Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

 Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal

sendiri yang digunakan u n t u k membiayai aktiva perusahaan.

Struktur modal yang efektif mampu m e n c i p t a k a n  perusahaan

dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan

meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya

dana dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya,

struktur modal telah menjadi salah satu faktor   pertimbangan yang cukup

penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima. D a l a m

melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat

dipisahkan dariinformasi perusahaan berupa laporan keuangan

y a n g d i k e l u a r k a n s e t i a p t a h u n n y a . P a r a investor akan melakukan

berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah

s a t u n y a b e r a s a l d a r i l a p o r a n keuangan perusahaan.

Kondisi perekonomian sangat berpengaruh terhadap kegiatan bisnis.

Parameter ekonomi perusahaan seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, tingkat

pertumbuhan nasional dan nilai tukar mata asing mengalami perubahan sehingga

akan mempengaruhi kinerja perusahaan.Kebutuhan akanmodal dapat dipenuhi

melalui alternatif sumber permodalan, baik sumber intern maupun

ekstern.Komposisi yang baik akan membentuk struktur modal yang optimal dalam

perusahaan sehingga berpengaruh pada biaya modal dan nilai perusahaan


Kondisi perekonomian sangat berpengaruh terhadap kegiatan bisnis, baik pada

sektor perdagangan, industri maupun jasa. Semua parameter ekonomi perusahaan

seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga tingkat pertumbuhan Nasional dan nilai

tukar mata uang asing, secara langsung maupun tidak langsung memberikan

dampak terhadap hasil usaha. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai

parameter ekonomi tersebut tentunya akan mempengaruhi kinerja

perusahaan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut setiap perusahaan mempunyai

cara tersendiri untuk mengatasi. Salah satunya untuk memperoleh dana,

melaksanakan kegiatan permodalan dalam perusahaan untuk memenuhi kegiatan

pembelanjaan. Kebutuhan akan dana modal tersebut dapat dipenuhi melalui

alternatifsumber permodalan yang ada, baik dari sumber intern maupun dari

ekstern perusahaan. Sumber internal merupakan sumber modal yang berasal atau

dibentuk pada tahun berjalan maupun pada tahun sebelumnya melalui operasi

perusahaan seperti laba ditahan, laba tahun sedang berjalan, dan cadangan.

Apabila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba yang ditahan

(earning retention), maka biaya modalnya adalah sebesar rate of returnyang

diharapkan akan diterima oleh investor apabila menginvestasikan dana tersebut.

Sumber eksternal merupakan sumber modal yang berasal dari luar perusahaan

yang diperoleh dengan cara menjual saham, menjual obligasi atau menarik

pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan yang dapat berupa hutang jangka

panjang atau hutang jangka pendek. Sebelum perusahaan memutuskan

menggunakan sumber modal yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan

modalnya, perusahaan perlu mempertimbangkan dengan cermat mengenai sifat

biaya, tingkat resiko maupun keuntungan dari masing-masing sumber modal yang
nantinya akan dipilih oleh perusahaan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai

perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan dan pemegang

sahamnya, diantaranya dengan cara meningkatkan nilai saham perusahaan. Salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya adalah dengan menentukan

kombinasi sumber dana yang mampu membentuk struktur modal yang

optinamalyakni ketika perusahaan mampu menggunakan dana yang dimilikinya

secara maksimal dengan modal usaha yang minimum.Nilai saham perusahaan

tercermin pada harga saham yang ditentukan oleh kinerja perusahaan dan pada

kekuatan tawar menawar saham. Nilai saham perusahaan dapat dilihat dari

beberapa faktor antara lain melalui resio keuangan perusahaan serta biaya modal

perusahaan. Dikarenakan alasan para investor menanamkan modalnya dengan

mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan resiko

rendah.Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ada perencanaan dan

pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan

kebutuhan modal. Tanpa mengurangi arti penting kegiatan perusahaan lainnya

maka kegiatan keuangan atau lebih tepatnya fungsi manajemen keuangan

mempunyai peranan yang sangat penting menyangkut masalah pembelanjaan,

yaitu usaha untuk mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal

dan syarat-syarat yang paling menguntungkan serta usaha untuk menggunakan

dana tersebut seefisien mungkin.Seiring dengan perkembangan perusahaan dan

semakin besarnya kebutuhan modal yang diperlukan, perusahaan tidak hanya

tergantung pada pengunaan modal dari sumber intern tetapi tergantung pula pada

sumber ekstern. Dari jenis-jenis pendanaan yang termasuk dalam modal

perusahaan diantaranya adalah hutang jangka panjang yang terdiri dari modal
asing dan modal saham, sedangkan cadangan-cadangan dan laba ditahan

