingga sejak awal
sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal
dengan judul laporan penelitian sama. Kedua, ―masalah‖ yang
dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu
memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan.
Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul
penelitian cukup disempurnakan. Ketiga, ―masalah‖ yang dibawa
peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus
―ganti‖ masalah. Dengan demikian judul proposal dengan judul
penelitian tidak sama dan judulnya diganti. Dalam institusi
tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan
administrasi. Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian
kualitatif harus mau dan mampu menyesuaikan dengan
karakteristik masalah kualitatif ini.
Penelitian kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul
penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah
selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia
dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan
sebelumnya dan selanjutnya mampu melihat fenomena secarah
lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan
berkembang pada situai sosial yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif terdapat perbedaan antara masalah
dan rumusan masalah. Sehingga dalam usulan penelitian
sebaiknya masalah tersebut perlu ditunjukkan dengan data. Data
66 | Metodologi Penelitian

tentang masalah bisa berasal dari dokumentasi hasil penelitian,


pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pernyataan
orang-orang yang patut dipercaya.
Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang
dibawa oleh peneliti bersifat sementara, maka teori yang
digunakan dalam penelitian kualitatif juga bersifat sementara, dan
akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau dalam
konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, penelitian kualitatif
bersifat menemukan teori. Posisi teori pada pendekatan kualitatif
harus diletakkan sesuai dengan maksud penelitian yang
dikerjakan. Pertama, untuk penelitian yang bermaksud
menemukan teori dari dasar, paling tidak ada tiga aspek fungsi
teori yang dapat dimanfatkan; 1) Konsep-konsep yang ditemukan
pada teori terdahulu dapat ―dipinjam‖ sementara (sampai
ditemukan konsep yang sebenarnya dari kancah) untuk
merumuskan masalah, membangun kerangka berpikir, dan
menyusun bahan wawancara; 2) Ketika peneliti sudah
menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan, ia
perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada
sebelumnya. Jika ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa
saja yang dikatakan oleh peneliti lain tentang kategori tersebut.
Hal ini dilakukan hanya untuk perbandingan saja, bukan untuk
mengikutinya; dan 3) Proposisi teoritik yang ditemukan dalam
penelitian kualitatif (yang memiliki hubungan dengan teori yang
sudah dikenal) merupakan sumbangan baru untuk memperluas
teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang
ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang
ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan baru itu.
Kedua, untuk penelitian yang bermaksud memperluas teori
yang sudah ada, teori tersebut bermanfaat bagi peneliti pada tiga
hal berikut; 1) Penelitian dapat dimulai dari teori terdahulu
Roimanson Panjaitan | 67

tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan kata


lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk
menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian,
penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri
dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian
dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga
memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau
dimodifikasi; 2) Teori yang sudah ada dapat dimanfaatkan untuk
menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam
pengamatan/wawancara untuk mengumpul data awal; dan 3) Jika
temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada,
maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa
temuannya berbeda dengan teori yang ada.

b. Fokus penelitian kualitatif


Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala penelitian
bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan),
sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya
hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi
sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku
(actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Mengingat bahwa luasnya masalah, maka dalam penelitian
kualitatif batasan masalah disebut fokus, yang berisi pokok
masalah yang masih bersifat umum.

c. Judul penelitian kualitatif


Dalam penelitian kualitatif karena masalah yang dibawa oleh
peneliti masih bersifat sementara, dan bersifat holistik
(menyeluruh), maka judul dalam penelitian kualitatif yang
dirumuskan dalam proposal juga masih bersifat sementara, dan
akan berkembang setelah memasuki lapangan. Judul laporan
68 | Metodologi Penelitian

penelitian kualitatif yang baik justru berubah atau mungkin


diganti. Judul penelitian yang tidak berubah berarti peneliti belum
mampu menjelajah secara mendalam terhadap situasi sosial yang
diteliti sehingga belum mampu mengembangkan pemahaman
yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti
(situasi sosial = obyek yang diteliti). Judul penelitian kualitatif
tentu saja tidak harus mencerminikan permasalahan dan variabel
yang diteliti, tetapi lebih pada usaha (proses) untuk
mengungkapkan fenomena dalam situasi sosial secara luas dan
mendalam, serta menemukan hipotesis dan teori.

d. Teori penelitian kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuantemuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya, secara umum tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
―menemukan‖. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah
ada atau belum diketahui. Bisa dikatakan bahwa pendekatan
kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang
diteliti, Kebenaran dari hasil analisis penelitian kualitatif lebih
bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis
penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun,
mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial.
Dengan metode kualitatif, maka peneliti dapat menemukan
pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang
kompleks, memahami interaksi dalam situasi sosial tersebut
sehingga dapat ditemukan hipotesis, pola hubungan yang
akhirnya dapat dikembangkan menjadi teori.
Teori adalah seperangkat dalil mengenai hubungan antara
berbagai konsep. Dalam penelitian kualitatif, teori yang sudah ada
memiliki kegunaan yang cukup penting, teori dalam penelitian
kualitatif digunakan secara lebih longgar, teori memungkinkan
Roimanson Panjaitan | 69

dan membantu untuk memahami apa yang sudah diketahui secara


intuitif pada saat pertama, tetapi bersifat jamak untuk berubah
sebagaimana teori sosial berubah. Pada umumnya teori bagi
penelitian kualitatif berguna sebagai sumber inspirasi dan
pembanding.

5. Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kualitatif


a. Pengertian
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi dinamakan dengan situasi sosial (social situation), yang
terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor) dan
aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi
sosial ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) orang-orang (actor) yang ada pada tempat (place)
tertentu. Tetapi sebenarnya obyek penelitian kualitatif, juga bukan
semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen
tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam,
tumbuhtumbuhan, binatang kendaraan dan sejenisnya. Seorang
peneliti yang mengamati secara mendalam tentang perkembangan
tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya
alam, adalah merupakan proses proses penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada
situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan
ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial
pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif
bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau
partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel
dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik,
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah
untuk menghasilkan teori.
70 | Metodologi Penelitian

b. Teknik pengambilan sampel (teknik sampling)


Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam
penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan
adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Teknik
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini
misalnya orang tersebut dianggap paling tahu apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang
diteliti. Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit,
lamalama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah
sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan
data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data.

6. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Kualitatif


Metode penelitian kualitatif memiliki instrumen penelitian
tersendiri. Instrumen itu berbeda dengan instrumen yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif. Dalam metode penelitian
kualitatif, peneliti bahkan menjadi instrumen sementara intrumen
lainnya, yaitu buku catatan, tape recorder (video/ audio), kamera
dan sebagainya. Tentang hal ini Nasution menyebut bahwa
peneliti merupakan key instrument atau alat penelitian utama.
Dengan pengertian bahwa penelitilah yang mengadakan
pengematan sendiri atau wawancara tak berstruktur (mungkin
Roimanson Panjaitan | 71

karena sering hanya menggunakan buku catatan). 60 Tentang hal


ini Margono menjelaskan bahwa hal ini dimaksudkan agar mudah
mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada
di lapangan.
Dengan alat yang bukan manusia, apalagi alat yang sudah
dipersiapkan tanpa melihat lapangan penyesuaian ini tidak
mungkin dilakukan.61 Selanjutnya Margono memberikan istilah
peneliti sebagai alat (human instrument) yang berhubungan
dengan responden dan mampu memahami, menggapai dan
menilai makna dari berbagai interaksi di lapangan.62 Artinya
peneliti juga sekaligus berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya. Dari uraian tersebut dapat
dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana
permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi
penelitian adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalah yang
akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan.
Adapun teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama penelitian
adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data diartikan
sebagai cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau
fakta-fakta di lapangan.63 Tanpa mengetahui dan menguasai
teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

60 S. Nasution, hlm 9.
61 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 38.
62 S. Margono., Ibid.
63 Rusdian Pohan, Metode Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Rijal
Institute dan Lanarka Publisher, 2007), hlm. 57.
72 | Metodologi Penelitian

Penelitian kualitatif peneliti sendirilah yang menjadi


instrumen utama yang terjun ke lapangan. Oleh sebab itu peneliti
harus mampu bertindak sebagai kunci dan instrumen utama dalam
mendapatkan data di lapangan. Menurut Sugiyono, proses
pengumpulan data penelitian kualitatif ini dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.64 Bila
dilihat dari setting-nya, dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,
di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah
dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan,
dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan
data menggunakan sumber primer (sumber yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber sekunder
(sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data). Selanjutnya bila dilihat dari cara atau tekniknya
maka Menurut Suguyono pengumpulan data dapat dilakukan
dengan observasi, interviu, kuisioner, dokumentasi dan gabungan
keempatnya.65 Sedangkan menurut Aristo H. Sutopo, teknik
pengumpulan data kualitatif yaitu dapat diperoleh dari kuesioner,
wawancara, catatan pengamatan, pengambilan foto, perekaman
audio dan video.

64 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 308.
65 Sugiyono, Ibid.
Roimanson Panjaitan | 73

Observasi
(pengamatan)

Interview
(wawancara)
Macam teknik
pengumpulan data
Dokumentasi
(rekaman audio dan video),
gambar (foto), dsb.

Gabungan
(triangulasi)

Gambar 2 Teknik pengambilan data

7. Teknik Analisis Data Kualitatif.66


Analisis data penelitian kualitatif merupakan proses yang
berkelanjutan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat
sepanjang penelitian. Menurut pendapat lain analisis data
kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel dan buku-buku
ilmiah seringkali menjadi model penelitian yang umum
digunakan. Dalam model analisis tersebut, peneliti
mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya berdasarkan
tema-tema atau perpektif- perpektif tertentu, dan melaporkan 4

66 Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:


Bumi Aksara, 2008), hlm. 9.
74 | Metodologi Penelitian

sampai 5 tema. Akan tetapi saat ini yang paling umum digunakan
langkah-langkah dalam menganalisis data kualitatif adalah
sebagaimana yang diuraikan oleh Corbin dan Straus, yaitu
sebagai berikut: 1) Membuat kategori atas informasi yang
diperoleh (open coding), 2) Memilih salah satu kategori dan
menempatkannya dalam satu model teoritis (axial coding), 3)
Merangkai sebuah cerita dari hubungan antar kategori ini
(selective coding). Langkah-langkah penelitian ini dikenal dengan
grounded theory.67 Kemudian cara yang umum digunakan dalam
penelitian kulaitatif adalah dengan mencampurkan prosedur
umum dengan langkah-langkah khusus. Hal itu dapat terlihat
sebagaimana pada gambar berikut:

Menginterpretasi tema
-tema/
deskripsi-deskripsi

Menghubungkan tema /
deskripsi (sepertigrounded
thory dan studi kasus
67 J.M. Corbin & J.M. Straus, Basic of Qualitative Research:
Techniques and Prosedures for Develoving Grounded Theory, (Thousand
Oaks, CA: Sage, 2007), p. 62. Tema-tema Deskripsi

Memvalidasi Mengcoding data


keakuratan
Membaca
Roimanson Panjaitan | 75
keseluruhan data

Mengolah dan mempersiapkan


data untuk dianalisis

Data mentah (transkripsi, data


lapangan, gambar dan

sebagainya)

Gambar 3 Skema penelitian kualitatif

Berdasarkan bagan di atas terlihat bahwa pada dasarnya


proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara
keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber,
baik itu pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang
lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan setelah
dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu sudah dilakukan maka
selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan dengan
cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka
menyusunnya ke dalam satuan-satuan. Dari satuan-satuan tersebut
kemudian dikategorisasikan pada langkah-langkah selanjutnya.
Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding dan tahap
terakhir dari analisis data penelitian yaitu dengan mengadakan
76 | Metodologi Penelitian

pemeriksaan atas keabsahan data. Apabila tahapan tersebut telah


selesai maka sekarang mulailah ke tahap penafsiran data untuk
menjadikannya teori substansi dengan menggunakan metode-
metode tertentu.
Patton menjelaskan mengenai analisis data itu merupakan
suatu proses untuk mengatur urutan data, kemudian
mengorganisasikan ke dalam kategori, pola maupun ke dalam
satuan uraian dasar. Sementara Menurut Taylor, analisis data
didefinisikan sebagai proses yang melakukan perincian usaha
secara formal yang berguna untuk merumuskan hipotesis dan
menemukan tema seperti apa yang telah disarankan serta sebagai
bentuk usaha untuk memberikan kontribusi dan tema pada
hipotesis. Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih tertuju
pada pengorganisasian data sementara untuk definisi yang kedua
menekankan pada tujuan dan maksud dari analisis data penelitian.
Dengan demikian definisi tersebut bisa disintetiskan bahwa
analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan juga
mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan satuan uraian
dasar sehingga bisa ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis
kerjanya seperti yang telah didasarkan oleh data.
Berdasarkan uraian tersebut maka disimpulkan bahwa urutan
untuk melakukan analisis data dalam penelitian yaitu
pertamatama dengan mengorganisasikan data dari semua data
yang telah terkumpul yang terdiri atas komentar peneliti, foto,
gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan sebagainya.
Kemudian pekerjaan dari seorang analisis data di sini yaitu:
Mengatur; Mengurutkan; Mengelompokkan; Memberi Kode; dan
Mengategorikan. Dengan dilakukan pengorganisasian serta
pengelolaan data tersebut memiliki tujuan untuk menemukan
tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya akan diangkat untuk
menjadi sebuah teori substantif.
Roimanson Panjaitan | 77

Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di dalam suatu


proses. Jadi pelaksanaan analisis mulai dilakukan ketika
pengumpulan data itu juga dikerjakan dan dilakukan secara
intensif yaitu ketika sudah meninggalkan lapangan. Melakukan
analisis membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta
pengerahan tenaga dan juga pikiran peneliti. Dengan demikian
selain menganalisis data para peneliti juga harus mendalami
kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori dan
menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis
data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul.

a. Reduksi data
Pengertian Reduksi Data adalah memilih hal-hal pokok yang
sesuai dengan fokus penelitian kita, kemudian mencari temanya.
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data. Data
yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam
mengenai hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. reduksi data dapat
juga membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-aspek
tertentu. Dengan kata lain reduksi data adalah bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu
diartikan sebagai kuantifikasi data.
78 | Metodologi Penelitian

Catatan Hasil
lapangan reduksi

1AY*@3gC&4)TaE#N <
%HbO*SG!7F>40$&c92 0123456789
4kDb^%70Fe6AHf%pA 5 Reduksi ABCDE
73 Ag QFK;A:c^%gKa& abcde

Gambar 4 Ilustrasi reduksi data penelitian


kualitatif

b. Display data
Pengertian Display disebut juga dengan Penyajian data, yaitu
kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Data yang
disajikan biasanya dalam bentuk teks naratif (berbentuk catatan
lapangan, matriks, chart atau grafik, network, bagan dan
sebagainya. Display data ini merupakan salah satu dari teknik
teknik analisis data. Data yang semakin bertumpuk-tumpuk
kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh
karena itu, diperlukan display data. Dengan demikian, peneliti
dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data.

c. Pengambilan keputusan dan verifikasi


Pengambilan Keputusan dan Verifikasi ialah salah satu dari
teknik teknik analisis data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
merupakan kegiatan di akhir penelitian. Peneliti harus sampai
pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik itu dari segi
makna maupun dari segi kebenaran kesimpulan yang disepakati
Roimanson Panjaitan | 79

oleh subjek tempat penelitian tersebut dilaksanakan. Makna yang


dirumuskan dari data harus diuji terlebih dahulu mengenai
kebenaran, kecocokan dan kekokohannya. Peneliti harus
menyadari bahwa dalam mencari makna, peneliti tersebut harus
menggunakan pendekatan emik, yaitu dari kacamata key
informan dan bukan penafsiran makna menurut pandangan
peneliti (pendekatan etik).

Penelitian Kuantitatif
1. Defenisi Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,
serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap
kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan
gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Menurut Sugiyono,
metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 68 Metode kuantitatif
sering juga disebut metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik
68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 7.
80 | Metodologi Penelitian

karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut


sebagai metode ilmiah (scientific), karena metode ini telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif,
terukur, rasional dan sistematis.
Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan
metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek
baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai
bebas nilai (value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif
sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas
itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh
diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi
kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat
membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai
pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka
penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah
yang sesungguhnya.69
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai
metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara
obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan
pengukuran, setiap fenomena sosial dijabarkan kedalam beberapa
komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang
di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka
yang berbeda-beda sesuai dengan kategori informasi yang
berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol-
simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif
matematik dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan suatu
69 Sudarwan Danim dan Darwis, Metode Penelitian Kebidanan:
Prosedur, Kebijakan, dan Etik, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2003), hlm. 35.
Roimanson Panjaitan | 81

kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan


utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi
menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan
kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah
yang diperkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu.
Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan
atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika
induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan
pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas
lingkupnya yang juga sering disebut ―sample‖ dalam penelitian
kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah
bagian kecil dari populasi atau sering disebut ―data‖. Data ialah
contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat
realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu.
Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta
menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.

2. Variabel dalam Penelitian Kuantitatif


a. Pengertian
Istilah ―variabel‖ merupakan istilah yang tidak pernah
ketinggalan dalam setiap jenis penelitian.70 Variabel merupakan
gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Secara teoritis
variabel dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang, atau objek
yang mempunyai ―variasi‖ antara satu orang dengan yang lain,
atau satu objek dengan objek yang lain. Variabel juga dapat
merupakan atribut bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
Pendapat lain juga meyebutkan bahwa variabel merupakan
konstrak (construct) atau sifat yang akan dipelajari. Atau sebagai

70 Suharisimi Arikunto, Prosedur Penelitian - Suatu Pendekatan Praktek


Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Ripta, 2010), hlm. 159.
82 | Metodologi Penelitian

suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda, dan atau
sebagai suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya. Dengan demikian variabel dapat diartikan
sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai (kualitas) dari orang,
objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.

b. Jenis-jenis variabel penelitian


Terdapat beberapa jenis-jenis variabel, antara lain: variabel
independen, dependen, moderator, intervening, dan variabel
control. Variabel Independen disebut juga variabel bebas atau
variabel stimulus, prediktor, atau antecedent. Yaitu variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel dependen disebut juga
variabel output, kriterium, konsekuen atau variabel terikat, yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Adapun variabel moderator adalah
variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Atau
disebut juga sebagai variabel independen ke dua.
Sedangkan variabel intervening adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Sehingga variabel ini sering
dinamakan variabel penyela/antara yang terletak di antara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen
tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya
variabel dependen.
Dan yang terakhir adalah variabel control, yaitu variabel
yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
Roimanson Panjaitan | 83

variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh


faktor luar yang tidak diteliti, bila akan melakukan penelitian
yang bersifat membandingkan.71 Variabel dibedakan atas yang
kuantitatif dan kualitatif. Lebih jauh variabel kuantitatif
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu variabel diskrit dan
variabel kontinum. Variabel diskrit disebut juga variabel nominal
atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas 2
kutub yang berlawanan (mis: ya dan tidak). Sedangkan variabel
interval adalah variabel yang mempunyai jarak jika dibandingkan
dengan variabel lain.72
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau
mengidentifikasi setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil
(sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap variabel dan
sub variabel ini tidak mudah, karenanya membutuhkan kejelian
dan kelincahan berpikir pelakunya. Memecah-mecah variabel
menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi, yakni
memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus
dikumpulkan oleh peneliti. Kategori ini dapat diartikan sebagai
indikator variabel. Kategori, indikator, sub variabel ini akan
dijadikan pedoman dalam merumuskan hipotesis minor,
menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah
penelitian. Sedikitnya sub variabel atau kategori, akan
menghasilkan kesimpulan besar (jika variabelnya terlalu luas) dan
sempit (jika variabelnya sedikit tetapi kecil-kecil).73

3. Hipotesis dalam Penelitian Kuantitatif

71 Sugiyono, hlm. 62-65.


72 Suharsimi Arikunto, hlm. 159.
73 Suharsimi Arikunto, hlm. 164
84 | Metodologi Penelitian

a. Definisi hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting
kedudukannya dalam penelitian. Oleh sebab itu peneliti dituntut
kemampuannya untuk merumuskan hipotesis. Dari arti katanya,
hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, ―hypo” yang artinya ―
di bawah‖ dan “thesa” yang artinya ―kebenaran‖. Dengan
demikian hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.74 Hipotesis ilmiah mencoba
mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan
diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul
tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya
pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja
menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut
percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.75 Kegunaan hipotesis secara garis
besar adalah:
1) Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian
dan kerja penelitian.
2) Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan
antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian
peneliti.
3) Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan
penting dan menyeluruh.

