Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam Mubarak, dkk. (2009:
67). Depkes R.I (1988) dalam Setiadi (2008: 3), mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tingggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 179), keluarga
adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi,
dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah satu
atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran, perkawinan dan
adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mempunyai peran
masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2. Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan, atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama
lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial,
sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis, dan sosial anggota.
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan
dan orang yang mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya,
diantaranya menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :
1) Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh sanksi – sanksi
legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal
dalam pembentukan suatu rumah dengan anak – anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3) Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua – duanya bekerja dirumah, anak – anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja diluar rumah.
5) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak – anaknya dapat
tinggal dirumah atau diluar rumah.
6) Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu – waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu panti – panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak – anaknya dan
bersama – sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan
tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak – anak.
13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagiankeluarga karena adanya hubungan – hubungan
dengan suami istri.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi keluarga
adalah sebagi berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

6. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-186),
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan dan perubahan –
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang
dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui
hal-hal berikut ;
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab,
sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, dan sikap atau
pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008), tahap perkembangan keluarga adalah :
a. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan tahap ini antara lain :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4) Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5) Pembagian tanggung jawab.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan
lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5) Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung
jawab).
2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memnuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman .
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan waktu
santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3) Keakraban dengan pasangannya.
4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
B. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia (Setiadi, 2008: 25-26). Perawatan kesehatan keluarga adalah
perawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya yang dilakukan oleh seorang perawat
yang profesional dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standart praktik
keperawatan dengan berlandaskan etik dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang
serta tanggung jawab keperawatan (Setiadi, 2008: 26). Sedangkan menurut Suprajitno (2004:
27) asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan keluarga adaah
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan melalui praktik keperawatan keluarga yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
2. Tujuan
Menurut Suprajitno (2004: 27-28) tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
a. Tujuan umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara
mandiri
b. Tujuan khusus
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau yang membutuhkan bantuan sesuai
dengan kemampuan keluarga.
4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial)
sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga
5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya: puskesmas,
puskesmas pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
3. Sasaran
Menurut Suprajitno (2004: 28) sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga- keluarga yang rawan kesehatan yaitu: keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.

\
4. Tahap-tahap proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga menurut Setiadi (2008: 45-46) adalah sebagai
berikut :
a. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan daata dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi daan memodifikasi status kesehatan .
b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga mengenai masalah kesehatan
aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
c. Penyusunan perencanaan keperawatan keluarga
Perencanaan adalah senagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga
yang meliputi penentuan tujun perawatan (jangka panjang atau jangka pendek), penetapan
standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan adalah pengeolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.
e. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga mencapai tujuan.

5. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan keluarga


Menurut Mubarak,dkk (2010: 74-75) peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga antara lain :
a. Pendidik (educator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
bertnggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
b. Koordinator
Praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum, menyeluruh,
daan berlanjut.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
d. Pengawas kesehatan
e. Konsultan atau penasehat
f. Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j. Modifikasi lingkungan
Peraawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

C. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Nursalam (2005: 34), pada dasarnya tumbuh kembang mempunyai prinsip
yang berlaku secara umum yaitu : tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus
dari konsepsi sampai dewasa; Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya
kecepatannya dapat berbeda; Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota
badan, misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dan seterusnya.

1. Pertumbuhan
a. Pengertian
Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan
meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan (Marlow
(1988) dalam Supartini (2004: 49).
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) pertumbuhan adalah proses bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif atau dapat diukur, aspek peningkatan
ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam jumlah sel (Potter and Perry, 2005 : 637).
Nursalam (2005: 32) mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran fisik
(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi
(bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga bertambah besarnya sel.
b. Ciri-ciri pertumbuhan
Menurut Soetjningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 32), pada umumnya
pertumbuhan mempunyai ciri tertentu yaitu :
1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi
susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya
tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3) Kecepatan perumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu,
yaitu masa prenatal, bayi, dan adolesensi, di mana terjadi pertumbuhan cepat dan masa
prasekolah dan masa sekolah, di mana pertumbuhan berlangsung lambat.
c. Pertumbuhan anak masa prasekolah (usia 2-6 tahun)
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010: 2-4) berat badan anak akan bertambah
2-3 kg/tahun, tinggi badan anak setelah usia 7 tahunbertambah 5 cm/tahun, pertumbuhan gigi
susu sebanyak 20 buah yang lengkap tumbuh pada umur 2,5 tahun.

