Anda di halaman 1dari 39

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi 

Wanita
Posted on September 9, 2008 by kuliahbidan
ALAT REPRODUKSI WANITA

Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon
gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis –
adrenal – ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi
oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

GENITALIA EKSTERNA

Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons
pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena.
Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.

Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,
ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina


Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat
coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak
beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen
postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada
wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.

Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di
bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior,
dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar
cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis
transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

GENITALIA INTERNA

Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan
serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar
di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium
uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior,
fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).

Ligamenta penyangga uterus


Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.

Salping / Tuba Falopii


Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding
yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).

Pars isthmica (proksimal/isthmus)


Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba
bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum
yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.

Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah
dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum
(dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae.
Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

CATATAN :
Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb)
dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria,
uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca
sendiri.

ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL

Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral.
Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak,
berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah
pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu
dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama
payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin
pascapersalinan.
Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually
responsive organ.

Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan
responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit
epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol
dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur).
Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.

POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI

Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari
bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer
otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki
hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek
berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya
melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat
juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan
sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu /
onset mulainya fase pubertas.

Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai
hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin
Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF
(Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat :
PIF (Prolactin Inhibiting Factor).

Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar
reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH –
Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH – luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-
hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri
yaaa…)

Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel
telur (ovum).
Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna
folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon
gonadotropin.

Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi
hasil konsepsi.
Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan
mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi,
endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat
konsepsi.
Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.

(gambar)
Histological appearance of endometrial tissues during the menstrual cycle.
A. Normal proliferative (postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like
pattern of glands.
B. Early secretory (postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear
vacuoles, alignment of nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
C. Late secretory (premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
D. Menstrual endometrium, with disintegration of stroma / glands structures and
stromal hemorrhage.

HORMON-HORMON REPRODUKSI

GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)


Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi
hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
gonadotropin (FSH / LH ).

FSH (Follicle Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH.
Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di
ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3
jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim
inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.

LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase
siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan
singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).

Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal
melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai
organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan
/ regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang
keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik)
pengganti.
Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi)
pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada
keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.

HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar
1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar
10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga
memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan
adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental
Lactogen).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi /
pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika
kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan
follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.

DIarsipkan di bawah: Sistem Reproduksi | Ditandai: reproduksi wanita

!!

Wednesday, December 24, 2008


Anatomi fisiologi sistem perkemihan
9:57 AM Posted by Djibril_nursemind.blogspot.com
SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan memiliki fungsi:


1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Ekskresi zat buangan
3. Menyimpan nutrien
4. Mengatur keseimbangan asam basa
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin
dan metabolisme kalsium
6. Membentuk urin

Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang
berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar
tubuh

Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron.
Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam
darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine

ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5
cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kiri karena terdesak oleh hepar

Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :


1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk
melindungi ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel
memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu
bernafas, mencegah penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.

ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan
kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18
kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida.
Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan
duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi
zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor
dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid
membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin
ke kalliks minor.

SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt.
Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari

PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan
Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih
untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada
efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor
membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di
glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan
syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan
dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki
sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu
komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori
dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.
Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :
Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut
jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-
besar dan seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels.

peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus,
reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan
zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana
hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula
bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR).
GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi

Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang
mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut
yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.

GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut
dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal.
Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik
yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan
tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan
pembuluh darah renal kontriksi.

Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang
disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin
dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan
tekanan dalam sistem sirkulasi.

Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem


syaraf simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis
menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat
pembentukan filtrt. Sistem syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk
melepaskan renin yang nantinya akan meningkatkan tekanan darah sistemik.
Reabsorpsi Tubulus
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa
direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari
respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai
zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat,
vitamin, sebagian besar ion.

Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik
berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat
lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak
dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur
keseimbangan asam basa.

Mempertahankan volume dan komposisi urin normal


Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan
klorida, masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik
menyebabkan air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi
lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat
dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan
demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi
hiperosmotik. bagian dalam medula, ar
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus
distal, natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga
filtrat menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.
Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat
terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah
natrium, kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan
bikaarbonat.
Pada orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat
bervariasi dari yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan
asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan
banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak memungkinkan dibawah
300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang dibutuhkan untuk urin
dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
AUTO REGULASI
Auto regulasi proporsional pada TD sistole 90-250 mmHg
MAP = Sistolik + 2 Diastolik
3
Normal = 70-100 mmHg

Meningkatnya MAP akan menyebabkan negatif feedback otomatis sehingga


terjadi kontriksi afferen. Aliran plasma menuju ginjal = 650 ml/mnt. Laju Filtrasi
Glomerulus 125 ml/mnt, 180 L/ hari, 4,5 x total cairan, 800 – 1500 ml urine/ hari.

