Wanita
Posted on September 9, 2008 by kuliahbidan
ALAT REPRODUKSI WANITA
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon
gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis –
adrenal – ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi
oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons
pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,
ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di
bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior,
dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar
cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis
transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan
serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar
di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium
uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior,
fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah
dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum
(dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae.
Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
CATATAN :
Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb)
dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria,
uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca
sendiri.
Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral.
Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak,
berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah
pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu
dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama
payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin
pascapersalinan.
Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually
responsive organ.
Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan
responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit
epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol
dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur).
Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari
bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer
otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki
hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek
berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya
melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat
juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan
sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu /
onset mulainya fase pubertas.
Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai
hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin
Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF
(Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat :
PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar
reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH –
Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH – luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-
hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri
yaaa…)
Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel
telur (ovum).
Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna
folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon
gonadotropin.
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi
hasil konsepsi.
Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan
mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi,
endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat
konsepsi.
Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
(gambar)
Histological appearance of endometrial tissues during the menstrual cycle.
A. Normal proliferative (postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like
pattern of glands.
B. Early secretory (postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear
vacuoles, alignment of nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
C. Late secretory (premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
D. Menstrual endometrium, with disintegration of stroma / glands structures and
stromal hemorrhage.
HORMON-HORMON REPRODUKSI
Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal
melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai
organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan
/ regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang
keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik)
pengganti.
Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi)
pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada
keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
!!
Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang
berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar
tubuh
Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron.
Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam
darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine
ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5
cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kiri karena terdesak oleh hepar
ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan
kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18
kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida.
Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan
duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi
zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor
dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid
membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin
ke kalliks minor.
SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt.
Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari
PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan
Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih
untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada
efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor
membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di
glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan
syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan
dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki
sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu
komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori
dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.
Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :
Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut
jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-
besar dan seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels.
peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus,
reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.
Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan
zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana
hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula
bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR).
GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi
Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang
mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut
yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.
GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut
dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal.
Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik
yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan
tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan
pembuluh darah renal kontriksi.
Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang
disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin
dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan
tekanan dalam sistem sirkulasi.
Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik
berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat
lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak
dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur
keseimbangan asam basa.
SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang
berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar
tubuh
Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron.
Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam
darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine
ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5
cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kiri karena terdesak oleh hepar
ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan
kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18
kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida.
Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan
duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi
zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor
dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid
membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin
ke kalliks minor.
SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt.
Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari
PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan
Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih
untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada
efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor
membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di
glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan
syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan
dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki
sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu
komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori
dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.
peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus,
reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.
Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan
zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana
hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula
bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR).
GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi
Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang
mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut
yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.
GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut
dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal.
Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik
yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan
tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan
pembuluh darah renal kontriksi.
Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang
disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin
dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan
tekanan dalam sistem sirkulasi.
Reabsorpsi Tubulus
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa
direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari
respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai
zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat,
vitamin, sebagian besar ion.
Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik
berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat
lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak
dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur
keseimbangan asam basa.
Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat
terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah
natrium, kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan
bikaarbonat.
Pada orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat
bervariasi dari yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan
asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan
banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak memungkinkan dibawah
300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang dibutuhkan untuk urin
dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
AUTO REGULASI
Auto regulasi proporsional pada TD sistole 90-250 mmHg
MAP = Sistolik + 2 Diastolik
3
Normal = 70-100 mmHg
Anatomi Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin
dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada
bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.
BIOLISTRIK
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh
berbeda dengan listrik yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga, kelistrikan
pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dapat dalam tubuh,
komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel.
Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl, sedangkan intra sel terdapat ion K dan anion
protein.
Dinding sel mempunyai pintu – pintu ion yaitu celah – celah yang dapat terbuka atau
tertutup oleh pengaruh rangsng tertentu. Dalam keadaan istirahat tegangan listrik
didalam lebih rendah dari pada diluar sel sekitar 70 mVolt.
Bila terjadi rangsang nyeri, maka reseptor nyeri berupa ujung – ujung syaraf tidak
bermielin terkena rangsang, pintu ion Na terbuka, ion Na masuk dengan cepat sehingga
terjadi perbedaan muatan luar dan dalam sel sangat kecil bahkan bisa terbalik, artinya
muatan dalam sel lebih positif yang selanjutnya terjadi potensial reseptor / tegangan
reseptor.hal ini merangsang terjadinya potensial aksi di akson sel saraf. Potensial aksi ini
menjalar sepanjang akson disebut impuls. Sesampai di sambungan saraf dengan saraf
( sinap ) atau sambungan saraf dengan otot ( neuromial junction ) terjadi proses terjadi
proses penyeberangan impuls dan diteruskan ke saraf berikut atau ke sel otot.
Jadi jika nyeri yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai ke otak hingga
kita merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa rekasi otot yang menghindari nyeri.
SEREBLUM
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.
Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar
hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri carotid interna dan
vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang
arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung
anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah
jika salah satu aliran darah ateri mayor tersumbat.
CAIRAN SEREBROSPINAL
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007. diproduksi
didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis melalui sistem
ventricular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan
keempat, secara organik dan non organik cairan CSS sama dengan plasma tetapi
mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung protein, glokosa dan klorida,
serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya mengandung sel darah putih yang
sedikit dan tidak mengandung sel darah merah. Cairan CSS didalam tubuh diserap oleh
villiarakhnoid.
MEDULA SPINALIS
- merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana
- penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
- penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
- pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah.
Saraf somatic:
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf motorik dari
pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan saraf
spinal.
