Legalitas Hadis Sebagai Pedoman Hidup Umat Islam Dan Fungsi Hadis Terhadap
Al Qur’an
Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Hadist
DI SUSUN OLEH :
ZAHRA TSANIYAH
(215100047)
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini, dengan judul Legalitas Hadis Sebagai Pedoman
Hidup Umat Islam Dan Fungsi Hadis Terhadap Al Qur’an.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta
membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Hadist Sebagai Pedoman Hidup Umat Manusia............................................................2
1. Legalitas Hadis Rasulullah SAW...............................................................................3
B. Fungsi Al-Hadist Terhadap Al- Qur’an.........................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hukum Islam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah al-Qur`an.
Penetapan hadits sebagai sumber kedua iniditunjukan oleh tiga hal, yaitu al-Qur`an sendiri,
kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Al-Quran menekankan bahwa
RasulullahSAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS. 16:44). Karena itu
apa yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus
diteladani oleh kaum Muslimin. Sejak masa sahabat sampai hari ini para ulama telah
bersepakat dalam penetapan hukum didasarkan juga kepada sunnah Nabi, terutama yang
Lalu seperti apa bentuk legalitas hadis yang sesuai untuk pedoman hidup umas
muslim serta seperti apa fungsi hadis terhadap Al- Qur’an ? akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Diatas Maka Dapat Di Tarik Rumusan Masalah Berikut :
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah Diatas Maka Dapat Di Tentukan Tujuan Makalah Ini
1
BAB II
PEMBAHASAN
ajaran Islam sekaligus pedoman hidup setiap muslim yang mesti diperpegangi. Di dalam
khazanah keislaman, al-Qur’an lazim disebut sebagai sumber utama (pertama) dan hadis
Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW yang membacanya merupakan suatu ibadah (Manna’ Khalil al-Qaththan, 1994:18).
Sedangkan hadis atau biasa juga disebut sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan hal
ihwal yang berhubungan dengan nabi Muhammad SAW (Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib,
1989:108). Dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup umat Islam, antara al-Qur’an dan
hadis tidak dapat dipisahkan karena al-Qur’an sebagai sumber utama dijelaskan oleh hadis,
sehingga hadis disebut sebagai bayan terhadap al-Qur’an surat al-Nahl ayat 44.
Merujuk pada uraian di atas, maka sebagai pedoman hidup, hadis mesti dijadikan imam
atau ikutan dalam kehidupan sehari-hari yang mana kedua-dua sumber tersebut dipatuhi,
Keberlakuan hadits yang telah memiliki ke legalitasan diperkuat pula dengan kenyataan
bahwa AlQur`an hanya memberikan garisgaris besar dan petunjuk umum yang memerlukan
penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
Karena itu, keabsahan hadits sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima.Di antara
ayat-ayat yang menjadi bukti bahwa hadits merupakan sumber hukum dalam Islam adalah
2
“Barangsiapa yang mentaati Rosul, maka sesungguhnya dia telah mentaati Alloh…”
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرس ُْو َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَاِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم
ك َخ ْي ٌر َ ِفِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّد ْوهُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرس ُْو ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ ْو َن بِاهّٰلل ِ َو ْاليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل
ࣖ َّواَحْ َس ُن تَْأ ِو ْياًل
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembali kanlah
Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW artinya menjadikan hadis Rasul sebagai
pedoman dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya atau mengikuti
konsekwensi logis dari beriman kepada Rasul. Sebenarnya ada lima kewajiban yang
Rasulullah SAW, mentaati semua risalah dan sunnahnya, mencintai dan menjadikannya
Allah SWT ditandai dengan seberapa cintanya ia kepada Rasul atau hadis-hadisnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :
ُّون هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم
َ قُلْ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحب
Dalil-dalil kehujjahan hadis artinya dalil-dalil atau keterangan atau argumen yang
menegaskan bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang wajib diperpegangi. Ada
4 dalil yang menunjukkan bahwa hadis merupakan salah satu sumber syari’at atau ajaran
a) Iman
Salah satu konsekwensi beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah menerima
segala sesuatu yang datang dari Rasul dalam urusan agama. Allah Swt telah memilih
para Rasul di antara para hamba agar menyampaikan syari’at-Nya kepada umat.
SWT dalam agama, Rasul tidak menyampaikan sesuatu kecuali berdasarkan wahyu.
sebagai hujjah serta percaya penuh kepada pembawa risalah dimaksud yaitu
Rasulullah SAW. Hal ini sejalan firman Allah yang terdapat di dalam surat an-Nisa’
4
dengan sepenuhnya. (Q.S. an-Nisa’ : 65).
b) Al-Qur’an al-Karim
َم ْن ي ُِط ِع ال َّرسُو َل فَقَ ْد َأطَا َع هَّللا َ َو َم ْن ت ََولَّى فَ َما َأرْ َس ْلنَاكَ َعلَ ْي ِه ْم َحفِيظًا
Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia
telah mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan
َ َو َما َءاتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا
ِ َش ِدي ُد ْال ِعقَا
ب
Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
5
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
Di dalam hadis atau sunnah banyak ditemukan penjelasan Rasul SAW tentang
R. Ibnu Majah)
)صى هَّللا َ ( إبن ماجه َ َم ْن َأطَا َعنِي فَقَ ْد َأطَا َع هَّللا َ َو َم ْن َع
َ صانِي فَقَ ْد َع
Artinya : "Barang siapa yang mentaatiku berarti ia taat
d) Ijma’
Para sahabat telah sepakat menetapkan kewajiban mengikuti hadis, baik pada
masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. Di waktu hidup Rasulullah,
kepada Rasul Saw mengandung hidayah dan kebaikan bagi para pengikutnya serta jalan
keselamatan mereka di dunia dan akhirat. Karena semua itulah, kaum muslimin
Dijelaskan juga bahwa Abu Bakar berkata: “Sunnah itu adalah tali Allah yang
kuat”, sementara Syaikhul Islam Ibnu Taymiah berkata:” Sesungguhnya Sunnah itu
adalah syari’at, yakni apa-apa yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya dari agama.
7
Berimam kepada Hadis Rasul yang shahih dan Hasan
Hadis shahih adalah hadis yang telah diakui dan disepakati kebenarannya oleh
para ahli hadis sebagai sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW. Sedangkan hadis
hasan dipahami hampir setara dengan hadis shahih, namun yang membedakannya adalah
Dari statemen di atas dipahami bahwa hadis shahih dan hadis hasan adalah
termasuk kategori hadis yang dapat diterima dan dijadikan pedoman, ikutan serta sumber
hukum. Disebutkan juga bahwa hadis-hadis Rasul dalam kelompok ini dinamakan hadis
maqbul sedangkan di luar dua kelompok ini dinamakan hadis mardud atau hadis yang
ditolak dan tidak dikuti atau dijadikan imam, (Ramli Abdul Wahid, 2003:17).
Ulama hadits telah sepakat bahwa tidak boleh mengamalkan hadis dhaif dalam
Kupas tuntas tentang hukum berimam atau beramal dengan menggunakan hadis
dha’if memunculkan tiga kelompok ulama yang berkomentar tentang ini, satu kelompok
menyatakan boleh berimam dan beramal dengan hadis dha’if secara mutlak dengan tiga
syarat. Kelompok ini diwakili oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan pengikutnya Abu
Daud. Menurut Imam Ahmad; hadis dha’if dalam pandangan kami lebih baik dari pada
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa dalam khazanah keislaman ditemukan
tiga pola atau strategi seorang muslim berimam kepada al-Qur’an; ada yang berimam
8
secara totalitas kepada al-Qur’an dan hadis ada yang berimam kepada hadis shahih dan
hasan saja dan ada pula yang berimam kepada sebahagian hadis dha’if.
kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah
tentang kitab Allah. Penjelasan Rasul itulah yang dikategorikan kepada alhadîts. Umat
manusia tidak akan bisa memahami al-Qur`ân tanpa melalui al-hadîts tersebut. AlQur`ân
bersifat kullydan ‘am, maka yang juz’iy dan rinci adalah alhadîts.