74 Suharisimi Arikunto, hlm. 110


75 Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building
Approach, second edition, (New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992), hlm.
719.
Roimanson Panjaitan | 85

4) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan


fakta dan antar fakta.76
Oleh karena itu, kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan
sangat tergantung pada:
1) Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta
yang ada.
2) Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.
3) Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4) Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.77

b. Jenis-jenis hipotesis
Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam
mempelajari, hipotesis dapat diklasifikasikan berdasarkan
rumusannya dan proses pemerolehannya. Secara umum jenisjenis
hipotesis terdiri dari:78
1) Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi:
a) Hipotesis kerja, yaitu hipotesis ―yang sebenarnya‖ yang
merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja
biasanya disingkat H1 atau Ha.
b) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari
hipotesis kerjadan sering disingkat Ho. Ada kalanya peneliti
merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu

76 Toto Syatori Nasehuddien, Metodologi Penelitian - Sebuah


Pengantar, Cirebon: STAIN Cirebon, 2008, hlm. 31.
77 Toto Syatori Nasehuddien, Ibid.
78 Soekadijo, Logika Dasar, Tradisional, Simbolik, dan Induktif, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 13.
86 | Metodologi Penelitian

permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan


bahwa Ho ‗sengaja‖ dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan
H1 ―dipersiapkan‖ untuk diterima.79
2) Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan
menjadi:
a) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada
penelitian kualitatif)
b) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian
kuantitatif).

c. Ciri-ciri hipotesis yang Baik


Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut
dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan
mengaburkan hasil penelitian.80 Meskipun hipotesis telah
memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut
masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian,
melainkan juga sukar diuji secara nyata.81 Untuk dapat
memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1) Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk
menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam
proposisiproposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan
jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang
dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
79 Sudarwan Danim dan Darwis, hlm. 171.
80 Uma Sakaran, hlm. 7-19.
81 Paul D. Leedy, and Jeanne.E. Ormrod, Practical Research: Planning
and Design Research Edisi 8, (Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall, 2005),
hlm. 156-209.
Roimanson Panjaitan | 87

2) Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang


benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu
hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara
operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3) Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur
secara empiris dan memberikan gambaran mengenai
fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau
distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan
dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4) Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki
peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di
dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5) Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada
(atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan
ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian,
hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat
merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik,
serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk
mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung
pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode observasi, pengumpulan data, analisis data, maupun
generalisasi.
6) Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik
yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat
spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti
harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara
variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu
hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y
88 | Metodologi Penelitian

adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif


atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu,
ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan
untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori
menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis
yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7) Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan
antarvariabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah
satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat
secara eksplisit.82

4. Instrumen dalam Penelitian Kuantitatif


a. Pengertian
Dalam penelitian, alat ukur disebut dengan instrumen
penelitian. Secara etimologis kata ‗instrumen‘ diartikan dengan:
(1) Alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat
yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan
kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa perangkat tes dan
sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan; (3) Alat-alat musik (seperti piano, biola, gitar, suling,
trompet); (4) Orang yang dipakai sebagai alat (diperalat) orang
lain (pihak lain); (5) Dokumen resmi seperti akta, surat obligasi. 83
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka secara terminologis
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengukur atau mengumpulkan informasi
82 Paul D. Leedy, and Jeanne.E. Ormrod, Ibid.
83 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), hlm. 437.
Roimanson Panjaitan | 89

kuantitatif maupun kualitatif sebagai bahan pengolahan berkenaan


dengan objek ukur yang sedang diteliti. Alat pengumpul data
harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan dalam
penelitian.
Menurut Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.84 Sedangkan Hadjar mengidentifikasikan
bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik
variabel secara objektif.85
Lebih detail, Suryabrata menjelaskan bahwa instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam–pada
umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif.86
Lebih jauh, dikatakan bahwa untuk atribut kognitif,
perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut
nonkognitif, perangsangnya adalah pernyataan.

b. Jenis-jenis instrumen penelitian


Penggunaan instrumen penelitian harus disesuaikan dengan
variabel penelitian yang akan diteliti. Agar alat ukur (instrumen
penelitian) dan objek ukur (variabel penelitian) bersesuaian, maka
ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam

84 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,


2000), hlm. 134.
85 I. Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam
Pendidikan (Jakarta: Radja Grasifindo, 1996), hlm. 160
86 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 52.
90 | Metodologi Penelitian

penelitian yang harus dipahami sebagai dasar pemilihan


instrumen, yaitu:
1) Tes
Tes merupakan kumpulan pertanyaan atau soal yang berguna
sebagai alat ukur terhadap variabel-variabel tertentu yang berupa
kemampuan, ketrampilan, intelegensi, sikap atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes sebagai instrumen
penelitian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
a) Berdasarkan bentuk pelaksanaannya:
(1) Tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis merupak tes
yang dalam pelaksanaannya lebih menekankan penggunaan
kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes
dikerjakan secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
(2) Tes lisan (oral test). Tes lisan merupakan tes yang dilakukan
melalui wawancara langsung atau tatap muka antara penanya
dan responden.
(3) Tes perbuatan (performance test). Tes perbuatan merupakan
tes yang digunakan untuk mengukur proses penampilan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan.
b) Berdasarkan bentuk soal dan kemungkinan jawabannya:
(1) Tes essay (uraian). Tes essay merupakan tes yang disusun
dalam bentuk pertanyaan terstruktur, dimana jawaban
responden dapat disusun dan diorganisasikan sendiri dan
dengan bahasa sendiri. Tes ini sangat tepat apabila digunakan
untuk mengembangkan kemampuan responden dalam
menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dengan
bahasanya sendiri.
(2) Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dibuat sedemikian
rupa dimana telah disediakan alternatif jawabannya.
Roimanson Panjaitan | 91

Beberapa macam tes objektif yaitu antara lain: tes benarsalah


(truefalse test), tes pilihan ganda (multiple choice test), tes
menjodohkan (matching test), dan tes analisa hubungan
(relationship analysis test).

Contoh tes hasil belajar PAK

A. Identitas responden:

Nama :
Kelas :
Semester :
Tahun Ajaran :

B. Petunjuk Pengisian Instrumen


1. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban a, b, c,
dan d yang menurut anda benar.
2. Kerjakanlah soal yang menurut anda mudah.
3. Tanyalah pengawas apabila terdapat soal yang kurang
jelas.
92 | Metodologi Penelitian

C. Soal!
1. Apa yang dimaksud dengan bebenaran?
a. Keadaan yang cocok c. Kejujuran
b. Tidak dapat dipahami d. Adil 2. Apakah
isi dari Kej 37; 12-36?
a. Yusuf di jual ke tanah mesir c. Yusuf anak
kesayangan
b. Yusuf naik jabatan d. Yusuf jadi budak
3. Siapakah yang menjual Yusuf kepada pedagang budak dari
Mesir?
a. Pamannya c. Orang tuanya
b. Saudara-saudaranya d. Semuanya benar
4. Dalam Iman Kristen kebenaran seperti ini dengan jelas
disampaikan oleh....
a. Alkitab c. Guru
b. Orangtua d. Semuanya benar
5. Nilai membela kebenaran adalah nilai yang....
a. Internal c. Semuanya sama
b. Universal d. Semuanya benar
Roimanson Panjaitan | 93

6. Apakah bentuk ketidak jujuran yang kamu lihat atau


dengar dalam masyarakat?
a. Berbohong c. Mengerti akan
kebutuhan orang lain
b. Saling membantu d. Tidak Peduli
7. Bagaimanakah kita menghadapi dan menanggapi ketidak
jujuran itu?
a. Acuh tak acuh c. Mencari sumber
permasalahan
b. Tidak mau tau d. Sombong
8. Agar hati nurani kita senantiasa bersih dan baik maka
perlu kecuali
a. Berdisiplin dan konsisten c. Memahami nilai
nilai Alkitab
b. Mendekatkan diri kepada Tuhan d. Berbohong
9. Jika kita memlihara hati nurani secara benar maka kita
memberi peluang bagi...
a. Kejujuran c. Keadilan
b. Kebohongan d. Semuanya Salah
10. Karena segala jalan orang terbuka didepan mata Tuhan
dan segala langkah dikuasai-NYA tertulis dalam kitab ...
a. Ams 5: 21 c. Luk 4: 12
b. Yoh 6: 1 d. Mat 6:7
11. Didalam kehidupan bermasyarakatpun kita sering kali kita
bertindak adil, hanya menuntut hak tetapi mengabaikan ...
a. Kewajiban c. Kesenangan
b. Kepentingan Pribadi d. Tidak ada yang benar
94 | Metodologi Penelitian

12. Akar masalah ketidak adilan dalam masyarakat lebih


banyak disebabkan oleh
a. Sistem dan Struktur sosial c. Ekonomi
b. Politik d. Semuanya benar

13. Siapakah nama pejuang keadilan Indonesia yang


mengalami banyak penderitaan bahkan mati secara
mengenaskan adalah ...
a. Oemar c. Munir SH
b. Celsi d. Semuanya salah
14. Memikul salib berarti rela menderita karena ...
a. Karena Dia Kuat c. Kerena benar
b. Dia penguasa d. Iman kepada Yesus
15. Alasan murid-murid Yesus memilih Yesus menjadi guru
adalah ...
a. Ia c. Kerena benar
b. Dia Penguasa d. Yesus sendiri yang
memilihnya
16. Panggilan untuk menjadi murid Yesus adalah ...
a. Ikut serta dalam pelayanan c. a dan b benar
b. Kesaksian hidupnya d. Tidak ada yang benar
17. Makna salib bagi orang yang percaya kepada Kristus
adalah ...
a. Ditebus dari hukum dosa c. Dibenarkan karena
iman
b. Diperdamaikan dgn Allah d. Semuanya benar
Roimanson Panjaitan | 95

18. Mengapa telur paskah seringkali dibuat berwarna merah?


a. Lambang kebesaran c. Lambang kuasa
b. Lambang kesukacitaan d. Tidak ada yang benar
19. Peristiwa kebangkitan Yesus yang merupakan pusat dan
tema utama diri perayaan paskah adalah ...
a. Buah dari ketaatan
b. Penyerahan diri Yesus kepada Bapa
c. A dan b benar
d. d. Semuanya benar
20. Orang yang menanyakan paskah atau yang mengucapkan
selamat paskah adalah ...
a. Orang yang percayaakan Kebangkitan Yesus
Mengikuti jaman
b. Hanya simbol saja
c. Mengikuti zaman
d. Biar kelihatan modren
21. Keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung oleh
manusia adalah ...
a. Sukacita c. Kebahagiaan
b. Penderitaan d. Tidak ada yang benar
22. Apa yang menyebabkan kita mengalami penderitaan ...
a. Kerena orang lain c. Karena ulah sendiri
b. Teman d. Orangtua
23. Siapakah yang membuat Tamar menderita ...
a. Orangtuanya c. Tidak ada yang benar
b. Pamannya d. Kakak tirinya
24. Gereja gereja protestan mengakui sakramen ...
a. Sakramen Babtisan Kudus
96 | Metodologi Penelitian

b. Selam
c. Sakramen perjamuan kudus
d. a dan c benar
25. Perjamuan kudus dilaksanakan atas dasar perjamuan
malam yang dilaksanakan oleh ...
a. Tuhan Yesus bersama dengan murid-murid-Nya
b. Gereja
c. Masyarakat
d. Tidak ada yang benar
26. Siapakah nama murid Yesus yang menghianati Dia ...
a. Yohanes c. Yudas Iskariot
b. MatIus d. Lukas
27. Dalam perjamuan kudus pakah yang melambangkan tubuh
dan darah Yesus...
a. Nasi c. Kurma
b. Daging d. Roti dan anggur
28. Sikap yang dimiliki oleh para tokoh pahlawan iman
adalah
...
a. Membangun sikap optimis
b. Memperjuangkan kebenaran
c. Kejujuran dan keadilan
Roimanson Panjaitan | 97

d. a,b dan c benar


29. Dalam Bahasa Yunani Paskah itu disebut ...
a. Pascha Anastasmon c. Resurrections
b. Rosimon d. Crucifixionis

2) Angket atau kuesioner


Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden berupa
laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
Penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui informasi
mengenai suatu masalah dimana responden dapat memberikan
jawaban sesuai dengan pertnyaan yang diberikan.
Angket terdiri dari dua jenis, yaitu angket terbuka dan
angket tertutup. Angket terbuka disebut juga angket tidak
berstruktur adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai kehendak dan
keadaanya yang dialaminya. Sedangkan angket tertutup disebut
juga angket berstruktur adalah angket yang disusun sedemikian
rupa dimana setiap pertanyaan diberikan beberapa pilihan kriteria
tertentu dan responden tinggal mencontreng satu kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dirinya.
Angket memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
angket menurut Arifin adalah:
a) Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi
oleh hubungannya dengan peneliti atau penilai.
b) Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya
homogeny.
c) Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah
responden yang besar dan jadikan sampel.
98 | Metodologi Penelitian

Sedangkan kekurangan angket menurut adalah sebagai


berikut:
a) Ada kemungkinan angket diisikan oleh orang lain yang
bukan responden terpilih.
b) Hanya diperuntukan bagi orang yang dapat melihat
(membaca).87

Contoh instrumen angket tentang penampilan guru PAK

A. Identitas responden:

Nama :
Kelas :
Semester :
Alamat :

B. Petunjuk pengisian instrumen:


1. Berilah pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya pada kolom jawaban yang tersedia
dengan memberi tanda ceklis (√)
2. Instrumen ini terdiri dari 4 option jawaban dengan
rincian SS (Sangat Setuju/ Sangat Sering); S (Setuju/
Sering); TS (Tidak Setuju/ Tidak Sering); dan STS
(Sangat Tidak Setuju/ Sangat Tidak Sering)
3. Pengisian instrumen ini tidak akan mempengaruhi nilai
PAK Anda!

C. Instrumen:

No Pernyataan Opsion
87 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 166.
Roimanson Panjaitan | 99

SS S TS STS
1 Syarat mutlak menjadi guru

PAK harus cerdas, karena


pekerjaannya mendidik atau
mengajar.
2 Dengan kecerdasannya, maka
guru PAK dapat menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa
3 Dengan kecerdasannya, guru
PAK akan tampil di hadapan
siswa dengan penuh wibawa.
4 Kecerdasan Guru PAK diperoleh
sejak lahir
5 Guru PAK merupakan ―model‖
bagi siswanya.
6 Siswa akan menilai positif bagi
guru PAK yang berpenampilan
rapi dan menarik.
7 Guru PAK yang selalu
menggunakan busana dan
mengenakan penampilan yang
bersahaja.
8 Siswa akan merasa nyaman
ketika belajar dengan guru yang
tampil menarik
9 Guru harus memiliki latar
belakang Pendidikan yang baik
10 Guru PAK harus mampu
menjadi sosok yang edukatif
bagi siswanya.
100 | Metodologi Penelitian

11 Semua aspek yang terdapat pada


diri guru PAK bisa menjadi
referensi hidup bagi siswanya.
12 Sangat penting bagi guru PAK
untuk menguasai banyak metode
dalam pembelajaran

13 Siswa tidak merasa bosan dalam


mengikuti pelajaran dengan guru
PAK yang cerdas dalam
mengajar.
14 Kombinasi metode yang sesuai
dengan materi pelajaran, akan
menarik perhatian siswa untuk
aktif dalam belajar.
15 Materi yang disampaikan oleh
guru PAK yang kreatif akan
lebih mudah diterima oleh siswa
16 Kemampuan guru dalam
berkomunikator dengan siswa
menjadi unsur yang mutlak
harus melekat pada diri seorang
guru PAK
17 Dengan kemampuan
komunikatif yang baik, siswa
akan cepat merespons materi
yang diajarkan oleh guru PAK
18 Guru PAK harus selalu kelihatan
bersih
19 Cara berpakaian guru PAK
adalah pertanda bahwa dia
Roimanson Panjaitan | 101

mencintai dirinya.
20 Guru PAK merupakan sosok
yang ditiru oleh siswa dalam
berpakaian
21 Siswa akan bertanya ketika
belajar kepada guru PAK yang
cerdas
22 Guru PAK harus mampu
menuntun siswa untuk
memahami setiap materi
pelajaran.
23 Materi PAK diajarkan oleh guru
yang tidak memiliki latar
pendidikan Pendidikan Agama
Kristen
24 Siswa akan merasa bosan dalam
mengikuti pelajaran dengan guru
PAK yang monoton dalam
mengajar.
25 Ketrampilan mengajar
merupakan kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru PAK
26 Cara berbusana merupakan figur
guru PAK yang diteladani dari
segala aspek.
27 Kelemahlembutan merupakan
ciri khas yang harus dimiliki
oleh guru PAK
28 Guru PAK harus tegas
29 Guru PAK selalu mengajar
102 | Metodologi Penelitian

dengan prinsip kasih


30 Menjadi guru PAK adalah
pekerjaan yang meyenangkan

3) Wawancara (interview)
Interviu merupakan instrument penelitian yang digunakan
oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk
mencari data tentang latar belakang seorang siswa berdasarkan
sikapnya terhadap proses pembelajaran, sikap orang tua terhadap
perkembangan prestasi belajar anaknya, sikap dan perhatian
masyarakat terhadap pendidikan dan lain-lain.

4) Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung
terhadap suatu objek untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
mengenai objek tersebut. Kegiatan observasi dapat dilakukan
dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara yang
didasarkan pada pedoman observasi berupa daftar jenis kegiatan
yang mungkin timbul dan akan diamati.

Contoh lembar observasi


Kemampuan penyusunan perangkat pembelajaran
guruguru pendidikan agama Kristen se-Kecamatan Medan
Baru dan Medan Petisah tahun Pelajaran 2016/2017

Medan, Juli – Desember 2016

A. Identitas responden
Roimanson Panjaitan | 103

Nama Guru
NIP/ NUPTK : ................................................
Unit Kerja : ................................................