Volume urin rata-rata dalam keadaan sehat adalah 1500 ml.


Input dan output cairan normal dalam tubuh.
Input (ml) Output (ml)
Air 1500 Urin 1500
Makanan 500 IWL: paru-paru 400
Air metabolieme 400 IWL: kulit 400
Feses 100
Total 2400 Total 2400

Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:


1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan
osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun
sangat kecil adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke
hipofisis anterior untuk mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar
95% terhadap osmolalitas cairan ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada
cairan ekstraseluler sangat nyata mempengaruhi sekresi ADH. Reseptor ADH
ditemukan juga di duktus kolektivus dan ADH berperan untuk membuka saluran
air disini sehingga memungkinkan air berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia
mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin
banyak natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang
dipengaruhi oleh osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas
plasma tetapi diatur oleh peptida, angiotensin II.
Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung
sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5
efek antara lain:
a. Menghambat sekresi aldosteron
b. Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
c. Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
d. Vasodilatasi
e. Natriuresis dan diuresis.

Aldosteron dan kontrol kadar kalium.


Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus
proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak
seperti pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam
pengatran kadar natrium, hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam
pengaturan kalium dan memiliki peran yang sangat penting. Peningkatan kadar
kalium sedikit saja di ekstraseluler secara langsung merangsang sekresi aldosteron
dari korteks adrenal.
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam
urin. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler
secara kuat dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium
normal kembali maka stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan
cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium
atau hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion
hidrogen yang dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini
menghasilkan suatu hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau
sebaliknya metabolik alakalosis dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami
asidosis maka tubulus distal akan meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen
(untuk mencegah jatuhnya pH plasma) dengan mengurangi kecepatan sekresi ion
kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam darah yang menyebabkan
hiperkalemia.

Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan


keseimbangan kalsium dan posfat di ginjal.

1. Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon


paratiroid dan vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus
dan tulang. Kalsium dan posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di
tulang atau dikeluarkannya oleh ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid
dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum plasma dan berkurang saat kadar
kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah meningkatkan kadar kalisum
plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang, melepaskan ion kalisum.
Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur
sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk
mencegah kadar kalsium yang terlalu tinggi.
Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah mengkonsumsi makanan
dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk dilepaskan dari
kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek hormon
ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat
penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan
darah.

Pembersihan produk-produk buangan.


Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa
zat kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu
kemampuan ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk
di hati dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk
akhir dari kreatinin fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam
urat (sisa metabolik nucleic acid), membuang amonia, toksin bakteri dan obat-
obat yang larut dalam air.

Hormon dan Nutrien di Ginjal


1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus.
Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi
melalui dua tahap: yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan
yang terjadi di ginjal distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari
penurunan kadar kalisum plasma.
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah
sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran
eritropoietin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.
Anatomi Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin
dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada
bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.

Anatomi kandung kecing


Kandung kencing/kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi
menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang terdiri
atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandunng
kemih yang disebut dengan trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kencing
(dari dalam keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos dan lapisan
fibrosa.Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian
dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian tengah.
Ukuran kandung kencing berbeda-beda. Pda usia dewasa kandung kencing
mampu memnampung sekitar 300-500 ml urin. Pada keadaan tertentu kandung
kencing dapat menampung dua kali lipat lebih jumlah keadaan normal.
Anatomi uretra
Uretra merupakan saluran yang mengeluarkan urin keluar tubuh. Uretra
terbentang dari dasar kandung kencing ke orifisium uretra eksterna. Pada laki-laki
panjangnya sekitar 20 cm sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Dua langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai
tegangan dindingnya meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks
miksi dan refleks miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih,
menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah
autonom medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh
pusat korteks serebri atau batang otak.
Persyarafan Kandung kemih:
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan
medulla spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan
pada dinding kandung kemih. Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus
pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk
kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal
menuju sfingter eksternus. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan
mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih juga menerima syaraf
simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus terutama
berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis ini merangsang
pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa
serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri
Urin yang terbentuk sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dengan
duktus kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan pelvic ginjal.
Setelah terkumpul di pelvic ginjal urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan
peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika urinaria untuk disimpan sementara
sampai saatnya di keluarkan. Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung
kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui
syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan
melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak
sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot
detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di
kandung kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal
relaksasi (Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol
volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan
meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal
terbuka sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah
pengeluaran urin.
8. Diakhir proses mikisi kurnag dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung
kemih.