merupakan bagian dari modal sendiri. Apabila perusahaan telah menetapkan

sumber-sumber modal yang akan dipakai untuk membiayai kegiatan usaha dapat

tercermin dari struktur modalnya.Perusahaan membutuhkan hutang untuk

menambah dana guna membiayai modal kerja danoperasional perusahaan. Hutang

dalam jumlah tertentu yang diputuskan perusahaan dapat berupa leveragebagi

perusahaan. Hutang disini adalah total hutang jangka panjang ditambah hutang

jangka pendek. Pemilik perusahaan lebih menyukai tingkat leverageyang tinggi

baik untuk meningkatkan keuntungan ataupun menjadi tingkat pengawasan.

Intinya setiap perusahaan yang memerlukan modal cenderung untuk lebih

memilih untuk menambah hutang dari pada menerbitkan saham.Bagi perusahaan

yang go public, nilai saham perusahaan adalah suatu faktor penting karena nilai

perusahaanlah yang menarik calon investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan. Tujuan setiap perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik

perusahaan diantaranya melalui pengembalian hasil penanaman saham dalam

perusahaan, dengan memperhatikan penentuan komposisi sumber pembelanjaan

jangka panjang yang terbaik dari sumber-sumber yang ada. Karena komposisi

yang baik akan membentuk struktur modal yang optimal bagi perusahaan, dimana

akan berpengaruh pada biaya modal dan nilai saham perusahaan.


1. Pendekatan Teoritis atau structural Modal

Pengertian Modal dan Struktur Modal

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan

dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau

kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya.

Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal aktif (debet) dan

modal pasif (Kredit).

Struktural modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal

asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah

hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan

modal sendiri terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dalam penyertaan

kepemilikan perusahaan.

Struktural modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka

panjang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan cermin

kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang

dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya

dengan masalah kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur

modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari

dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber

dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.

Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari

para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang

berasal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang


diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Kebijakan mengenai

struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat

pengembalian.

Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus

juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang

makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga

saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan

menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah

struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan

pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham

Teori Struktur Modal

1) Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H,

Meckling pada tahun 1976, yang menyebutkan bahwa manajemen

merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan.

Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan

mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang

ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut

sebagai biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz

dalam Saidi adalah biaya – biaya yang berhubungan dengan

pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen

bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan

dengan kreditur dan pemegang saham.

2) Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston adalah suatu

tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek

perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan

mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap

modal baru yang diperlukan dengan cara - cara lain, termasuk

penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal.

Pengumuman emisi saham oleh suatu  perusahaan merupakan suatu

isyarat bahwa manajemen memandang prospek  perusahaan suram.

Apabila suatu perusahaan mena'arkan penjualan saham baru lebih

sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena

menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang

kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek  perusahaan

cerah.

3) Pecking Order Theory

Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan

untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan

berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning,

kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas. Pecking order

theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada

defisit pendanaan internal. 

Model pecking order theory memfokuskan pada motivasi manejer

korporat, bukan pada  prinsip - prinsip penilaian pasar modal. Pecking


order theory mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik

informasi. Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini:

1. Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan

daripada investor luar,namun mereka enggan untuk menerbitkan

saham ketika percaya saham mereka adalah undervalued.

2. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak

dan mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.

3. Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk

menerbitkan ekuitas sebagai bad news, dan perusahaan dapat

menerbitkan ekiutas hanya pada harga discount.

4. Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory

dan membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan

memanfaatkan kesempatan investasi yang baik, karena saham

tidak dapat dijual pada “fair Price”.

4) Trade off Theory

Konsep trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan

manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal

sehingga disebut pula sebagai trade off theory (Brigham et al, 1999

dalam Kaaro, 2003). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996)

dalam Adler Haymans Manurung (2004), semakin besar utang yang

digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani dan

Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan.

Struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan


menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya

kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off.

TEORI – TEORI KAPITALISASI

Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Berdasarkan pendapatan atau earning Niali suatu perusahaan dapat

ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatkan setiap tahunnya

dikalikan dengan multiplayer tertentu.