B. Instrumen penilaian
Hasil
No Komponen yang diamati pengamatan
KB CB B SB
1 Silabus
a. Struktus silabus
1) Identitas Silabus
Standar
2)
kompetensi
3) Kompetensi dasar
Materi pokok/
4)
pembelajaran

5) Indikator
6) Penilaian
7) Alokasi waktu
8) Sumber belajar

b. Prinsip penyusunan
silabus
104 | Metodologi Penelitian

Materi dan kegiatan


yang menjadi muatan
dalam silabus harus
benar dan dapat
1) dipertanggungjaw
abkan secara
keilmuan

Cakupan, kedalaman,
tingkat kesukaran
dan urutan penyajian
materi dalam silabus
sesuai dengan tingkat
perkembangan
2) fisik, intelektual,
sosial, emosional,
dan spritual peserta
didik.

Komponenkompone
n
3) silabus saling
berhubungan secara
fungsional
Roimanson Panjaitan | 105

dalam mencapai
kompetensi.
Adanya hubungan
yang konsisten
(ajeg, taat asas)
antara kompetensi
dasar, indikator,
4)
materi pokok,
pengalaman
belajar, sumber
belajar, dan
sistem penilaian.
Cakupan
indikator, materi
pokok,
pengalaman
belajar, sumber
5) belajar, dan
sistem penilaian
cukup untuk
menunjang
pencapaian
kompetensi dasar
Cakupan
indikator, materi
pokok,
pengalaman
6)
belajar, sumber
belajar, dan
sistem penilaian
memperhatikan
106 | Metodologi Penelitian

perkembangan
ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir
dalam kehidupan

nyata, dan
peristiwa
yang terjadi.
Keseluruhan
komponen silabus
dapat
mengakomodasi
keragaman
peserta didik,
7) pendidik, serta
dinamika
perubahan yang
terjadi di sekolah
dan tuntutan
masyarakat
Komponen
silabus mencakup
keseluruhan ranah
8)
kompetensi
(kognitif, afektif,
psikomotor).

2 Rencana pelaksanaan
pembelajaran
a. Struktus penyusunan
RPP
1) Identitas silabus
Roimanson Panjaitan | 107

Standar
2)
kompetensi
3) Kompetensi dasar
Materi pokok/
4)
pembelajaran
5) Indikator
6) Penilaian

7) Alokasi waktu
8) Sumber Belajar
b. Prinsip Penyusunan
RPP
Memperhatikan
perbedaan
1)
individu peserta
didik
Mendorong
partisipasi aktif
2) peserta didik
(berpusat pada
peserta didik)
3) Memuat
rancangan
program
pemberian umpan
balik positif,
penguatan,
pengayaan, dan
remedial.
Memperhatikan
4) keterkaitan dan
108 | Metodologi Penelitian

keterpaduan
antara SK, KD,
materi
pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
indikator
pencapaian
kompetensi,
penilaian, dan
sumber belajar
dalam satu
keutuhan
pengalaman
belajar
Mempertimbangk
an penerapan
teknologi
informasi dan
komunikasi
secara
5)
terintegrasi,
sistematis, dan
efektif sesuai
dengan situasi
dan kondisi
belajar
Total Nilai Pengamatan

5) Skala bertingkat (rating scale)


Roimanson Panjaitan | 109

Skala bertingkat atau rating merupakan suatu ukuran


subyektif yang dibuat secara berskala. Data yang dihasilkan oleh
skala bertingkat merupakan data kasar, namun walaupun masih
merupakan data kasar skala bertingkat cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang yang dijadikan
objek. Data yang dihasilkan dari instrumen jenis ini berupa
gambaran penampilan, terutama penampilan frekuensi munculnya
sifat-sifat seseorang di dalam menjalankan tugasnya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun skala adalah bagaimana
menentukan variabel skala. Variabel skala yang ditanyakan harus
merupakan variabel skala yang dapat diamati oleh responden.
6) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan instrumen penelitian yang dilakukan
secara sistematis dengan mengacu pada dokumen berupa benda-
benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen atau arsip,
peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

c. Ujicoba instrumen penelitian


Sebelum menjaring data yang sebenarnya tentang variabel
yang akan diteliti, terlebih dahulu dilakukan uji instrument. Hal
itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument yang
digunakan layak atau tidak digunakan sebagai alat pengumpul
data. Proses tersebut dinamakan ujicoba instrumen penelitian.
Prinsip ujicoba harus memperhatikan bahwa responden yang
akan diujicobakan keadaannya kurang lebih sama dengan
responden yang sesungguhnya. Dengan demikian dalam hal
ujicoba instrumen penelitian yang dilakukan di sekolah sebaiknya
sekolah atau tempat tersebut memiliki populasi yang cukup untuk
dijadikan sebagai responden ujicoba. Kemudian hal-hal yang
menyangkut penentuan layak atau tidaknya angket yang
digunakan sebagai alat pengukur data penelitian, pada tahap uji
110 | Metodologi Penelitian

coba instrument angket harus melalui uji validitas dan uji


reliabilitas. Sedangkan untuk tes hasil belajar dilanjutkan dengan
uji kesukaran soal dan daya pembeda soal.

5. Teknik Analisis Data Kuantitatif


Data penelitian kuantitatif yang telah dikumpulkan melalui
kegiatan lapangan pada dasarnya masih berupa data mentah (raw
data). Untuk dapat menggunakan data sebagai landasan empiris
dalam menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis
penelitian, maka perlu dilakukan rangkaian proses pengolahan
serta analisis data. Kegiatan analisis data dalam penelitian
kuantitatif meliputi pengolahan dan penyajian data, melakukan
berbagai perhitungan untuk mendeskripsikan data, dan melakukan
analisis untuk menguji hipotesis. Perhitungan dan analisis data
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik.88
a. Pengolahan data
Data dalam penelitian kuantitatif merupakan hasil
pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel. Variabel yang
diukur merupakan gejala yang menjadi sasaran pengamatan
penelitian. Data yang diperoleh melalui pengukuran variabel dapat
berupa data nominal, ordinal, interval, atau rasio. Pengolahan data
adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel
penelitian yang siap dianalisis. Berikut ini beberapa kegiatan
dalam pengolahan data.
1) Pengeditan data (editing)
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti
selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi
penting karena pada kenyataannya data yang terhimpun kadang
88 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan
Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2011),
hlm.297.
Roimanson Panjaitan | 111

belum memenuhi harapan peneliti, yaitu adanya data yang kurang


atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan.
Proses editing yang paling baik adalah dengan teknik silang, yaitu
seorang peneliti atau field worker memeriksa hasil pengumpulan
data penelititan lain dan sebaliknya pada suatu kegiatan penelitian
tertentu. Kegiatan ini membutuhkan dua orang atau lebih untuk
menyelesaikan proses ini.89

2) Coding dan transformasi data


Coding (pengkodean) data adalah pemberian kode-kode
tertentu pada tiap- tiap data termasuk memberikan kategori untuk
jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk
huruf atau angka untuk memberikan identitas data. Kode yang
diberikan dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif
(berbentuk skor).90 Pengkodean dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pengkodean frekuensi dan pengkodean lambang.
Pengkodean frekuensi digunakan apabila jawaban jawaban pada
poin tertentu memiliki bobot atau arti frekuensi tertentu. 91
Sedangkan pengkodean lambang digunakan pada poin yang tidak
memiliki bobot tertentu. Kuantikasi atau transformasi data
menjadi data kuantitatif dapat dilakukan dengan memberikan skor
terhadap setiap jenis data. Semua data baik berupa angket harus
diskor dengan cara dan criteria yang sama. Dalam hal ini, yang
perlu diperhatikan dalam skoring adalah perlu adanya ketepatan

89 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,


Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm.165.
90 Trianto, hlm. 298.
91 M. Burhan Bungin, hlm. 166.
112 | Metodologi Penelitian

yang tinggi atau kesalahan yang ditimbulkan dalam prosedur


skoring harus minimal.92

3) Tabulasi data
Tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu
dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Ada dua jenis
tabel yang bisa dipakai dalam penelitian sosial, yaitu tabel data
dan tabel kerja. Tabel data adalah tabel yang dipakai untuk
mendeskripsikan data sehingga memudahkan peneliti untuk
memahami struktur dari sebuah data. Sedangkan tabel kerja
adalah tabel yang dipakai untuk menganalisis data yang tertuang
dalam tabel data.93 Dari tabulasi, analisis data dapat dilakukan
secara sederhana yaitu dengan menggunakan prinsip analisis
deskriptif, yaitu mencari jumlah skor, nilai rata-rata, standar
penyimpangan, dan variasi penyebarannya.
Tabel 2 Contoh tabulasi data penelitian variabel
x

92 Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan: Kompetensi dan


Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 84.
93 M. Burhan Bungin, hlm. 168.
Roimanson Panjaitan | 113

Tabel 3 Contoh tabel kerja penelitian variabel x


dan y
Statistik data hasil penelitian tiap-tiap
Resp. variabel
X1 Y X12 Y2 X1Y
Resp. 1
Resp. 2
Resp. 3
Resp. 4
Resp. 5
Resp. 6
Resp. 7
Jumlah

b. Penyajian data
Teknik penyajian dan analisis kuntitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik statistik. Hasil kuesioner yang telah
didapatkan dapat ditampilkan dalam bentuk tabel ataupun
diagram, yang tujuannya supaya peneliti dapat dengan mudah
menyimpulkan apa arti semua fenomena yang terjadi di
lapangan.94
1) Penyajian data dalam bentuk tabel
Suatu tabel minimal memuat judul tabel, kolom, baris, nilai
pada setiap baris, dan sumber dari mana data itu diperoleh.
Berdasarkan pengaturan baris dan kolom, suatu tabel dibedakan
menjadi beberapa bentuk.

94 Sukardi, hlm. 87.


114 | Metodologi Penelitian

a) Tabel klasifikasi satu arah, untuk mengelompokkan data


berdasarkan satu kriteria tertentu.
b) Tabel silang, untuk mengelompokkan data berdasarkan dua
atau lebih kriteria.
c) Tabel distribusi frekuensi, disusun apabila jumlah data yang
akan disajikan cukup banyak sehingga kalau disajikan dalam
tabel biasa menjadi tidak efisien dan kurang komunikatif.95
2) Penyajian data dalam bentuk diagram/grafik
Bentuk lain dalam penyajian data adalah grafik atau diagram.
Grafik atau diagram biasanya dibuat berdasarkan tabel. Grafik
merupkan visualisasi data pada tabel yang bersangkutan. Berikut
contoh grafik atau diagram dalam penyajian data penelitian
kuantitatif.

a) Diagram lingkaran (pie chart), digunkan untuk melihat


komposisi data dalam berbagai kelompok.

9 2
12

19
15

22

95 Trianto, hlm. 301.


Roimanson Panjaitan | 115

Gambar 5
Diagram lingkaran
b) Diagram batang, digunakan untuk melihat perbandingan data
berdasarkan panjang batang dalam suatu diagram.
c) Diagram garis, digunkan untuk melihat perkembangan suatu
kondisi.

25
20
15
10
5
0
70 - 74 75 - 79 80 - 84 85 - 89 90 - 94 95 - 99 100 -
104

Gambar 6 Diagram garis


d) Grafik histogram frekuensi, histogram adalah penyajian tabel
distribusi frekuensi yang diubah dalam bentuk diagram
batang.96

96 Trianto, hlm. 304.


116 | Metodologi Penelitian

Histogram data
25 22
19
Frekuensi observasi
20
15
15 12
9
10

5 2 1
0
70 - 74 75 - 79 80 - 84 85 - 89 90 - 94 95 - 99 100 -
104
Interval kelas

Gambar 7
Diagram batang

c. Deskripsi dan ukuran data


Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada
untuk memperoleh bentuk nyata dari responden, sehinnga lebih
mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan
hasil penelitian yang dilakukan. Jika data tersebut berbentuk
kuantitatif atau ditransfer dalam angka maka cara
mendeskripsikan data dapat dilakukan menggunkan statistika
deskriptif.97 Statistika deskriptif adalah statistika yang digunkan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi. Jika peneliti ingin membuat kesimpulan yang
berlaku untuk populasi maka teknik analisis yang digunakan

97 Sukardi, hlm. 86.


Roimanson Panjaitan | 117

adalah statistik inferensial.98 Dalam penggunaan statistika, teknik


analisis data yang sering digunakan untuk mendeskripsikan data
antara lain:
1) Ukuran pemusatan data
Proses memperlihatkan suatu ukuran kecenderungan skor
dalam suatu kelompok data. Modus, median, dan rata-rata
merupakan jenis ukuran yang sering digunakan dalam
mendeskripsikan data kuantitatif. Modus dapat digunakan pada
data yang berskala nominal, ordinal, interval, dan rasio. Median
dapat digunakan pada data berskala ordinal, tetapi jika datanya
juga berbentuk interval atau rasio sebaiknya juga digunakan
ukuran rata-rata.
2) Ukuran penyebaran data
Sebaran data menunjukkan variasi datasecara keseluruhan
dilihat dari nilai tengahnya. Ukuran penyebaran data biasanya
dilakukan dengan melihat rentang skor (kisaran data), varians, dan
simpangan baku (standart deviation).
Tabel 4 Ukuran penyebaran data
Sikap mengajar guru PAK
Mean 93,5
Standard error 0,63967
Median 93

98 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,


(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.147.
118 | Metodologi Penelitian

Mode 96
Standard deviation 5,721379
Sample variance 32,73418
Kurtosis -0,80865
Skewness 0,097535
Range 24
Minimum 82
Maximum 106
Sum 7480
Count 80

d. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian dengan pendekatan
kuantitatif. Sedangkan penelitian kualitatif justru diharapkan dapat
ditemukan hipotesis yang selanjutnya diuji oleh peneliti dengan
pendekatan kuantitatif.
Tabel 5
Contoh pengujian hipotesis
Model summaryb
Adjusted R Std. error of
Model R R square
square the estimate
1 ,301 a
,091 ,079 3,296
a. Predictors: (constant), penampilan Guru PAK
b. Dependent variable: Minat siswa mengikuti pembelajaran
PAK
Roimanson Panjaitan | 119

Berdasarkan sifat masalahnya dapat dibedakan menjadi dua


jenis hipotesis yaitu, hipotesis komparatif dan hipotesis asosiatif.
1) Hipotesis komparatif (uji perbedaan)
Hipotesis komparatif adalah hipotesis yang diajukan sebagai
jawaban dari rumusan masalah penelitian yang menanyakan
tentang ada atau tidaknya perbedaan keberadaan variabel dari
kedua kelompok data atau lebih. Teknik yang digunakan dalam
analisis komparatif tergantung jenis data yang akan diuji.
2) Hipotesis assosiatif
Hipotesis asosiatif adalah hipotesis yang diajukan sebagai
jawaban atas rumusan masalah penelitian yang menanyakan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Kekuatan
hubungan antar variabel tersebut dinyatakan dalam koefisien
korelasi. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan cara
menghitung dan menguji signifikansi koefisien korelasi. Kekuatan
hubungan dapat dilihat dari besar kecilnya koefisien korelasi.
Nilai yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan dan nilai
yang mendekati angka satu menujukkan kuatnya hubungan.
Teknik analisis yang digunakan tergantung jenis data yang
dianalisis.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


1. Pengertian PTK
PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam
pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses
pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
yang masih terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk
120 | Metodologi Penelitian

mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran tersebut.99


Menurut Rochman penelitian tindakan kelas adalah upaya yang
dilakukan guru atau personil lain (individu/ kelompok) di sekolah
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
atau pelayanan, menguji asumi teori pendidikan dalam praktek
pengajaran serta menilai seluruh kegiatan pendidikan dalam
sistem pendidikan.100 Sedangkan menurut Suyanto penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat
memperbaiki adan atau
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran sehari-hari.101
Berdasarkan uraian di atas dapat didefinisikan bahwa PTK
adalah sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas, sehingga
kondisi ini, sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajran.
Karena itu, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas agar
minat siswa terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan.
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah
suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui
perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut
dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar,
PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan
menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk

99 David Hopkins, A Teacher’s Guide the Classroom Action Research,


(Buchkingham: Open University Press, 1993), hlm. 44.
100 Rochman Natawidjaja , hlm. 4.
101 Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas,
(Yogyakarta: UKMP-SD, UP3SD, BP3SD, Dirjen Dikti Depdikbud, 1996),
hlm. 4.
Roimanson Panjaitan | 121

bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses


pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan
berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi
mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan
tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa
dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk
mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya
sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar
diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari
peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran;
keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek
lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Penelitian tindakan kelas berfokus pada upaya peningkatan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan diri atau teman
sejawat sehingga mampu menunjukkan aktualisasi potensi secara
optimal dan kinerja yang profesional. Kepekaan terhadap apa
yang dialami diri pribadi pada saat memberikan layanan
bimbingan dan konseling merupakan landasan kebutuhan untuk
melakukan penelitian. Dengan kata lain konselor harus melakukan
introspeksi dan retrospeksi terhadap apa yang selama ini
dikerjakan dan bagaimana dampaknya terhadap komunitas yang
dilayani. Masalah yang memerlukan perhatian pada penelitian
kelas adalah bagi konselor penelitian kelas yang dapat dilakukan
antara lain meliputi: pribadi konselor, keterampilan menggunakan
pendekatan dan teknik-teknik pelayanan bimbingan dan konseling
yang tepat, penyusunan program layanan bimbingan dan
konseling, keterampilan membuat dan menggunakan media
bimbingan, kemampuan dan keterampilan menjalin relasi sosial,
kemampuan menetapkan fokus masalah.
122 | Metodologi Penelitian

Penelitian tindakan kelas memiliki sifat yang khas yaitu


reflektif-partisipatoris. Artinya guru sebagai peneliti berpartisipasi
secara aktif melaksanakan proses pembelajaran dan sekaligus
mengamati, mencermati, merenungkan, mencari, dan menumukan
aspek-aspek penting yang perlu diperbaiki. Unsur utama yang
membedakannya dengan penlitian lain adalah adanya tindakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Perbedaannya dari penelitian eksperimen adalah terletak pada
tingkat ketepatan pengendalian variabel, pada penelitian tindakan
kelas rancangan dimungkinkan mengalami perubahan, penajaman,
tanpa harus kehilangan teman senteralnya.
Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan utama yaitu
menghasilkan perbaikan, artinya kalau dalam proses pelaksanaan
tindakan ditemukan hal-hal yang kurang sesuai, sangat
dimungkinkan dilakukan perubahan atau penajaman tindakan agar
tujuan perbaikan yang direncanakan dapat tercapai, tanpa
mengubah rancangan induknya. Dari sudut pandang lain sangat
penting bagi peneliti untuk berbuat sesuatu agar perubahan dan
perbaikan yang ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukan dapat
terjadi secara maksimal. Kemampuan improvisasi dalam tindakan
dan pendataannya merupakan sesuatu yang menuntut kelincahan
peneliti dalam menggunakan metodologi penelitian. Di sinilah
terasa bahwa cara kerja yang ditawarkan oleh pendekatan
kualitatif sangat diperlukan dalam penelitian tindakan kelas.
Dalam pada itu, fleksibilitas kerja penelitian untuk kepentingan
peningkatan hasil penelitian dengan tetap mengacu pada kaidah
penelitian ilmiah yang diperlukan. Dikaji dari sudut pandang ini,
Penelitian tindakan kelas memiliki sifat-sifat penelitian kualitatif.
Ini tampak jika di tinjau dari proses pelaksanaan tindakan yang
membuka peluang improvisasi, proses pengumpulan data dengan
berbagai metode dan dari berbagai sumber, dan refleksi berjalan
Roimanson Panjaitan | 123

terus-menerus untuk menghasilkan dampak tindakan dan


pemaknaan hasil secara baik agar mampu memberikan perubahan
dan perbaikan proses pembelajaran dan hasil belajar.