Anatomi fisiologi sistem perkemihan


9:57 AM Posted by Djibril_nursemind.blogspot.com

SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan memiliki fungsi:


1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Ekskresi zat buangan
3. Menyimpan nutrien
4. Mengatur keseimbangan asam basa
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin
dan metabolisme kalsium
6. Membentuk urin

Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang
berlebihan dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar
tubuh

Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam. Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron.
Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah
2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam
darah untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine

ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5
cm. Posisi di T12 – L3 dibelakang abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari
ginjal kiri karena terdesak oleh hepar

Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :


1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk
melindungi ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel
memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu
bernafas, mencegah penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.

ANATOMI INTERNAL
Dari dalam keluar: Renal Pelvis, Medulla dan Korteks
1. Renal pelvis merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medula dengan ureter. Renal pelvis Memiliki percabangan yaitu kaliks mayor dan
kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan 8-18
kaliks minor
2. Medulla renalis merupakan bagian tengah gunjal, terdiri dari 8-18 piramida.
Bagian apeks dari piramida adalah papilla . Piramida terdiri dari tubulus dan
duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi
zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor, kaliks mayor
dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk kandung kencing.
3. Cortex renalis : paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus medula melalui piramid
membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang mengalirkan urin
ke kalliks minor.
SUPLAI DARAH
Sekitar 20 -25 % cardiac output lari ke ginjal. 1,2 liter darah lewat ke ginjal/mnt.
Kegiatan filtrasi darah yang masuk ke ginjal dalam tubuh 60x/hari

PERSYARAFAN :
Dari plexus renalis susunan saraf otonom masuk lewat hillus dan melakukan
Innervasi pada otot polos di afferen & efferen arteriol. Suplai vasomotor ini lebih
untuk vasoconstriktor. pada umumnya afferen lebih sering kontraksi daripada
efferen. Perubahan posisi fisik, stress meningkatkan vasomotor. Syaraf vasomotor
membantu untuk kontrol fungsi ginjal dengan mengatur tekanan darah di
glomerulus. Pada laki-laki syaraf di ginjal berhubungan/ berkomunikasi dengan
syaraf di testis sehingga gangguan pada ginjal dapat menyebabkan gangguan
dengan terasa nyeri diatas testis.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki
sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu
komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori
dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler.

Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :


Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut
jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-
besar dan seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels.

peritubular.
Pembentukan urin dalam nefron elalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus,
reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan
zat-zat terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana
hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula
bowman dalam setiap menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR).
GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi

Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang
mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut
yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.

GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut
dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal.
Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik
yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan
tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan
pembuluh darah renal kontriksi.

Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang
disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin
dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan
tekanan dalam sistem sirkulasi.

Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem


syaraf simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis
menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat
pembentukan filtrt. Sistem syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk
melepaskan renin yang nantinya akan meningkatkan tekanan darah sistemik.

Reabsorpsi Tubulus
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa
direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari
respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai
zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat,
vitamin, sebagian besar ion.

Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik
berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat
lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak
dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur
keseimbangan asam basa.

Mempertahankan volume dan komposisi urin normal


Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan
klorida, masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik
menyebabkan air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi
lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat
dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan
demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi
hiperosmotik. bagian dalam medula, ar
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus
distal, natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga
filtrat menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.

Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat
terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah
natrium, kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan
bikaarbonat.
Pada orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat
bervariasi dari yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan
asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan
banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak memungkinkan dibawah
300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang dibutuhkan untuk urin
dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
AUTO REGULASI
Auto regulasi proporsional pada TD sistole 90-250 mmHg
MAP = Sistolik + 2 Diastolik
3
Normal = 70-100 mmHg

Meningkatnya MAP akan menyebabkan negatif feedback otomatis sehingga


terjadi kontriksi afferen. Aliran plasma menuju ginjal = 650 ml/mnt. Laju Filtrasi
Glomerulus 125 ml/mnt, 180 L/ hari, 4,5 x total cairan, 800 – 1500 ml urine/ hari.

Volume urin rata-rata dalam keadaan sehat adalah 1500 ml.


Input dan output cairan normal dalam tubuh.
Input (ml) Output (ml)
Air 1500 Urin 1500
Makanan 500 IWL: paru-paru 400
Air metabolieme 400 IWL: kulit 400
Feses 100
Total 2400 Total 2400

Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:


1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan
osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun
sangat kecil adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke
hipofisis anterior untuk mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar
95% terhadap osmolalitas cairan ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada
cairan ekstraseluler sangat nyata mempengaruhi sekresi ADH. Reseptor ADH
ditemukan juga di duktus kolektivus dan ADH berperan untuk membuka saluran
air disini sehingga memungkinkan air berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia
mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin
banyak natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang
dipengaruhi oleh osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas
plasma tetapi diatur oleh peptida, angiotensin II.
Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung
sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5
efek antara lain:
a. Menghambat sekresi aldosteron
b. Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
c. Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
d. Vasodilatasi
e. Natriuresis dan diuresis.

