Anda di halaman 1dari 3

Metode Loci

Mind Palace Technique


Metode loci (Latin: jamak dari lokus berarti tempat atau lokasi), juga disebut istana memori
(memory palace atau mind palace) merupakan metode mengingat dan memetakan ide dengan cara
peningkatan memori yang menggunakan visualisasi untuk mengatur dan mengingat informasi.
Pemakaian metode ini dapat dilihat dalam serial Sherlock Holmes, karakter bertubuh
jangkung ini dibekali kecerdasan dalam memetakan informasi yang dia sebut sebagai Mind Palace.
Sejarah singkat
Metode mengingat ini ternyata sudah ditemukan sejak zaman Yunani Kuno. Berdasarkan
sebuah cerita, Simonides dari Ceos menemukan metode ini setelah dia mendatangi sebuah jamuan
makan malam yang berujung petaka. Kala itu dia keluar sebentar untuk menemui dua orang pria.
Namun naas, sesaat setelah dia keluar, bangunan di belakangnya roboh dan hancur berantakan. Semua
rekan jamuannya meninggal dengan cara yang tragis dan sulit dikenali. Beruntung Simonides dapat
mengidentifikasi mayat-mayat tersebut berdasarkan di mana letak mereka duduk dalam ruangan itu.
Metode mnemonic (strategi mengingat) dengan menggunakan visualisasi spasial itu dikenal dengan
istilah Method of Loci.
Masyarakat Yunani dan Romawi dulu menggunakan teknik mind palace dari bangunan
arsitektur mereka untuk mengingat ilmu yang mereka pelajari dengan detail dan komprehensif, tutur
Frances Yates dalam bukunya The Art of Memory (1966) yang juga diamini oleh seorang ahli neuro-
psikologi asal Rusia Alexander Romanovich Luria (1969).
Yates menjelaskan dalam bukunya bahwa teknik mind palace (method of loci)
memungkinkan subjek secara berkala menghafal tata letak formasi suatu bangunan atau tempat yang
dapat diimajinasikan secara spasial dalam otak. Setelah itu, subjek menyematkan informasi yang dia
inginkan ke dalam bagian-bagian dari peta spasial tersebut. Sehingga ketika subjek ingin mengingat
suatu informasi, subjek akan mengunjungi daerah tempat di mana dia mengarsipkan informasi itu lalu
mengambilnya seperti halnya kita sedang mengambil buku di perpustakaan.
Metode Loci (Method of Loci) dimana metode ini mengasosiasikan objek tertentu dengan
tempat – tempat tertentu. Kita dapat menggunakan tempat – tempat dan lingkungan yang familiar
serta menempatkan objek – objek tertentu di lokasi yang telah ditentukan dalam benak. Individu dapat
dengan secara mental mengunjungi tempat atau lokasi yang telah ditentukan untuk dapat mengingat
item yang diperlukan. Misalnya, jika kita diminta untuk membeli 5 jenis barang di toko, kita dapat
menggunakan rumah kita sebagai tempat untuk menyimpan barang – barang yang perlu kita ingat.
Sehingga kita dapat mengingat barang – barang yang akan dibeli dengan cara mengasosiasikan roti
dengan depan garasi, makanan kucing diasosiasikan dengan dalam garasi, tomat diasosiasikan dengan
pintu dengan, pisang diasosiasikan dengan rak lemari pakaian dan susu diasosiasikan dengan wastafel
didapur. Jadi, penggunaan metode loci ditekankan kepada mengasosiasikan lingkungan yang familiar
dengan materi yang ingin dihafal
POV
Point Of View
Secara bahasa point of view memiliki makna sudut pandang yang biasanya menjadi sudut
pandang seorang penulis terhadap tulisan atau karyanya. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya
audiencenya memahami maksud dan rasa sama seperti sang penulis atau kreator karya tersebut.
POV dalam media sosial memiliki arti sudut pandang dari sisi kreator melalui video maupun
foto yang diunggahnya. Menilik dari penggunaannya di media sosial, pada umumnya pemilik konten
ingin memposisikan para audience dalam posisi si pemilik konten.
Jenis POV Dalam Cerita Fiksi
Jika menilik dari segi karya sastra seperti novel dan cerita lainnya POV dibedakan menjadi 3
jenis. Penentuan point of view dalam sebuah karya merupakan sepenuhnya atas kemauan sang
penulis.
1. Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)
POV 1 adalah cerita yang menceritakan diri sendiri atau kisah sang penulis. Pada sudut
pandang orang pertama menggunakan ‘aku’ sebagai peran utama. Sudut pandang orang pertama ini
biasanya membangun perasaan seolah-seolah si pembaca mengalami hal serupa dengan tokoh utama,
sebab menggunakan ‘aku’ sebagai pusat cerita.

2. Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

Sudut pandang orang kedua menggunakan ’kamu” sebagai peran utamanya, sehingga sangat
jarang sebuah cerita menggunakan POV 2 ini, akan tetapi beberapa karya seperti pada artikel akan
sering menggunakan POV 2 dengan kamu atau anda
3. Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)
Pada sudut pandang orang ketiga, penulis memposisikan dirinya seolah tahu segala hal yang
terjadi pada keseluruhan cerita. Dalam POV 3 ini pada umumnya penulis menggunakan nama tokoh
utama dan beberapa tokoh lainnya. POV 3 juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu sudut pandang
orang ketiga terbatas dan serba tahu.
POV 3 Terbatas
Dalam sudut pandang ini, penulis memang serba mengetahui apa saja yang terjadi pada tokoh
di sepanjang cerita, akan tetapi penulis tidak mengetahui secara detail dan hanya berdasarkan
pengamatan luar saja.
POV 3 Serba Tahu
Hampir sama dengan sudut pandang ketiga terbatas penulis serba mengetahui apa saja yang
terjadi pada setiap karakternya, namun dalam konteks yang jauh lebih detail. Pada POV kali ini
penulis dapat mengetahui hingga isi pikiran dan isi hati seluruh tokoh dalam cerita seolah penulis
adalah dewa.
Perbedaan POV dalam Media Sosial dan Cerita Fiksi
Dalam media sosial sudut pandang biasanya dituliskan secara gamblang ‘POV’ kemudian
dituliskan bersamaan dengan maksud yang diinginkan sang kreator konten tersebut. Sedangkan dalam
cerita fiksi POV dituliskan dengan menggunakan kata ganti ‘aku’, ‘kamu’ dan juga nama tokoh-
tokohnya yang dituliskan sepanjang alur cerita. Meskipun memiliki perbedaan dalam penulisannya,
akan tetapi POV secara umum memiliki tujuan yang sama yakni untuk mengajak pembaca merasakan
hal yang sama dengan penulis atau si pembuat karya.

Anda mungkin juga menyukai