2. Posisi Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas memiliki sifat yang khas yaitu
reflektif-partisipatoris. Artinya guru sebagai peneliti berpartisipasi
secara aktif melaksanakan proses pembelajaran dan sekaligus
mengamati, mencermati, merenungkan, mencari, dan menumukan
aspek-aspek penting yang perlu diperbaiki. Unsur utama yang
membedakannya dengan penelitian lain adalah adanya tindakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Perbedaannya dari penelitian eksperimen adalah terletak pada
tingkat ketepatan pengendalian variabel, pada penelitian tindakan
kelas rancangan dimungkinkan mengalami perubahan, penajaman,
tanpa harus kehilangan teman senteralnya.
Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan utama yaitu
menghasilkan perbaikan, artinya kalau dalam proses pelaksanaan
tindakan ditemukan hal-hal yang kurang sesuai, sangat
dimungkinkan dilakukan perubahan atau penajaman tindakan agar
tujuan perbaikan yang direncanakan dapat tercapai, tanpa
mengubah rancangan induknya. Dari sudut pandang lain sangat
penting bagi peneliti untuk berbuat sesuatu agar perubahan dan
perbaikan yang ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukan dapat
terjadi secara maksimal. Kemampuan improvisasi dalam tindakan
dan pendataannya merupakan sesuatu yang menuntut kelincahan
peneliti dalam menggunakan metodologi penelitian. Disinilah
terasa bahwa cara kerja yang ditawarkan oleh pendekatan
kualitatif sangat diperlukan dalam penelitian tindakan kelas.
Dalam pada itu, fleksibilitas kerja penelitian untuk kepentingan
peningkatan hasil penelitian dengan tetap mengacu pada kaidah
124 | Metodologi Penelitian

penelitian ilmiah yang diperlukan. Dikaji dari sudut pandang ini,


Penelitian tindakan kelas memiliki sifat-sifat penelitian kualitatif.
Ini tampak ika di tinjau dari proses pelaksanaan tindakan yang
membuka peluang improvisasi, proses pengumpulan data dengan
berbagai metode dan dari berbagai sumber, dan refleksi berjalan
terus-menerus untuk menghasilkan dampak tindakan dan
pemaknaan hasil secara baik agar mampu memberikan perubahan
dan perbaikan proses pembelajaran dan hasil belajar.

3. Jenis dan Model PTK


Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK
memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan
dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik,
eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan
dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan
sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK
dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data
dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan
statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena
penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan
terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil
yang dicapai sesudah adanya perlakuan.
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki
karakteristik antara lain: a) Didasarkan pada masalah yang
dihadapi guru dalam instruksional; b) Adanya kolaborasi dalam
pelaksanaannya; c) Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang
melakukan refleksi; d) Bertujuan memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek instruksional; dan e) Dilaksanakan
dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK
partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental. Untuk
Roimanson Panjaitan | 125

lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai


keempat jenis PTK tersebut.
a. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik
ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan
memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian.
Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani
perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar
siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
b. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK
partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan
penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan
mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir
dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat
juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a
di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya
secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai
berakhir penelitian.
c. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah
apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau
aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses
penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan seharihari.
d. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK
eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan
berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar.
126 | Metodologi Penelitian

Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,


dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik
yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional.
Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat
menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka
untuk mencapai tujuan pengajaran.
Adapun beberapa model PTK yang sampai saat ini sering
digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: 1) Model
Kurt Lewin, 2) Model Kemmis dan Mc Taggart, 3) Model John
Elliot, dan 4) Model Dave Ebbutt. Namun dalam buku ini hanya
akan dijelaskan dua model PTK yang paling sering digunakan,
yaitu model Kurt Lewin dan Model Elliot.
a) Model Kurt Lewin; konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh
Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat
langkah, yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) aksi atau
tindakan (acting), 3) Observasi (observing), dan 4) refleksi
(reflecting). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus
yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T.
Stringer dielaborasi lagi menjadi: 1) Perencanaan (planning),
2) Pelaksanaan (implementing), dan 3) Penilaian
(evaluating).

Perlakukan
Roimanson Panjaitan | 127

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Gambar 8
Model Kurt Lewin (Arikunto, 2010: 131)
b) Model John Elliot; PTK Model John Elliot ini tampak lebih
detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam
setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu
antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi
dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya
secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya
terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di
dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap
aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh
karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok
bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di
lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat
diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan
dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot
menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan
128 | Metodologi Penelitian

kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut


ini.

Gambar 9
Model John Elliot

4. Pelaksanaan PTK102
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan
diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat,
pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang
saling terkait dan berkesinambungan: a) Perencanaan (planning),
b) Pelaksanaan (acting), c) Pengamatan (observing), dan d)

102 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas – Sebagai


Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 201 – 211.
Roimanson Panjaitan | 129

Refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh


suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi: Identifikasi masalah;
Analisis masalah; Rumusan masalah dan Rumusan hipotesis
tindakan. Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan
sebelum suatu rencana tindakan disusun. Adapun siklus
pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut: a. Perencanaan
Dalam kegiatan apapun, perencanaan memiliki peran yang
penting. Dalam penelitian tindakan, perencanaan menjadi langkah
pertama yang menjadi dasar bagi langkah berikutnya. Berdasarkan
definisi, perencanaan harus bersifat prospektif (Kemmis dan
McTaggart, 1982), yaitu menunjukkan arah tindakan. Dengan
demikian, perencanaan harus mengarah pada apa saja yang akan
dilakukan. Semua kegiatan yang melibatkan manusia sampai pada
tingkat tertentu tidak dapat diramalkan dan karenanya
mengandung resiko. Perencanaan harus mengidentifikasi dan
mengantisipasi hal-hal yang demikian. Perencanaan harus bersifat
luwes agar dapat disesuaikan dengan kejadian-kejadian yang tidak
terramalkan sebelumnya dan dengan kendala-kendala yang
sebelumnya tidak diketahui.
Tindakan yang dicantumkan dalam perencanaan harus
bersifat strategis. Tindakan strategis adalah tindakan yang
dilaksanakan secara sadar dan sengaja berdasarkan pemikiran
rasional. Tindakan strategis bukan tindakan yang semata-mata
berdasarkan kebiasaan atau pandangan yang tidak dilandasi oleh
pemikiran rasional. Sifat strategis ini memiliki dua pengertian.
Pertama, tindakan-tindakan tersebut harus memperhitungkan
resiko-resiko yang ada dan memperhatikan kendala-kendala yang
mungkin timbul di lapangan. Kedua, tindakan strategis harus
dipilih karena tindakan tersebut memberi peluang pada guru untuk
bertindak secara lebih efektif dan bijaksana untuk meningkatkan
suatu keadaan. Tindakan strategis diharapkan dapat membantu
130 | Metodologi Penelitian

guru untuk mengatasi kendala yang ada dan memberikan


kewenangan padanya untuk bertindak secara tepat dan efektif
dalam situasi yang dihadapinya. Tindakan strategis juga
hendaknya membantu guru untuk menyadari adanya potensi baru
dari tindakan tersebut untuk meningkatkan kualitas. Dalam proses
perencanaan, guru dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk
membicarakan tindakan-tindakan strategis apa yang akan
dilaksanakan dan untuk membangun pengertian bersama. Dengan
pengertian tersebut, mereka dapat menganalisis dan meningkatkan
pemahaman terhadap tindakan mereka dalam situasi yang mereka
hadapi.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana. Tindakan
yang dilaksanakan adalah tindakan yang disengaja dan terkendali.
Tindakan pertama berfungsi sebagai landasan bagi pengembangan
lebih jauh dari tindakan berikutnya. Suatu tindakan hendaknya
dilandasi dengan niat untuk mengembangkan atau memperbaiki
situasi kelas dalam arti luas. Jika dilihat urutannya, tindakan
diarahkan oleh perencanaan, dalam arti bahwa tindakan harus
memperhatikan perencanaan sebagai landasannya. Oleh
karenanya, tindakan bersifat retrospektif (Kemmis dan
McTaggart, 1982).
Sifat retrospektif tindakan ini penting, karena sifat ini ini
membedakan penelitian tindakan dengan kegiatan sehari-hari
manusia (meskipun tanpa disadari kegiatan tersebut dapat
memiliki unsur perencanaan, pelaksanaan, dan perencanaan
kembali). Perbedaanya adalah bahwa penelitian tindakan
merupakan suatu kegiatan yang direncanakan secara sadar dan
disengaja, suatu ciri yang mengarah pada tindakan strategis seperti
yang sudah disebut di atas.
Roimanson Panjaitan | 131

Namun, tindakan tidak sepenuhnya diarahkan oleh rencana.


Tindakan dilaksanakan pada situasi dan waktu tertentu.
Kadangkadang muncul kendala secara tiba-tiba dan tidak terduga
sebelumnya. Oleh karena itu, rencana tindakan harus selalu
memiliki ciri yang bersifat sementara. Rencana harus luwes dan
memberi peluang pada adanya perubahan sesuai dengan keadaan.
Tindakan sekarang terikat dengan tindakan sebelumnya, tetapi
tindakan sebelumnya juga memiliki jangkauan yang sementara
terhadap kenyataan yang terjadi sekarang. Dengan demikian
tindakan tidak bersifat kaku tetapi dinamis, yang dalam
pelaksanaannya memerlukan keputusan yang segera mengenai apa
yang harus dilakukan.
Implementasi rencana tindakan mengasumsikan adanya ciri
usaha yang sungguh-sungguh menuju perbaikan. Negosiasi dan
kompromi diperlukan, namun kompromi juga harus dilihat dalam
konteks strategis. Tindakan berikutnya didasarkan pada hasil
tindakan sebelumnya. Hasil tindakan hendaknya selalu dilihat dari
tiga aspek: peningkatan praktik, peningkatan pemahaman (secara
individual atau kelompok), dan peningkatan situasi tempat
tindakan dilaksanakan.

c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas berfungsi untuk
mendokumentasikan implementasi perencanaan dalam
pelaksanaan tindakan. Pengamatan juga bersifat prospektif
(memandang ke depan) karena menjadi dasar bagi penilaian
(refleksi atau evaluasi) terhadap tindakan sekarang, dan lebihlebih
lagi bagi tindakan yang akan datang selagi siklus yang sekarang
berlangsung. Pengamatan yang cermat diperlukan karena tindakan
pada umumnya mengalami kendala di lapangan. Kendala tidak
selalu dapat diketahui sebelumnya. Pengamatan harus
132 | Metodologi Penelitian

direncanakan tetapi tidak boleh teralu sempit. Observasi, sebagai


salah satu alat pemantau, misalnya, tidak boleh terlalu sempit.
Observasi harus bersifat responsif dan terbuka. Seperti halnya
tindakan, rencana pengamatan harus luwes dan memberi peluang
untuk mencatat hal-hal yang tidak diharapkan. Peneliti perlu
mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan pada situasi (baik
yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki), kendala yang
timbul, dan masalah-masalah lain yang muncul. Pengamatan
selalu diarahkan oleh tujuan untuk memberikan dasar bagi refleksi
atau penilaian. Dengan cara ini, Pengamatan dapat membantu
meningkatkan praktik melalui pemahaman yang lebih baik dan
melalui tindakan strategis yang lebih memadai.

d. Refleksi
Penilaian dalam penelitian tindakan kelas sering juga disebut
refleksi atau evaluasi. Refleksi bersifat retrospektif. Artinya,
refleksi akan melihat kembali tindakan yang telah dicatat dalam
tahap pemantauan. Refleksi berusaha memberi makna pada
proses, masalah, kendala yang muncul ketika tindakan strategis
dilaksanakan, dan efektifitas tindakan untuk memecahkan masalah
atau meningkatkan situasi. Refleksi mempertimbangkan berbagai
macam perspektif dari pihak-pihak yang terlibat dan berusaha
memahami permasalahan dan penyebab timbulnya permasalahan.
Refleksi biasanya dilakukan melalui diskusi antara pihak- pihak
tersebut. Diskusi akan mengarah pada pemahaman baru dan
dijadikan dasar untuk memperbaiki rencana yang akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya. Refleksi memiliki aspek
evaluatif, karena langkah ini meminta pihak-pihak yang terlibat
untuk menimbang-nimbang dan menilai apakah tindakan strategis
yang telah dilakukan efektif atau tidak.
Roimanson Panjaitan | 133

5. Kelebihan dan Kekurangan PTK


Menurut Shumsky terdapat beberapa kelebihan PTK, yaitu:
a) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK; b)
Tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi
terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; c) Dalam
kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan d)
Meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan
dialogis dalam PTK.
Sedangkan adapun beberapa kelemahan PTK antara lain: a)
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar
penelitian pada peneliti sendiri karena terlalu banyak berurusan
dengan hal-hal praktis, b) Rendahnya efisiensi waktu karena
peneliti harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam
prosesnya sementara peneliti masih harus melakukan tugas rutin;
c) Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok
yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan
keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu,
padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian.
Maka dengan demikian, agar PTK berhasil, terdapat beberapa
persyaratan yang harus harus dipenuhi oleh si peneliti, yaitu: a)
Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; b) Kesempatan yang
memadai untuk menemukan sesuatu yang baru; c) Dorongan
untuk mengemukakan gagasan baru; d) Waktu yang tersedia
untuk melakukan percobaan; e) Kepercayaan timbal balik antar
orang-orang yang terlibat; dan f) Pengetahuan tentang dasar-dasar
proses kelompok oleh peserta penelitian.

6. Data dan Analisis Data PTK


Data dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai landasan
refleksi. Data mewakili tindakan dalam arti bahwa data itu
memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi tindakan terkait,
134 | Metodologi Penelitian

bukan hanya mengingat kembali. Oleh sebab itu, pengumpulan


data tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan sebagai alat
untuk membukukan amatan dan menjembatani antara momen-
momen tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian tindakan.
Data penelitian tindakan diambil dari suatu situasi bersama
seluruh unsurunsurnya. Data tersebut dapat berupa semua catatan
tentang hasil amatan, transkrip wawancara, rekaman audio
dan/atau video peristiwa/kejadian, yang dikumpulkan lewat
berbagai teknik seperti disebutkan di bawah. Maka data penelitian
tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian,
transkrip komentar peserta penelitian, rekaman audio, rekaman
video, foto dan rekaman/ catatan lainnya.
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian
tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki
wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan
datanya. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data
sering seorang peserta penelitian tindakan menjadi terlalu
subyektif, dan oleh karena itu dia perlu berdiskusi dengan peserta-
peserta yang lainnya untuk dapat melihat datanya lewat perspektif
yang berbeda. Dengan kata lain, usaha triangulasi hendaknya
dilakukan dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain.


BAGIAN 4 DESAIN PENELITIAN
Roimanson Panjaitan | 135

Urgensi Desain Penelitian


Saat melakukan penelitian, terlebih lagi untuk penelitian
kuantitatif, salah satu langkah yang penting ialah membuat desain
penelitian. Desain penelitian pada hakikatnya merupakan suatu
strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan
dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian.103 Hal senada juga dinyatakan oleh
Sarwono. Menurut Sarwono, desain penelitian bagaikan sebuah
peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah
berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa desain yang benar
seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan
baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah
yang jelas.
Sukardi, membahas desain penelitian berdasarkan definisi
secara luas dan sempit. Secara luas, desain penelitian adalah
semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen desain dapat
mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak
ditemukannya ide sampai diperoleh hasil penelitian.104 Sedang
dalam arti sempit, desain penelitian merupakan penggambaran
secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data,
dan analisis data, sehingga dengan desain yang baik peneliti
maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran

103 Nursalam, hlm. 81.


104 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 183.
136 | Metodologi Penelitian

tentang bagaimana keterkaitan antar variabel, bagaimana


mengukurnya, dan seterusnya.105

Desain Penelitian yang Tepat


Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain
ditentukan oleh desian penelitian yang dipakai. Oleh karena itu
desain yang dipergunakan dalam penelitian harus desain yang
tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau
memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat, yaitu: 1) Dapat
dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian
kuantitatif analitik) dan 2) Dapat mengendalikan atau mengontrol
varians.106

Pemilihan Desain Penelitian


Ada bermacam-macam desain penelitian. Dalam memilih
desain mana yang paling tepat, ada beberapa pertanyaan yang
perlu dijawab dan jawaban-jawaban tersebut merupakan acuan
dalam menentukan desain penelitian. Burns dan Grovers dalam
Nursalam telah mengidentifikasi seperangkat
pertanyaan berkenaan dengan pemilihan desain peleitian, yaitu: 107
1. Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variabel
dan kelompok berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu
hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi tertentu?
2. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3. Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4. Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?

105 Sukardi, hlm. 184


106 Ircham Machfoedz, Metodologi Penelitian: Bidang Kesehatan,
Keperawatan, dan Kebidanan, (Yogyakarta: Fitramaya, 2007), hlm. 101-102.
107 Nursalam, 2003: 80
Roimanson Panjaitan | 137

5. Apakah sampel akan diseleksi secara random?


6. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau
dibagi menjadi beberapa kelompok?
7. Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8. Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9. Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara
random?
10. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11. Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau
cross time?
12. Apakah variabel sudah diidentifikasi?
13. Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak
variabel?
14. Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variabel yang
bervariasi?
15. Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu
variabel atau kelompok?
16. Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau
multipel?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat
agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan penelitian.

Tipe-Tipe Desain Penelitian


Secara garis besar ada dua macam tipe desain, yaitu: Desain
Nonekperimental dan Desain Eskperimental. Faktor-faktor yang
membedakan kedua desain ini ialah pada desain pertama tidak
terjadi manipulasi variabel bebas sedang pada desain yang kedua
terdapat adanya manipulasi variabel bebas.
Tujuan utama penggunaan desain yang pertama ialah bersifat
eksplorasi dan deskriptif; sedang desain kedua bersifat
138 | Metodologi Penelitian

eksplanatori (sebab akibat). Jika dilihat dari sisi tingkat


pemahaman permasalahan yang diteliti, maka desain
noneksperimental menghasilkan tingkat pemahaman persoalan
yang dikaji pada tataran permukaan sedang desain eksperimental
dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam.
Kedua desain utama tersebut mempunyai sub-sub desain yang
lebih khusus. Yang termasuk dalam kategori pertama desain
penelitian deskriptif, desain penelitian korelasional, Sedang yang
termasuk dalam kategori kedua ialah percobaan di lapangan (field
experiment) dan percobaan di laboratorium (laboratory
experiment).