2. Perkembangan
a. Pengertian
Menurut IDAI (2000) dalam Nursalam (2005: 33), perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem – sistemnya yang terorganisasi.
Perkembangan adalah aspek progresif adaptasi terhadap lingkungan yang bersifat
kualitatif (Potter dan Perry, 2005: 637).
Supartini (2004: 49) mendefinisikan perkembangan sebagai suatu proses yang terjadi
secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi,
yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya.
b. Teori Perkembangan
1) Teori perkembangan psikososial (Erikson) dalam Wong (2008: 117-118)
a) Percaya vs tidak perrcaya (lahir-1 tahun /bayi)
Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan
menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Rasa tidak percaya
terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika
kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat.
b) Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu (usia 1-3 tahun)
Perkembangan autonomi selama periode todler berpusat pada peningkatan
kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka, dan lingkungan
mereka. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan.
Hasil yang diharapkan adalah kontrol diridan ketekunan.
c) Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan membentuk suara hati.
Terkadang mereka memiliki tujuan untuk melakukan aktivitas yang bertentangan
dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau
imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah.
d) Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Anak-anak mau terlibat dalam tugas dan aktivitas. Mereka belajar berkompetisi dan
bekerjasama dengan orang lain daan juga aturan-aturannya. Rasa inferioritas dapat
terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka.
e) Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun)
Remaja berusaha menyesuiakan diri dengan peran yang mereka mainkan daan mereka
berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru. Ketidakmampuan untuk
menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil daari
penguasaan yang sukses adalah kesetiaan daan ketaatan terhadap orang lain serta
terhadap nilai-nilai.

2) Teori perkembangan psikoseksual (Freud) menurut Supartini (2004: 59-60) yaitu :


a) Fase oral (0-11 bulan)
Ciri tahapan : aktivitas melibatkan mulut seperti mengisap, menggigit dan mengunyah
merupakan sumber utama kenikmatan.
b) Fase anal (1-3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan otot
sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai
dengan keinginannya. Toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
c) Fase falik (3-6 tahun)
Selama fase ini, genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak
mulai mempelajari perbedaaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan
mengetahui adanya perbedaan alat kelamin.
d) Fase laten (6-12 tahun)
Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin
perempuan, dan anak laki-laki dengan laki-laki. Selama periode laten, anak menggunakan
energi fisik dan psikologis yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dn
pengalaman melalui aktivitas fisik maupun sosialnya.
e) Fase genital (12-18 tahun)
Tahapan genital yaitu ketika anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses
pematangan organ reproduksi dan produksi hormon seks.
c. Perkembangan anak masa toddler
Pada tahap ini, perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada mulanya anak
berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan,
anak mulai berjalan berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Perrhatian anak
terhadap lingkungan menjadi lebih besar, anak lebih banyak menyelidiki benda
disekitarnyadan meniru apa yang diperbuat oleh orang lain.
d. Pemantauan perkembangan DENVER II
Uji skrining perkembangan yang paling tua dan paling dikenal adalah Denver
Developmental Screening Test (DDST) dan revisinya, DDST-R telah direvisi, distandardisasi
ulang dan berganti nama Denver II (Wong, 2008: 221).
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun berisi 125
gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi empat sektor untuk menjaring fungsi
tersebut. Bidang aspek yang dinilai antara lain :
1) Personal sosial : penyesuaian diri terhadap masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan perorangan
2) Motorik halus : koordinasi mata, tangan, memainkan atau menggunakan benda-benda
kecil.
3) Motorik kasar : duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar.
4) Bahasa : mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.

Tanda item penilaian Denver II menurut Nursalam (2005 : 40):


a) O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh memberi laporan
anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
b) M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba
c) V = P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi laporan
tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
d) No = No opportunity
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan , uji coba
yang dilakukan orang tua.

Interpretasi dari nilai Denver II menurut Nursalam (2005 : 41) :


a) Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus kurang dari
25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b) Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak
pada item antara 25-75% (warna putih).
c) Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-100% (warna hijau/biru).
d) Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.

3. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor.
Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 39-41), faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal (dalam)
1) Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat
seksual, serta saraf, yaitu perbedaan ras, etnis atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin dan
kelainan kromosom.
2) Pengaruh hormon
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin dan hormon
tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak.
b. Faktor eksternal (faktor lingkungan)
1) Faktor pranatal (selama kehamilan)
Meliputi gizi, nutrisi ibu hamil, toksin, zat kimia, kelainan endokrin, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan psikologis ibu.

2) Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala
pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan pada jaringan otak.
3) Faktor pascanatal
Faktor yang mempengaruhi adalah gizi, penyakit kronis, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosioekonomi, stimulasi dan obat-obatan.
Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2005: 35-39) ada beberapa tahapan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-anak, yaitu :
a. Masa pranatal
1) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu.
2) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilansembilan minggu sampai kelahiran pada 9 bulan
masa kehamilan kebutuhan bayi tergantung pada ibu. Oleh karena itu, kesehatan ibu sangat
penting untuk dijaga.
b. Masa neonatal
Pada tahap ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai
berfungsinya organ-organ tubuh padaa masa ini, reflek-reflek primitif yang bersifat fisiologis
akan muncul, seperti reflek moro, reflek menghisap dan reflek rooting yang akan menghilang
dengan bertambahnyausia. Fungsi pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang.
c. Masa bayi
Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
d. Masa balita (1-12 bulan)
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan pada masa bayi, tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan
akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan.
e. Masa prasekolah(3-5 tahun)
Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini.pertumbuhan fisik juga relatif pelan, naik
turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati).
Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis dan mengenal angka serta
bentuk atau warna benda gelap. Pada tahap ini orang tua mulai mempersiapkan anak untuk
masuk sekolah.

Anda mungkin juga menyukai