Saraf otak ada 12 pasang :
1. saraf olfaktorius ( N1 ) : untuk penghidu penciuman
2. saraf opticus ( N2 ) : saraf penglihatan
3. saraf okulomotorius ( N3 ) : saraf motorik penggerak otot bola mata
4. saraf troklearis ( N4 ) : motorik penggerak bola mata
5. saraf trigeminus ( N5 ) : merupakan saraf sensorik dan motorik dengan 3 cabang yaitu
bagian optical, maksilaris, mandibularis.
6. saraf abdusens ( N6 ) : motorik penggerak bola mata
7. saraf fasialis ( N7 ) : sensorik daerah wajah
8. saraf audiotorius ( N8 ) : sensorik pendengaran dan keseimbangan
9. saraf glosofaringeus ( N9 ) : sensorik dan motorik sekitar lidah dan faring
10. saraf vagus ( N10 ) : merupakan saraf otonom terutama pada paru, jantung,
lambung, usus halus dan sebagian usus besar.
11. saraf asesorius ( N11 ) : motorik pengerak otot sekitar leher
12. saraf hipoglosus ( N12 ) : motorik otot lidah
SARAF SPINAL
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
- saraf servikal 8 pasang
- saraf torakal 12 pasang
- saraf lumbal 5 pasang
- sara sacrum / sacral 5 pasang
- saraf koksigeal 1 pasang
saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula
spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula spinalis melalui akar
depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal
SARAF OTONOM
System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru, serta alat
pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis.
Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :
- kesiagaan meningkat
- denyut jantung meningkat
- pernafasan meningkat
- tonus otot – otot meningkat
- gerakan saluran cerna menurun
- metabolisme tubuh meningkat.
Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu tampak pada
manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan lain – lain, pada
keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.
Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :
- kesiagaan menurun
- denyut jentung melambat
- pernafasan tenang
- tonus otot-otot menurun
- gerakan saluran cerna meningkat
- metabolisme tubuh menurun
hal ini terjadi penyimpanan energi ( anabolisme ) dan terlihat apabila individu sedang
istirahat.
Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal, sedang pusat
parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla spinalis bagian sacral.
Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih tinggi yaitu di hipotalamus
sebagai pusat emosi.
Pemeriksaan Syaraf Kranial
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang
terdiri dari; 1). Status mental, 2). Tingkat kesadaran, 3).Fungsi saraf kranial, 4). Fungsi
motorik, 5). Refleks, 6). Koordinasi dan gaya berjalan dan 7). Fungsi sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan,
diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan.
Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang
mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai
diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan
diagnosis.Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan
dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada
pemeriksa. Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan
mengikuti semua petunjuk sebaik mungkin.Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah
dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun
terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat
menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Saraf-saraf kranial langsung berasal dari
otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan
foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan
angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III),
troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII),
glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I, II, VII
merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII merupakan saraf motorik,
tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinya. Saraf
kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan X juga mengandung
beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.II. 1.
DEFINISISaraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua
belas pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I),
optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII),
vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus
(XII).Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang
berawal dari otak atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun
gejala pada berbagai organ atau bagian tubuh yang dipersarafinya.
2) Syaraf Olfaktorius
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut
saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan
saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi
spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-
serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan
sebaliknya.Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang.
Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius.
Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan
di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir
di korteks visual lobus oksipital.Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut
memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal
sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-
serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan
penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
4)Saraf Troklearis (N. IV)Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola
mata tidak bisa bergerak kebawah dan kemedial.Ketika pasien melihat lurus kedepan
atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain. Jika pasien
melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada setiap arah tatapan
kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang terjadi dan sering disebabkan
oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu verteks.
5)Saraf Abdusens (N. VI)Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola
mata tidak bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit
teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal,
mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena predominannya otot oblikus
inferior.Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata tampak
melihat lurus keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan pupil melebar serta
tidak bereaksi terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis). Paralisis bilateral dari otot-otot
mata biasanya akibat kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus
adalah ensefelaitis, neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor.Penyebab yang
paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah meningitis, sinusistis,
trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri karotis interva atau arteri komunikantes
posterior, fraktur basis kranialis.
6)Saraf Trigeminus (N. V)Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus
trigeminus antara lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan
kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.Gangguan
nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic douloureux
yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maksilaris dan
mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab
tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh
arteri serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih tak
bermielin.Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan
berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan
abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.
7)Saraf Fasialis (N. VII)Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara
lain:Lesi UMN (supranuklear) : tumor dan lesi vaskuler.Lesi LMN :Penyebab pada pons,
meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.Pada fosa posterior, meliputi neuroma
akustik, meningioma, dan meningitis kronik.Pada pars petrosa os temporalis dapat
terjadi Bell’s palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt, dan otitis media.Penyebab
kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis
multipleks, dan keganasan parotis bilateral.Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral
tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga tengah yang meliputi Korda timpani
atau nervus lingualis, tetapi ini sangat jarang.
Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak
mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di
bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis). Kelumpuhan fungsi
motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai
dengan hilangnya lipatan hidung bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang
sehat. Pasien akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar
dari sudut mulut yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit,
terdapat kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi
sakit tidak ada.
9)Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)Gangguan pada komponen sensorik
dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang
berisiko terjadinya aspirasi paru.Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan
pneumonia aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi
demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan
persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak
dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-
paru.Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain :Lesi batang otak (Lesi N IX dan
N. X)Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata)Pasca operasi trepansi
serebelumPasca operasi di daerah kranioservikal
10)Saraf Asesorius (N. XI)Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot
trapezius) dan otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu
yang turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral.Kelainan
pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia akibatnya
persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.
11)Saraf Hipoglossus (N. XII)Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh
kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan
tersebut dapat menyebabkan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut,
gangguan menelan dan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan
menelan dan gangguan bicara (disatria) jalan nafas dapat terganggu apabila lidah
tertarik ke belakang.Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau
mengangkat lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit
saat dijulurkan. Saat istirahat lidah mem