1. Desain Penelitian Non-Eksperimen


a. Desain penelitian deskriptif
Penelitian deskriptIf dilakukan dengan tujuan untuk
mendiskripsikan atau menggambarakan fakta-fakta mengenai
populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian deskriptif
fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya. Hasil penelitian
deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan dilakukannya
penelitian analitik. Desain penelitian deskriptif dibedakan menjadi
dua: desain penelitian studi kasus dan desain penelitian survai.108
1) Desain penelitian studi kasus
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif, misalnya satu
pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi.111
Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti sedikit tetapi
aspek-aspek yang diteliti banyak.
2) Desain penelitian survai

108 Nursalam, hlm. 83-84


111
Ibid, hlm. 83.
Roimanson Panjaitan | 139

Survai adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk


menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,
distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi.109
Karakteristik dari penelitian survai adalah bahwa subjek yang
diteliti banyak atau sangat banyak sedangkan aspek yang diteliti
sangat terbatas.

b. Desain penelitian korelasional


Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi.110 Hubungan korelatif mengacu pada
kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi
variabel yang lain dan dengan demikian dalam rancangan
korelasional peneliti melibatkan paling tidak dua variabel. 111 Jika
variabel yang diteliti ada dua, maka masing-masing merupakan
variabel bebas dan variabel terikat. Bila variabel yang diteliti lebih
dari dua, maka dua atau lebih variabel sebagai variabel bebas atau
prediktor dan satu variabel sebagai variabel terikat atau kriterium.
Desain penelitian korelasional dapat digambarkan dengan bagan
sebagai berikut:

109 Ibid, hlm. 84.


110 Suryabrata, 2000: 24.
111 Nursalam, 2003: 84.
140 | Metodologi Penelitian

Variabel Deskripsi
bebas variabel

Interpretasi
Pengukuran Uji hubungan
makna/ arti

Variabel Deskripsi
terikat variabel

Gambar 10
Bagan desain penelitian korelasional

c. Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)


Desain penelitian eksperimen semu berupaya mengungkap
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol
dan kelompok ekperimen tetapi pemilihan kedua kelompok
tersebut tidak dilakukan secara acak.112 Kedua kelompok tersebut
ada secara alami. Desain penelitian jenis ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

Tabel 6
Desain penelitian semu
Perlakuan
Subjek Pra Pasca
(treatment)
Kelompok Eksperimen O X O
Kelompok kontrol O - O

112 Nursalam, 2003: 89.


Roimanson Panjaitan | 141

d. Desain penelitian tindakan kelas113


Penelitian tindakan atau action research merupakan
penelitian yang bertujuan mengembangkan
keterampilanketerampilan baru atau cara pendekatan baru dan
untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia
kerja atau dunia actual yang lain (Sumadi Suryabrata, 2000: 35).
Penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri: 1) Praktis dan langsung
relevan untuk situasi actual dalam dunia kerja, 2) Menyediakan
kerangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan
perkembangan-perkembangan baru, 3) Fleksibel dan adaptatif,
dan 4) Memiliki kekurangan dalam hal ketertiban ilmiah. 114
Desain penelitian tindakan dapat divisualisasikan sebagai berikut.

Kondisi Intervensi Kondisi pra


penelitian pasca penelitian

Gambar 11
Bagan desain penelitian tindakan

e. Sistematika penelitian tindakan kelas

A. Bagian Awal:
1. Judul Penelitian (Halaman Sampul)

113 Tulisan ini diadaptasi dari Buku Karangan Kunandar, Langkah


Mudah Penelitian Tindakan Kelas – Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 201 – 211.
114 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm. 35.
142 | Metodologi Penelitian

Judul Penelitian ini sama dengan judul yang


terdapat pada proposal PTK. Dalam laporan hasil
penelitian judul PTK ditulis pada halaman judul
(halaman sampul). Pada halaman judul tersebut pada
umumnya tertuang pula logo, nama peneliti, tahun
penelitian, lembaga dari peneliti bekerja dan hal-hal lain
sesuai dengan apa yang diminta atau ditentukan.
2. Abstraksi
Abstraksi merupakan pemadatan dari hasil
penelitian. Abstraksi memuat komponen-komponen
pokok dalam penelitian, yakni: permasalahan penelitian,
tujuan penelitian, prosedur penelitian, hasil penelitian,
dan kesimpulan serta saran. Abstraksi sebaiknya tidak
lebih dari dua halaman, ditulis dengan spasi tunggal,
dan terdiri dari sekitar lima alinea.
3. Kata Pengantar
Komponen utama dalam kata pengantar adalah
ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
ucapan terima kasih penulis kepada pihak-pihak yang
membantu peneliti sehingga penelitian dapat
diselesaikan dengan baik. Di samping itu, ungkapkan
pula bahwa penelitian yang dilakukan bukan tanpa
kekurangan, karena itu peneliti harus bersedia menerima
kritik dan saran konstruktif demi perbaikan hasil
penelitian tersebut.
4. Daftar Isi/ Tabel/ Gambar/ Lampiran
Tuliskan semua pokok-pokok isi (judul-sub judul),
tabel, gambar, grafik, lampiran, dan lain-lain secara urut
berdasarkan halaman penulisan. Daftar semacam ini
akan sangat membantu pembaca untuk menemukan hal-
Roimanson Panjaitan | 143

hal yang menarik perhatiannya.

B. Bagian Inti:
1. Pendahuluan (Bab I)
Bab satu pendahuluan dalam laporan PTK sama
dengan bab satu pendahuluan pada proposal PTK yang
terdiri dari poin-poin sebagai berikut: a. Latar Belakang
Masalah
Pada bagian ini berisikan uraian masalah yang
menyebabkan terjadinya penelitian. Latar belakang
masalah merupakan uraian arti penting permasalahan
penelitian sehingga perlu diteliti untuk kepentingan
pengembangan ilmu. Latar Belakan Masalah harus
menguraikan tiga hal penting, yaitu:
1) Jelaskan alasan akademik/rasional dan esensial
yang mengganggu kalau tidak diteliti. Alasan itu
berupa penjelasan singkat tentang posisi
permasalahan dalam bidang keilmuan yang diteliti.
Argument atau alasan dapat diperoleh dari berbagai
sumber atau perpaduan antara teori, hasil penelitian
terdahulu untuk masalah yang sama, pertanyaan
tentatif dari seseorang yang dipandang memiliki
otoritas, atau lainnya.
2) Sebutkan permasalahan penelitian yang berkaitan
langsung dengan masalah atau tema yang akan
diteliti. Masalah merupakan ―penyimpangan‖ dari
teori kondisi yang ―sharusnya‖ terjadi dengan
kondisi yang ―senyatanya‖ terjadi dalam
penelitian. Himpunan permasalahan ini merupakan
144 | Metodologi Penelitian

ruang lingkup penelitian yang masih memerlukan


pembatasan supaya penelitian terfokus.
3) Pilih dan tegaskan fokus permasalahan yang akan
diteliti. Selanjutnya, berikan penjelasan tentang
alasan pemilihan permasalahan tersebut yang
meliputi: a) Akibat negatif kalau permasalahan
tersebut tidak diteliti dan b) Akibat positif kalau hal
itu diteliti.
Berdasarkan hal tersebut, penulisan latar belakang
masalah harus dipaparkan secara cermat, tajam, sistematis,
argumentatif dan ringkas. Dengan kata lain deskripsi latar
belakang harus betul-betul diorientasikan dan difokuskan
pada penyebab yang melatarbelakangi munculnya rumusan
masalah. Latar belakang dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) harus menggambarkan fenomena yang merupakan
prasiklus yang menuntut dilaksanakannya penelitian.
b. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah adalah suatu tahap permulaan
dari penguasaan masalah yang di mana suatu objek
tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai
suatu masalah. Tujuan identifikasi masalah yaitu agar kita
maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yang
berhuungan dengan judul penelitian. Masalah suatu
penelitian yang baik harus memiliki kriteria sebagai
berikut: Menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih, Spesifik dan jelas, Dapat diuji secara empiris, Tidak
menyangkut masalah moral dan etika, serta Berorientasi
pada suatu teori tertentu.Identifikasi masalah tidak boleh
tiba-tiba muncul, namun didasarkan pada masalah yang
sudah tertulis, baik secara implisit (tersirat) maupun
Roimanson Panjaitan | 145

eksplisit (tersurat) di latar belakang masalah. Artinya,


identifikasi masalah hanya diambil dari latar belakang
masalah. Identifikasi masalah tidak boleh memunculkan
masalah baru yang tidak ada di dalam latar belakang
masalah.
Identifikasi masalah sebaiknya menggunakan kalimat
tanya yang dimulai dengan bagaimana atau mengapa
karena mutunya lebih tinggi daripada hanya menjawab
apa, siapa dan di mana. Identifikasi masalah dalam
penelitian kuntitatif bersifat deksriptif, hubungan
(relationship), pengaruh (asosiative) dan perbedaan
(difference). Identifikasi masalah dalam penelitian
deskriptif biasanya dimulai dengan pertanyaan, "apakah ?"
hubungan biasanya dimulai dengan pertanyaan, "Adakah
hubungan?" Pengaruh biasanya dimulai dengan
pertanyaan, "Adakah Pengaruh ?" dan lain sebagainya.
Kegiatan mengidentifikasi masalah dapat
diilustrasikan bagaikan seseorang masuk ke rumah
makan padang. Di meja tersedia berbagai macam
masakan dan minuman. Semua masakan dan minuman
yang dihidangkan di meja di catat olehnya sebagai
identifikasi makanan dan minuman.
c. Perumusan Masalah
d. Cara Memecahkan Masalah
e. Hipotesis Tindakan
f. Tujuan PTK
g. Manfaat Penelitian
146 | Metodologi Penelitian

2. Kajian Teori (Bab II)


Bab dua kajian teori dalam laporan PTK juga sama
dengan bab dua kajian teori proposal PTK. Bab ini berisi
tentang teori yang mendasari penelitian, yakni berkaitan
dengan kondisi pembelajaran. Masalah yang akan
dipecahkan, strategi yang akan digunakan, dan prestasi
belajar siswa yang diidealkan. Kajian teori tersebut paling
tidak dapat mengungkapkan tentang: What (apa) berupa
definisi atau pengertian, Who (siapa) berupa siapa penemu
atau pendapat siapa, Why (mengapa) mengapa teori itu ada,
How (bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian
terdahulu (yang dilakukan orang lain).

3. Metodologi Penelitian (Bab III)


Bab tiga dalam laporan PTK juga hampir sama dengan
bab tiga metodologi penelitian proposal PTK.
Perbedaannya hanya pada beberapa hal, sebagai berikut:
a. Pada proposal PTK biasanya menggunakan kata ―akan‖
sedangkan pada laporan PTK kata ―akan‖ diganti dengan
kata ―telah‖.
b. Pada proposal PTK rencana kerja dan rencana pembiayaan
PTK disebutkan, tetapi pada laporan hasil PTK tidak perlu
lagi disebutkan. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pembiayaan PTK (sponsor) sudah
mengetahuinya dalam proposal PTK.
c. Adapun Susunan Bab III Rancangan penelitian; berisi jenis
penelitian, rancangan yang digunakan, siklus yang
direncanakan, cara pengumpulan dan analisis data.

Sistematika Bab III:


Roimanson Panjaitan | 147

a. Lokasi dan waktu penelitian; berisi tentang lokasi sekolah,


kelas berapa, jumlah siswa, komposisi siswa, situasi
lingkungan siswa, berapa lama penelitian dilakukan.
b. Setting Penelitian: berisi tentang bagaimana proses
penelitian dilaksanakan
c. Indikator keberhasilan; berisi berupa indikator
keberhasilan yang menjadi acuankeberhasilan dalam
setiap tindakan, berupa gradasi seperti (80-100: sangat
berhasil, 60-79: berhasil, 40-59: cukup berhasil, 20-39:
kurang berhasil, 0-19 : tidak berhasil, Kalu kemampuan
kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal
bisa dijadikan sebagai acuan.
d. Prosedur penelitian (siklus tindakan); berisi tindakan tiap
siklusnya, yang dalam setiap siklus berupa: kegiatan
perencanaan, kegiatan pengamatan serta kegiatan refleksi,
refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk
perencanaan tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.

e. Instrumen yang digunakan; berisi paparan tentang alat


pengumpulan data yang digunakan dan alasan
penggunaannya, yang meliputi pedoman observasi, alat
perekam, dll.
f. Teknik pengumpulan data; berisi paparan tentang
langkah-langkah dalam elaksanaan pengamatan,
wawancara, pemberian evaluasi, dll.
g. Teknik analisis data; berisi paparan tentang proses
pengolahan data, yang meliputi reduksi data, pembuatan
tabel, pembuatan diagram, dll.
148 | Metodologi Penelitian

4. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian (Bab IV)


Pada bab ini pada umumnya peneliti terlebih dahulu
menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara
ringkas apa saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan
awal (sebelum penelitian), yaitu kondisi atau keadaan awal
guru dan siswa yang sedang diteliti diikuti refleksi awal
yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I.
Kemudian dilanjutkan dengan paparan mengenai
pelaksanaan tindakan, hasil observasi kegiatan guru,
observasi situasi dan kondisi kelas, dan hasil observasi
kegiatan siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam
bentuk temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil
observasi dan evaluasi yang disarikan dalam paparan data.
Deskripsikan setting penelitian secara lengkap, kemudian
uraikan masing-masing siklus dengan disertai dengan data
lengkap beserta aspek-aspek yang direkam atau diamati
penulis tiap siklus.
Pada refleksi di akhir siklus berisi penjelasan tentang
aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.
Kemukakan adanya perubahan atau perbaikan kemajuan
yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru
sendiri, minat, motivasi belajar atau hasil belajar. Untuk
dasar analisis dan pembahasan, kemukakan hasil
keeluruhan hasil siklus ke dalam ringkasan tabel atau
grafik. Dari tabel atau grafik rangkuman ini akan dapat
memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai
pembahasan secara rinci dan jelas.
Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi
hasil tindakan siklus I yang dijadikan dasar untuk
merencanakan tindakan ke-2. Di sini dapat dibandingkan
Roimanson Panjaitan | 149

hasil siklus I dengan indikator keberhasilan siklus I yang telah


ditetapkan berdasarkan refleksi awal. Paparan data siklus II
juga lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi (evaluasi). Ringkasan paparan data dicantumkan dalam
bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi dasar refleksi
tindakan siklus ke-2, termasuk apakah perlu dilanjutkan
dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat
membandingkan hasil siklus II yang telah ditetapkan
berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus I. Jadi prosedur
analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara
deskriptif kualitatif dan triangulasi serta penarikan kesimpulan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemaparan bab IV
ini adalah sebagai berikut:
a. Sajikan temuan-temuan dalam grafik, tabel, diagram,
gambar-gambar, portofolio dan sejenisnya.
b. Pada setiap akhir tabel/ grafik/ diagram/ foto dan
sebagainya, berikan komentar dan makna dari
masingmasing tampilan tersebut.
c. Ulas dan jelaskan temuan PTK dengan mengacu kepada
dua pertanyaan (mengapa demikian atau Why dan
bagaimana temuan tersebut bisa terjadi How).
d. Pada bab ini peneliti juga membahas dan memvalidasi hasil
temuan, dengan memaksimalkan triangulasi terhadap
sumber data maupun instrumen yang digunakan.
e. Pada bagian akhir ungkapkan pula keterbatasan atau
kekurangan penelitian yang dilakukan menurut peneliti
dapat mengurangi validasi (keabsahan) dan tingkat
kepercayaan hasil penelitian. Keterbatasan tersebut dapat
berkaitan dengan proses penelitian, instrumen, metode,
subjek penelitian, daya dukung dan sebagainya.
150 | Metodologi Penelitian

Adapun struktur penulisan bab IV dalam PTK adalah


sebagai berikut:
a. Keadaan awal (pra-siklus)
Dijelaskan berdasarkan keadaan yang sebenarnya
di lapangan.
b. Siklus I
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengamatan
4) Refleksi
c. Siklus II
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
3) Pengamatan
4) Refleksi

5. Penutup (Bab V)
Pada bab ini uraikan pokok-pokok temuan PTK secara
jelas, padat, dan runtut. Dalam hal ini perlu dicermati
apakah pokok-pokok temuan yang disajikan sudah
menjawab permasalahan yang diteliti. Dengan kata lain
pokok-pokok temuan penelitian harus berkaitan atau
mempunyai ―benang merah‖ dengan masalah yang
diteliti. Kesimpulan merupakan ringkasan dari hasil
penelitian yang dirumuskan dengan perumusan masalah.
Ada dua gaya dalam penulisan kesimpulan, yakni:
a. Gaya Problem Numbering adalah penulisan yang
disesuaikan dengan urutan nomor masalah penelitian.
Gaya ini sangat memudahkan pembaca untuk
Roimanson Panjaitan | 151

mengetahui bagaimana jawaban-jawaban masalah yang


telah dirumuskan pada bab pertama.
152 | Metodologi Penelitian

b. Gaya Description Problem adalah penulisannya dalam


bentuk deskriptif tidak berdasarkan numerik, mengalir
sesuai konteks temuan penelitian, walaupun isinya tetap
harus menjawab permasalahan penelitian.
Dalam kesimpulan sudah tidak ada lagi hasil-hasil
hitungan statistik ataupun tabel-tabel. Kesimpulan harus
selalu mengacu kepada hasil temuan yang benar-benar telah
dibuktikan. Tidak memuat opini atau pendapat tanpa dasar
atau di luar konteks permasalahan yang telah dirumuskan.
Pada bagian saran ada dua hal yang perlu diungkap,
yaitu saran untuk penelitian lebih lanjut dan saran untuk
penerapan penelitian. Saran dirumuskan berdasarkan hasil
kesimpulan yang telah diperoleh. Saran ditulis secara tegas
dan ditunjukkan kepada berbagai pihak. Saran biasanya
ditunjuukan untuk kepentingan pengembangan ilmu,
lembaga di mana penelitian dilakukan, penelitian yang akan
dilakukan (peneliti selanjutnya), sebagai tindak lanjut serta
pengkajian yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang
belum dianalisis. Perlu diingat kembali bahwa PTK
dilaksanakan untuk memperbaiki mutu proses belajar
mengajar di kelas.
Roimanson Panjaitan | 153


BAGIAN 5 PROPOSAL PENELITIAN

Pengertian Proposal
Proposal berasal dari kata bahasa Inggris “to propose” yang
artinya mengajukan. Bila dikaitkan dengan karya tulis ilmiah,
maka proposal adalah usulan rencana kegiatan. Menurut
Hariwijaya (2005) proposal merupakan suatu bentuk pengajuan
atau permohonan, penawaran baik berupa ide, gagasan,
pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan
dukungan, ijin, persetujuan, dana, dan lain sebagainya. Sedangkan
menurut The Oxford Thesaurus, An A-Z Dictionary of Synonyms
(2006), proposal n. 1) Offer, presentation, bid, tender,
proposition, recommendation, suggestion, Literary proffer. 2)
Plan, scheme, outline, draft, design, layout; programme,
proposition, project. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa proposal merupakan suatu tawaran, penyajian, proposisi,
rekomendasi, pengajuan, rancangan, skema, program atau proyek.