Aldosteron dan kontrol kadar kalium.


Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus
proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak
seperti pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam
pengatran kadar natrium, hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam
pengaturan kalium dan memiliki peran yang sangat penting. Peningkatan kadar
kalium sedikit saja di ekstraseluler secara langsung merangsang sekresi aldosteron
dari korteks adrenal.
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam
urin. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler
secara kuat dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium
normal kembali maka stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan
cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium
atau hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion
hidrogen yang dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini
menghasilkan suatu hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau
sebaliknya metabolik alakalosis dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami
asidosis maka tubulus distal akan meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen
(untuk mencegah jatuhnya pH plasma) dengan mengurangi kecepatan sekresi ion
kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam darah yang menyebabkan
hiperkalemia.

Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan


keseimbangan kalsium dan posfat di ginjal.

1. Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon


paratiroid dan vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus
dan tulang. Kalsium dan posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di
tulang atau dikeluarkannya oleh ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid
dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum plasma dan berkurang saat kadar
kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah meningkatkan kadar kalisum
plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang, melepaskan ion kalisum.
Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur
sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk
mencegah kadar kalsium yang terlalu tinggi.
Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah mengkonsumsi makanan
dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk dilepaskan dari
kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek hormon
ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat
penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan
darah.

Pembersihan produk-produk buangan.


Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa
zat kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu
kemampuan ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk
di hati dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk
akhir dari kreatinin fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam
urat (sisa metabolik nucleic acid), membuang amonia, toksin bakteri dan obat-
obat yang larut dalam air.

Hormon dan Nutrien di Ginjal


1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus.
Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi
melalui dua tahap: yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan
yang terjadi di ginjal distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari
penurunan kadar kalisum plasma.
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah
sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran
eritropoietin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.

Anatomi Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin
dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada
bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.

Anatomi kandung kecing


Kandung kencing/kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi
menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang terdiri
atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandunng
kemih yang disebut dengan trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kencing
(dari dalam keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos dan lapisan
fibrosa.Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian
dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian tengah.
Ukuran kandung kencing berbeda-beda. Pda usia dewasa kandung kencing
mampu memnampung sekitar 300-500 ml urin. Pada keadaan tertentu kandung
kencing dapat menampung dua kali lipat lebih jumlah keadaan normal.
Anatomi uretra
Uretra merupakan saluran yang mengeluarkan urin keluar tubuh. Uretra
terbentang dari dasar kandung kencing ke orifisium uretra eksterna. Pada laki-laki
panjangnya sekitar 20 cm sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Dua langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai
tegangan dindingnya meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks
miksi dan refleks miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih,
menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah
autonom medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh
pusat korteks serebri atau batang otak.
Persyarafan Kandung kemih:
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan
medulla spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan
pada dinding kandung kemih. Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus
pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk
kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal
menuju sfingter eksternus. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan
mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih juga menerima syaraf
simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus terutama
berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis ini merangsang
pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa
serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri
Urin yang terbentuk sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dengan
duktus kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan pelvic ginjal.
Setelah terkumpul di pelvic ginjal urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan
peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika urinaria untuk disimpan sementara
sampai saatnya di keluarkan. Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung
kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui
syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan
melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak
sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot
detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di
kandung kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal
relaksasi (Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol
volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan
meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal
terbuka sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah
pengeluaran urin.
8. Diakhir proses mikisi kurnag dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung
kemih.

BIOLISTRIK
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh
berbeda dengan listrik yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga, kelistrikan
pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dapat dalam tubuh,
komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel.
Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl, sedangkan intra sel terdapat ion K dan anion
protein.

Dinding sel mempunyai pintu – pintu ion yaitu celah – celah yang dapat terbuka atau
tertutup oleh pengaruh rangsng tertentu. Dalam keadaan istirahat tegangan listrik
didalam lebih rendah dari pada diluar sel sekitar 70 mVolt.

Bila terjadi rangsang nyeri, maka reseptor nyeri berupa ujung – ujung syaraf tidak
bermielin terkena rangsang, pintu ion Na terbuka, ion Na masuk dengan cepat sehingga
terjadi perbedaan muatan luar dan dalam sel sangat kecil bahkan bisa terbalik, artinya
muatan dalam sel lebih positif yang selanjutnya terjadi potensial reseptor / tegangan
reseptor.hal ini merangsang terjadinya potensial aksi di akson sel saraf. Potensial aksi ini
menjalar sepanjang akson disebut impuls. Sesampai di sambungan saraf dengan saraf
( sinap ) atau sambungan saraf dengan otot ( neuromial junction ) terjadi proses terjadi
proses penyeberangan impuls dan diteruskan ke saraf berikut atau ke sel otot.