2. Berdasarkan pengeluaran atau cost kapitalisasi perusahaan didasarkan

pada cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.

- Over dan ynder capitalization

Over capitalization akan terjadi apabila :

1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari

jumlah modal yang di investasikan atau dengan kata lain average

rate of return lebih kecil dari pada fair rate of return.

2. Jumlah nilai securities yamg ada di dalam peredaran lebih besar

daripada nilai riil dibandingkan dengan nilai assetnya.

- Under capitalization

Under capitalization terjadi apabila :

1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan rate of return dari modal yang diinvestasikan

dalam perusahaan yang sejenis lainnya.


2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam neraca jauh lebih kecil

daripada nilai rill daripada assetnya.

Faktor – factor yang mempengaruhi Struktur Modal

1. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relative stabil, sehingga

dapat menggunakan hutang relative besar.

2. Struktur Aktiva

Perusahaan dengan aktiva tetap besar (sebagai kolateral) dapat

menggunakan hutang relative besar

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana

untuk ekspansi

4. Profitabilitas

Peeking order theory menyatakan, bahwa dalam urutan pembiayaan, laba

ditahan > hutang > jual saham baru (untuk menghindari pengawasan

eksternal )

5. Variabel Laba dan perlindungan Pajak (tax shield)

Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap

dari hutang. Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak./

6. Skala perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, sehingga ada

korelasi positif antara skala perusahaan dengan debt to book value of

equity ratio.

7. Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro

Saat yang tepat menjual saham/obligasi yaitu saat tingkat bunga pasar

rendah dan pasar bursa sedang bullish (lawan dari bearish)

Setiap perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk

penetapan struktur modalnya, dan pafa saat akan memperluas usaha atau

menggabungkan usahanya besar kemungkinannya akan melakukan perubahan

struktur modal yang disebabkan adanya perubahan modal atau tambahan modal.

Dua hal yang harus dilakukan perusahaan yaitu pertama menentukan besarnya

kebutuhan modal kuantitatif, kedua dikatakan sebagai proses penentuan skruktur

modal. Untuk menentukan struktur modal perusahaan dihadapkan pafa berbagai

variable yang mempengaruhinya. Terdapat 10 variabel yang mungkin akan

berpengaruh yaitu : tingkat bunga, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan

penjualan, susunan aktiva, kadar risiko dari aktiva, kebutuhan modal, struktur

saingan, keadaan pasar modal, sikap manajemen, dan sikap pemberi pinjaman.

Bagi perusahaan susunan struktur modal terbaik dikatakan sebagai struktur modal

optimum.

Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah struktur modal

yang menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total modal. Sedangkan

menurut pendekatan biaya modal struktur modal optimum adalah struktur modal

yang dapat meminimumkan rata – rata biaya modal perusahaan. Metoda biaya
modal ini dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang

dipilih pada persoalan ini adalah pendekatan tradisional yang menyatakan bahwa

struktur modal optimum akan terjadi pada kondisi rata – rata biaya modal

minimum dan nilai perusahaan maksimum.

Komponen Struktur Modal

Berikut ini terdapat beberapa komponen struktur modal, terdiri atas:

1. Hutang Jangka Panjang

Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang

digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang

jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman

jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.

Menurut Sundjaja dan Barlian “hutang jangka panjang merupakan salah satu dari

bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu

tahun, biasanya 5-20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa

pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan

modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan

peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-

surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan

jangka waktu pelunasan obligasi tersebut). Mengukur besarnya aktiva perusahaan

yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total

hutang jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin

besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga memilih untuk

menggunakan hutang menurut Sundjaja adalah sebagai berikut:

1. Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar,

jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.

2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa.

3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan

memakai hutang.

4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat mengurangi pajak.

5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan memasukkan

peraturan penebusan dalam perjanjian obligasi.

Kreditur (investor) lebih memilih menanamkan investasi dalam bentuk hutang

jangka panjang karena beberapa pertimbangan. Menurut Sundjaja pemilihan

investasi dalam bentuk hutang jangka panjang dari sisi investor didasarkan pada

beberapa hal berikut:

 Hutang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan maupun

likuidasi kepada pemegangnya.

 Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.

 Dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang (dari segi resiko).

 Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali pendapatan

obligasi).
2. Modal Sendiri

Dalam struktur modal konservatif, susunan modal menitik beratkan pada modal

sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan hutang dalam pembiayaan

perusahaan mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan dengan

penggunaan modal sendiri. Menurut Sundjaja “modal sendiri/equity capital adalah

dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan

(pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan

saham biasa) serta laba ditahan”.

Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost.

Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi owner adalah control terhadap

perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang

saham adalah pihak pertama yang menanggung resiko perusahaan. Modal sendiri

atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik

perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam

perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman

memiliki jatuh tempo.

Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu:

 Modal saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa

yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang

saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen

dalam jumlah yang banyak.


Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut

Sundjaja adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.

2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap

pada posisi menunda tanpa mengambil resiko untuk memaksakan jika

usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar

pokoknya.

3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian

saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui hutang baru dan

divestasi.

 Modal saham biasa.

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan

uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang.

Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka

hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah

dipenuhi.

Ada beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi kepentingan

manajemen (perusahaan), menurut Sundjaja, yaitu :

 Saham biasa tidak memberi dividen tetap. Jika perusahaan dapat

memperoleh laba, pemegang saham biasa akan memperoleh dividen.

Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya tetap (merupakan

biaya tetap bagi perusahaan), perusahaan tidak


diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada para

pemegang saham biasa.

 Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo.

 Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atas rugi yang

diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan meningkatkan

kredibilitas perusahaan.

 Saham biasa dapat pada saat-saat tertentu, dijual lebih mudah

dibandingkan bentuk hutang lainnya. Saham biasa mempunyai daya tarik

tersendiri bagi kelompok-kelompok investor tertentu. Umumnya, saham

biasa meningkat nilainya jika nilai aktiva riil juga meningkat selama

periode inflasi.

 Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam bentuk

keuntungan modal merupakan obyek tarif pajak penghasilan yang rendah.

(Weston & Copeland) Menurut Wasis “pemilik yang menyetorkan modal

akan menjadi penanggung resiko yang pertama. Artinya bahwa pihak non

pemilik tidak akan menderita kerugian sebelum kewajiban dari pemilik

ditunaikan seluruhnya.

Contoh Struktur Modal

Setiap perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk

penetapan struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau

menggabungkan usahanya besar kemungkinannya akan melakukan perubahan

struktur modal yang disebabkan adanya perubahan modal atau tambahan modal.
Dua hal yang harus dilakukan perusahaan ; Pertama, menentukan besarnya

Kebutuhan modal kuantitatif dan Kedua, menentukan sumber modal

kualitatif/jenis modal yang akan ditarik. Proses pertama dikatakan sebagal proses

Kapitalisasi, sedangkan yang kedua dikatakan sebagai proses penentuan Struktur

Modal. Untuk menentukan Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai

variabei yang mempengaruhinya.

Terdapat 10 variabel yang mungkin akan berpengaruh yaitu ;

- Tingkat bunga,

- Stabilitas penjualan,

- Tingkat pertumbuhan penjualan,

- Susunan Aktiva,

- Kadar risiko dari aktiva,

- Kebutuhan modal,

- Struktur saingan,

- Keadaan pasar modal,

- Sikap manajemen, dan

- Sikap pemberi pinjaman.

Bagi perusahaan susunan struktur modal terbaik dikatakan sebagal Struktur Modal

Optimum. Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah

struktur modal yang menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total
modal. Sedangkan menurut pendekatan biaya modal struktur modal optimum

adalah struktur modal yang dapat meminimumkan rata-rata biaya modal

perusahaan.
BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dijabarkan makan dapat diambil kesimpulan bahwa

Struktur aktiva (tangibility), Growth opportunity, ukuran perusahaan (Firm Size),

Profitabilitas dan risiko bisnis baik secara simultan maupun parsial mempunyai

pengaruh pada keputusan struktur modal suatu perusahaan

Dari factor – factor yang dijabarkan mempunyai pengaruh antar satu dengan

lainnya sehingga dengan demikian para investor, kreditor maupun manajemen

perusahaan hendaknya memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas

factor – factor yang mempengaruhi tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ayla Septanya, dkk. 1 desember 2015 Jurnal Administrasi bisnis vol.29 no.1 hal

10 – 18 Penentuan struktur modal yang optimal dalam rangka meningkatkan nilai

saham perusahaan

Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta:

Erlangga

Anda mungkin juga menyukai