Sejalan dengan itu Coley dan Scheinberg (2000) menyatakan


bahwa:
A proposal is a written document prepared in applicion for
funding. The individual who prepares the proposal is called
154 | Metodologi Penelitian

a proposal writer or grantwriter. The state, federal, or


corporate resource to whom the proposal is submitted is
called a funder.
Dengan kata lain, selain untuk tujuan penulisan karya ilmiah,
proposal juga bisa ditujukan untuk mengajukan sebuah pendanaan
dengan memerinci penawaran. Akan tetapi dalam bahan ajar ini
yang akan dibahas adalah proposal penelitian ilmiah (skripsi).

Struktur Proposal dan Skripsi


Secara garis besar skripsi dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu awal, isi, dan akhir. Cukup sederhana, berikut adalah
sistematika skripsi secara umum:
Tabel 7
Struktur proposal dan skripsi
Bagian Isi Keterangan
Untuk proposal bagian ini terdiri dari
halaman judul, halaman pernyataan,
halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan, kata pengantar,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
Awal
dan daftar lampiran. Sedangkan untuk
skripsi ditambah dengan lembaran
abstrak yang berisikan intisari dari
seluruh isi penelitian untuk memberi
gamban kepada pembaca.
Pendahuluan, dalam hal ini penulis
menguraikan tentang latar belakang,
Isi Bab I permasalahan (identifikasi,
pembatasan permasalahan dan
rumusan), tujuan, dan manfaat
Roimanson Panjaitan | 155

dilakukannya penelitian.
Landasan teori, yaitu bab yang
menguraikan tentang kajian pustaka
Bab II baik dari buku-buku ilmiah, maupun
sumber-sumber lain yang
mendukung penelitian ini.
Metodologi penelitian, yaitu bab yang
menguraikan tentang objek
Bab III
penelitian, metode penelitian, teknik
pengumpulan dan analsisis data.
Hasil penelitian dan pembahasan,
yaitu bab yang menguraikan tentang
Bab IV
hasil penelitian dan pembahasan dari
data yang telah diperoleh.
Simpulan dan saran, yaitu bab yang
Bab V berisi simpulan hasil dan saran serta
hasil penelitian.
Bagian ini berisikan daftar rujukan
Daftar
pembuatan proposal dan skripsi yang
pustaka
diperoleh dari segala aspek.
Akhir Lampiran merupakan bahan
pendukung sebuah proposal dan
Lampiran
skripsi yang digunakan selama
proses penelitian berlangsung.
156 | Metodologi Penelitian

1. Bagian Awal
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pada bagian
depan proposal/ skripsi terdiri dari halaman judul (sampul),
halaman pernyatan, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
notasi daftar gambar, dan daftar lampiran. Adapun susunan
penulisan proposal maupun skripsi yang dibahas dalam bahan ajar
ini adalah sebagai berikut:
a. Halaman judul proposal/ skripsi, dengan susunan sebagai
berikut:
1) Judul ulasan penelitian, sebaiknya dipilih judul yang singkat
dan jelas yang merupakan gambaran dari keseluruhan
penelitian, memiliki keterkaitan antara variabel, lokasi
penelitian, sampel dan tahun penelitian.
2) Jenis laporan (proposal/ skripsi)
3) Prasyarat penulisan proposal maupun skripsi
4) Lambang perguruan tinggi
5) Nama mahasiswa dan NIM
6) Nama jurusan
7) Nama program studi
8) Nama perguruan tinggi
9) Tahun pengajuan proposal
Contoh penulisan halaman sampul:
Roimanson Panjaitan | 157
158 | Metodologi Penelitian

b. Halaman persetujuan
Secara umum, halaman ini berisi usulan penelitian,
persetujuan dosen pembimbing beserta tanda tangan dan waktu
persetujuan.
c. Kata pengantar
Komponen utama dalam kata pengantar adalah ungkapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ucapan terima kasih
penulis kepada pihak-pihak yang membantu peneliti sehingga
penelitian dapat diselesaikan dengan baik. Di samping itu,
ungkapkan pula bahwa penelitian yang dilakukan bukan tanpa
kekurangan, karena itu peneliti harus bersedia menerima kritik
dan saran konstruktif demi perbaikan hasil penelitian tersebut.
Diakhiri dengan kata ―penulis‖ sebagai ganti nama mahasiswa.
d. Daftar isi
Secara umum halaman ini berisikan seluruh daftar proposal
dan skripsi, baik bagian isi, sub dan lampiran-lampiran. Dengan
kata lain daftar isi adalah penunjuk halaman tentang pokok-pokok
tertentu dari tulisan yang dinyatakan dalam bab dan paragraf.
Roimanson Panjaitan | 159

Contoh Penulisan daftar isi:


160 | Metodologi Penelitian

e. Daftar tabel
Berisi informasi mengenai tabel yang ada dalam skripsi.
Contoh penulisan daftar tabel:
Roimanson Panjaitan | 161

f. Daftar gambar
Berisi informasi mengenai gambar yang ada dalam skripsi.
162 | Metodologi Penelitian

Contoh penulisan daftar gambar:

g. Daftar lampiran
Roimanson Panjaitan | 163

Berisi informasi mengenai hal-hal yang di lampirkan dalam


skripsi.
Contoh penulisan daftar lampiran:
164 | Metodologi Penelitian

2. Bagian Isi:
a. Bab I. Pendahuluan
Bagian pendahuluan ini merupakan bagaian awal dari
struktur sebuah skripsi. Bagian ini berisikan masalah yang akan
diteliti dalam penelitian yang mencakup latar belakang masalah,
identifikasi, batasan, rumusan masalah, dan tujuan serta manfaat
dilakukannya suatu penelitian.

1) Latar Belakang Masalah


Latar Belakang Masalah adalah informasi yang tersusun
sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik
yang menarik untuk di teliti. Masalah terjadi saat harapan ideal
akan sesuatu hal tidak sama dengan realita yang terjadi. Latar
belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa
masalah dalam penelitian ingin diteliti, pentingnya permasalahan
dan pendekatan yang digunakan untukan untuk menyelesaikan
masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis. Latar belakang
penelitian berisi: Alasan rasional dan esensial yang membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan
faktafakta, data, referensi dan temuan penelitian sebelumnya.
Gejalagejala kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar
pemikiran untuk memunculkan permasalahan dan bagaimana
penelitian mengisi ketimpangan yang ada berkaitan dengan topik
yang diteliti. Kompleksitas masalah jika masalah itu dibiarkan
dan akan menimbulkan dampak yang menyulitkan, menghambat,
mengganggu bahkan mengancam. Pendekatan untuk mengatasi
masalah dari sisi kebijakan dan teoritis Penjelasan singkat tentang
kedudukan atau posisi masalah yang diteliti dalam ruang lingkup
bidang studi yang ditekuni peneliti.
Roimanson Panjaitan | 165

2) Problematika a) Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah merupakan upaya untuk
mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan
masalahmasalah tersebut secara sistematis. Dengan kata lain
identifikasi masalah dalam penelitian umumnya merupakan
―ekstrak‖ dari latar belakang masalah.

b) Pembatasan Masalah
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau
membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas / lebar
sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini
dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek
yang jauh dari relevan sehingga penelitian bisa lebih fokus untuk
dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu
atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan
diteliti (lazim disebut dengan batasan masalah). Batasan masalah
jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa
masalah yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti lain sebenarnya menegaskan
atau memperjelas yang menjadi masalah. Dengan kata lain,
merumuskan pengertian dan menegaskannya dengan dukungan
data-data hasil penelitian pendahuluan seperti apa ―sosok‖
masalah tersebut. Juga membatasi berarti menegaskan secara
operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang akan
memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data)
tentangnya. Pilihan makna yang mana yang akan diikuti
sebenarnya tidak masalah. Idealnya: (1) membatasi (memilih satu
atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang
sudah diidentifikasi), (2) menegaskan pengertiannya, dan (3)
memaparkan data-data yang memberikan gambaran lebih rinci
mengenai ―sosok masalah‖ yang akan diteliti.
166 | Metodologi Penelitian

c) Perumusan Masalah
Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga
diidentifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi
operasionalnya. Rumusan Masalah dapat dinyatakan dalam
bentuk kalimat bertanya setelah didahulu uraian tentang masalah
penelitian, variabel-variabel yang diteliti dan kaitan antar satu
variabel dengan variabel lainnya dalam kajian yang akan diteliti.

d) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang diharapkan setelah
penelitian selesai dilakukan. Menurut Locke et al, tujuan
penelitian berarti menujukkan ―mengapa peneliti ingin
melakukan penelitian dan apa yang ingin dicapai oleh peneliti.‖ 115
Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian, bukan
masalah atau isu yang dapat menuntun pada keharusan
diadakannya penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian adalah
kumpulan pernyataan yang menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-
maksud, atau gagasan-gagasan umum diadakannya suatu
penelitian.
Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum menggambarkan secara singkat melalui
satu kalimat yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan khusus
dirumuskan dalam bentuk butir – butir misalnya (1,2,3) yang
mengacu pada rumusan masalah yang lebih spesifik. Rumusan
tujuan penelitian harus selalu konsisten dengan rumusan masalah.
Berapa banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula tujuan
yang akan dicapai. Untuk itu, perlu ditetapkan suatu tujuan
penelitian berdasarkan persoalan yang dipilih. Tujuan yang jelas
115 Locke., et al. Proposal that Work: A Guide for Planning Dissertation
and Grand Proposals, Thousand Oaks (CA: Sage, 2007), p. 9.
Roimanson Panjaitan | 167

memberikan landasan untuk perancangan proyek peneitian, untuk


pemilihan metode yang paling tepat dan untuk pengolahan proyek
setelah dimulai serta memberikan bentuk dan makna bagi laporan
akhir.116 Dengan demikian tujuan penelitian hendakanya harus
dirumuskan secara spesifik dan jelas yaitu mengenai kejadian apa,
dimana, bilamana terjadinya dan bagaiamana. Kaburnya tujuan
penelitian akan berakibat kaburnya hasil penelitian yang akan
diperoleh. Dengan menentukan tujuan penelitian secara singkat
dan jelas, researcher dapat menyaring data apa saja yang benar-
benar diperlukan artinya yang relevan terhadap persoalan,
sehingga dengan demikian akan mempermudah pembuatan daftar
pertanyaan (questionnaire) yang akan dipergunakan untuk
memperoleh data tersebut‖.

e) Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik
manfaat secara praktis maupun secara teoretis. Pada intinya,
kegunaan penelitian menguraikan seberapa jauh kebergunaan dan
kontribusi hasil penelitian anda. Kegunaan penelitian/penulisan
dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, kegunaan penelitian
tersebut dapat diperinci lagi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap penelitian si peneliti. Kegunaan
penelitian dapat dibedakan menjadi kepentingan praktis,
kepentingan bidang keilmuan, atau kepentingan bidang profesi
peneliti, instansi/organisasi, atau kelompok tertentu.117 Manfaat
penelitian menunjukkan pada pentingnya penelitian dilakukan,

116 Muh. Tahir. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan, (Makassar:


Universitas Muhammadiyah Makassar, 2011), hlm. 200 – 21.
117 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2006),
hlm. 2.
168 | Metodologi Penelitian

baik untuk pengembangan ilmu dan referensi penelitian lebih


lanjut dengan kata lain manfaat penelitian berisi uraian yang
menunjukkan bahwa masalah yang dipilih memang layak
diteliti.118

b. Bab II. Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis


Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan
untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai
dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrument
penelitian. Teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari
pengarang atau pendapat lain, tetapi teori yang benar-benar telah
teruji kebenarannya.
Dalam landasan teori ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: 1) Nama pencetus teori, 2) Tahun dan tempat
pertama kali, 3) Uraian ilmiah teori, 4) Relevansi teori tersebut
dengan upaya peneliti untuk mencapai tujuan atau target
penelitian.119
Sedangkan kerangka pikir merupakan inti dari teori yang
telah dikembangkan yang mendasari perumusan hipotesis. Yaitu
teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban
terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan
hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan jika
dalam penelitian tersebut mengandung dua variabel atau lebih.
Penelitian yang mengandung dua variabel atau lebih dirumuskan
hipotesis berbentuk hubungan, karena itu dalam rangka menyusun

118 Muh. Tahir, hlm. 21.


119 Hadi Sabari Yunus, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 ), hlm. 226.
Roimanson Panjaitan | 169

hipotesis berbentuk hubungan perlu dikemukakan kerangka pikir


yang dihasilkan berupa kerangka pikir asosiatif. Kerangka pikir
assosiatif dapat menggunakan kalimat jika… maka akan… .
Sugiyono mengatakan bahwa seorang peneliti harus menguasai
teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam
menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.120
Adapun perumusan hipotesis penelitan merupakan langkah
ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan
teori dan kerangka pikir. Menurut bahasa hipotesis berasal dari
dua kata yaitu hipo dan tesis. Hipo artinya adalah bersifat
meragukan dan sedangkan tesis berarti kebenaran. Jadi kalau
digabungkan akan mempunyai makna suatu kebenaran yang
masih bersifat meragukan. Ada beberapa pendapat mengenai
hipotesis.
Menurut Yunus hipotesis adalah suatu keterangan sementara
tentang suatu fakta yang diamati.121 Sementara itu Sugiyono
mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. 122
Pendapat lain mengenai hipotesis dikemukakan oleh Iqbal Hasan
bahwa hipotesis adalah proposi yang masih bersifat sementara
dan masih harus diuji kebenarannya.123 Jadi dapat ditarik
kesimpulan hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Dalam suatu

120 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif Kualitatif dan R & D,


(Bandung : Alfabeta, 2011), hlm. 284.
121 Yunus, hlm. 243.
122 Sugiyono, hlm. 64.
123 Hasan. M. Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), hlm. 13.
170 | Metodologi Penelitian

penelitian hipotesis merupakan pedoman karena data yang


dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan
variabelvariabel yang dinyatakan dalam hipotesisi tersebut.

c. Bab III. Metodologi Penelitian


Bagian ini berisikan locus dan waktu penelitian, jenis
penelitian (contoh: historis, deskriptif, eksperimental, inferensial,
dan lain sebagainya), objek penelitian (populasi dan sampel),
instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data (tes tulis, lisan
atau tindakan, angket, wawancara, observasi partisipatif dan
observasi non-partisipatif) dan teknik analisis data.

d. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bab menguraikan secara singkat tentang konteks umum
penelitian (sejarah singkat, kondisi geografis, demografis dan
kondisi sosial, dan lain-lain yang dianggap relevan dengan topik
penelitian) dan juga menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan
dari data hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada bagian awal
hasil penelitian yang diperoleh dideskripsikan berdasarkan hasil
olahan data, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel,
gambar, atau grafik yang mudah dibaca, dipahami dan tetap
memperhatikan tata cara penulisan tabel gambar atau grafik.
Sedangkan pembahasan berisi uraian temuan penelitian
berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan sebelumnya.
Peneliti harus menggunakan paradigma, teori atau konsep yang
telah diuraikan pada kajian teori dan membandingkan dengan
hasil penelitian yang telah diperoleh. Penekanan penelitian pada
pembahasan merupakan yang penting dan menonjol dari hasil
penelitian. Sehingga dalam bab ini dapat diketahui seberapa
sejauh penguasaan peneliti terhadap paradigma, konsep dan teori
Roimanson Panjaitan | 171

yang digunakan untuk melakukan penelitian. Singkatnya,


pembahasan bertujuan memberi arti pada hasil penelitian.

e. Bab V. Penutup
Bab ini berisi simpulan hasil dan saran penelitian.

f. Kepustakaan
Daftar pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua sumber
bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan
skripsi.

g. Lampiran
Lampiran merupakan bukti diadakannya penelitian yang
menyajikan berbagai bahan yang digunakan dalam penelitian
seperti instrumen penelitian (angket, tes, wawancara, dsb), tabel,
grafik/ histogram, keterangan tambahan (misalnya Surat Ijin
Penelitian), dan bahan lain yang berguna untuk lebih memahami
isi skripsi secara rinci. Selain itu, pada bagian lampiran dapat juga
disajikan data penelitian dan analisis penelitian, misalnya
perhitungan statistik dan sebagainya. Lampiran harus diberi
nomor dan judul lampiran sesuai dengan urutan penggunaannya.

BAGIAN 6 TAMBAHAN (STRUKTUR
PENULISAN SKRIPSI)
172 | Metodologi Penelitian

Pengetikan
Naskah skripsi diketik dalam font Times New Roman dengan
ukuran font 12 dan menggunakan jarak antarbaris 2 spasi (spasi
ganda). Kemudian naskah skripsi juga ditulis dengan
menggunakan ketentuan rata kiri dan rata kanan. Sedangkan batas
tepi (margin) pengetikan naskah ditulis dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Tepi Atas (top) adalah 4 cm
2. Tepi Bawah (bottom) adalah 3 cm
3. Tepi Kiri (left) adalah 4 cm
4. Tepi Kanan (right) adalah 3 cm

Gambar 12
Lembar kerja dengan margin 4 – 3 – 4 – 3 pada kertas A4.
Alinea baru dimulai pada satu tab ketukan dari tepi kiri. Judul
bab ditulis dengan menggunakan huruf kapital yang
penempatannya diatur secara simetris antara margin kiri dengan
Roimanson Panjaitan | 173

margin kanan atau dapat diatur dengan menggunakan perintah


justified center pada lembar kerja di komputer.

Penomoran
Nomor huruf Bab ditulis dengan menggunakan huruf
Romawi yang ditempatkan secara simetris dengan huruf tebal
(Bold). Sedangkan penomoran halaman biasanya dilakukan
dengan menggunakan huruf Arab dan jenis yang sama dengan
huruf teks skripsi. Selanjutnya untuk penempatan nomor halaman
ditulis dengan menggunakan ketentuan bahwa setiap awal Bab
halaman ditempatkan di bagian tengah bawah, sedangkan untuk
halaman selanjutnya ditempatkan pada sudut kanan atas. Pada
komputer penomoran ini dapat dengan mudah diatur dengan
menggunakan perintah atau command yang sesuai.
Penomoran halaman dilakukan dengan menggunakan format
sebagai berikut:
1. Untuk bagian awal skripsi seperti: abstrak, kata pengantar,
daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran
penomoran halaman ditulis pada bagian bawah tengah
dengan menggunakan huruf Romawi (i, ii, iii, dst).
Sedangkan untuk halaman selanjutnya menggunakan nomor
halaman dengan menggunakan huruf Arab 1, 2, 3, 4, dst
(lihat contoh pada bagian 5)
2. Pada bagian isi dan bagian Akhir Skripsi ditulis dengan
format sebagai berikut:
a. Setiap awal Bab (contoh BAB I, halaman 1) halaman ditulis
pada bagian tengah bawah dengan ukuran “footer from
bottom‖ = 1.8 cm.
b. Sedangkan untuk halaman selanjutnya (hal. 2 dan seterusnya)
ditulis pada bagian kanan atas dengan ukuran “header from
174 | Metodologi Penelitian

top” = 3 cm. Dan nomor halaman ukuran font sama dengan


ukuran font pada naskah.