Imam Ahmad menandaskan bahwa seseorang tidak mungkin bisa memahami al-
Qur`ân secara keseluruhan tanpa melalui al-hadîts. Imam Al-Syatibi jugaberpendapat bahwa
kita tidak akan bisa mengistinbath atau mengambil kesim pulan dari hukum al-Qur`ân tanpa
melalui al-hadîts. Dengan demikian jelaslah fungsi al-hadîts terhadap al-Qur`ân itu cukup
Fungsi al-Hadits terhadap alQur`ân sebagai bayân itu difahami oleh ulama dengan
a. Bayan Taqrir Bayân taqrir ialah al-Hadits yang berfungsi menetapkan, memantapkan,
dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan alQur`ân, sehingga maknanya tidak
perlu dipertanyakan lagi. Ayat yang ditaqrir oleh al-Hadits tentu saja yang sudah jelas
9
maknanya hanya memerlukan penegasan supaya jangan sampai kaum muslimin salah
Shaumlah kalian karena melihat tanda awal bulan ramadlan dan berbukalah kalian
Hadits di atas dikatakan bayân taqrîr terhadap ayat al-Qur`ân, karena maknanya sama
dengan alQur`ân, hanya lebih tegas ditinjau dari bahasanya maupun hukumnya.
b. Bayan Tafsir
Bayân tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci ayat yang maknanya
global atau mengkhususkan ayat yang maknanya umum. Sunnah yang berfungsi
bayân tafsir tersebut terdiri dari (1) tafshîlal-mujmal, (2) tabyîn al-musytarak, (3)
takhshish al-’âm.
1) tafshîl- al-mujmal,
Hadits yang berfungsi tafshîl- almujmal, ialah yang merinci ayat al-Qur`ân yang
Contoh:
1
Shahih Muslim, II,762
1
0
o Tidak kurang enam puluh tujuh ayat al-Qur`ân yang langsung memerintah
shalat, tapi tidak dirinci bagaimana operasionalnya, berapa raka’at yang harus
dilakukan, serta apa yang harus dibaca pada setiap gerakan. Rasulullah SAW
“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku sedang shalat. HR. Jama’ah6
Rinciannya ialah pelaksanaan Rasulullah dalam ibadah haji wada’ dan beliau
bersabda:
c. Tabyîn al-Musytarak
Tabyîn al-Musytarak ialah menjelas kan ayat al-Qur`ân yang mengandung kata
bermakna ganda.
2
Musnad Ahmad, III,318. Sunan alNasa`i, II,245. Sunan al-Bayhaqi, V, 125.
1
1
Contoh:
“Wanita yang dicerai hendaklah menunggu masa iddah selama tiga quru”. (Qs.2:228)
Perkataan ٍ ُُ وء قرQuru adalah bentuk jama dari ٍ َْ ء قرQar’in. Dalam bahasa Arab
antara satu suku bangsa dengan yang lain ada perbedaan pengertian Qar’in. Ada yang
mengartikan suci ada pula yang mengarti-kan masa haidl. Mana yang paling tepat
Thalaq hamba sahaya ada dua dan iddahnya dua kali haidl. Hr. Abu dawud, al-
Dalam ketentuan hukum, hamba sahaya itu berlaku setengah dari orang merdeka.
Jika hadits ini menetapkan dua kali haidl, maka me nurut sebagian pendapat, َضتَ ِ ان
kataan per ْ َ حيhaidlatâni itu me rupa kan penjelas dari Qar`in yang musytarak, se
hingga kesimpulannya bahwa wanita yang dicerai itu iddahnya tiga kali haid.
d. Takhshish Al-’am
3
Sunan Abi dawud, II,257. Sunan alTurmudzi, III,488. Sunan al-Daruquthni, IV, 39.
1
2
Takhshîsh al-’âm ialah sunnah yang mengkhususkan atau mengecualikan ayat yang
bermakna umum.
Contoh:
Dalam ayat ini tidak ada kecuali, semua bangkai dan darah diharamkan untuk
“Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Yang
dimaksud dua macam bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai belalang,
sedangkan yang dimaksud dua macam darah adalah ati dan limpa”. (Hadits
1
3
“Allah mewasiatkan bahwa hak anakmu laki-laki adalah dua kali hak anakmu
Dalam ayat ini tanpa kecuali atau berlaku umum bahwa semua anak mendapat
dengan sabdanya:
“Seorang muslim tidak mewarisi orang kafir dan yang kafir tidak mewarisi
e. Bayan Tabdila
Bayân Tabdîl ialah mengganti hukum yang telah lewat keberlakuannya. Dalam istilah
lain dikenal dengan nama nâsih wa al- mansûh. Banyak ulama yang berbeda
pendapat tentang keberadaan hadits atau sunnah men-tabdil al-Qur`ân. Namun pada
dasarnya bukan berbeda dalam menyimpulkan hukum, melainkan hanya terletak pada
4
Shahih al-Bukhari, VI, 2484, Shahih Muslim, III, 1233.