Jadi jika nyeri yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai ke otak hingga
kita merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa rekasi otot yang menghindari nyeri.

PEMBAGIAN SISTEM SARAF


OTAK
Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum ) dan otak kecil ( serebelum ) . otak besar
terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis.
Permukaan otak bergelumbang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan
yang disebut girus.
Otak besar merupakan pusat dari :
- motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian menuju ke pusat
kontraksi otot
- sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf yang
selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.
- Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak sebagian lain di
bagian medulla spinalis.
- Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama bagian lain
dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.
- Fungsi luhur : pusat berfikir , berbicara berhitung dan lain – lain.
Pada bagian anterior sulkus sentralis merupakan bagian motorik penggerak otot

SEREBLUM
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.
Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar
hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri carotid interna dan
vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang
arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung
anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah
jika salah satu aliran darah ateri mayor tersumbat.

CAIRAN SEREBROSPINAL
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007. diproduksi
didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis melalui sistem
ventricular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan
keempat, secara organik dan non organik cairan CSS sama dengan plasma tetapi
mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung protein, glokosa dan klorida,
serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya mengandung sel darah putih yang
sedikit dan tidak mengandung sel darah merah. Cairan CSS didalam tubuh diserap oleh
villiarakhnoid.

MEDULA SPINALIS
- merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana
- penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
- penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
- pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah.

Saraf somatic:
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf motorik dari
pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan saraf
spinal.
Saraf otak ada 12 pasang :
1. saraf olfaktorius ( N1 ) : untuk penghidu penciuman
2. saraf opticus ( N2 ) : saraf penglihatan
3. saraf okulomotorius ( N3 ) : saraf motorik penggerak otot bola mata
4. saraf troklearis ( N4 ) : motorik penggerak bola mata
5. saraf trigeminus ( N5 ) : merupakan saraf sensorik dan motorik dengan 3 cabang yaitu
bagian optical, maksilaris, mandibularis.
6. saraf abdusens ( N6 ) : motorik penggerak bola mata
7. saraf fasialis ( N7 ) : sensorik daerah wajah
8. saraf audiotorius ( N8 ) : sensorik pendengaran dan keseimbangan
9. saraf glosofaringeus ( N9 ) : sensorik dan motorik sekitar lidah dan faring
10. saraf vagus ( N10 ) : merupakan saraf otonom terutama pada paru, jantung,
lambung, usus halus dan sebagian usus besar.
11. saraf asesorius ( N11 ) : motorik pengerak otot sekitar leher
12. saraf hipoglosus ( N12 ) : motorik otot lidah

SARAF SPINAL
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
- saraf servikal 8 pasang
- saraf torakal 12 pasang
- saraf lumbal 5 pasang
- sara sacrum / sacral 5 pasang
- saraf koksigeal 1 pasang
saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula
spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula spinalis melalui akar
depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal

Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus ( anyaman ) dan terbentuklah


berbagai saraf ( nervus ) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah
tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing – masing lurus
diantara tulang kosta( nervus inter kostalis ). Umumnya didalam nervus ini juga berisi
serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah
yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer terjadi
penyebrangan ( kontra lateral ) yaitu yang berada di kiri menyebrang ke kanan begitu
pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri maka yang
mengalami gangguan anggota gerak yang sebelah kanan.

SARAF OTONOM
System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru, serta alat
pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis.
Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :
- kesiagaan meningkat
- denyut jantung meningkat
- pernafasan meningkat
- tonus otot – otot meningkat
- gerakan saluran cerna menurun
- metabolisme tubuh meningkat.

Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu tampak pada
manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan lain – lain, pada
keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.
Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :
- kesiagaan menurun
- denyut jentung melambat
- pernafasan tenang
- tonus otot-otot menurun
- gerakan saluran cerna meningkat
- metabolisme tubuh menurun

hal ini terjadi penyimpanan energi ( anabolisme ) dan terlihat apabila individu sedang
istirahat.
Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal, sedang pusat
parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla spinalis bagian sacral.
Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih tinggi yaitu di hipotalamus
sebagai pusat emosi.
Pemeriksaan Syaraf Kranial
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang
terdiri dari; 1). Status mental, 2). Tingkat kesadaran, 3).Fungsi saraf kranial, 4). Fungsi
motorik, 5). Refleks, 6). Koordinasi dan gaya berjalan dan 7). Fungsi sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan,
diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan.
Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang
mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai
diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi
penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan
diagnosis.Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan
dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada
pemeriksa. Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan
mengikuti semua petunjuk sebaik mungkin.Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah
dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun
terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat
menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Saraf-saraf kranial langsung berasal dari
otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan
foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan
angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III),
troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII),
glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII). Saraf kranial I, II, VII
merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII merupakan saraf motorik,
tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinya. Saraf
kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan X juga mengandung
beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.II. 1.
DEFINISISaraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua
belas pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I),
optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII),
vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus
(XII).Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang
berawal dari otak atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun
gejala pada berbagai organ atau bagian tubuh yang dipersarafinya.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


1)SARAF OLFAKTORIUS
(N.I)Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius.
Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal,
fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.Saraf ini merupakan
saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan
menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius,
dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama.Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya
sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan
yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk
yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada
kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman
dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi
yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan
dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

2) Syaraf Olfaktorius
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut
saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan
saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi
spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-
serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan
sebaliknya.Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina)
menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang.
Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius.
Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan
di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir
di korteks visual lobus oksipital.Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut
memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal
sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-
serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan
penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

3)SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)


Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea
periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus
otonom).Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus
medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior.
Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit
mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.

4)SARAF TROKLEARIS (N. IV)


Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia grisea
periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-
satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis
mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan
abduksi dalam derajat kecil.

5)SARAF TRIGEMINUS (N. V)


Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan serabut-
serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis.
Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf
oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit,
dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa
kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta
bagian membran timpani.

6)SARAF ABDUSENS (N. VI)


Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat
medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens
mempersarafi otot rektus lateralis.

7)SARAF FASIALIS (N. VII)


Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah
dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul
bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam
kanalis akustikus interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi
wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot
stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut
sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.

8)SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)


Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti
dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-
serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan
bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut
ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang
dan serebelum.

9)SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)


Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua
ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah
melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis
interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke
basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

10)SARAF VAGUS (N. X)


Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan
ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf
vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari
dinding usus, jantung dan paru-paru.

11)SARAF ASESORIUS (N. XI)S


araf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari
neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf
aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan
bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

12)SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)


Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah
dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf
hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot
stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS..
Saraf Olfaktorius (N. I)Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika
terdapat riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita
mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-
penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.Untuk menguji saraf olfaktorius
digunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-
rempah. Letakkan salah satu bahan-bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung
orang tersebut sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup
matanya. Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan
tersebut dan kalau mungkin mengidentifikasikan bahan yang di hidu.
b.Saraf Optikus (N. II)Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity),
penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes
warna.i. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)Penglihatan sentral diperiksa
dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.Kartu snellenPada pemeriksaan
kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat
ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman
penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap
mata (visus 6/6)Jari tanganNormal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa
melihat pada jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.
Gerakan tanganNormal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa
melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.
ii. Pemeriksaan Penglihatan PeriferPemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan
informasi tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks
oksipitalis.Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri /
kompimetri.Tes KonfrontasiJarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cmObjek yang
digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.Objek yang digunakan (2
jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang pandang kahardan kiri (lateral
dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang
diperiksa harus menatap lururs kedepan dan tidak boleh melirik kearah objek
tersebut.Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.Perimetri /
kompimetriLebih teliti dari tes konfrontasiHasil pemeriksaan di proyeksikan dalam
bentuk gambar di sebuah kartu.
iii. Refleks PupilSaraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari
saraf occulomotorius.Ada dua macam refleks pupil.Respon cahaya langsungPakailah
senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya
dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap
cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan
normal pupil yang disinari akan mengecil.
Respon cahaya konsensualJika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil
lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
iv. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke
arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak)
dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih
dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang
besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
v. Tes warnaUntuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.
c.Saraf okulomotoris (N. III)Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil1.
PtosisPada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata
atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah
satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien
mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau
mengangkat alis mata secara kronik pula.
2.Gerakan bola mata.Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau
ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan
ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola
mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi
conjugate ke satu sisi.
3.PupilPemeriksaan pupil meliputi :i.Bentuk dan ukuran pupilii.Perbandingan pupil
kanan dan kiri pupil sebesar 1mmÆPerbedaan masih dianggap normaliii. Refleks
pupilMeliputi pemeriksaan :1.Refleks cahaya langsung (bersama N. II)2.Refleks cahaya
tidak alngsung (bersama N. II)3.Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot
rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi.
Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot
siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang 15±jauh dan disuruh
memfokuskan matanya pada suatu objek diletakkan pada jarak cm didepan mata pasien
dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek
akomodasi.
d.Saraf Troklearis (N. IV)Pemeriksaan meliputi1.gerak mata ke lateral
bawah2.strabismus konvergen3.diplopia
e.Saraf Trigeminus (N. V)Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks1.
SensibilitasAda tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan
dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu
dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum yang
baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit,
pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan
menyebabkan tusukan terasa tumpul. Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul
harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul
menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul
menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju
belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul
kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali
mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan
hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk
raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan
“ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

2.MotorikPemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis


dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi
adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka
mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa
berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang
berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).

3. RefleksPemeriksaan refleks meliputiRefleks korneaa.LangsungPasien diminta melirik


ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata,
misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea
mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan
dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi
eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.b.Tak langsung (konsensual)Sentuhan kapas pada
kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya
kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya
konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).Refleks
bersin (nasal refleks)Refleks masseterUntuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar)
penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas
jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan
negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut
ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.
f.Saraf abdusens (N. VI)Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus
konvergen dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang
terkena dan bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.
g.Saraf fasialis (N. VII)Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas
perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan :Asimetri wajahKelumpuhan
nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan dahi
menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis bilateral
wajah masih tampak simetrikGerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang
tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya ).Ekspresi muka (sedih, gembira, takut,
seperti topeng)- Tes kekuatan otot1.Mengangkat alis, bandingkan kanan dan
kiri.2.Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba
membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.3.Memperlihatkan
gigi (asimetri)4.Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)5.meniup sekuatnya,
bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.6.Menarik sudut mulut ke bawah.-
Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)Pemeriksaan dengan rasa manis,
pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.- HiperakusisJika ada
kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara yang diterima
oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.
h.Saraf Vestibulokokhlearis (N. VIII)Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan
pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibuler1)Pemeriksaan pendengaranInspeksi
meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi
lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi
kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan
audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi
dipakai tes Rinne dan tes Weber.Tes RinneGarpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-
mula dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi
terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam
keadaan norma anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Pada tuli saraf
anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne
negatif.
Tes WeberGarpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal
bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke
telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang
abnormal.
2)Pemeriksaan Fungsi VestibulerPemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes
romberg dan berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny,
dixxon – Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.
i.Saraf glosofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N. X)Pemeriksaan N. IX dan N X. karena
secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis
meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas
bernoda hidung / bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum
dengan senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh
menyebut “ah” jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya
kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang
sehat.Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen
sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang faring pada
setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan
sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan. Dalam keadaaan normal, terjadi
kontraksi palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh
maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar
dapat menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian
disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah (N. IX).
j.Saraf Asesorius (N. XI)Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien
mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk
menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan
melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido
mastoideus.k.Saraf Hipoglosus (N. XII)Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara;
Inspeksi lidah dalam keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi
(kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau
bilateral.Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah
(terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.Lesi UMN dari N XII
biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral
dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.
II.4. KELAINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN PADA NERVUS CRANIALIS.

1)Saraf Olfaktorius. (N.I)Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu


keadaan berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat
unilatral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui
adanya gangguan penciuman.Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung
yang serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar
tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang perjalanan
impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia.Kelainan yang dapat menimbulkan
gangguan penciuman berupa:Agenesis traktus olfaktoriusPenyakit mukosa olfaktorius
bro rhinitis dan tumor nasalSembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi
pada rhinitis kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat
hilang untuk seterusnya.Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina
feribrosa.Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi “countre coup”,
biasanya disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau
bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio
orbital.Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak
didekatnya.Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus
olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia, sindr
foster kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis. Adenoma hipofise yang
meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.Penyakit yang mencakup lobus
temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik atau ekstrinsik).Pasien mungkin tidak
menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang
rasa pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan aroma, suatu
sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.