Penyajian Tabel dan Gambar


Skripsi pada umumnya juga menyertakan penyajian tabel dan
gambar cara penyajiannya perlu mengikuti aturan yang ditetapkan
oleh lembaga yang bersangkutan. Dalam kesempatan ini STAKN
menetapkan penomoran tabel diletakkan di tengah antara margin
kiri dan marjin kanan pada bagian atas tabel dan diikuti nama
tabel di bawahnya dengan jarak satu spasi. Nomor tabel ditulis
dalam huruf Arab dan penyajian tabel sebaiknya berada dalam
satu halaman.
Tabel 8
Jumlah populasi dan sampel penelitian
Jumlah
Kelas populasi
Populasi Sampel
XI IPA 1 32 12
XI IPA 2 30 10
XI IPA 3 30 10
Total 92 31

Sedangkan untuk penyajian gambar pada skripsi ini


penomoran dan keterangan gambar diletakkan di bawah gambar
pada bagian tengah margin kiri dan margin kanan. Penomoran
ditulis dengan menggunakan angka Arab dan sebaiknya gambar
ditulis dalam satu halaman lembar kerja.
Roimanson Panjaitan | 175

14
12
Frekuensi observasi

10
8
6
4
2
0
107 - 112 101 - 106 95 - 100 89 - 94 83 - 88 77 - 82

Interval kelas

Gambar 13
Histogram hubungan frekuensi observasi dan kelas interval
variabel penelitian
Kutipan
Dalam skripsi kutipan dibedakan menjadi kutipan langsung
dan tidak langsung. Pengutipan dikatakan langsung jika substansi
ditulis sama persis dengan sumber aslinya. Sedangkan kutipan
dikatakan tidak langsung, jika peneliti menulis substansi tidak
sama persis dengan sumber aslinya. Cara menulis kutipan
langsung adalah dengan menggunakan dalam satu spasi dimulai
dari satu ketukan tab dari marjin kiri. Sedangkan untuk kutipan
tidak langsung maka peneliti dapat menulis dengan spasi rangkap
sama seperti teksnya. Untuk semua kutipan baik langsung
maupun tidak langsung, setelah substansi yang diinginkan ditulis,
sebaiknya sumber kutipan nama pengarang atau pemiliki ide,
tahun terbitan, dan nomor halaman perlu dicantumkan dalam
176 | Metodologi Penelitian

daftar kepustakaan secara jelas.124 Jika kutipan terdiri dari lima


baris atau lebih, kutipan harus masuk kedalam teks atau naskah
dengan penulisan menggunakan spasi tunggal dan nomor kutipan
diletakkan di akhir kutipan. Seperti contoh berikut:
Housing is an outward expression of the inner human
nature; no society can be fully understood apartfrom the
residences of its members. A nineteenth-century melody
declares, “There's no place like home,” and even though she
had Emerald City at her feet, Dorothy could think of no
place she would rather be than at home in Kansas. Our
homes are our havens from the world.1
Tetapi jika kutipan tidak lebih dari lima baris, kutipan ditulis
dengan menggunakan spasi ganda dengan mengikuti teks dengan
dibubuhi tanda kutip pembuka (―) setelah tanda titik dua (:) dan
kemudian diakhiri dengan kutip penutup (‖).
Sebagai contoh: Jackson begins by evoking the importance of
home: ―Housing is an outward expression of the inner human
nature; no society can be fully understood apartfrom the
residences of its members. A nineteenth-century melody declares,
.....‖

Bagian Belakang Skripsi


Kepustakaan
Daftar pustaka atau sumber kepustakaan merupakan
komplemen terakhir sebelum daftar lampiran skripsi. Penulisan
sumber kepustakaan ditulis dengan menggunakan style APA
(American Psychological Association) dan menggunakan Style
Turabian/ Chicago baik untuk sumber buku maupun untuk
sumber lainnya, seperti artikel/ jurnal, dokumen pada website, dll,
124 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm. 114-115.
Roimanson Panjaitan | 177

dan pengaturannya dapat dilihat pada lembar kerja


komputer (pada dialog References – Insert Citation). Dengan
ketentuan bahwa peneliti dapat menggunakan salah satu model
penulisan sumber kepustakaan secara konsisten.
Untuk jenis ini maka butir-butir pustaka disusun secara
alfabetis menurut nama pengarang. Contoh penulisan daftar
pustaka ini adalah sebagai berikut:

Sumber Buku:
Panjaitan, R. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan Agama
Kristen. Kupang: Oesapa Press.
Panjaitan, R. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan Agama
Kristen. Kupang: Oesapa Press.
___________. (2015). Filsafat Pendidikan Agama Kristen.
Kupang: Oesapa Press.
Catatan: Pada penulisan judul buku sumber dapat digunakan
dengan menggunakan huruf bold (model 1) atau dengan
menggunakan huruf italic (model 2) seperti yang terdapat
pada contoh di atas. Hanya saja penulis disarankan untuk
menggunakan satu jenis model penulisan secara konsisten.

Sumber Artikel/ Jurnal:


Panjaitan, R. (2015). Guru PAK Bukan Sekedar Pendidik.
Matheteo , 3, 15-25.

Sumber Website:
Panjaitan, R. (2016, Maret 20). Strategi Pengajaran Yesus.
Dipetik April 2, 2016, dari http://sarjanapak.blogspot.com
178 | Metodologi Penelitian

Selengkapnya penulisan sumber kepustakaan baik yang


dicantumkan pada catatan kaki (footnote) maupun pada daftar
puskata (bibliography) dapat dilihat pada contoh berikut:

TURABIAN/ CHICAGO STYLE


(Kate L. Turabian)

Sumber Buku:

1. Single Author or Editor:


a. Untuk buku dengan satu penulis atau editor:
1) Catatan kaki : Nomor Kutipan.
Nama Awal dan
Belakang Penulis atau Editor, Judul Buku:
Sub Judul Buku (Tempat Terbit: Nama
Penerbit, Tahun Terbit),
Nomor Halaman Kutipan.

Contoh:
1.Jared Diamond, Guns,
Germs, and Steel: The Fates of
Human Societies (New York: W.
W. Norton and Company, 1997),
47–48.

2) Daftar : Nama Belakang, Nama Awal


pustaka Penulis atau Editor. Judul Buku:
Sub Judul Buku. Tempat Terbit:
Nama Penerbit, Tahun Terbit.

Contoh:
Roimanson Panjaitan | 179

Diamond, Jared. Guns, Germs, and


Steel: The Fates of Human
Societies. New York: W. W. Norton
and Company, 1997.
b. For a book with an editor instead of an author,
adapt the pattern as follows:
1) Catatan kaki : Editor's First and
Last Names, ed.,
Title of Book . . .

Contoh:
7. Mark A. Noll, ed., Religion
and American Politics . . .
2) Daftar : Editor's Last Name, Editor's First
pustaka Name, ed. Title of Book ...

Contoh
Noll, Mark A., ed. Religion and
American Politics ...
2. Multiple Authors:
a. For a book with two authors, use the following
pattern:
1) Catatan kaki : Nomor Catatan Kaki. Nama
Depan dan Belakang Penulis atau Editor
Pertama dan Kedua. Judul Buku: Sub Judul
Buku (Tempat Terbit: Nama Penerbit, Tahun
Terbit), Nomor Halaman Kutipan.

Contoh:
180 | Metodologi Penelitian

1.Kai Bird and Martin J.


Sherwin, American Prometheus:
The Triumph and Tragedy of J.
Robert Oppenheimer (New York:
Alfred A. Knopf, 2005), 52.
2) Daftar : Author #1's Last Name, Author #1's
pustaka First Name, and Author #2's First
and Last Names. Title of Book:
Subtitle of Book. Place of
Publication: Publisher's Name,
Date of Publication.

Contoh:
Bird, Kai, and Martin J. Sherwin.
American Prometheus: The
Triumph and Tragedy of J. Robert
Oppenheimer. New York: Alfred
A. Knopf, 2005.
b. For a book with three authors, adapt the pattern as
follows:
1) Catatan kaki : Note Number. Author #1's First
and Last Names, Author #2's First and Last
Names, and Author #3's First and Last Names,
Title of Book . . .

Contoh:
5. Joyce Appleby, Lynn Hunt,
and Margaret Jacob, Telling the
Truth about History . . .
2) Daftar : Author #1's Last Name, Author #1's
pustaka First Name, Author #2's First and Last
Roimanson Panjaitan | 181

Names, and Author #3's First and Last Names.


Title of Book . . .

Contoh:
Appleby, Joyce, Lynn Hunt, and
Margaret Jacob. Telling the Truth
about History . . .
c. For a book with four or more authors, adapt the note
pattern only as follows:
1) Catatan kaki : Note Number. Author #1's
First and
Last Names et al., Title of Book . . .

Contoh:
15. Jacquelyn Dowd Hall et
al., Like a Family ...
2) Daftar : -
pustaka
3. Author(s) Plus Editor or Translator
d. For a book with an author plus an editor, use the
following pattern:
1) Catatan kaki : Note Number. Author's First and
Last Names, Title of Book: Subtitle
of Book, ed. Editor's First and Last
Names (Place of Publication:
Publisher's Name, Date of
Publication), XX–XX.

Contoh:
182 | Metodologi Penelitian

9. J. B. Harley, The New


Nature of Maps: Essays in the
History of Cartography, ed. Paul
Laxton (Baltimore: Johns Hopkins
University Press, 2002), 132–33.
2) Daftar : Author's Last Name, Author's First pustaka
Name. Title of Book: Subtitle of Book. Edited by Editor's
First and Last Names. Place of Publication: Publisher's
Name, Date of
Publication.

Contoh:
Harley, J. B. The New Nature of Maps: Essays in the History of
Cartography. Edited by Paul Laxton. Baltimore: Johns Hopkins
University Press, 2002.

If a book has a translator instead of an editor, substitute the words


trans. and Translated by and the translator's name for the editor
data.
r
: Note Number. Author's First and
Last Names, Title of Book: Subtitle
of Book, Edition Number ed. (Place
of Publication: Publisher's Name,
Date of Publication), XX—XX.

Contoh:
11. Roger Daniels, Coming to
America: A History of Immigration
and Ethnicity in American Life, 2nd
ed. (New York: Harper Perennial,
Roimanson Panjaitan | 183

2002), 84.
ar : Author's Last Name, Author's First
Name. Title of Book: Subtitle of
Book. Edition Number ed. Placeof
Publication: Publisher's Name, Date
of Publication.

Contoh:
Daniels, Roger. Coming to America:
A History of Immigration and Ethnicity in American Life. 2nd ed.
New York: Harper Perennial, 2002. 5. Single Chapter in an
Edited Book
1) Catatan kaki : Note Number. Chapter Author's
First and Last Names, ―Title of
Chapter: Subtitle of Chapter,‖ in
Title of Book: Subtitle of Book, ed.
Editor's First and Last Names (Place
of Publication: Publisher's Name,
Date of Publication), XX—XX.

Contoh:
15. Anne Whiston Spirn,
―Constructing Nature: The Legacy
of Frederick Law Olmsted,‖ in
Uncommon Ground: Rethinking the
Human Place in Nature, ed.
William Cronon (New York: W. W.
Norton and Company, 1996), 101.
184 | Metodologi Penelitian

2) Daftar : Chapter Author's Last Name,


pustaka Chapter Author's First Name. ―Title of Chapter:
Subtitle of Chapter,‖ In Title of Book: Subtitle of Book, edited
by Editor's First and Last
Names, YY—YY. Place of
Publication: Publisher's Name, Date
of Publication.

Contoh:
Spirn, Anne Whiston.
―Constructing Nature: The Legacy
of Frederick Law Olmsted.‖ In
Uncommon Ground: Rethinking the
Human Place in Nature, edited by
William Cronon, 91–113. New
York: W. W. Norton and Company,
1996.

Journal Articles

1. Journal Article in Print


1) Catatan kaki : Note Number. Author‘s First and Last Names,
―Title of Article:
Subtitle of Article,‖ Title of Journal
Volume Number (Date of
Publication): XX–XX.
Roimanson Panjaitan | 185

Contoh:
4. Pramod K. Nayar,
―Marvelous Excesses: English
Travel Writing and India, 1680–
1727,‖ Journal of British Studies 44,
no. 2 (April 2005): 213.
2) Daftar : Author's Last Name, Author's First pustaka Name.
―Title of Article: Subtitle of Article.‖ Title of Journal
Volume Number (Date of Publication): YY– YY.

Contoh:
Nayar, Pramod K. ―Marvelous
Excesses: English Travel Writing
and India, 1680–1727.‖ Journal of
British Studies 44, no. 2 (April
2005): 213–38.

For an article with multiple authors,


follow the relevant pattern for
authors' names in template 2.

2. Journal Article Online


1) Catatan kaki : Note Number. Author's First and Last Names,
―Title of Article: Subtitle of Article,‖ Title of Journa
Volume Number (Date of
Publication), under ―Descriptive
Locator,‖ URL (accessed Date of
Access).

Contoh:
4. Daniel A. McFarland,
186 | Metodologi Penelitian

―Resistance as a Social Drama: A


Study of Change-oriented
Encounters,‖ American Journal of
Sociology 109, no. 6 (May 2004),
under ―Settings,‖ http:// www.
journals. uchicago. edu/ AJS/
journal/ issues/ v109n6/ 050199/
050199 html (accessed May 3,
2006).
2) Daftar : Author's Last Name, Author's First pustaka Name.
―Title of Article: Subtitle of Article.‖ Title of Journal
Volume
Number (Date of Publication). URL
(accessed Date of Access).

Contoh:
McFarland, Daniel A. ―Resistance
as a Social Drama: A Study of
Change-oriented Encounters.‖
American Journal of Sociology 109,
no. 6 (May 2004). http:// www.
journals. uchicago. edu/ AJS/
journal/ issues/ v109n6/ 050199/
050199 html (accessed May 3,
2006).
Roimanson Panjaitan | 187

AMERICAN PSYCHOLOGICAL ASSOCIATION STYLE

A. Aturan Harvard-APA Style


1. Aturan Penulisan Sumber Kutipan
a. Sumber kutipan dapat ditulis pada awal atau akhir kutipan.
b. Penempatan sumber kutipan (pada awal atau akhir kutipan)
tidak boleh mengaburkan bagian yang dikutip.
c. Nama penulis suatu sumber kutipan hanya ditulis nama
belakang, diikuti tahun dan halaman sumber kutipan,
dilanjutkan dengan isi teks yang dikutip. (Pencantuman
halaman setelah tahun dipisahkan oleh tanda titik dua)
d. Jika penulis terdiri atas dua orang, kata penghubung penulis
pertama dan kedua menggunakan ‖dan‖ (tidak menggunakan
simbol ‖&‖; serta tidak menggunakan kata penghubung ‖and‖
walaupun literaturnya berbahasa Inggris, kecuali seluruh
naskah ditulis menggunakan bahasa Inggris).
e. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama belakang
penulis pertama yang ditulis sebagai sumber kutipan, diikuti
et al., kemudian tahun dan halaman sumber kutipan.
(Catatan: et al. dalam bahasa Latin adalah singkatan dari et
alia atau et alii, dalam bahasa Inggris berarti and others, dan
dalam bahasa Indonesia berarti dan kawan-kawan).
f. Jika sumber kutipan merupakan literatur terjemahan (buku,
artikel, dll), maka yang disebut sebagai sumber adalah nama
penulis asli (bukan penerjemah), diikuti tahun penerbitan
literatur asli (bukan tahun penerbitan hasil terjemahan).
[Catatan: nama penerjemah hanya dinyatakan dalam daftar
pustaka]
g. Pencantuman halaman sumber kutipan setelah tahun bersifat
wajib jika isi teks yang dikutip jelas letak halamannya.
188 | Metodologi Penelitian

2. Aturan penulisan daftar pustaka


a. Sumber kutipan yang dinyatakan dalam karya ilmiah harus
ada dalam Daftar Pustaka, dan sebaliknya.
b. Literatur yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka hanya
literatur yang menjadi rujukan dan dikutip dalam karya
ilmiah.
c. Daftar pustaka ditulis/diketik satu spasi, berurutan secara
alfabetis tanpa nomor.
d. Jika literatur ditulis oleh satu orang, nama penulis ditulis
nama belakangnya lebih dulu, kemudian diikuti singkatan
(inisial) nama depan dan nama tengah, dilanjutkan penulisan
tahun, judul dan identitas lain dari literatur/pustaka yang
dirujuk.
e. Jika penulis lebih dari dua orang, nama penulis pertama
ditulis seperti aturan ―d‖, dilanjutkan penulisan nama
penulis kedua dan seterusnya sebagai berikut: nama depan
dan nama tengah (disingkat) dilanjutkan nama belakang.
[Untuk penulis kedua dan seterusnya, penulisan nama
depan/tengah (singkatan) dan nama belakang tidak perlu
dibalik seperti penulis pertama].
f. Penulisan daftar pustaka tidak boleh menggunakan et al.
sebagai pengganti nama penulis kedua dan seterusnya
(berbeda dengan penulisan sumber kutipan seperti dijelaskan
pada aturan 2.1 huruf e)
g. Kata penghubung seorang/beberapa penulis dengan penulis
terakhir menggunakan kata ―dan‖ (tidak menggunakan
simbol ―&‖; serta tidak menggunakan kata penghubung
―and‖ walaupun literaturnya berbahasa Inggris, kecuali
seluruh naskah ditulis menggunakan bahasa Inggris).
h. Cara penulisan setiap daftar pustaka berbeda-beda,
bergantung pada jenis literatur/
Roimanson Panjaitan | 189

i. pustaka yang menjadi referensi. Untuk lebih jelasnya, lihat


contoh.

B. Cara Penulisan Sumber Kutipan


1. Sumber kutipan ditulis di awal kalimat atau awal teks:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis: Asyik (2006)
menyatakan bahwa......; jika disertai dengan halaman: Asyik
(2006: 289) menyatakan bahwa........; Menurut Asyik (2006:
289) ...........
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis: Cooper dan
Schlinder (2003: 24) …………
c. Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: Guan et al.
(2009: 32) ……….

2. Sumber kutipan ditulis di akhir kalimat atau awal teks:


a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ............. (Asyik,
2006); jika disertai dengan halaman:.......... (Asyik, 2006:
289).
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis: ........ (Cooper dan
Schlinder, 2003: 24).
c. Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: …….. (Guan et
al., 2009: 32).
3. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama: John (2006,
2007); jika tahun publikasi sama: Sumiyana (2007a, 2007b).
4. Sumber kutipan berupa banyak pustaka dengan penulis yang
berbeda-beda: (Yermack, 1997; Aboody dan Kasznik, 2000;
Guan et al., 2000).
190 | Metodologi Penelitian

5. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi


menyebut suatu lembaga atau badan tertentu: Badan Pusat
Statistik (2006); Ikatan Akuntan Indonesia (2011); Financial
Accounting Standard Board (1984).
6. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi
menyebut suatu peraturan atau undang-undang:
UndangUndang No. 12 Tahun 2012.......; Peraturan
Pemerintah No.
60 Tahun 2010......; Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 45......
7. Kutipan berasal dari sumber kedua: Scott (2000) dalam
Asyik (2009: 23).......; Arthur Levitt (lihat Riharjo, 2008:
21).....; Andayani (2002) seperti dikutip Herlina (2009: 16)....
[Catatan: daftar pustaka hanya mencantumkan referensi yang
merupakan sumber kedua].