1
4
Contoh sunnah yang dianggap Bayân Tabdîl oleh pen dapat yang mengakuinya ialah
dalam bab zakat pertanian. Dalam ayat alQur`ân tidak diterangkan batasan nisab
“Tidak ada kewajiban zakat dari hasil pertanian yang kurang dari lima wasak” .Hr.
Imam Malik berpendirian bahwa fungsi sunnah terhadap alqur’an adalah sebagai
1) bayân taqrir,
2) bayân tawdlîh,
3) bayân tafshîl,
4) bayân tabsîth,
5) bayân tasyrî’.
Bayân taqrîr telah dijelaskan pada uraian di atas. Bayân taudlîh, bayân tafshîl
telah tercakup pembahasannya pada bayân tafsîr. Yang perlu dijelaskan adalah
Sunnah yang berfungsi sebagai bayân tabsith ter-hadap al-Qur`ân adalah sunnah yang
menguraikan ayat al-Qur`ân yang ringkas yang memerlukan pen-jelasan secara terurai.
Contohnya kisah-kisah dalam al-Qur`ân yang ringkas diuraikan oleh sunnah rasul secara
5
ibid, II,673.
1
5
Imam Syafi’i berpendirian bahwa fungsi as-Sunnah terhadap alQur`ân itu adalah
sebagai (1) bayân tafshil atau perinci ayat yang mujmal, (2) bayân takhshish atau
pengkhusus yang yang bersifat umum, (3) bayân ta’yien yaitu menetapkan makna yang
dimaksud dari suatu ayat yang memungkinkan memiliki beberapa makna seperti
menjelaskan yang musytarak, (4) bayân tasyri’ yaitu sunnah yang berfungsi tambahan
hukum yang tidak tercantum dalam al-Qur`ân. Contohnya: dalam alQur`ân telah ditetapkan
bahwa yang haram dimakan itu hanyalah bangkai, darah, daging babi dan yang disembelih
bukan karena Allah (Qs.6:145). Sedangkan dalam beberapa riwayat sunnah diterangkan
bahwa Rasul melarang memakan binatang buas, yang berbelalai, burung menyambar, dan
yang hidup di air dan di darat, (5) bayân nasakh, yaitu mengganti hukum yang tidak berlaku
(1)bayân ta’kid atau penguat seperti bayân taqrir yang telah dijelaskan di atas (2) bayân
tafsir, (3) bayân tasyri’, (4) bayân takhshish, dan (5) bayân taqyied, yaitu menentukan
sesuatu yang dalam ayat bisa bermakna mutlak, seperti seruan Allah tentang kewajiban
shalat secara mutlak berlaku pada siapa pun. Sedangkan sunnah mentaqyid wanita yang
sedang haidl dari yang mutlak tersebut. Wanita yang haidl tidak diwajibkan shalat dan tidak
diwajibkan mengganti.
sunnah terhadap al-Qur`ân, terutama memberikan kemudahan bagi kaum muslimin untuk
memahami isi al-Qur`ân. Jika Rasulullah SAW tidak memberikan penjelasan tentang ayat al-
Qur`ân, tentu saja akan menimbulkan berbagai kendala dan kesulitan dalam melaksanakan
al-Qur`ân. Itulah mungkin salah satu makna dari fungsi Rasul sebagai rahmat bagi mu’minin
1
6
1
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas hadist Rasulullah SAW telah terbukti legalitasnya, Karena dalam al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk taat secara mutlak
kepada apa yang diperintahkan dan dilarang Rasulullah Saw, serta mengancam orang yang
menyelisihinya. Fungsi hadist terhadap al-Quran adalah sebagai bayan dan muhaqiq (penjelas
dan penguat) bagi al-Quran. Karena hukum merupakan produk hadits yang tidak ditunjukan
oleh al-Qur’an secara langsung.Oleh karena itu, hadits berperan sebagai penjelas dan penguatan
Qur’an seperti larangan-larangan secara tidak langsung antara lain memadu perempuan dengan
bibinya dari pihak ibu, haram memakai cincin emas, dan kain sutra bagi laki-laki.
B. Saran
Krirtik serta saran yang membangun saya harapkan dari semua pihak demi
1
8
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani Khairul Fikri “Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur`An”, Volume 12, No. 2, Institut Agama
https://www.scribd.com/document/391482882/Al-Qur-an-Dan-Hadis-Sebagai-Pedoman-
Hidup
1
9