2)Saraf Optikus (N.II)Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan


penglihatan. Gangguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan
lapangan pandang. Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat mengakibatkan
gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada nevrus optikus itu sendiri
atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus optikus, radiatio optika,
kortek penglihatan. Bila terjadi kelainan berat makan dapat berakhir dengan
kebutaan.Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah untuk
buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang sesisi, maka
buta semacam itu dinamakan hemiopropia.Berbagai macam perubahan pada bentuk
lapang pandang mencerminkan lesi pada susunan saraf optikus. Perubahan tersebut
seperti tertera pada gambar 1.Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan
oleh:
1.Trauma Kepala
2.Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)
3.Kelainan pembuluh darahMisalnya pada trombosis arteria katotis maka pangkal artera
oftalmika dapat ikut tersumbat jug. Gambaran kliniknya berupa buta ipsilateral.
4.Infeksi.Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai
berikut:a.Papiledema (khususnya stadium dini)Papiledema ialah sembab pupil yang
bersifat non-infeksi dan terkait pada tekanan intrakkranial yang meninggi, dapat
disebabkan oleh lesi desak ruang, antara lain hidrocefalus, hipertensi intakranial
benigna, hipertensi stadium IV. Trombosis vena sentralis retina.b.Atrofi optikDapat
disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma, iskemia, famitral, misal:
retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia friedrich.c.Neuritis optik.
3)Saraf Okulomotorius (N.III)Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius
menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan
keluar. Juga mengakibatkan gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan
akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III juga menpersarafi otot kelopak
mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata akan jatuh
( ptosis)Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini:1.Ptosis,
disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya perlawanan dari kerja
otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf fasialis.2.Fiksasi posisi mata, dengan
pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak adanya perlawanan dari kerja otot rektus
lateral dan oblikus superior.3.Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan
akomodasi.Jika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya terjadi
di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan melibatkan nukleus
okulomotorius.Penyebab kerusakan diperifer meliputi; a). Lesi kompresif seperti tumor
serebri, meningitis basalis, karsinoma nasofaring dan lesi orbital. b). Infark seperti pada
arteritis dan diabetes.

4)Saraf Troklearis (N. IV)Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola
mata tidak bisa bergerak kebawah dan kemedial.Ketika pasien melihat lurus kedepan
atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain. Jika pasien
melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada setiap arah tatapan
kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang terjadi dan sering disebabkan
oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu verteks.

5)Saraf Abdusens (N. VI)Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola
mata tidak bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit
teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal,
mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena predominannya otot oblikus
inferior.Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata tampak
melihat lurus keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan pupil melebar serta
tidak bereaksi terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis). Paralisis bilateral dari otot-otot
mata biasanya akibat kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus
adalah ensefelaitis, neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor.Penyebab yang
paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah meningitis, sinusistis,
trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri karotis interva atau arteri komunikantes
posterior, fraktur basis kranialis.

6)Saraf Trigeminus (N. V)Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus
trigeminus antara lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan
kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.Gangguan
nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic douloureux
yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maksilaris dan
mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab
tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh
arteri serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih tak
bermielin.Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan
berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan
abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.

7)Saraf Fasialis (N. VII)Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara
lain:Lesi UMN (supranuklear) : tumor dan lesi vaskuler.Lesi LMN :Penyebab pada pons,
meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.Pada fosa posterior, meliputi neuroma
akustik, meningioma, dan meningitis kronik.Pada pars petrosa os temporalis dapat
terjadi Bell’s palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt, dan otitis media.Penyebab
kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis
multipleks, dan keganasan parotis bilateral.Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral
tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga tengah yang meliputi Korda timpani
atau nervus lingualis, tetapi ini sangat jarang.
Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak
mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di
bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis). Kelumpuhan fungsi
motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai
dengan hilangnya lipatan hidung bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang
sehat. Pasien akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar
dari sudut mulut yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit,
terdapat kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi
sakit tidak ada.

8)Saraf VestibulokoklearisKelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan


gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo).Kelainan yang dapat menimbulkan
gangguan pada nervus VIII antara lain:Gangguan pendengaran, berupa :Tuli saraf dapat
disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi misal presbiaksis. Trauma,
misal fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas misal aspirin, streptomisin atau
alkohol, infeksi misal, sindv rubella kongenital dan sifilis kongenital.Tuli konduktif dapat
disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan penyakit Paget.Gangguan
Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibulerPada labirin meliputi penyakit
meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan, intoksikasi streptomisin.Pada vestibuler
meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis vestibularis.Pada batang otak
meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV demielinisasi.Pada lobus
temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.

9)Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)Gangguan pada komponen sensorik
dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang
berisiko terjadinya aspirasi paru.Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan
pneumonia aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi
demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan
persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak
dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-
paru.Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain :Lesi batang otak (Lesi N IX dan
N. X)Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata)Pasca operasi trepansi
serebelumPasca operasi di daerah kranioservikal
10)Saraf Asesorius (N. XI)Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot
trapezius) dan otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu
yang turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral.Kelainan
pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia akibatnya
persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.
11)Saraf Hipoglossus (N. XII)Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh
kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan
tersebut dapat menyebabkan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut,
gangguan menelan dan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan
menelan dan gangguan bicara (disatria) jalan nafas dapat terganggu apabila lidah
tertarik ke belakang.Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau
mengangkat lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit
saat dijulurkan. Saat istirahat lidah mem

Anda mungkin juga menyukai