C. Cara Penulisan Daftar Pustaka 1. Buku Teks


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul buku
(cetak miring), edisi buku, nama penerbit, kota penerbit. [Jika
ada dua penulis atau lebih, lihat aturan 2.2 huruf e).

Contoh:
Merna T. dan F. F. Al-Thani. 2008. Corporate Risk
Management. 2nd ed. John Welly and Sons Ltd. England.
Wiley, J. 2006.Contemporary Financial Management 3rd ed.
Mc. GrowHill. Los Angeles.
Roimanson Panjaitan | 191

Yaya, R., A.E. Martawireja, dan A. Abdurahim. 2009.


Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
Salemba Empat. Jakarta.

2. Buku Teks Terjemahan


Aturan penulisan: nama belakang penulis asli, singkatan
(inisial) nama depan dan nama tengah (jika ada), tahun
penerbitan, judul buku asli (cetak miring), edisi/cetakan, nama
penerbit, kota penerbit, nama penerjemah, tahun, judul buku
(cetak miring), edisi/cetakan, nama penerbit, kota penerbit.
[Jika ada dua penulis atau lebih, lihat aturan 2.2 huruf e).

Contoh:
Baudrillard, J. 1970. La Société de Consommation.
Nottingham Trent University. Clifton Lane,
Nottingham. Terjemahan J.P. Mayer dan B.S. Turner.
1998. The Consumer Society: Myths and Structures.
Sage Publication Inc. Thousand Oaks. London.
Cresswell, J.W. 2008. Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third
Edition. Sage Publication. California. Terjemahan A.
Fawaid. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Cetakan 1. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Kieso, D.E., J.J. Weygandt, dan T.D. Warfield. 2007.
Intermediate Accounting. Twelfth Edition. John Wiley &
Sons, Inc. USA. Terjemahan E. Salim. 2008. Akuntansi
Intermediate. Edisi Keduabelas. Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
192 | Metodologi Penelitian

3. Buku Terbitan Lembaga/Badan/Organisasi


Aturan penulisan: nama lembaga/badan/organisasi, tahun
penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi/cetakan, nama
penerbit, kota penerbit.

Contoh:
Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial
Ekonomi. Januari. BPS Jawa Timur. Surabaya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2011.
Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi.
Cetakan 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Bagian Hukum Kepegawaian. Jakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2009. Laporan Tahunan
2009: Perjuangan Melawan Korupsi Tak Pernah
Berhenti. KPK. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2012. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Lembaga Administrasi Negara RI
Tahun 2011. LAN. Jakarta.

4. Buku Terbitan Lembaga/Badan/Organisasi (Berisi


Himpunan Peraturan, UU, dan sejenisnya)
Aturan penulisan: nama lembaga/badan/organisasi, tahun
penerbitan, judul peraturan/UU yang dirujuk (cetak miring),
nomor atau seri peraturan/UU, edisi/cetakan, nama penerbit, kota
penerbit.

Contoh:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011. Aset Tidak Lancar
yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Roimanson Panjaitan | 193

Dihentikan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


No. 58 (Revisi 2009). DSAK-IAI. Jakarta.
International Accounting Standard Board (IASB). 2004.
Financial Instruments: Disclosures and Presentation.
International Accounting Standard No. 32. UK-IASB.
London.
Financial Accounting Standard Board (FASB). 2000. Using
Cash Flow Information and Present Value in
Accounting Measurement. Statement of Financial
Accounting Concept No. 7. FASB. Norwalk.
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII
Jawa Timur. 2012. Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003. Sub-Bagian Akreditasi dan Publikasi Kopertis VII.
Surabaya.
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII
Jawa Timur. 2012. Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005. Sub-Bagian Akreditasi dan Publikasi
Kopertis VII. Surabaya.

5. Peraturan, Undang-Undang, dan sejenisnya (cetak lepas,


tidak berupa buku himpunan)
Aturan penulisan: nomor dan tahun peraturan/UU, judul
peraturan/UU yang dirujuk (cetak miring), tanggal
pengesahan/penerbitan (jika ada), nomor lembaran negara (jika
ada), organisasi penerbit (jika ada), kota tempat
pengesahan/penerbitan.

Contoh:
194 | Metodologi Penelitian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301.
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 41. Jakarta.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 58 (Revisi
2009) Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.
International Accounting Standard No. 32 (2004) Financial
Instruments: Disclosures and Presentation. International
Accounting Standard Board. United Kingdom. London.
Statement of Financial Accounting Concept No. 7 (2000)
Using Cash Flow Information and Present Value in
Accounting Measurement. Financial Accounting
Standard Board. Norwalk.

6. Artikel dalam Jurnal


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel,
nama jurnal (cetak miring), volume dan nomor jurnal (nomor
jurnal dalam tanda kurung), nomor halaman artikel dalam jurnal.
[Jika ada dua penulis atau lebih, lihat aturan ―2‖ huruf e).

Contoh:
Roimanson Panjaitan | 195

Riduwan, A. 2010. Etika dan Perilaku Koruptif dalam


Praktik Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia 14(2): 121-141.
Riduwan, A., I. Triyuwono, G. Irianto, dan U. Ludigdo.
2010. Semiotika Laba Akuntansi: Studi
KritikalPosmodernis Derridean. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia 7(1): 38–60.
Veronica, S. dan Y. S. Bachtiar. 2005. The Role of
Governance in Preventing Misstated Financial
Statement. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
2(1): 159–173

7. Artikel Seminar/Simposium (dalam Prosiding)


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun penerbitan, nama
prosiding (cetak miring), nomor dan volume prosiding (jika ada),
tanggal seminar/simposium, penerbit prosiding (jika ada, cetak
miring), nomor halaman artikel dalam prosiding. [Jika ada dua
penulis atau lebih, lihat aturan 2.2 huruf e).

Contoh:
Dewi, A. R. 2003. Pengaruh Konservatisme Laporan
Keuangan Terhadap Earnings Response Coeficient.
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.
Universitas Airlangga: 119159.
Fidiana, I. Triyuwono, dan A. Riduwan. 2012. Zakah
Perspectives as a Symbol of Individual and Social Piety:
Developing Review of the Meadian Symbolic
Interactionism. Global Conference on Business and
Finance Proceedings 7(1). January 3-6. The Institute of
Business and Finance Research: 721-742
196 | Metodologi Penelitian

8. Artikel Seminar/Simposium (cetak lepas)


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun penerbitan, nama
seminar/simposium (cetak miring), tanggal seminar/simposium,
nomor halaman artikel. [Jika ada dua penulis atau lebih, lihat
aturan 2.2 huruf e).

Contoh:
Kalana, I., S. Ngumar, dan I.B. Riharjo. 2012. Independensi
Auditor Berbasis Kultur dan Filsafat Herbert Blumer.
Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. 20-23
September: 1-25.
Riduwan, A. 2012. Realitas dalam Cermin Retak: Laba
Akuntansi dalam Bingkai Penafsiran Praktisi Bisnis
Non-Akuntan (Studi Hermeneutika-Kritis). Simposium
Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. 20-23 September:
1-22.

9. Artikel dalam Buku Antologi dengan Editor


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel,
judul buku (cetak miring), nama editor buku, penerbit, kota
penerbit. [Jika ada dua penulis atau lebih, lihat aturan 2.2 huruf
e).

Contoh:
Azra, A. 2005. Pluralisme Islam Dalam Perspektif Historis.
Dalam Nilai-Nilai Pluralisme Islam: Bingkai Gagasan
Yang Berserak. Editor M. Sururin. Cetakan 1. Penerbit
Nuansa. Bandung.
Roimanson Panjaitan | 197

Barth, M.E. 2004. Fair Values and Financial Statement


Volatility. Dalam The Market Dicipline Across
Countries and Industries. Editor C. Borio, W.C. Hunter,
G.G. Kaufman, dan K. Tsatsaronis. MIT Press.
Cambridge.

10. Skripsi/Tesis/Disertasi
Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun, judul
skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring), nama
program studi dan/atau perguruan tinggi, kota tempat perguruan
tinggi.

Contoh:
Natsir, M. 2008. Studi Efektivitas Mekanisme Transmisi
Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Suku
Bunga, Jalur Nilai Tukar, dan Jalur Ekspektasi Inflasi
Periode 1990:2-2007:1. Disertasi. Program Pasca
Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya.
Samsi, N. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
dengan kepatuhan Etika Auditor sebagai Variabel
Pemoderasi. Tesis. Program S2 Akuntansi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Verdanasari, E. F. 2012. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas
Laba sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Williams, J.W. 2002. Playing the Corporate Shell Game: The
Forensic Accounting and Investigation Industry, Law,
and the Management of Organizational Appearance.
198 | Metodologi Penelitian

Dissertation. Graduate Programme in Sociology. York


University. Toronto. Ontario.

11. Artikel dari Internet


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun, judul, alamat e-mail
(cetak miring), tanggal dan jam unduh.

Contoh:
Himman, L.M. 2002. A Moral Change: Business Ethics After
Enron. San Diego University Publication.
http:ethics.sandiego.edu/LMH/oped/Enron/index.asp. 27
Januari 2008 (15:23).
Yahya, H. 2005. Realitas dan Pancaindra Anda.
http://www.pesanharunyahya.com dan
info@harunyahya.com. 27 Januari 2008 (14:35).

12. Makalah Pidato Ilmiah dan semacamnya


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun, judul, sifat/tujuan
makalah (cetak miring), nama kegiatan, tanggal kegiatan, kota
tempat kegiatan.

Contoh:
Raka, G. 2003. Menggarisbawahi Peran Idealisme, Karakter
dan Komunitas dalam Transformasi Institusi. Makalah
Orasi Ilmiah. Sidang Terbuka Senat Peringatan Dies
Natalis ke-44 Institut Teknologi Bandung. 2 Maret.
Bandung.
Takwim, B. 2005. Habitus: Perlengkapan dan Kerangka
Roimanson Panjaitan | 199

Panduan Gaya Hidup. Makalah Diskusi Panel. Extension


Course Resistensi Gaya Hidup. Forum Studi
Kebudayaan Institut Teknologi Bandung. 20 Mei.
Bandung.

13. Artikel dari Majalah atau Surat Kabar


Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama
depan dan nama tengah (jika ada), tahun, judul artikel (cetak
miring), nama majalah/surat kabar, tanggal, halaman, kota
penerbit.

Contoh:
Mangunwijaya, Y.B. 1992. Pendidikan Manusia Merdeka.
Harian Kompas. 11 Agustus. Halaman 15. Jakarta.

14. Berita dari Majalah atau Surat Kabar


Aturan penulisan: nama majalah/surat kabar, tahun, judul
berita (cetak miring), nomor dan/atau volume (jika ada), tanggal,
halaman, kota penerbit.

Contoh:
Koran Tempo. 2002. Belajar dari Skandal Enron. 5 Februari.
Halaman 21. Jakarta Majalah Tempo. 2002. Jatuhnya
Enron. No. XXXVIII. 23 Januari. Halaman 18. Jakarta

D. Cara Penulisan Daftar Pustaka Jika Penulis Sama


Nama penulis yang sama untuk beberapa pustaka/literatur
yang berbeda tidak perlu ditulis berulang-ulang, tetapi nama
tersebut diganti dengan simbol ―______‖ (garis bawah/
200 | Metodologi Penelitian

underline). Hal ini berlaku pula untuk penulisan


lembaga/badan/organisasi.

Contoh:
Aboody, D., M.E. Barth., dan R. Kasznik. 1999. Revaluation
of Fixed Assets and Future Firm Performance: Evidence
from the UK. Journal of Accounting and Economics 26:
149-178.
______, ______, dan ______. 2006. Do Firms Manage Stock-
based Compensation Expenses Disclosed under SFAS 123?
Journal of Accounting Research 24(3): 165182.
Financial Accounting Standard Board (FASB). 1978. Objectives
of Financial Reporting by Business Enterprises. Statement of
Financial Accounting Concept No. 1. FASB. Norwalk.
______. 1980a. Qualitative Characteristics of Accounting
Information. Statement of Financial Account-ing Concept
No. 2. FASB. Norwalk.
______. 1980b. Accounting and Reporting by Defined Benefit
Pension Plans. Statement of Financial Accounting Standards
No. 107. FASB. Norwalk.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011a. Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 58 (Revisi
2009). DSAK-IAI. Jakarta.
______. 2011b. Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 4 (Revisi 2009). DSAK-IAI.
Jakarta.
International Accounting Standard Board (IASB). 2004a.
Financial Instruments: Disclosures and Presentation.
Roimanson Panjaitan | 201

International Accounting Standard No. 32. UK-IASB.


London.
______. 2004b. Share-based Payment. International Financial
Reporting Standard No. 2. UK-IASB. London. International
Accounting Standard Committee (IASC). 1989. Framework of
the Preparation and Presentation of Financial Statements. UK-
IASC. London.
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII
Jawa Timur. 2012a. Sistem Pendidikan Nasional. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sub-
Bagian Akreditasi dan Publikasi. Kopertis VII. Surabaya.
______. 2012b. Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Sub-
Bagian Akreditasi dan Publikasi. Kopertis VII. Surabaya.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 28 Januari
2010. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 23. Jakarta.
______ Nomor 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan. 16
Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 41. Jakarta.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 (Revisi 2010)
Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Dewan Standar
Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.
______ No. 55 (Revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran. Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan
Akuntan Indonesia. Jakarta.
Riduwan, A. 2010. Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia
14(2): 121-141.
202 | Metodologi Penelitian

______.2012. Realitas dalam Cermin Retak: Laba Akuntansi


dalam Bingkai Penafsiran Praktisi Bisnis Non-Akuntan
(Studi Hermeneutika-Kritis). Simposium Nasional Akuntansi
XV Banjarmasin. 2023 September: 1-22.
______,I. Triyuwono, G. Irianto, dan U. Ludigdo. 2010.
Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal Posmodernis
Derridean. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 7(1):
38–60.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Pendidikan Tinggi. 10 Agustus 2012.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
158. Jakarta.
______ Nomor 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen. 30
Desember 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 157. Jakarta.
Roimanson Panjaitan | 203


DAFTAR PUSTAKA

Ambo Upe dan Damsid, 2011. Asas-asas Multiple Researches


dari Norman K. Denzin hingga John W. Creswell dan
Penerapannya, Yogyakarta: Tiara Wacana.
204 | Metodologi Penelitian

Andar Gultom, 2007. Profesionalisme, Standar Kompetensi, dan


Pengembangan Profesi Guru PAK, Bandung: Bina Media
Informasi
Andar Ismail, 2002. Selamat Menabur, Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Andi Prastowo, 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam
Persfektif Rancangan Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Armai Arief, 2001. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Brian V. Hill, 1982. Faith at the Blacbord Issues Facing the
Christian Teacher, Grand Rapids, Michigan: Wm. B.
Eerdman Publishing Company.
Clarence H. Benson, 1986. Teknik Mengajar, Malang: Gandum
Mas.
David Hopkins, 1993. A Teacher’s Guide the Classroom Action
Research, Buchkingham: Open University Press.
Depdiknas, 2004. Kurikulum, Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar PAK untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta: Depdiknas.
F.N. Kerlinger, 1991. Behavioral Research: A Conceptual
Approach, New York: Holt, Rinehart & Winson.
Hadi Sabari Yunus, 2010. Metodologi Penelitian Wilayah
Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan. M. Iqbal, 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik,
Jakarta : Bumi Aksara.
Husaini Usman dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.
Roimanson Panjaitan | 205

I. Hadjar, 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif


dalam Pendidikan, Jakarta: Radja Grasifindo.
I.G Homrighausen dan I.H Enhklaar, 1993. Pendidikan Agama
Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ircham Machfoedz, 2007. Metodologi Penelitian: Bidang
Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan, Yogyakarta:
Fitramaya.
J.I Packer, 2006. Tuntunan Praktis Untuk Mengenal Allah,
Yogyakarta: Andi.
J.M. Corbin & J.M. Straus, 2007. Basic of Qualitative Research:
Techniques and Prosedures for Develoving Grounded
Theory, Thousand Oaks, CA: Sage.
J.M. Price, 1975. Yesus Sang Guru. (Terj.), Semarang: Lembaga
Literatur Baptis.
Jacobs Ary dan Razavieh, 2000. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan - Alih Bahasa: Arief Furchan, Surabaya: Usaha
Nasional.
John Milton Gregory, 2003. Tujuh Hukum Mengajar, Malang:
Gandum Mas.
John W. Ceswell, 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar, 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas –
Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali
Press.
Lexi J. Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Remaja Rosdakarya.
Locke., et al, 2007. Proposal that Work: A Guide for Planning
Dissertation and Grand Proposals, Thousand Oaks, CA:
Sage.
206 | Metodologi Penelitian

M. Burhan Bungin, 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif:


Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu
Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.
Mohammad Nazir, 1998. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Muh. Tahir, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan,
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Muhtar, 1992. Pedoman Bimbingan Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, Jakarta: PGK & PTK Depdikbud.
Norman K. Denzin & Yvona S. Lincoln ed, 1994. Handbook of
Qualitative Research, London: Sage.
Paul D. Leedy, and Jeanne.E. Ormrod, 2005. Practical Research:
Planning and Design Research Edisi 8, Ohio: Pearson
Merrill Prentice Hall.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama dan Keagamaan.
Robert C. Bogdan dan Steven J. Taylor, 1993. Kualitatif
(Dasardasar Penelitian) – Diterjemahkan oleh A. Khozin
Afandi, Surabaya: Usaha Nasional.
Robert W. Pazmino, 2012. Fondasi Pendidikan Kristen, Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Rusdian Pohan, 2007. Metode Penelitian Pendidikan,
Yogyakarta: Ar-Rijal Institute dan Lanarka Publisher.
S. Margono, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta.
S. Nasution, 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif,
Bandung: Tarsito,
Roimanson Panjaitan | 207

Soekadijo, 1993. Logika Dasar, Tradisional, Simbolik, dan


Induktif, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sudarwan Danim dan Darwis, 2003. Metode Penelitian
Kebidanan: Prosedur, Kebijakan, dan Etik, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method),
Bandung: Alfabeta.
Suharisimi Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian - Suatu
Pendekatan Praktek Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Ripta. \
Suharsimi Arikunto, 2000. Manajemen Penelitian, Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukardi, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi
dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata, 2008. Metodologi Penelitian, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Suyanto, 1996. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas, Yogyakarta: UKMP-SD, UP3SD, BP3SD, Dirjen
Dikti Depdikbud
Tim Penyusun Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP, 2012.
Tarutung: Dep. Sekolah Minggu HKBP.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007. Jakarta:
Balai Pustaka.
Tom Yeakley, 1989. Watak Pekerja Kristus, Bandung: Yayasan
Kalam Hidup,
208 | Metodologi Penelitian

Toto Syatori Nasehuddien, 2008. Metodologi Penelitian - Sebuah


Pengantar, Cirebon: STAIN Cirebon.
Trianto, 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi
Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Jakarta: Kencana.
Uma Sakaran, 1992. Research Methods for Business: A Skill
Building Approach, second edition, New York: John Wiley&
Sons, Inc.
UU RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
W.J.S. Poerwadarminta, 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
W.R.F. Browning, 2008. Kamus Alkitab, Jakarta: BPK. Gunung
Mulia.
Zainal Arifin, 2012. Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai